Professional Documents
Culture Documents
Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari
keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti
keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan
mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan
pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut.
Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An
Nissa [4] : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan
makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri.
Berikut beberapa contoh :
1
1. Musibah bisa jadi sebagai peringatan
Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya.
Peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang
berada dalam kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari
agar Allah memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajjud, shalat Dhuha,
puasa sunah senin kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan
semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar.
Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin
meningkat. Tapi justru dikarenaka sibuknya satu persatu ibadah sunahnya
mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu'.
Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan
semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat
bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah.
2
disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi.
Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh
maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun
disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang
hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-
Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan
shahih)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam
Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini bisa berupa
keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana
disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-
bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada
orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf
[7] : 168).
Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi
menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah
telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti
menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar
sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan
ridha Allah adalah segalanya.
Dewi Yana
http://jalandakwahbersama.wordpress.com
http://dewiyana.cybermq.com