You are on page 1of 27

227

OPERATIONAL AMPLIFIER
(OP-AMP)
11.1 Pendahuluan
(a)
(b)
(c)
Gambar 11.1. Berbagai macam penguat operasional (operational amplifier).
Pada dasarnya penguat operasional (operational amplifier) atau yang disebut
juga dengan op-amp seperti yang terlihat pada gambar 11.1 di atas ini merupakan
sebuah komponen elektronika yang dikemas secara terpadu (integrated circuit),
tentu hal tersebut berbeda dengan sebuah transistor maupun dioda yang dikemas
secara individu (diskrit). Penguat operasional (operational amplifier) tersebut
tersusun dari beberapa transistor hingga membentuk sebuah rangkaian fungsional.
Pada prinsipnya penguat-penguat operasional (operational amplifier)
digunakan untuk melakukan operasi-operasi aritmatika seperti penambahan
(adding), pengurangan (substraction), integarasi (integration) dan diferensiasi
(differentiation) saat awal ditemukannya. Pada saat awal ditemukannya tersebut,
penguat-penguat operasional (operational amplifier) tersusun atas tabung-tabung
hampa (vacuum tube) yang bekerja dengan tegangan tinggi, namun saat ini
penguat operasional merupakan rangkaian terpadu linear (linear integrated
circuit) yang menggunakan tegangan dc (direct current).
Pada dasarnya penguat-penguat operasional (operational amplifier)
merupakan pengembangan dari penguat-penguat differensial yang digunakan
untuk membandingkan 2 (dua) buah sinyal masukan (input). Hasil pengembangan
228
tersebut memungkinkan sebuah penguat operasional memiliki impedansi masukan
(input impedance) yang tinggi, arus masukan (input current) yang rendah dan
impedansi keluaran (output impedance) yang rendah.
11.1.1 Simbol
Gambar 11.2. simbol penguat
operasional (operational amplifier).
Pada umumnya penguat
operasional (operational amplifier)
disimbolkan seperti yang terlihat pada
gambar 11.2 di samping ini.
11.1.2 Konstruksi
Pada prinsipnya sebuah penguat operasional (operational amplifier) tersusun
atas 3 (tiga) jenis rangkaian penguat (amplifier circuit), yaitu seperti yang terlihat
pada gambar 11.3 di bawah ini:
1. Penguat diferensial (differential amplifier).
2. Penguat tegangan (voltage amplifier).
3. Penguat neraca (push-pull amplifier).
Gambar 11.3. Struktur dasar sebuah penguat operasional (operational amplifier).
Pada dasarnya penguat diferensial (differential amplifier) yang terdapat pada
sebuah penguat operasional merupakan tingkat masukan (input stage) bagi
penguat operasional tersebut. Penguat diferensial pada penguat operasional
tersebut akan memberikan penguatan pada perbedaan tegangan di antara 2 (dua)
masukan penguat operasional. Keluaran dari penguat diferensial tersebut akan
229
menjadi masukan bagi penguat tegangan (voltage amplifier) untuk mendapatkan
penguatan tambahan (additional gain) yang akhirnya akan dikeluarkan oleh
penguat neraca kelas B (push-pull amplifier) sebagai keluaran dari penguat
operasional. Penguat tegangan (voltage amplifier) tersebut dapat berjumlah lebih
dari 1 (satu) tingkat penguat tegangan (voltage amplifier stage) pada beberapa
penguat operasional. Penguat diferensial, begitu namanya disebut karena
kemampuannya yang dapat menguatkan perbedaan dari 2 (dua) sinyal masukan
(input signal) yang diberikan kepadanya dan bila tidak terdapat perbedaan di
antara kedua sinyal tersebut maka keluaran dari penguat diferensial tersebut akan
bernilai 0 (nol).
Pada prinsipnya penguat diferensial (differential amplifier) memiliki 3 (tiga)
cara pengoperasian berdasarkan jenis sinyal-sinyal masukannya, yaitu:
1. Pengoperasian meruncing (single-ended).
2. Pengoperasian diferensial (differential).
3. Pengoperasian bersama (common).
(a) (b)
Gambar 11.4. (a). Rangkaian dasar penguat diferensial (differential amplifier).
(b). Simbol penguat diferensial.
Pada prinsipnya penguat diferensial (differential amplifier) seperti yang
terlihat pada gambar 11.4 di atas ini tersusun dari transistor-transistor (
1
Q dan
230
2
Q ) dan resistor-resistor kolektor (
1 C
R dan
2 C
R ) yang dihubungkan secara hati-
hati hingga memiliki karakteristik-karakteristik yang sama. Transistor-transistor
pada penguat diferensial tersebut, yaitu
1
Q dan
2
Q , secara bersama-sama
menggunakan sebuah tahanan emiter (single emitter resistor) yang disimbolkan
dengan
E
R . Pada saat kedua basis pada transistor-transistor tersebut (
1
Q dan
2
Q )
dihubungkan ke ground, maka tegangan emiter pada kedua transistor tersebut (
1
Q
dan
2
Q ) akan bernilai volt 7 , 0 , hal tersebut terjadi akibat tegangan yang
melintasi kedua persambungan basis-emiter (base-emitter junction) adalah sama.
