You are on page 1of 12

ANALISIS UNSUR NILAI SOSIAL DAN BUDAYA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI (Upaya Memperkaya

Bahan Pengajaran Sastra di SMA)

JURNAL diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

oleh DETI SUSILAWATI NIM 09212041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) GARUT 2013

ANALISIS UNSUR NILAI SOSIAL DAN BUDAYA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI (Upaya Memperkaya Bahan Pengajaran Sastra di SMA)

JURNAL

oleh DETI SUSILAWATI NIM 09212041

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing II

Drs. Eddy Rosadi M., M.Pd NIP.194704171975011002

ANALISIS UNSUR NILAI SOSIAL DAN BUDAYA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI (Upaya Memperkaya Bahan Pengajaran Sastra di SMA)

oleh DETI SUSILAWATI NIM 09212041 Abstract: Formulation of the problem in this study. 1. How does the social value associated with kinship antartokoh the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi? 2. How social value related to education in the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi? 3. How do cultural values associated with the system confidence in the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi? 4. How do cultural values associated with the language used in the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi. Research methods used in this research is descriptive method. Data collection techniques are studying literature and study documentation. Results of this analysis showed that social values contained in the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi relationship between kinship and solidarity, mutual aid, education, and ethics. Culture and values contained in the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi of them related to the belief system and language used by the leaders namely Arabic, Indonesian, English, and Minangkabau. Based on the author knot recommend the novel "State Five Towers" by Ahmad Fuadi qualifies as literature in high school learning materials. The novel is very good because it concerns the linguistic, psychological terms, and in terms of cultural background. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartisikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya (Purwandari, 2012: 121). Karya sastra adalah karya hasil ciptaan manusia berupa tulisan ataupun lisan, yang bersifat imajinatif,

disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif. Karya sastra sering menceritakan sebuah kisah dengan menggunakan alur yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk mengapresiasinya. Hasil karya sastra merupakan bahan untuk dibaca, diapresiasi, dan diekspresi. Sastra diciptakan oleh seorang pengarang bukan sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman dan amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada pembaca. Novel merupakan salah satu karya sastra yang merupakan sarana atau media yang menggambarkan apa yang ada dalam pikiran pengarang. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2008: 969). Ketika seorang pengarang akan memunculkan suatu nilai dalam karyanya, data-data atau informasi yang dikemukakannya dapat berasal dari orang lain ataupun dari pengalaman dirinya sendiri. Budaya diartikan sebagai sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengaruh bagi manusia dalam berperilaku baik secara individu maupun kelompok. Budaya diartikan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2011: 72). Dengan

demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasaknnya dengan belajar yaitu tindakan naluri seperti makan, minum, berjalan dsb. Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya (Wahyu, 2008: 95). Suatu masyarakat di daerah-daerah tertentu pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda yang menjadikan ciri khas dari daerahnya masing-masing. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan dan lain-lain, serta segala pernyataan yang mengandung pemahaman tinggi dan berhubungan dengan seni dan keindahan yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Berdasarkan alasan inilah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul Analisis Unsur Nilai Sosial dan Budaya Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (sebagai alternatif bahan pengajaran sastra di SMA) . B. Perumusan Masalah Agar masalah tersebut lebih mengarah pada tujuan penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut ini. a. Bagaimanakah nilai sosial yang berkaitan dengan kekerabatan antartokoh dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi? b. Bagaimanakah nilai sosial yang berkaitan dengan pendidikan

dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi? c. Bagaimanakah nilai budaya yang berkaitan dengan sistem keyakinan dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi? d. Bagaimanakah nilai budaya yang berkaitan dengan bahasa yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui nilai sosial yang berkaitan dengan kekerabatan antartokoh yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. 2. Untuk mengetahui nilai sosial yang berkaitan dengan pendidikan para tokoh yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. 3. Untuk mengetahui nilai budaya yang berkaitan dengan sistem keyakinan yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. 4. Untuk mengetahui nilai budaya yang berkaitan dengan bahasa yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat baik bagi penulis dan peminat karya sastra. Manfaatmanfaat tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi penulis, yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah novel dan mampu mengkaji sebuah karya sastra khususnya novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. 2. Bagi peminat karya sastra, yaitu diharapkan dapat membuka pikiran dalam mengembangkan pemahaman tentang karya sastra dan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dalam memahami suatu karya sastra atau unsur-unsur pembangun suatu karya sastra. E. Kajian Pustaka 1. Nilai Sosial Sosial merupakan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat di mana manusia sebagai makhluk hidup tidak dapat berdiri sendiri. Manusia sangat tergantung pada orang lain, dalam hubungan sosialnya manusia menjalin hubungan sangat erat maka dari itulah manusia tidak bisa hidup dengan sendirinya. Sosial dapat diartikan sebagai suatu sistem tata kelakuan dalam kehidupan masyarakat, dalam hidup bermasyarakat baik dan buruknya seseorang sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupannya nanti. Selain itu sosial juga dikenal sebagai rasa sayang seorang individu terhadap individu lainnya. Rasa sosial ini timbul karena adanya sistem kekerabatan antara sesama mahluk lain yang diakibatkan karena adanya interaksi, melalui interaksi ini manusia bisa

