You are on page 1of 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

C DENGAN GANGGUAN

SISTIM HEMATOLOGI TALASEMIA

DI RUANG MELATI (C3)

RSUD KEBUMEN

Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Ahli Madya Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ANGGYTA PANGGIH WISNU AJI

NIM : 0699952

SEKOLAH ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2009

1
PENGESAHAN PENGUJI

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Uji Komprehensif III

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Muhammadiyah Gombong

Hari :

Tanggal :

1. M. Madkhan Anis, S.Kep. Ners :( )

2. Nurlaila, S.Kep. Ners :( )

Mengetahui,

Direktur Prodi DIII Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Gombong

Herniyatun, S.Kp, M.Kep

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Hasil Ujian komprehensif, telah diterima dan disyahkan oleh

Pembimbing Ujian Akhir Diploma III, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Muhamammadiyah Gombong.

Hari :

Tanggal :

Tempat:

Pembimbing

Nurlaila, S.Kep. Ners

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas

limpahan karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis

dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An.C dengan gangguan sistem

Hematolaogi Thalasemia di ruang Melati Kamar C 5 RSUD Kebumen. Selama

proses pembuatan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

masukan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga karya tulis ini dapat

terselesaikan dengan baik, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. H Basirun Al Umamah, M.Kes, Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

2. Herniyatun, S Kp. M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Gombong

3. Nurlaela , S.Kep.Ns, selaku pembimbing KTI

4. Rasa Eni, S Kep. selaku Pembimbing Klinik RSUD Kebumen

5. Seluruh Pembimbing Klinik RSUD Kebumen

6. Seluruh Pembimbing Akademik STIKES Muhammadiyah Gombong.

7. Pihak–pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangannya,

oleh karena itu segala saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan

karya tulis ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini nantinya

dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

4
Kebumen, Juli 2009

PENULIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... 1

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. 1

KATA PENGANTAR...................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................... 1

BAB I KONSEP DASAR............................................................................ 1

A. Pengertian................................................................................... 1

B. Penyebab.................................................................................... 1

C. Patofisiologi............................................................................... 1

D. Pathwayt..................................................................................... 1

E. Manifestasi Klinis...................................................................... 1

F. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 11

G. Penatalaksanaan......................................................................... 1

H. Konsep Tumbuh Kembang......................................................... 1

I. Hospitalisasi............................................................................... 1

J. Fokus Pengkajian....................................................................... 1

5
K. Fokus Intervensi......................................................................... 1

BAB II RESUME KEPERAWATAN............................................................ 1

A. Pengkajian.................................................................................. 1

1. Identitas Pasien..................................................................... 1

2. Riwayat Keperawatan.......................................................... 1

3. Keadaan Kesehatan Saat ini................................................. 1

4. Pengkajian Fokus................................................................. 1

5. Pemeriksaan Fisik................................................................ 1

6. Pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan................... 1

B. Analisa Data dan Diagnosa........................................................ 1

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi...................................... 1

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 1

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 1

LAMPIRAN..................................................................................................... 1

6
BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif (Mansjoer, 2000:397).

Thalasemia adalah sekelompok penyakit/kelainan herediter yang

heterogen disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat

kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi

eritrosit dan indeks-indeks eritrosit (Soeparman 1999).

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Thalasemia

merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara

resesif, dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah

sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari) dan juga

disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan

sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan

indeks-indeks eritrosit.

7
B. PENYEBAB

Penyebab Thalasemia bersifat primer dan sekunder:

- Primer : Berkurangnya sintesis Hb A dan Eritropoesis yang tidak

efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular.


- Sekunder : Defisiensi asam solat, bertambahnya volume plasma intra

vaskular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi

eritrosit oleh sistem retikulo endotellal

C. Tanda dan Gejala

Gejala klinis, muka mongoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna,

pembesaran hati dan limpa, perubahan pada tulang karena hiperaktivitas

sumsum merah berupa deformitas dan faktur spontan, terutama kasus yang

tidak mendapat transfusi darah, dapat juga menyebabkan pertumbuhan

berlebihan tulang frontal, zigomatikus, serta maksila.