Tegangan emiter yang sama pada
1
Q dan
2
Q tersebut menyebabkan nilai arus
pada kedua transistor (
1
Q dan
2
Q ) adalah sama (
1 E
I =
2 E
I ) dan nilai arus emiter
pada kedua transistor bernilai setengah dari arus yang melewati
E
R karena
E
R
digunakan secara bersama-sama oleh kedua trasnsistor. Pada saat kondisi tersebut,
nilai arus pada kedua kolektor dari transistor-transistor tersebut (
1
Q dan
2
Q )
adalah sama dan nilainya mendekati nilai arus emiter sehingga menyebabkan
tidak adanya perbedaan (zero difference) di antara tegangan masukan (kedua basis
bernilai 0).
Pada skenario selanjutnya basis pada
1
Q dilepaskan dari ground dan
kemudian dihubungkan ke sebuah tegangan positif yang kecil, maka
1
Q akan
menghantarkan lebih banyak arus listrik. Kondisi
1
Q yang menghantarkan lebih
banyak arus listrik tersebut disebabkan oleh tegangan emiter yang sedikit
meningkat, namun peningkatan tegangan emiter yang sedikit tersebut tidak
menyebabkan kenaikan yang signifikan pada arus total yang melewati tahanan
emiter (
E
R ). Pada saat kondisi tersebut, nilai arus emiter pada
1
Q (
1 E
I ) lebih
besar dari arus emiter pada
2
Q (
2 E
I ). Nilai arus emiter yang lebih besar pada
1
Q
tersebut menyebabkan tegangan kolektor pada
1
Q menurun dan tegangan kolektor
pada
2
Q meningkat. Menurun dan meningkatnya tegangan pada kedua transistor
tersebut (
1
Q dan
2
Q ) menyebabkan terjadinya perbedaan pada tegangan masukan
(input voltage), yaitu bernilai volt 0 dan sedikit bernilai positif untuk yang
231
lainnya.
Pada skenario lainnya basis pada
1
Q ditempatkan kembali ke ground dan
basis pada
2
Q dihubungkan dengan tegangan positif yang kecil.
2
Q yang telah
dihubungkan dengan tegangan positif yang kecil tersebut akan menyebabkan
2
Q
akan menghantarkan sedikit arus listrik. Kondisi
2
Q yang menghantarkan sedikit
arus listrik tersebut menyebabkan nilai tegangan kolektor pada
1
Q akan
meningkat dan nilai tegangan kolektor pada
2
Q menurun.
Pada dasarnya sebuah penguat operasional (operational amplifier) memiliki
3 (tiga) karakteristik utama, yaitu:
1. Sebuah penguat operasional (operational amplifier) memiliki sebuah
penguatan tegangan terbuka yang sangat tinggi (high open-loop voltage
gain) yang disimbolkan dengan
o
A . Nilai penguatan tegangan terbuka
tersebut umumnya berkisar
5
10 untuk tegangan dc (direct current) dan
tegangan ac (alternating current) berfrekuensi rendah, namun nilai tersebut
akan menurun sesuai dengan peningkatan frekuensi.
2. Sebuah penguat operasional (operational amplifier) memiliki impedansi
masukan yang tinggi (high input impedance). Nilai impedansi masukan
tersebut berkisar antara O
6
10 hingga O
12
10 .
3. Sebuah penguat operasional (operational amplifier) memiliki impedansi
keluaran yang rendah (very low output impedance). Nilai impedansi
keluaran tersebut berkisar O 100 . Nilai impedansi keluaran yang tinggi
tersebut menyebabkan penguat operasional dapat memindahkan tegangan
keluaran (output voltage) secara efisien kepada rangkaian beban yang lebih
besar beberapa kilo Ohm dari penguat operasional.
11.2 Rangkaian Dasar Op-Amp
Pada prinsipnya terdapat 2 (dua) rangkaian dasar dari penguat operasional
yang sebaiknya diketahui, yaitu:
1. Rangkaian penguat membalik (inverting op-amp).
232
2. Rangkaian penguat tak membalik (non-inverting op-amp).
11.2.1 Penguat Membalik (Inverting Op-Amp)
Perhatikan rangkaian penguat operasional (operational amplifier) yang
dihubungkan sebagai penguat membalik (inverting amplifier) pada gambar 11.5 di
bawah ini. Pada rangkaian penguat membalik tersebut sinyal masukan diberikan
melalui sebuah resistor masukan , )
i
R yang dihubungkan secara seri terhadap
masukan membalik (inverting input) yang disimbolkan dengan , ) . Sinyal
keluaran penguat operasional pada rangkaian penguat membalik (inverting
amplifier) tersebut diumpan-balikan (feedback) melalui
f
R ke masukan yang
sama. Pada rangkaian penguat membalik tersebut masukan non-pembalik (non-
inverting input) dihubungkan ke ground.
Gambar 11.5. Rangkaian penguat
membalik (inverting amplifier).
Pada prinsipnya sebuah penguat
operasional (operational amplifier)
ideal memiliki impedansi masukan
yang sangat besar hingga dinyatakan
sebagai impedansi masukan tak-
terhingga (infinite input impedance).
Kondisi penguat operasional yang memiliki impedansi masukan tak-terhingga
tersebut menyebabkan tidak adanya arus yang melewati masukan membalik
(inverting input) pada penguat operasional. Keadaan tak berarus pada masukan
membalik tersebut membuat tegangan jatuh di antara masukan membalik dan
masukan tak-membalik bernilai volt 0 . Kondisi tersebut menunjukan bahwa
tegangan pada masukan membalik adalah bernilai volt 0 karena kondisi masukan
tak membalik (non-inverting inputs) yang dihubungkan ke ground. Kondisi
masukan membalik (inverting input) yang memiliki tegangan volt 0 tersebut
dinyatakan sebagai ground semu (virtual ground) seperti yang terlihat pada
233
gambar 11.6 dan 11.7 di bawah ini, pada masukan membalik tidak terdapat arus
sehingga arus yang melalui
id
R dan
f
R adalah sama , )
f in
I I = .
