You are on page 1of 8

Gizi a) Ciri2 anak yang mengalami gizi buruk Kurang gizi yang merupakan salah satu istilah dari

penyakit malnutrisi energi protein (MEP), Berdasarkan tingkatannya, MEP dikategorikan dalam tingkat yang ringan dan berat. MEP ringan dinyatakan sebagai kurang gizi. Sedangkan maramus , kwashiorkor (busung lapar atau honger oedem/HO) dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat. + Kurang Gizi. Di sejumlah negara dunia ketiga, penyakit ini banyak menyerang balita. Pada stadium awal, gejalanya relatif tidak jelas. Namun beberapa ciri klinis dapat dikenali seperti ukuran lingkaran lengan atas yang menurun, maturasi tulang terlambat dengan tebal lipat kulit yang semakin berkurang. Kenaikan berat badan yang senantiasa berkurang, terhenti bahkan menurun menyebabkan rasio berat terhadap tinggi juga cenderung menurun. Penderita kurang gizi ini rata-rata berat badannya hanya sekira 60-80% dari berat badan ideal. + Maramus. Berbeda dengan penderita kurang gizi, penderita marasmus ini secara fisik lebih mudah dideteksi. Wajahnya yang tampak tua, sangat kurus akibat hilangnya sebagian lemak dan otot-ototnya merupakan ciri khas penderita jenis penyakit ini. Dalam stadium yang ringan, penderita umumnya lebih cengeng dan mudah menangis karena selalu lapar. Penderita maramus berat berpotensi menunjukkan perubahan mental, bahkan pada kondisi tertentu dapat menyebabkan lenyapnya kesadaran. Ciri-ciri lain seperti rontoknya rambut, tulang-tulang terlihat jelas menonjol dengan berat badan yang kurang dari 60% dari berat badan ideal anak seusianya. + Kwashiorkor. Kerapkali penyakit ini dinyatakan sebagai busung lapar atau honger oedem-HO. Penderita penyakit ini sangat khas, terutama bagian perut yang buncit. Serupa dengan penderita maramus, penderita penyakit ini banyak menangis, tampak lemah dan selalu ingin berbaring bahkan pada stadium lanjut, penderita terlihat sangat pasif. Penderita penyakit ini juga selalu dihantui diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat akibat produksi enzim laktase dan enzim lainnya mengalami penurunan. Kelainan kulit yang khas, ditandai bintik-bintik merah yang secara gradual menghitam. Kelainan ini biasanya menyerang kulit disekitar punggung. + Marasmik-Kwashiorkor. Dapat dikatakan, penyakit ini merupakan puncak dari segala penyakit MEP. Gejala khas penderita penyakit ini tampak nyata seperti edema, kelainan pada rambut dan kulit. Tubuh yang mengandung cairan akibat berkurangnya lemak dan otot merupakan pemandangan yang lazim dijumpai pada penderita. Gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas akibat menurunnya kalium dalam tubuh menambah daftar penderitaan. Berat badan penderita ini bahkan tidak sampai menyentuh angka 60% dari berat normal. + Gagal Tumbuh. Di luar MEP, ada juga gangguan pertumbuhan yang umum disebut gagal tumbuh. Seperti halnya penderita MEP, penderita gagal tumbuh ini juga mengalami infeksi berulang dengan massa otot yang senantiasa berkurang. Hilangnya lemak di bawah kulit yang disertai dematitis melengkapi kegagalan tumbuh sang

penderita. Secara umum, gagal tumbuh ini dinyatakan sebagai kegagalan seseorang dalam mencapai tinggi dan berat badan pada kondisi idealnya. www.pikiran-rakyat.com Istilah kwashiorkor itu sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti penyakit anak pertama yang timbul begitu anak kedua muncul". Makna dari kata-kata ini intinya adalah menggambarkan suatu penyakit yang timbul pada anak pertama akibat anak tersebut tertelantarkan oleh orangtua akibat adanya adik yang baru lahir. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk dari gangguan gizi yang dikenal sebagai Kurang Energi dan Protein (KEP) 1), ada juga yang mendefinisikan bahwa kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan. Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah 2) Dan dapat dipahami, jika anak-anak yang mengalami kurang energi dan protein itu, akan mudah terserang infeksi seperti diare, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), TBC, polio, dan lain-lain. Gejala awal KEP dimulai dengan anak yang tidak mengalami pertambahan tinggi maupun berat badan. Bila keadaan lebih lanjut, anak menjadi kurus dan berat badan justru menurun. Gejala yang ada adalah anak akan lesu, apatis, selalu gelisah, dan cengeng. Anak juga akan mudah terserang penyakit infeksi. Apabila keadaan menjadi lebih buruk, anak yang mengalami kekurangan energi dan protein sekaligus akan menjadi kurus-kering. Gejala kurus kering demikian disebut sebagai marasmus. Istilah Marasmus berasal dari bahasa Yunani, yang berarti kurus-kering. Sebaliknya, walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang / karbohidrat (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya), maka yang terjadi adalah gejala kwashiorkor. Anak dengan kwashiorkor akan mengalami edema (penumpukkan cairan di jaringan bawah kulit; umumnya di ujung-ujung tungkai bawah) dan adanya akumulasi cairan di rongga usus. Bagian tubuh yang menderita edema akan menjadi bengkak, bagian tersebut bila dipencet memberikan suatu cekungan . Terjadi pula penimbunan cairan di rongga perut yang menyebabkan perut si anak menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar). Apabila keadaan menjadi lebih berat, kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas, rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut, anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain. Ciri-ciri lain penderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini terutama terlihat pada infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran cerna, anemia, kadar albumin serum yang rendah, dan dermatosis. Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna

