You are on page 1of 7

Hadits tentang Ucapan yang Diridhai Allah

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits 1


Dosen pengampu Ustadz Mujib Abdurrahman, Lc.












Oleh:

Abdul Halim Wicaksono

30.1.1.7583











FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT STUDI ISLAM DARUSSALAM
KAMPUS BARU ISID SIMAN
1433/2012
- 1 -

Ucapan yang Diridhai Allah
Oleh: Abdul Halim Wicaksono/ PAI 6

Hadits tentang ucapan yang diridhai Allah
Hadits Abu Hurairah, riwayat Al-Bukhariy dan Muslim. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang


diridhai oleh Allah, yang dia tidak menganggapnya penting, (maka) Allah mengangkatnya
dengan perkataan tersebut beberapa derajat dan sesungguhnya seorang hamba, benar-benar
mengucapkan suatu perkataan yang dibenci Allah, yang dia tidak memikirkannya terlebih
dahulu, yang dengan perkataan tersebut dia terjerumus ke dalam jahannam." (HR. Al-
Bukhariy no.6478)
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
((

) ( ))

(( :

))
"Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang
dengannya dia masuk ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat."
Dan dalam lafazh yang lain: "Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan
suatu perkataan yang tidak jelas apa manfaat perkataan tersebut, (akan tetapi) dengannya
dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat." (HR.
Muslim no.2988)
1

Pendahuluan
Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih
berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara
yang bagus. Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Ia harus selalu disyukuri

1
Bulettin Al-Wala Wal Bara, Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jama'ah, Edisi ke-40 Tahun ke-2,
Judul Artikel Menjaga Lisan
- 2 -

dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk berbicara yang
baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan
banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena itu, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar
kita lebih banyak diam. Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik.
Allah berfirman:
Og^4C 4g~-.- W-ONL4`-47
W-O4>- -.- W-O7O~4 LO~
-4CgEc ^_
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. (al-Ahzab: 70)
Rasulullah SAW bersabda:


Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik
atau diam. (HR. al-Imam al-Bukhari hadits no. 6089 dan al-Imam Muslim hadits no. 46 dari
Abu Hurairah RA)
Pentingnya Menjaga Lisan
Lisan (lidah) memang tak bertulang. Sekali kita gerakkan, sulit untuk kembali pada
posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita
agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak
dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami-
istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan.
Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena
lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Rasulullah n bersabda:


Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah
yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam. (Sahih,
HR. al-Bukhari no. 6092)

- 3 -


Rasulullah SAW bersabda:


Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar
(baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh dari jarak
antara timur dan barat. (Sahih, HR. al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu
Hurairah RA)
Al-Imam an-Nawawi mengatakan, Hadits ini (yakni hadits Abu Hurairah RA yang
dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah) teramat jelas menerangkan bahwa
sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan pembicaraan yang baik,
yaitu pembicaraan yang telah jelas maslahatnya. Ketika dia meragukan maslahatnya,
janganlah dia berbicara. (al-Adzkar hlm. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011)
Al-Imam asy-Syafii t mengatakan, Apabila dia ingin berbicara hendaklah dipikirkan
terlebih dahulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah. Jika ragu, janganlah dia
berbicara hingga tampak maslahatnya. (al-Adzkar hlm. 284)
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, al-Imam an-Nawawi t mengatakan, Ketahuilah, setiap
orang yang telah mendapatkan beban syariat, seharusnya menjaga lisannya dari segala
pembicaraan, kecuali yang telah jelas maslahatnya. Bila berbicara dan diam sama
maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena
pembicaraan yang mubah bisa menyeret pada pembicaraan yang haram atau dibenci. Hal
seperti ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apa pun.
Keutamaan Menjaga Lisan
Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan
kita dalam murka Allah l yang berakhir dengan neraka-Nya. Lisan akan memberikan tabir
(mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama tentang
bahaya lisan:
1. Anas bin Malik : Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali
perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.
2. Abu ad-Darda : Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua
orang: orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.
3. Al-Fudhail : Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak
berbicara dan banyak makan.
4. Sufyan ats-Tsauri : Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian
mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.
- 4 -

5. Al-Ahnaf bin Qais : Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan),
memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari
pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.
6. Abu Hatim : Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin
berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu. Jika terdapat (maslahat)
baginya maka dia akan berbicara. Bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara).
Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja
yang menyentuh lisannya membuat dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak
(dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.
7. Yahya bin Uqbah : Aku mendengar Ibnu Masud berkata, Demi Allah yang tidak
ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk
lama dipenjarakan daripada lisan.
8. Muarrif al-Ijli : Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak sepuluh tahun
dan aku tidak berhenti untuk mencarinya. Seseorang bertanya kepadanya: Apakah
itu, wahai Abu al-Mutamir? Muarrif menjawab, Diam dari segala hal yang tidak
berfaedah bagiku.
2

Buah Menjaga Lisan
Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:
3

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah l dan Rasul-Nya.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang
baik atau diam. (Sahih, HR. al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)
2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa al-Asyari , ketika Rasulullah n ditanya tentang orang yang
paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:


(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan
tangan dan lisannya. (Sahih, HR. al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam, baik dengan perkataan
maupun perbuatan. (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

2
Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-Busti, hlm. 3742
3
Abu Usamah Abdurrahman, Majalah AsySyariah Edisi 003, Judul Artikel Lidah tak Bertulang
- 5 -

3. Mendapat jaminan dari Rasulullah n untuk masuk surga.
Rasulullah n bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sad:


Barang siapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya
(mulut/lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin
baginya al-jannah (surga). (HR. al-Bukhari no. 6088)
4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah RA:


Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai
Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya
karenanya. (HR. al-Bukhari no. 6092)
Dalam riwayat al-Imam Malik, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad serta disahihkan
oleh asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari sahabat Bilal
bin al-Harits al-Muzani bahwa Rasulullah n bersabda:
Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan
dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah
mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah
untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, serta diberi kemampuan untuk
mengejar keutamaan tersebut.
Penutup
Manusia tidak ada yang sempurna tak terkecuali kita semua. Namun kita harus selalu
berusaha untuk menjaga perkataan dari hal-hal yang kurang dan tidak bermanfaat. Menjaga
lisan bukanlah perkara mudah, butuh pembiasaan dan kesabaran dalam menjalaninya. Hanya
dengan usaha keras dan dengan disertai bantuan Allah semoga kita dapat menjaga lisan kita
utamanya kepada orangtua, asatidz di ISID, teman dan orang lain. Semoga makalah yang
sedikit ini bisa membawa manfaat bagi kita semua. Amiiin...

- 6 -

Referensi:
Al-Quran
Abu Usamah Abdurrahman, Majalah AsySyariah Edisi 003, Judul Artikel Lidah tak
Bertulang
Bulettin Al-Wala Wal Bara, Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jama'ah, Edisi
ke-40 Tahun ke-2
Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-
Busti

You might also like