Gambar 11.6. Ground semu (virtual
ground) pada penguat membalik
(inverting amplifier).
Gambar 11.7. Aliran arus pada penguat
membalik (inverting amplifier).
Pada kondisi tersebut tegangan yang melintasi
i
R adalah sama dengan
in
V .
Samanya tegangan yang melintasi
i
R terhadap
in
V tersebut disebabkan oleh
terhubungnya resistor ke ground semu (virtual ground) pada masukan membalik
(inverting input) penguat operasional. Hal tersebut dapat ditulis secara matematis
menjadi:
in
in
in
R
V
I =
Sedangkan nilai
f
I juga dipengaruhi oleh ground semu (virtual ground),
yaitu:
f
out
f
R
V
I =
Namun karena
f
I adalah sama dengan
in
I , )
in f
I I = maka persamaan di
atas dapat disubstitusikan menjadi:
i
in
f
out
R
V
R
V
=

234
i
f
in
out
R
R
V
V
=
Perbandingan antara
out
V dan
in
V tersebut merupakan penguatan keseluruhan
dari penguat membalik (inverting amplifier) dan dapat ditulis secara matematis
menjadi:
i
f
cl
R
R
A =
Persamaan di atas menunjukan bahwa penguatan tegangan tertutup (closed-
loop voltage gain) dari penguat membalik merupakan perbandingan antara
tahanan umpan-balik (feedback resistance,
f
R ) terhadap tahanan masukan (input
resistance,
i
R ).
11.2.2 Penguat Tak Membalik (Non-Inverting Op-Amp)
Gambar 11.8. Rangkaian penguat tak
membalik (non-inverting amplifier).
Perhatikan rangkaian penguat
operasional (operational amplifier)
yang dihubungkan sebagai sebuah
penguat tak-membalik (non-inverting
amplifier) pada gambar 11.8 di samping
ini.
Pada rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) tersebut
sinyal masukan diberikan ke masukan tak-membalik (non-inverting input)
kemudian keluarannya diberikan kembali ke masukan membalik (inverting input)
melalui rangkaian umpan balik (feedback circuit) yang terbentuk oleh resistor
masukan , )
i
R dan resistor umpan-balik , )
f
R . Resistor masukan , )
i
R dan resistor
umpan-balik , )
f
R tersebut membentuk sebuah rangkaian pembagi tegangan
(voltage divider) yang mengurangi tegangan keluaran , )
out
V dan menghubungkan
tegangan keluaran yang telah berkurang tersebut ke masukan membalik (inverting
235
input). Tegangan keluaran , )
out
V yang dihubungkan ke masukan membalik
tersebut dinyatakan sebagai tegangan umpan-balik (feedback voltage) dan dapat
ditulis secara matematis menjadi:
out
f in
in
f
V
R R
R
V
|
|
.
|

\
|
+
=
Pada prinsipnya yang menjadi masukan diferensial bagi penguat operasional
pada hubungan ini adalah perbedaan antara tegangan masukan , )
in
V dan tegangan
umpan-balik , )
f
V seperti yang terlihat pada gambar 11.9 di bawah ini.
Gambar 11.9. Tegangan diferensial
pada penguat tak-membalik (non-
inverting amplifier).
Tegangan diferensial (differential
voltage) tersebut dikuatkan oleh
penguatan tegangan terbuka (open-loop
voltage gain) dari penguat operasional
tersebut dan disimbolkan dengan
ol
A .
Tegangan yang telah dikuatkan tersebut
merupakan tegangan keluaran (output
voltage) yang ditulis secara matematis
sebagai berikut:
, )
f in ol out
V V A V =
Pada dasarnya pada hubungan ini terjadi suatu pelemahan dari rangkaian
umpan-balik yang dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
f in
in
R R
R
B
+
=
Kemudian substitusikan
out
BV dan
f
V pada persamaan
out
V tersebut
sehingga menjadi:
, )
out in ol out
BV V A V =
out ol in ol out
BV A V A V =
in ol out ol out
V A BV A V = +
, )
in ol ol out
V A B A V = + 1
236
Dari persamaan tersebut dapat diketahui besarnya penguatan tegangan
keseluruhan (overall voltage gain) dari rangkaian yaitu perbandingan antara
tegangan keluaran , )
out
V dan tegangan masukan , )
in
V yang dapat ditulis secara
matematis menjadi:
B A
A
V
V
ol
ol
in
out
+
=
1
Pada umumnya nilai B A
ol
memiliki nilai yang lebih besar daripada 1 (satu)
sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
B B A
A
V
V
ol
ol
in
out
1
= =
Kemudian substitusikan nilai pelemahan dari rangkaian umpan-balik ke
dalam persamaan di atas sehingga menjadi:
, )
in
f in
in
out
inverting non ol
R
R R
B V
V
A
+
= = =

1
Oleh karena itu,
, )
in
f
inverting non ol
R
R
A + =

1
11.3 Aplikasi Op-Amp
Pada prinsipnya penguat operasional (operational amplifier) banyak
digunakan pada aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kemampuan untuk
melakukan penguatan sinyal (amplifying), integrasi (integration), diferensiasi
(differentiation) dan kemampuan penguat operasional lainnya. Berikut ini adalah
beberapa aplikasi dari penguat operasional.