merah muda yang hampir seperti pelagra. Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh. Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel, diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi 3) Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk 4) Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. a. Kwashiorkor - Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) - Wajah membulat dan sembab - Pandangan mata sayu - Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok - Perubahan status mental, apatis, dan rewel - Pembesaran hati - Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk - Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) - Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut anemia diare. b. Marasmus: - Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit - Wajah seperti orang tua - Cengeng, rewel - Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) - Perut cekung - Iga gambang - Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) - diare kronik atau konstipasi/susah buang air c. Marasmik-Kwashiorkor: - Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor

dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok www.dinkes-jatim.go.id b) Asupan gizi yang benar 1. Air Bayi muda membutuhkan air lebih banyak dari pada bayi usia tua, karena air menjadi nutrien yg menjadi medium nutrien lainnya. Umumnya dapat dikatakan ada hubungan erat intake kalori dan berat jenis urin, tergantung pada banyak zat yg terlarut. Pada bayi kebutuhan air rata-2 175 200 ml/kgbb/hari dalam triwulan 1, turun 150 175 ml/kgbb/hari pada triwulan 2, turun 130 140 ml/kgbb/hari pada triwulan 3 dan turun lagi 120 140 ml/kgbb/hari pada triwulan terakhir. 2. Energi Golongan Umur (Tahun) Anak 1 1 - 3 4 - 6 7 - 9 Remaja Pria 10 - 12 13 - 15 16 - 19 Remaja Wanita 10 - 12 13 - 15 16 - 19 Kebutuhan energi menurut FAO (1971) 112 101 91 78 71 57 49 62 50 43 (kal/kgbb/hari) Nelson (1969) 110 100 90 80 70 60 50 70 60 50

3. Protein 4. Lemak Sampai sekarang lemak tidak perlu ada dalam jumlah banyak, kecuali untuk asam lemak esensial (asam lenoleat dan Arakidonat). Lemak pada masa pertumbuhan cepat : a. Bila lemak kuranr dari 20% kalori, maka protein dan karbohidrat harus dinaikkan b. Lemak diperlukan untuk bahan rekuirmen kalori bayi dan anak c. Lemak esensial jika kurang dari 0,1% dapat mengakibatkan kulit bersisik, rambut rontok, hambatan pertumbuhan. d. Lemak mempermudah melarutkan vit. ADEK 5. Karbohidrat Karbohidrat rekuiremen belum diketahui dengan pasti. Bayi menyusui mendapat 40% kalori dari laktosa. Pada usia lebih tua, bertambah jika bayi telah diberi makanan lain, terutama yg mengandung tepung (bubur susu, nasi tim) 6. Rekuiremen vitamin dan mineral
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, FK UI)

c) Akibat gangguan gizi terhadap fungsi tubuh Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat2 gizi yang digunakan secara efesien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebihzat2 gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat2 gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dsb. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat2 gizi tidak sampai di sel2 tubuh setelah makanan dikonsumsi. SUMBER ; PRINSIP DASAR ILMU GIZI, SUNITA ALMATSIER, PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA Dengan adanya gangguan gizi akan menyebabkan defisiensi gizi, hal ini kan mengakibatkan : Gangguan biokimia intrasel (disfungsi enzim) yg menyebabkan perubahan fisiologi jaringan Timbul perubahan histopatologis Muncul gejala subjektif dan objektif (apatis, depresi, lemah, BB kurang, dan kurang nafsu makan merupakan tanda-2 defisiensi gizi).
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, FK UI)

a. b. c. d. e.