saling mengenal kepribadiannya satu sama lain. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan ini (KBBI, 2008: 1331). Dalam konsep sosiologi manusia disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahawa nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada sesuatu yang dianggap benar, baik luhur dan penting yang berguna secara nyata bagi menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Sosial sebagaimana diungkapkan dalam penjelasan di atas adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dalam bermasyarakat manusia mempunyai sistem-sistem sosial untuk saling berinteraksi, manusia tidak dapat hidup sendiri. Umunya masyarakat di Indonesia memiliki sistem kekerabatan yang sangat erat, seperti: a. Gotong-royong Sebagaimana kita ketahui kehidupan bermasyarakat di pedesaan bercirikan rasa kebersamaan yang tinggi dan gotong royong antar sesamnya. Goyong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia sebagaimana yang terkandung dalam pancasila sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.

b.Kesetiakawanan Kesetiakawanan adalah suatu sikap simpati kepada orang lain, yang bermaksud untuk memberikan rasa belas kasihan sebagai sesama manusia. Biasanya sikap kesetiakawanan ini tidak mengharapkan sebuah imbalan ataupun pujian. c. Kejujuran Kejujuran adalah suatu sikap yang sesuai dengan apa adanya, menyampaikan pendapat dari dalam hati tanpa adanya embel-embel untuk membalas semua yang telah dilakukannya. Sikap jujur ini mencerminkan kebenaran dan keyakinan sesuai dengan hati nurani. d.Etika Etika dalam bermasyarakat memiliki arti kesopanan dalam melakukan sesuatu atau dalam bertindak. etika adalah ilmu apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (KBBI, 2008: 383). 2.Nilai Budaya Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, dan merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yaitu mengolah atau mengerjakan. Budaya sering disebut juga dengan kebudayaan, kata kebudayaan itu sepadan kata culture bahasa inggris (Maran, 2007: 24). Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2011: 72). Dari berbagai defenisi tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengertian kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak atau tidak berwujud. Kesenian dapat berwujud sebagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng yang indah, tetapi juga mempunyai wujud sebagai tindakan interaksi yang berpola antara sesama seniman pencipta, pendengar, penonton, maupun para peminat hasil kesenian. Di samping wujudnya berupa benda-benda yang indah seperti candi, kain tenun, alat kesenian dan lain-lain. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut merupakan analisa dari rincian kebudayaan ke dalam bagian-bagiannya. a. Bahasa Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan melalui lisan, tulisan, gerakan atau isyarat dengan tujuan menyampaikan maksud hati kepada lawan bicara. Bahasa adalah gudang kebudayaan (Harrof dalam Manusia dan Kebudayaan, Maran, 2008: 43). Melalui bahasa manusia

dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, dan memudahkan dirinya berbaur dengan masyarakat lain. b.Sistem pengetahuan Secara sederahana pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia karena pengetahuan merupakan jendela bagi manusia agar bisa hidup secara teratur. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri atau dari pemikiran orang lain. c. Organisasi sosial Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berhubungan dengan hukum atau bertujuan sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. d. Sistem peralatan hidup dan teknologi Unsur utama kebudayaan antara lain peralatan dan perlengkapan hidup. Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan karena menyangkut cara-cara dalam memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan hidup. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, mengekspresikan rasa keindahan, atau memproduksi hasil-hasil kesenian. Sebagai hasil penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja manusia.