11.3.1 Rangkaian Pengintegrasi (Integrator)
Perhatikan gambar 11.10 di bawah ini. Gambar tersebut merupakan sebuah
rangkaian pengintegrasi (integrator). Pada rangkaian pengintegrasi tersebut
memiliki sebuah elemen umpan-balik (feedback element) yaitu sebuah kapasitor
yang membentuk sebuah rangkaian RC dengan resistor masukan (input resistor),
237
Gambar 11.10. Rangkaian
pengintegrasi (integrator).
namun pada umumnya sebagian
besar resistor digunakan secara paralel
dengan kapasitor untuk membatasi
penguatan (gain).
Pada prinsipnya cara kerja rangkaian pengintegrasi (integrator) dapat
diketahui dengan baik bila kita memahami cara kerja sebuah kapasitor mengisi
muatan (charges). Sebuah kapasitor memiliki muatan , ) Q yang besarnya
proporsional terhadap arus muatan (charging current,
C
I ) dan waktu , ) t . Secara
matematis hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai:
t I Q
C
=
Sedangkan berdasarkan tegangan, hubungan tersebut menjadi:
C
CV Q =
Dari kedua hubungan tersebut dapat diperoleh nilai tegangan kapasitor
berdasarkan hubungan antara arus kapasitor , )
C
I , nilai kapasitor , ) C dan waktu
, ) t , yaitu:
t
C
I
V
C
C
|
.
|

\
|
=
Perhatikan persamaan tersebut. Hubungan pada persamaan tersebut
membentuk sebuah persamaan untuk sebuah garis lurus (straight line), yaitu
sebuah garis lurus yang bermula pada titik nol dengan nilai kemiringan yang tetap
(constant slope) berdasarkan nilai
C
I
C
. Hubungan tersebut dapat disesuaikan
dengan sebuah persamaan garis lurus yaitu b mx y + = , di mana
C
V y = ,
C
I
m
C
= , t x = dan 0 = b .
238
Pada prinsipnya nilai tegangan pada suatu kapasitor tidak bersifat linear
tetapi bersifat eksponensial. Sifat eksponensial tersebut disebabkan karena arus
muatan (charging current) secara berkelanjutan menurun sesuai pada saat
kapasitor tersebut mengisi (charges) dan hal tersebut menyebabkan nilai muatan
(rate of change) dari tegangan menurun secara berkelanjutan. Pada rangkaian
pengintegrasi (integrator), rangkaian RC dan penguat operasional tersebut
membuat muatan kapasitor menjadi konstan. Nilai muatan yang konstan tersebut
menghasilkan sebuah tegangan yang linear, tentu sangat berbeda dengan muatan
pada kapasitor yang sebenarnya merupakan tegangan yang bersifat eksponensial.
Perhatikan gambar 11.11 di bawah ini.
Gambar 11.11. Aliran arus pada
rangkaian pengintegrasi (integrator).
Pada gambar tersebut terlihat
bahwa masukan membalik (inverting
input) pada penguat operasional
merupakan sebuah ground semu
(virtual ground). Masukan membalik
yang menjadi ground semu tersebut
menyebabkan nilai tegangan yang
melintasi
in
R adalah sama dengan nilai
in
V . Hubungan tersebut menghasilkan
sebuah persamaan untuk arus masukan
(input current), yaitu:
i
in
in
R
V
I =
Nilai
in
I tersebut selalu bernilai konstan bila nilai
in
V juga konstan dan
masukan membalik (inverting input) selalu berkondisi ground semu (virtual
ground). Nilai
in
I dan
in
V yang konstan tersebut akan menjaga nilai tegangan
yang melintasi
i
R bernilai konstan.
239
Gambar 11.12. Arus mengalir ke
in
R
dan C .
Pada prinsipnya di dalam
konfigurasi tersebut nilai impedansi
masukan penguat operasional adalah
bernilai sangat tinggi sehingga
menyebabkan arus yang mengalir pada
masukan membalik tersebut sangat
kecil bahkan dapat diabaikan. Nilai arus
yang kecil pada masukan membalik
(inverting input) tersebut menyebabkan
semua arus masukan melewati
kapasitor seperti yang terlihat pada
gambar 11.12 di samping ini dan secara
matematis ditulis menjadi
in C
I I =
Pada prinsipnya seperti yang sudah dijelaskan bahwa nilai
in
I adalah konstan
maka nilai
C
I juga bernilai konstan. Nilai
C
I yang konstan tersebut akan mengisi
kapasitor secara linear sehingga menghasilkan sebuah tegangan lurus yang
melintasi C . Polaritas positif , ) + pada kapasitor tersebut ditetapkan pada volt 0
oleh ground semu (virtual ground) penguat operasional, sedangkan pada polaritas
negatif , ) kapasitor yaitu tegangan keluaran (output voltage) dari penguat
operasional tersebut secara linear akan menurun dari titik nol seperti saat kapasitor
mengisi dan dapat dilihat pada gambar 11.13 di bawah ini. Tegangan keluaran
tersebut merupakan sebuah tegangan yang memiliki kemiringan negatif (negative
ramp) yang diakibatkan oleh masukan positif yang konstan (constant positive
input).