Pertumbuhan gigi biasanya buruk, sering disertai rerefaksi tulang

rahang. Sinusitas (terutama maksilaris) sering kambuh akibat kurang

lancarnya drainase. Anemia biasanya berat dan biasanya mulai jelas pada usi

beberapa bulan (Soeparman, 1999).

Bayi baru lahir dengan Thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala

awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun

pertama, bila penyakit ini tidak ditangani, tumbuh kembang akan terlambat,

anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemah tubuh dapat diertai demam,

terdapat hepatosplenomegali, terjadi perubahan pada tulang.

D. Patofisiologi

8
Berkurangnya sitensis Hb dan eritropoesis yang telah efektif disertai

penghancuran sel-sel eritrosit intra medular. Juga bisa disebabkan karena

defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang

mengakibatkan hemodilusi dan distruksi eritrosit oleh sistem

retikuloendotelial dalam limpa hati.

Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen

sehingga produksi rantai alfa/beta hemoglobin berkurang.

Terjadinya hemosidrosis merupakan hasil kombinasi antara transufi

berulang peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak

efektif, anemiakronis, serta proses hemolisis.

(Mansjoer:2000:497)

Akibat penurunan pembentukan hemoglobin sel darah merah menjadi

mikrosistik dan hipokronik.

Pada keadaan normal disintesis hemoglobin A yang terdiri dari 2 rantai

alfa dan 2 rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh

hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa

dan 2 rantai sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2% pada keadaan normal.

Hemoglobin F setelah lahirnya feotus senantiasa menurun dan pada usia 6

bulan mencapai kadar seperti orang dewasa yaitu tidak lebih dari 4%. Pada

keadaan normal, hemoglobin F terdiri dari 2 ranti alfa dan 2 rantai gama.

Pada Thalasemia satu atau lebih dari satu rantai globin kurang

diproduksi sehingga terdapat pembentukan hemoglobin normal orang dewasa

9
(Hb A). Kelebihan rantai globin yang tidak terpakai akan mengendap pada

dinding eritrosit. Keadaan ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan

eritrosit memberikan gambaran anemia hipokrok mikrosfer.

Pada Thalasemia beta produksi rantai beta terganggu, mengakibatkan

kadar Hb menurun sedangkan Hb A2 atau Hb F tidak terganggu karena tidak

mengandung rantai beta dan berproduksi lebih banyak dari keadaan normal,

mungkin sebagai kompensasi.

Eritropoesis sangat giat, baik didalam sumsum tulang maupun

ekstramedular hati dan limpa. Destruksi eritrosit dan prekursornya dalam

sumsum tulang adalah luas (eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup eritrosit

mendadak serta didapat pula tanda-tanda anemia hemolitik ringan. Walaupun

eritropoesis sangat giat. Hal ini tidak mampu mendewasakan eritrosit secara

efektif mungkin karena adanya presipitasi didalam eritrosit.

Defek gen-gen yang bersangkutan dalam produksi rantai globin

berbeda-beda dan kombinasi defek juga munkin. Maka dari itu ada fariasi

yang luas penyakit heterogen ini dan penggolongannya tidak semudah konsep

homozigot atau heterozigot.

(Soeparman: 1999)

E. Pathway

Pernikahan penderita Thalasemia carrier

10
Penurunan penyakit secara resesif

Gangguan sintesis rantai globin α & β (kromoson 11 & 16)

• Pembentukan rantai α & β diretikulosit tidak seimbang


• Rantai β kurang dibanding rantai α Rantai α kurang
• Ranai β tidak dibentuk sama sekali terbentuk
• Rantai β dibentuk tapi tidak mencukupi dibanding rantai β

Thalasemia β (beta) Thalasemia α (alfa)

• Pembentukan rantai α & β


• Pembentukan rantai α & β kurang
• Penimbunan dan pengendapan rantai
α & β yang berlebihan

Tidak terbentuk Hb A
(2α dan 2β)

terbentuk inclusion bodies


(akumulasi endapan rantai globin yang berlebihan)

menempel pada dinding eritrosit

merusak dinding eritrosit

hemolisis

• Eritrosit darah tidak efektif dan pengancuran prekursor


eritorsit di intramedular (sumsusm tulang)
• Kurang sintesis Hb sehingga terjadi aritrosit yang
hipokrom dan mikrositer
• Hemolisis eritrosit yang immatur