Dengan teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan alam dan membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dengan dunia primer (alam) (Maran, 2007: 42). e. Sistem mata penceharian hidup Manusia bertahan hidup dengan bekerja dan setiap kelompok atau masyarakat memiliki pekerjaan yang berbeda sesuai dengan lingkungan dan keahliannya. Para ilmuan pada sistem mata penceharian ini terfokus pada masalah-masalah mata penceharian tradisional, misalnya berburu dan meramu, beternak, becocok tanam di ladang dan menangkap ikan. f. Sistem religius Manusia secara individual atau masyarakat tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Manusia sebagai homo religius memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat menghitamputihkan kehidupannya (Supartono, 1996: 36). Agama adalah sebuah unsur kebudayaan yang paling penting dalam sejarah umat manusia. Agama biasanya mempunyai suatu prinsip untuk mengatur umatnya. g. Kesenian Karya seni merupakan media untuk berkomunikasi, melalui suatu karya seni seorang seniman mengkomunikasikan suatu permasalahan atau pengalaman hidupnya. Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.

3. Kedudukan dan Bahan Pengajaran Apresiasi Novel dalam Kurikulum KTSP Tahun 2006 Kurikulum disusun untuk mengumpulkan beberapa sistem yang terdiri atas komponen-komponen. Ruang lingkup pengajaran pendidikan melalui kurikulum, bahkan pengajaran sastra merupakan pengajaran yang berlandaskan pada kurikulum. Pada dasarnya kurikulum yang digunakan sekarang adalah kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada kurikulum 2006, ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Pertama, mendengarkan memahami, dan menginterpretasikan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) baik karya asli maupun terjemahan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Kedua, berbicara membahas dan mendiskusikan karya sastra (puisi, prosa, drama) sesuai dengan isi dan konteks budaya. Ketiga, membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra, serta mampu melakukan apresiasi secara tepat. Keempat, menulis mengapresiasikan karya sastra yang diminati dalam bentuk satra tulis yang kreatif, serta dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam karya sastra yang sudah dibaca. Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Dalam kegiatan mengapresiasi sastra, siswa

menikmati dan menilai karya sastra itu. Karya sastra juga akan memberikan suatu tanggapan seperti adanya kesan dan pemahaman, kepekaan perasaan, dari hasil karya sastra yang dibacanya. Perbandingan pengajaran sastra dengan kedudukan sastra itu sendiri sebaiknya harus seimbang sesuai dengan kedudukan sastra itu sendiri sebaiknya harus seimbang sesuai dengan isi yang ada dalam program kurilkulum adlah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Sesuai dengan kurikulum yang digunakan, pengajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan sangat penting. Hal ini mengingat fungsinya yang cukup berarti bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bahkan bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mengajarkan sastra seorang guru harus mempunyai wawsan luas tentang sastra, bentuk sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Selain itu seorang guru harus mengetahui kedudukan dan bentukbentuk karya sastra dalam KTSP 2006. 4. Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Sastra di SMA Penggunaan media sastra dalam pengajaran dapat membantu dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian dari empat aspek berbahasa yaitu meliputi, menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Sastra dapat berperan dalam mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif

manusia seperti suka menolong, berbuat baik, beriman, dan bertaqwa; (2) memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar berbuat sesuia dengan harapan masyrakat, mencintai keadilan, kebenaran, dan kejujuran; (3) mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan bersama; (4) merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat, seperti kemauan untuk berkorban demi mencapai citacita. Setiap karya yang diajarkan kepada siswanya tentu harus memiliki nilai sastra, baik dari segi unsur intrinsiknya maupun dari segi ekstrinsinya. Sastra juga harus mempunyai kriteria pendidikan, bahwa setiap bahan yang akan diajarkan hendaknya diperhatikan tujuan dari pendidikan itu sendiri, kematangan jiwa, serta kriteria bahasa dan kriteria budayanya. Bahan pengajaran sastra pada dasarnya hanya ada dua jenis yaitu karya sastra dan ilmu sastra. Karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Sedangkan ilmu sastra berupa teori, sejarah, dan kritik sastra. Untuk pengajaran sastra tersebut harus didukung oleh beberapa faktor yaitu kurikulum, guru, metode, media, dan tujuan. Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar yang tepat, sesuai dengan kurikulum dan kemampuan siswa, maka diperlukan objek yang matang untuk bahan pengajaran tersebut. Dengan membaca sastra yang baik, maka siswa akan memperoleh pengalaman yang menakjubkan, pengalaman kemanusiaan, dan

kemungkinan-kemungkinan gagasan baru.