240
Gambar 11.13. Tegangan keluaran (output voltage) pada rangkaian pengintegrasi
(integrator) bila tegangan masukannya (input voltage) berupa tegangan persegi
yang konstan.
Pada prinsipnya bila sebuah tegangan masukan positif (positive input
voltage) yang berbentuk anak tangga atau pulsa (step or pulse) diberikan pada
rangkaian pengintegrasi (integrator) tersebut, maka rangkaian pengintegrasi akan
mengeluarkan sebuah tegangan dengan kemiringan pada tegangan tersebut yang
menurun hingga penguat operasional menjadi jenuh (saturation) pada tingkat
negatif maksimumnya seperti yang terlihat pada gambar 11.14 di bawah ini.
Kemiringan pada tegangan keluaran tersebut diatur oleh hubungan
C
I
C
,
namun karena
in
in
C
R
V
I = maka tingkat muatan atau kemiringan tegangan
keluaran pengintegrasi adalah
t
V
out
A
A
. Secara matematis hubungan tersebut
dapat ditulis menjadi:
C R
V
t
V
in
in out
=
A
A
Pada umumnya rangkaian pengintegrasi (integrator) secara khusus berguna
pada osilator-osilator gelombang segitiga (triangular-wave oscillator) seperti
terlihat pada gambar 11.14 di bawah ini.
241
Gambar 11.14. Persamaan antara tegangan masukan (input voltage) dan tegangan
keluaran (output voltage) pada rangkaian pengintegrasi (integrator).
11.3.2 Rangkaian Diferensiator (Differentiator)
Gambar 11.15. Rangkaian diferensiator
(differentiator).
Perhatikan gambar 11.15 di
samping ini. Gambar tersebut
merupakan sebuah rangkaian
diferensiator (differentiator). Pada
rangkaian diferensiator tersebut terlihat
bahwa penempatan kapasitor dan
resistor adalah berbeda dari rangkaian
pengintegrasi (integrator). Pada
konfigurasi tersebut kapasitor menjadi
elemen masukan (input element),
sedangkan resistor menjadi
komponen umpan-balik (feedback element). Rangkaian diferensiator tersebut akan
menghasilkan sebuah keluaran (output) yang berbanding lurus (proportional)
terhadap tingkat muatan tegangan masukan (input voltage).
Perhatikan gambar 11.16 dan 11.17 di bawah ini. Pada gambar tersebut
terlihat sebuah tegangan gergaji positif (positive sawtooth) menjadi masukan bagi
rangkaian diferensiator. Pada hubungan tersebut semua arus masukan , )
in
I akan
menjadi arus kapasitor , )
C
I sehingga
in C
I I = , sedangkan tegangan yang
melintasi kapasitor , )
C
V tersebut adalah sama besarnya dengan tegangan masukan
, )
in
V sehingga
in C
V V = , hal tersebut disebabkan oleh masukan membalik
242
(inverting input) yang telah menjadi ground semu (virtual ground). Hubungan
tersebut dapat ditulis secara matematis menjadi:
t
C
I
V
C
C
|
.
|

\
|
=
C
t
V
I
C
C
|
.
|

\
|
=
Gambar 11.16. Aliran arus pada
sebuah rangkaian diferensiator
(differentiator).
Pada prinsipnya arus pada
masukan membalik (inverting input)
adalah sangat kecil sehingga dapat
diabaikan, dengan begitu hampir
seluruh arus kapasitor , )
C
I mengalir
pada resistor , )
R
I sehingga
C R
I I = .
Arus pada kapasitor dan resistor
tersebut adalah bernilai konstan karena
kemiringan tegangan kapasitor
(capacitor voltage) yang konstan. Arus
yang konstan tersebut
Gambar 11.17. Sebuah rangkaian diferensiator (differentiator) dengan masukan
berupa tegangan gergaji (sawtooth voltage).
menghasilkan tegangan keluaran yang konstan dan nilai tegangan keluaran adalah
243
sama nilainya terhadap tegangan yang melintasi
f
R . Secara matematis hubungan
tersebut dapat ditulis menjadi:
f C f R out
R I R I V = =
C R
t
V
V
f
C
out
|
.
|

\
|
=
Pada prinsipnya tegangan keluaran tersebut akan bernilai negatif ketika
masukannya berupa tegangan gergaji positif (positive sawtooth) dan akan bernilai
positif ketika masukannya berupa tegangan gergaji negatif (negative sawtooth)
seperti yang terlihat pada gambar 11.18 di bawah ini. Saat kemiringan positif
terjadi pada masukan maka kapasitor berkondisi mengisi (charging) dari sumber
masukan dan saat itu juga sebuah arus konstan akan melalui resistor umpan-balik
(feedback resistor). Saat kemiringan negatif terjadi pada masukan maka arus
mengalir dengan arah yang berlawanan karena kapasitor berkondisi melepaskan
muatan (discharging). Nilai kemiringan pada masukan tersebut ditentukan oleh
hubungan
t
V
C
, bila kemiringan tersebut meningkat maka nilai
out
V juga akan
meningkat dan bila kemiringan menurun nilai
out
V juga akan menurun.
Gambar 11.18. Bentuk gelombang masukan (input) dan keluaran (output) pada
sebuah rangkaian diferensiator (differentiator).