d) Langkah2 pengaturan makan untuk seorang bayi atau anak langkah2 pengaturan makanan untuk bayi atau anak : menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien dgn mengg data tentang kebutuhan nutrien menentukan jenis bahan makanan yg dipilih untuk menterjemahkan nutrien yg diperlukan dgn mengg daftar komposisi nutrien dari berbagai macam bahan makanan menentukan jenis makanan yg akan diolah sesuai dgn hidangan (menu) yg dikehendaki. Menentukan jadwal waktu makan dan menentukan hidangan. Perlu pula ditentukan cara pemberian makan, mis dgn cara makan biasa, dgn pipa penduga (sonde), dll Memperhatikan masukan yg terjadi trhdp hidangan trsbt. Perlu dipertimbangkan kemungkinan faktor kesukaan dan ketidaksukaan trhdp sesuatu makanan. Perhatikan pula betul2 trjd keadaan anoreksia. Bila tidak trdpt sisa makanan, mungkin makanan yg diberikan jumlahnya kurang atau berarti penentuan rekuiremen terlalu rendah. Kekurangan tersebut perlu diperbaiki pada hari berikutnya. Tumbuh Kembang Anak Dr Soetjiningsih,SpAK e) Fungsi zat gizi dalam tubuh

a. Memberi energi zat2 gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat2 gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi termasukikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar. b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel2 baru, memelihara, dan mengganti sel2 yang rusak. Dalam fungsi ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun c. Mengatur proses tubuh protein, mineral, air, vitamin diperlukan untuk mengaturproses tubuh.protein mengatur kseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penagkal organisme yang bersifat infektif dan bahan asing yang dapat masuk kedalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai bahan penagtur dalam proses2 oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan2 didalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan dan mengatur proses tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa2/ ekskresi, dll proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat pengatur. SUMBER ; PRINSIP DASAR ILMU GIZI, SUNITA ALMATSIER, PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA f) Akibat kekurangan gizi pada proses tubuh Akibat kurangnya gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat2 gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan yang kurang dalam kuantitas dan kualitas)menyebabkan gangguan pada proses: a. Pertumbuhan b. Produksi tenaga c. Pertahanan tubuh d. Struktur dan fungsi otak e. Perilaku SUMBER ; PRINSIP DASAR ILMU GIZI, SUNITA ALMATSIER, PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA g) Faktor yang mempengaruhi asupan makanan a. Keluarga : Pada bayi dan anak prasekolah, keluarga adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Orang tua dan saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak yang lebih muda terhadap kebiasaan makannya. Kebiasaan makan, makanan favorit dan makanan yang tidak disukai anak sejak usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan. Suasana pada waktu makan mempengaruhi nafsu makan anaka. Harapan orang tua yang berlebihan terhadap kebiasaan

makan anak, dengan disertai teguran dan paksaan untuk menhabiskan porsi makannan yang disediakan, menjadikan acara makan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan berakibat menurunkan nafsu makan anak. Sebaliknya lingkungan yang menyenangkan seperti suasana yang rileks, sambil bercakap-cakap, dan toleransi kalau anak menumpahkan makanan, dapat meningkatkan nafsu makan anak. Pada saat ini dimana banyak ibu yang bekerja, mengakibatkan makanan anak sangat tergantung pada pembantu atau makanan di TPA (tempat penitipan anak)/sekolah, dengan segala konsekuensinya terhadap kualitas kuantitas serta kebiasaan dari makanan tersebut. b. Media : Dengan gencarnya iklan makanan dalam TV, dapat berpengaruh terhadap asupan makanan anak-anak prasekolah karena mereka masih belum dapat berfikir secara kritis terhadap iklan komersial tersebut. Sedangkan anak yang lebih besarsudah menjadi lebih kritis, tetapi mereka masih rawan terhadap pengaruh iklan tersebut. Padahal sebagian besar makanan yang diiklankan mengandung tinggi gula, lemak, sodium. TV juga dapat mempengaruhi tumubhan kembang anak dengan penurunan aktivitas dan pemakaian waktu luang secara pasif dengan menonton TV selama berjam-jam. Lebih-lebih kalau selama menonton sambil makan, dapat mengakibatkan obesitas pada anak. c. Teman sebaya : Sejak dengan bertambah luasnya kontak sosial anak dengan lingkungannya, maka tidak dapat dihindari pengaruh teman sebaya terhadap pilihan makanan anak. Hal ini ditandai dengan penolakan yang tiba-tiba terhadap makanan yang biasanya dikonsumsi dan meminta makanan yang sedang populer. Tingkah laku ini suatu saat akan berubah. Orang tua harus membatasi pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dan juga harus lebih realitas, karena pergolakan terhadap makanan akan hilang dengan sendirinya. d. Penyakit : Penyakit dapat menurunkan nafsu makan dan asupan makanan. Penyakit akut walaupun berlangsung singkat dapat meningkatkan kebutuhan air, protein dan zat makanan lainnya. Sedangkan pada penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung bawaan, sulit untuk menentukan kebutuhan zat makanan agar pertumbuhan anak optimal. Sumber : Moersintowati BN, Titi SS, Soetjiningsih, Hariyono S, Ranuh. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi pertama. Sagung Seto. Jakarta. 2002. Halaman 38-39. h) Faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat Umur Berat badan Diagnosis dari penyakit, tahap serta keadaan penyakit Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan Kebiasaan makan, kesukaran dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan. (Buku kuliah IKA 1, FK UI)

You might also like