You are on page 1of 3

PERBEDAAN ANTARA UJIAN DAN AZAB

Mungkin ada dari kita yang bertanya-tanya, bagaimana membedakan antara


ujian dan azab?

Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari
keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti
keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan
mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan
pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut.

Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelimang dosa dan kemaksiatan, bencana


atau musibah yang menimpa, itu adalah siksa atau azab dari Allah atas dosa-
dosa mereka. Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan dan
kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/musibah, maka Allah sedang menyiapkan
bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini merupakan siksa atau
azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan atas segala dosa dan
kejahatan serta maksiat yang dilakukannya.

Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah


menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi,
disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah bertobat kepada Allah. Kalau
musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan
berpegang teguhlah kepada Allah.

Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya.


Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali
kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat.

Perhatikan firman allah SWT berikut ini : ”Barangsiapa mengerjakan perbuatan


jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk
surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin [40] : 40).

Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An
Nissa [4] : 79)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan
makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri.
Berikut beberapa contoh :

1
1. Musibah bisa jadi sebagai peringatan
Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya.
Peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang
berada dalam kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari
agar Allah memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajjud, shalat Dhuha,
puasa sunah senin kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan
semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar.
Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin
meningkat. Tapi justru dikarenaka sibuknya satu persatu ibadah sunahnya
mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu'.
Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan
semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat
bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah.

Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah,atau azab


Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk
meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi
tiba-tiba usahanya macet dan banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia
terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau
menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon
pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini
sudah tidak ia perhatikan lagi. Tercapailah tujuan musibah yaitu
pemberi peringatan.

Musibah juga bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita. Perhatikan sabda


Rasulullah saw berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya,
melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan
buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon
kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Dan


Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab
yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As
Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di
dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran.

2 Musibah sebagai ujian keimanan


Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba.
Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang justru
ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Perhatikan sabda
Nabi SAW berikut ini : Dari Mush'ab bin Sa'd dari ayahnya. Ayahnya
berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW," Manusia manakah yang
paling berat ujiannya?" Rasulullah SAW menjawab," Para Nabi, kemudian

2
disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi.
Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh
maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun
disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang
hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-
Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan
shahih)

Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam
Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)

Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini bisa berupa
keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana
disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-
bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf
[7] : 168).

Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana


keimanan kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita termasuk orang yang lalai,
maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan
peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan
segeralah bertobat.

Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi
menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah
telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti
menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar
sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan
ridha Allah adalah segalanya.

Dewi Yana
http://jalandakwahbersama.wordpress.com
http://dewiyana.cybermq.com

You might also like