244
11.3.3 Pembanding (Comparator)
Pada dasarnya penguat operasional (operational amplifier) umum digunakan
sebagai komparator untuk membandingkan (compare) amplitudo suatu tegangan
dengan amplitudo tegangan lainnya. Pada rangkaian komparator tersebut penguat
operasional digunakan pada konfigurasi terbuka (open-loop configuration) dengan
tegangan masukan (input voltage) pada satu terminal masukan dan sebuah
tegangan referensi (reference voltage) pada terminal masukan lainnya.
Pada prinsipnya sebuah rangkaian komparator merupakan sebuah contoh dari
rangkaian penguat operasional (operational amplifier) yang membandingkan 2
(dua) tegangan masukan serta menghasilkan sebuah keluaran dari salah satu
keadaan, yaitu lebih besar (greater) atau lebih kecil (less) terhadap hubungan dari
masukan-masukan tersebut.
Gambar 11.19. Rangkaian pendeteksi
tingkat nol (zero-level detector).
Perhatikan gambar rangkaian pada
gambar 11.19 di samping ini. Gambar
rangkaian tersebut merupakan sebuah
pendeteksi tingkat nol (zero-level
detector), yaitu suatu aplikasi rangkaian
yang mengimplementasikan sebuah
penguat operasional (operational
amplifier) sebagai sebuah komparator
untuk menentukan ketika sebuah tegan-
gan masukan melebihi sebuah tingkat tertentu (certain level). Pada rangkaian
pendeteksi tingkat nol (zero-level detector) tersebut masukan membalik (-)
dihubungkan ke ground untuk menghasilkan sebuah tingkat nol dan tegangan
sinyal masukan (voltage signal input) dihubungkan ke masukan tak-membalik (+).
Pada hubungan tersebut sebuah perbedaan yang sangat kecil di antara 2 (dua)
masukan akan menyebabkan tegangan keluaran (output voltage) bergerak menuju
batasnya, hal tersebut disebabkan oleh tingginya nilai penguatan tegangan terbuka
(open-loop voltage gain). Sebuah penguat operasional yang memiliki penguatan
tegangan terbuka sebesar 100.000 , ) 000 . 100 =
ol
A akan menyebabkan sebuah
245
perbedaan tegangan sebesar mV 35 , 0 di antara masukan-masukan tersebut
menghasilkan sebuah tegangan keluaran (output voltage) sebesar
, ), ) Volt mV 35 000 . 100 35 , 0 = sehingga menyebabkan penguat operasional
berkondisi jenuh (saturation).
Perhatikan gambar 11.20 di bawah ini. Gambar tersebut menunjukan hasil
dari tegangan masukan (input voltage) sinusoidal yang diberikan ke masukan tak-
membalik (non-inverting input, +) dari pendeteksi tingkat nol (zero-level
detector). Pada pendeteksi tingkat nol tersebut terlihat bahwa ketika gelombang
sinus bernilai positif keluarannya adalah tingkat positif maksimumnya, sedangkan
ketika gelombang sinus bergerak ke titik 0 maka penguat dikendalikan ke keadaan
yang terbalik dan keluaran mejadi tingkat negatif maksimumnya. Rangkaian
pendeteksi tingkat nol tersebut dapat digunakan sebagai sebuah rangkaian kwadrat
untuk menghasilkan gelombang persegi (square wave) dari sebuah gelombang
sinus (sine wave).
Gambar 11.20. Tegangan keluaran pada
pendeteksi tingkat nol (zero-level
detector).
Pada prinsipnya rangkaian
pendeteksi tingkat nol dapat
dikonfigurasikan untuk mendeteksi
tegangan positif dan tegangan negatif.
Konfigurasi tersebut dilakukan dengan
menghubungkan sebuah sumber
tegangan referensi tetap (fixed
reference voltage source) ke masukan
membalik (inverting input, -) seperti
yang terlihat pada gambar 11.21 di
bawah ini. Tegangan referensi pada
konfigurasi tersebut dapat dikendalikan
dengan menggunakan sebuah pembagi
tegangan (divider voltage) dan dapat
dinyatakan secara matematis menjadi:
246
, ) V
2 1
2
+
+
=
R R
R
V
REF
Gambar 11.21. Rangkaian pendeteksi
tegangan positif dan negatif (negative
and positive detector).
Pada persamaan di atas , ) V +
merupakan tegangan catu daya (supply
voltage) dc pada penguat operasional.
Pada konfigurasi tersebut juga
digunakan sebuah dioda zener yang
berfungsi untuk mengatur tegangan
referensi , )
Z RED
V V = . Dioda zener pada
rangkaian tersebut akan menghasilkan
keluaran pada tingkat negatif
maksimum bila tegangan masukan
, )
in
V lebih rendah daripada tegangan
referensi , )
REF in
V V < , sedangkan untuk tegangan masukan yang melebihi
tegangan referensi , )
REF in
V V > maka dioda zener akan membuat keluaran tersebut
bergerak ke tegangan positif maksimumnya seperti yang terlihat pada gambar
11.22 dan 11.23 di bawah ini.
Gambar 11.22.(a). Rangkaian
pendeteksi tegangan positif dan negatif
menggunakan pembagi tegangan
(voltage divider).
Gambar 11.22.(b). Rangkaian
pendeteksi tegangan positif dan
negative menggunakan sebuah dioda
zener.
247
Gambar 11.23. Tegangan keluaran pada
rangkaian pendeteksi tegangan positif
dan negatif yang menggunakan zener.
Pada prinsipya keadaan dinamis
sering menyebabkan kita untuk
menganalisa lebih lanjut sebuah
aplikasi rangkaian elektronika. Pada
keadaan dinamis tersebut sering terjadi
sebuah fluktuasi tegangan yang tidak
diinginkan pada saluran masukan dan
sering disebut sebagai derau atau noise.