lahirnya

F. Metode Penelitian Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode merupakan cara yang mudah untuk melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini, diperlukan suatu metode yang tepat. Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analsis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini juga dikenal sebagai penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi pada masa sekarang atau aktual dan biasanya datanya bukan hanya dikumpulkan, tapi dianalisis dan ditafsirkan. G. Teknik Penelitian Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan sebuah penelitian harus ada teknik tertentu yang digunakan. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekinik analisis data, yaitu suatu teknik yang membagi suatu objek ke dalam komponen-komponen untuk mendapatkan data-data yang akurat, rinci, dan detail. H. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Novel : Negeri Lima Menara 2. Karya : Ahmad Fuadi 3. Tokoh : Alif, Atang, Baso, Dulmajid, Raja, Said. 4. Jumlah halaman : 419 I. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai unsur nilai sosial dan budaya novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi, adalah sebagai berikut ini. 1. Nilai sosial yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi yaitu hubungan kekerabatan dan kesetiakawanan, sifat saling menolong, pendidikan dan etika. 2. Nilai budaya yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi yaitu sistem keyakinan dan bahasa. J. Pembahasan Nilai sosial yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi mengandung pertama, hubungan kekerabatan dan kesetiakawanan Kekerabatan yang terjalin sangat akrab meskipun mereka sudah berpisah lama tetapi mereka tetap berkomunikasi dengan baik dan secara maraton. Hal itu dilakukan agar hubungan mereka tidak terputus atau menjadi renggang. Kedua, saling menolong hubungan antar tokoh sangat kental, meskipun mereka pertama kali bertemu, tetapi mereka sudah saling akrab. Tokoh Atang, Baso, Said, Raja, dan Dulmajid adalah teman akrab Alif. Mereka selalu bersama-sama dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari ketika berada di pondok. Ketika salah satu

dari mereka mengalami kesulitan mereka saling menolong, ketika salah seorang dari mereka bahagia mereka ikut merayakannya bersama-sama. ketiga, etika Walaupun mereka berenam sangat akrab tapi mereka saling menghormati satu sama lain. Said sebagai anggota yang paling tua di sahibul menara dia sangat dihormati oleh sahibul menara lainnya begitu juga oleh murid-murid lainnya. Nilai budaya yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi mengandung pertama, sistem keyakinan yang terdapat sangat banyak apalagi kehidupan para murid sehari-hari adalah berdiam di pondok untuk melakukan kegiatan sekolah dan mengaji. Kedua, bahasa yang digunakan dalam novel tersebut adalah bahasa Indonesia, Arab, Minangkabau, dan Inggris. K. Simpulan Berdasarkan pengkajian terhadap Unsur Nilai Sosial dan Budaya Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi penulis dapat merumuskan simpulan sebagai berikut ini. Pertama, novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi merupakan novel yang bercerita tentang pengalaman enam orang anak laki-laki dalam mencari ilmu di sebuah pondok. Kebersamaan dan ketekunan ketika mereka mencari ilmu memberikan gambaran kepada kita untuk lebih giat dan semangat dalam mencarinya. Kedua, nilai sosial yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi secara umum

memberikan gambaran tentang hubungan antara sesama manusia yang didalamnya terdapat hubungan kekerabatan dan kesetiakawanan yang baik, sifat saling menolong, etika, dan pendidikan yang ditempuh oleh para tokoh. Ketiga, nilai budaya yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi digambarkan dalam nilai budaya yang bersifat religius, dan para tokoh menggunakan beragam bahasa, di antaranya bahasa Arab, Inggris, Indonesia, dan Minangkabau. DAFTA PUSTAKA Faisal, Sanapiah. (2003). FormatFormat Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Fuadi, Ahmad. (2010). Negeri Lima Menara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Koentjaraningrat. (2011). Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta. Maran, Rafael Raga. (2007). Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Martinus, Surawan. (2001). Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan. (2002). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwandari, Retno dan Qoniah. (2012). Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Familia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. (2011) Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Satra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suhendar, dan Supinah. (1993). Pendidikan Teori Sejarah dan

Apresiasi Sastra Bandung: Pioner Jaya.

Indonesia.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Supartono, dkk. (1996) Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Bandung: Angkasa. (1984). Sastra.

Wahyu, Ramdani. (2008) Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

You might also like