Tegangan derau tersebut menjadi beban
pada tegangan masukan (input voltage)
seperti yang terlihat pada gambar 11.24
di bawah ini. Tegangan derau tersebut
dapat menyebabkan sebuah kompator
secara tidak teratur merubah kondisi
keluarannya.
Gambar 11.24. Tegangan derau (noise)
pada sebuah sinyal masukan (input
signal).
Perhatikan gambar 11.25 di bawah
ini. Pada gambar tersebut terlihat
sebuah tegangan sinusoidal
berfrekuensi rendah yang diberikan ke
masukan tak-membalik (non-inverting,
+) pada sebuah penguat operasional.
Tegangan sinusoidal yang diberikan ke
masukan tak-membalik tersebut akan
menggambarkan efek-efek potensial
dari tegangan derau (noise voltage)
pada sebuah komparator yang
248
Gambar 11.25. Efek potensial dari
tegangan derau (noise) terhadap
tegangan keluaran (output voltage).
digunakan sebagai sebuah pendeteksi
tingkat nol (zero-level detector). Pada
saat gelombang sinusoidal mendekati 0
terjadi fluktuasi-fluktuasi derau
sehingga menyebabkan masukan total
berubah ke atas dan ke bawah 0 untuk
beberapa kali, tentu hal tersebut akan
menghasilkan sebuah tegangan yang
tidak menentu. Tegangan masukan
yang tidak menentu tersebut akan
menyebabkan tegangan keluaran juga
menjadi tidak menentu sehingga
komparator penguat operasional
berganti dari kondisi negatifnya
menjadi kondisi positifnya serta
sebaliknya. Tegangan keluaran yang ti-
ak stabil tersebut terjadi ketika tegangan masukan tidak menentu di sekitar
tegangan referensi.
Pada prinsipnya keadaan tegangan masukan yang tidak menentu pada sebuah
komparator tersebut dapat diselesaikan dengan cara merancang komparator yang
kurang sensitif terhadap derau (noise). Kondisi komparator yang kurang sensitif
terhadap derau tersebut dapat dibuat dengan menggunakan teknik umpan-balik
positif (positive feedback) dan dinyatakan sebagai hysteresis.
Pada dasarnya hysteresis menunjukan bahwa pada komparator terdapat
sebuah tingkat referensi yang lebih tinggi ketika tegangan masukan bergerak dari
sebuah nilai yang lebih rendah (lower) menuju nilai yang lebih tinggi (higher) dan
ketika komparator bergerak dari nilai yang lebih tinggi menuju sebuah nilai yang
lebih rendah seperti sebuah thermostat rumah tangga yang umum digunakan.
Konfigurasi komparator dengan hysteresis tersebut dilakukan dengan membuat 2
(dua) tingkat referensi yaitu sebuah tingkat referensi sebagai titik pemicu atas
(upper trigger point) dan sebuah tingkat referensi sebagai titik pemicu bawah
249
(lower trigger point). 2 (dua) tingkat referensi tersebut membentuk sebuah
susunan umpan-balik positif (positive feedback arrangement) seperti yang terlihat
pada gambar 11.26 di bawah ini. Pada konfigurasi tersebut masukan tak-
membalik (non-inverting input, +) dihubungkan ke sebuah tahanan pembagi
tegangan yaitu sebuah bagian dari tegangan keluaran yang diumpan-balikan ke
masukan, sedangkan sinyal masukan diberikan ke masukan membalik (inverting
input).
Gambar 11.26.(a). Rangkaian
komparator dengan hysteresis.
Gambar 11.26.(b). Tegangan keluaran
dari sebuah komparator dengan
hysteresis.
Pada prinsipnya bila tegangan
keluaran pada komparator tersebut
adalah bernilai positif maksimum
, )
, )
max out
V + maka tegangan umpan-balik
ke masukan tak-membalik (non-
inverting input) adalah tegangan titik
pemicu atas , )
UTP
V dan dinyatakan
secara matematis sebagai berikut:
, )
, )
max
2 1
2
out UTP
V
R R
R
V +
+
=
Namun ketika
in
V melebihi
UTP
V
maka tegangan keluaran akan bernilai
negatif maksimum
, )
, )
max out
V dan
tegangan umpan-balik ke masukan tak-
membalik adalah tegangan titik pemicu
bawah , )
LTP
V dan dinyatakan secara
matematis sebagai berikut:
, )
, )
max
2 1
2
out LTP
V
R R
R
V
+
=
Pada umumnya sebuah
komparator dengan hysteresis dikenal
sebagai sebuah pemicu Schmitt
250
(Schmitt trigger). Secara matematis
hysteresis didefinisikan oleh perbedaan
dari 2 (dua) tingkat pemicu (trigger
levels), yaitu:
LTP UTP HYS
V V V =
11.3.4 Pengikut Tegangan (voltage follower)
Gambar 11.27. Rangkaian pengikut
tegangan (voltage follower).
Pada dasarnya pengikut tegangan
atau yang disebut juga dengan voltage
follower merupakan salah satu
rangkaian aplikasi penguat operasional
(operational amplifier). Pengikut
tegangan tersebut diperoleh melalui
konfigurasi penguat tak-membalik.
Pada konfigurasi tersebut semua
tegangan keluaran diumpan-balikan ke
masukan membalik (inverting input, -) oleh sebuah hubungan langsung (straight
connection) seperti yang terlihat pada gambar 11.27 di samping ini.
Pada gambar 11.27 tersebut terlihat bahwa hubungan umpan-balik langsung
memiliki sebuah penguatan tegangan (voltage gain) sebesar 1 (satu) dan itu
artinya pada konfigurasi tersebut tidak terdapat penguatan tegangan. Secara
matematis peguatan tegangan tertutup (closed-loop voltage gain) dari pengikut
tegangan adalah:
, )
1 =
VF cl
V
Tegangan keluaran (output voltage) yang dihubungkan ke masukan
membalik (inverting input) tersebut mengkonfigurasikan sinyal masukan untuk
diberikan di antara masukan tak-membalik (non-inverting input) dan ground,
namun karena adanya ground semu (virtual ground) maka tegangan pada
masukan membalik adalah sama terhadap tegangan pada masukan tak-membalik.
Secara matematis hubungan tersebut adalah:
251
s o
E E = .
Pada prinsipnya terdapat sebuah keistimewaan dari konfigurasi pengikut
tegangan (voltage follower) tersebut, yaitu rangkaian pengikut tegangan memiliki
nilai impedansi masukan yang sangat tinggi, namun nilai impedansi keluarannya
sangat rendah. Keistimewaan yang terdapat pada pengikut tegangan tersebut
menyebabkan rangkaian pengikut tegangan sangat sesuai digunakan sebagai
penahan penguatan (gain buffer) pada antar-muka (interfacing) antara sebuah
sumber berimpedansi tinggi (high-impedance source) terhadap sebuah beban
berimpedansi rendah (low-impedance load).
11.3.5 Analogue to Digital Converter (ADC)
Pada prinsipnya perubahan sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital
merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan pada sebuah antar-muka
(interfacing) untuk sebuah sistem analog linear (linear analog system) yang harus
menyediakan masukan sinyal digital dari sinyal analog ke sebuah sistem digital
(digital system). Perubahan sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan banyak metode, salah satunya
seperti metode keserempakan (simultaneous).
Pada metode keserempakan (simultaneous) tersebut perubahan sinyal-sinyal
analog menjadi sinyal-sinyal digital dilakukan dengan menggunakan komparator-
komparator paralel. Komparator-komparator paralel tersebut akan
membandingkan sinyal masukan analog (analog signal) dengan tegangan
referensi bervariasi (various reference voltage) yang dihasilkan oleh sebuah
pembagi tegangan (voltage divider). Ketika sinyal masukan analog tersebut
melebihi tegangan referensi (reference voltage) untuk sebuah komparator yang
tersedia maka komparator tersebut akan mengeluarkan sinyal keluaran tingkat
tinggi (high level).
Perhatikan gambar 11.30 di bawah ini. Pada gambar tersebut terlihat sebuah
pengubah (converter) sinyal analog ke sinyal digital atau yang disebut dengan
ADC. Gambar tersebut merupakan sebuah ADC yang akan menghasilkan bilan-
252
Gambar 11.30. Sebuah ADC dengan metode simultan (simultaneous).
gan biner 3 (tiga) digit pada terminal keluarannya. Nilai ketiga digit bilangan
biner tersebut menunjukan nilai-nilai dari tegangan masukan analog (analog input
voltage) pada ADC. Gambar tersebut menunjukan bahwa ADC membutuhkan 7
(tujuh) buah komparator. Jumlah komparator untuk setiap ADC umumnya
ditentukan oleh 1 2
n
, di mana nilai n tersebut menunjukan jumlah digit dari
bilangan biner yang akan dihasilkan. Pada ADC yang dibuat dengan
menggunakan metode simultan (simultaneous) tersebut pengubahan (conversion)
253
dari sinyal analog menjadi sinyal digital akan mengalami kekurangan akibat
komparator yang selalu membutuhkan sebuah bilangan yang terukur, namun
keuntungan dari metode simultan adalah metode ini menyediakan waktu
pengubahan yang cepat karena proses pengubahan (conversion) semua sinyal
analog dilakukan secara bersamaan (simultaneous).
Pada ADC tersebut terlihat bahwa tegangan referensi (reference voltage)
untuk setiap komparator diatur oleh serangkaian resistor pembagi tegangan
(voltage divider) dan tegangan referensi (reference voltage,
REF
V ). Terminal
keluaran dari setiap komparator tersebut dihubungkan ke terminal masukan (input
terminal) sebuah enkoder utama (priority encoder). Enkoder utama (priority
encoder) pada rangkaian tersebut merupakan sebuah alat digital yang akan
menghasilkan sejumlah bilangan biner pada terminal keluarannya dan nilai
keluarannya tersebut menunjukan nilai masukan dari sinyal analog. Encoder
tersebut mencuplik (samples) sinyal masukan yang telah diubah menjadi bilangan
biner oleh komparator dan sejumlah bilangan biner 3 (tiga) digit yang sesuai
(proportional) terhadap nilai sinyal masukan analog-nya akan ditampilkan pada
terminal keluaran enkoder.
Pada prinsipnya tingkat pencuplikan (sampling rate) yang dilakukan oleh
ADC akan menentukan akurasi keluaran bilangan biner-nya terhadap perubahan
sinyal masukan (changing input signal). Dibutukan tingkat pencuplikan yang
lebih banyak pada satuan waktu yang diberikan untuk menghasilkan bentuk
digital yang memiliki akurasi yang baik.

You might also like