THALASEMIA

THALASEMIA

11
Penurunan suplay Tubuh merespon Pengikatan O2 oleh
darah ke jaringan dengan pembentukan eritrosit menurun
eritroprotein

Suplay O2 dan Merangsang Aliran darah ke organ


Nutrisi ke jaringan eritropoesis vital dan seluruh jaringan
menurun menurun

Metabolisme sel Eritrosit yang O2 dan nutrisi tidak


menurun berbentuk immatur ditransport secara
dan mudah lisis adekuat

Perubahan Penurunan Hb Perfusi jaringan


pembentukan ATP terganggu

Energi yang Memerlukan Perubahan perfusi


dihasilkan menurun transfusi jaringan

Defisit Kelemahan
perawatan diri fisik
Terjadi Hospitalisasi
penumpukan Fe
di organ
Intoleransi (Hemokromotosis) Lemas
aktivitas

limpa Kurang informasi

Perubahan spelonomegali Kurang pengetahuan


sirkulasi

Splenektomi Liver
Kulit rusak

Resti inteksi Hepatomegali/sirosis


Resiko
kerusakan anoreksia
integritas kulit
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan

(Soeparman, 1999, Doengoes, 2000:573)


F. Pemeriksaan Penunjang

12
Anemia biasanya berat dengan kadar (Hb) berkisar antara 3-9 g/dl.

Eritrosif memperlihatkan anisositosis, poikilositosis dan hiporkromia breat.

Sering ditemukan sel target dan tear drop cell. Normoblas (eritrosit berinti)

banyak dijumpai terutama pasca splenektomi. Gambaran sumsum tulang

memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif sebanding dengan anemianya.

Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.

Pada Thalasemia beta kadar HbF berfariasi antara 10-90%, sedangkan dalam

keadaan normal kadarnya tidak melebihi 2%.

G. Penatalaksanaan

Atasi anemia dengan transufi PRC (Packed Red Cell). Transfusi hanya

diberikan bila saat diagnosis ditegakkan Hb < 8 g/dl. Selanjutnya sekali

diputuskan untuk diberi transfusi darah. Hb harus selalu dipertahankan di atas

12 g/dl dan tidak melebihi 15,5 g/dl.

Bila tidak terdapat tanda gejala jantung dan Hb sebelum transfusi di atas

g/dl, diberikan 10-15 mg/kg BB per satu kali pemberian selama 2 jam atau 20

ml/kg BB dalam waktu 3-4 jam. Bila terdapat tanda gagal jantung, pernah ada

kelainan jantung, atau Hb < 5 g/dl, dosis satu kali pemberian tidak boleh lebih

dari 5 ml/kg BB dengan kecepatan tidak lebih dari 2 ml/kg BB/jam. Penderita

dengan gagal jantung diberikan oksigen dengan kecepatan 2-4 liter/menit,

transfusi darah dan deuritika. Kemudian, bila masih diperlukan diberi

digitalisasi setelah Hb > 8 g/dl bersama-sama dengan transfusi darah secara

perlahan sampai kadar Hb lebih dari 12 g/dl.

13
Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan kelasi besi yaitu

Desferal secara tim atau iv.

Splenektoni diindikasikan bila terjadi hiperlenisme atau limpa terlalu

besar sehingga membatasi gerak pasien. Splenektoni sebaiknya dilakukan

pada umur 5 tahun ke atas saat limpa dalam sistem imun tubuh-tubuh telah

dapat ke atas saat alih oleh organ limfoid lain.

Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C perlu dilakukan untuk

mencegah infeksi virus tersebut melalui transfusi darah.

Transplantasi sumsum tulang perlu dipertimbangkan pada setiap kasus

baru dengan Thalasemia mayor. Obat pendukung seperti vitamin C dianjurkan

diberi dalam dosis kecil (100-250 mg).

Diberikan asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang

meningkat pada pasien Thalasemia. Khususnya pada yang jarang mendapat

transfusi darah.

Secara berkala dilakukan pemantauan fungsi organ, seperti jantung,

paru, hati, endoktrin termasuk kadar glukosa darah, gigi, telinga, mata dan

tulang (Mansjoer, 2000:498-497).

H. Fokus Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat

14
Gejala : Keletihan, kelemahan, melaise umum, kehilangan

produktivitas: Penurunan semangat untuk bekerja.

Toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur

dan istirahat lebih banyak.


Tanda : Takikardi/talipnea pada bekerja atau istirahat.

Tetargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik

pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan

kekuatan, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur

lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda keletihan.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis misal perdarahan Gl

Kronis menstruasi berat (DB) angina CHF (Kerja

jantung berlebihan) palpitasi


Tanda : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan

nadi melebam hipotensi postural. Disritma,

Abdnomalitas EKG, misal depresi segmen ST dan

pendataan/depresi gelombang T takikardia.


Bunyi jantung = Murmor sistolik

Eksremitas : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,

(warna) mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.


Sklera : Biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat lebih dari dua detik.
Kuku : Mudah patah berbentuk seperti sendok
Rambut : Kering, mudah putus, menipis: tumbuh uban secara

prematur

3. Integritas

Gejala : Budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis

15
penolakan transfusi darah
Tanda : Depresi

4. Eliminasi

Gejala : Riwayat prelonerfritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom

mal absorbsi hematemasi, fases dengan darah segar,

melena

- Diare atau konstipasi

- Penurunan haluran urine


Tanda : Distensi abdonem

5. Makanan/Cairan

Gejala : Penurunan masukan diet, nyeri mulut atau lidah,

kesulitan menelan mual muntah, dispepsia, adanya

penurunan berat badan, tidak pernah puas mengunyah


Tanda : Lidah tampak merah daging/halus, membran mukosa

kering, pucat turgor kulit: buruk, kering tampak

kusut/hitam elastisitas, stomatisis dan galsitis

6. Higiene

Tanda : Penampilan tidak rapih

7. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala berdenyut, pusing, ketidak mampuan

berkonsentrasi, insommia, penurunan penglihatan dan

bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,

16
sensasi menjadi dingin
Tanda : Peka rangsang
Mental : Tak mampu berespon, lambat
Oftalikim : Hemoragis retia
Epistalsis : Perdarahan dari lubang-lubang
Gangguan koordinasi ataksia: Penurunan rasa getar dan

posisi tanda Rombeng positif paralisis.

8. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen samar: sakit kepala

9. Pernafasan

Gejala : Riwayat TB, absen paru, nafas pendek pada istirahat dan

aktivitas
Tanda : Tahipneu, artopneu dan dispeneu

10. Keamanan

Gejala : Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan

atau kecelakaan

Riwayat kanker, terapi kanker

Tidak toleran terhadap dingin dan panas

Transfusi darah sebelumnya

Gangguan penglihatan

Penyembuhan luka buruk, sering infeksi


Tanda : Demam rendah, menggigil, keringan malam, limfa

denopati umum petekie dan ekimosis

11. Seksualitas

17
Gejala : Hilang libido (pria dan wanita) impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
(Nanda : 2005)

I. Fokus Intervensi

1. Perubahan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel

(Doengoes, 1999: 573-574).

a. Kemungkinan dibuktikan oleh:

- Palpitasi, angina, kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan

rambut rapuh

- Ekstrmitas dingin

- Penurunan keluaran urine

- Mual/muntah, distensi abdomen

b. Kriteria hasil:

- Menunjukkan perfungsi adekuat

- Vital sign stabil, pengisian kapiler baik

c. Interverensi:

- Awasi vital sign

- Kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku

- Tinggikan kepala tidur sesuai toleransi

18
- Awasi upaya pernapasan: auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi

adventisius

- Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh

hangat sesuai indikasi

d. Kolaborasi

- Berikan O2 tambahan sesuai indikasi

- Berikan sel darah merah lengkap/paeked; produk darah sesuai

indikasi

(Doengoes, 1999: 573-574)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dan kebutuhan

a. Kemungkinan dibuktikan oleh

- Kelemahan dan kelehan, mengeluh penurunan toleransi

aktivitas/latihan.

- Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/respos pernapasan dengan

kerja ringan

b. Kriteria hasil

- Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas

- US dalam keadaan normal

c. Intervensi

19
- Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/aktivitas normal.

- Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan

otot

- Awasi vital sign

- Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila

diindikasikan

- Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu,

memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin

- Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri

dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi

(Doengoes, 1999:574-575)

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan

untuk mencerna/anoreksia

a. Kemungkinan dibuktikan oleh

- Penurunan berat badan di bawah normal

- Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan

tanus otot

b. Kriteria hasil

- Berat badan stabil, tidak mengalami mal nutrisi

- Menunjukkan perilaku, perubahan pada pola hidup meningkatkan

dan/mempertahankan berat badan yang sesuai.

c. Intervensi

- Kaji riwayat, termasuk makanan yang disukai

20
- Observasi dan catat masukan makanan pasien

- Timbang BB tiap hari

- Berikan makanan sedikit tapi sering

- Berikan dan bantu higiene mulut yang baik

d. Kolaborasi

- Berikan diet halus, mudah serat, menghidari makanan panas,

pedas/terlalu asam sesuai indikasi.

(Doengoes, 1999:575-576)

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahankan sekunder

tidak adekuat

a. Kriteria Hasil

- Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko

infeksi

- Bebas drainase purulen/eritema dan demam

b. Intervensi

- Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan

pasien

- Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka

- Tingkatkan masukan cairan adekuat

- Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermar

- Kolaborasi : berikan antiseptik topikal: antibiotik sistemik

21
(Doengoes, 1999:578-579)

5. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi/prosedur dan kejadian yang

menimbulkan stres

a. Kriteria Hasil

- Pasien menunjukkan penurunan rasa takut

- Anak tetap tenang dan bekerja selama prosedur

b. Intervensi

- Libatkan orang tua dalam melakukan tindakan/prosedur bila

dimungkinkan

- Berikan penjelasan sesuai usia tentang prosedur yang akan

dilihat/didengar untuk mengurangi rasa takut anak

- Berikan privasi untuk prosedur yang memanjakan tubuh

- Berikan komunikasi terapeutik

(Wong, 2003:342)

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/tidak

mengenal sumber informasi

a. Kemungkinan dibuktikan oleh

- Pertanyaan: meminta informasi

22
- Tidak akurat mengikuti instruksi

b. Hasil yang diharapkan

- Menyatakan pemahaman proses penyakit dan rencana pengobatan

- Melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup

c. Intervensi

- Berikan informasi tentang anemia spesifik

- Jelaskan tujuan setiap tindakan/prosedur yang akan dilakukan

- Diskusikan peningkatkan kerentanan terhadap infeksi

- Gunakan jarum terpisah untuk mengambil obat dan injeksi

(Doengoes, 1999: 579-580).

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kusam akibat

penumpukan Fe di organ (Carpenito,

2000;304)

a. Kriteria Hasil

- Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan

b. Intervensi

- Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang

adekuat

- Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas berat badan

bila mengeluh

- Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein

23
Kolaborasi : berikan desferal sesuai indikasi

(Doengoes, 2004:130)

8. Defisit perawatan diri (Higiene) berhubungan dengan kelemahan fisik

a. Kemungkinan dibuktikan oleh:

- Ketidakmampuan dalam membersihkan badan atau bagian badan

- Ketidakmampuan dalam mendapatkan atau memperoleh sumber air

b. Hasil yang diharapkan

- Pasien mampu melakukan aktivitas Higiene dengan bantuan

minimal

c. Intervensi

- Kaji Higiene pasien

- Berikan informasi tentang pentingnya personal higiene

- Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan higiene

- Libatkan kelurga dalam pemenuhan higiene pasien

24
BAB II

RESUME KEPERAWATAN

Pada BAB ini penulis akan menjelaskan asuhan keperawatan pada anak C

dengan Thalasemia oleh Penulis, tanggal 18 sampai dengan 19 Agustus 2009 di

ruang Melati C3 RSUD Kebumen.

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama pasien anak C lahir di Kebumen 30 Mei 2006, umur 3 tahun,

agama Islam, alamat Panjang sari RT 01/01 Kecamatan Gombong

Kabupaten Kebumen. Nomor RM 104283 dengan diagnosa medis

Thalasemia, masuk pada tanggal 17 Mei 2009.

Sebagai penanggung jawab pasien adalah Ayahnya yang bernama

Tn. A dengan pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta agama

Islam, alamat Panjangsari RT. 01/01 Kecamatan Gombong, Kebumen.

2. Riwayat Keperawatan

25
Pasien datang ke Poli anak RSUD Kebumen pada tanggal 9 Agustus

2008, dengan keluhan lemas dan terlihat pucat. Pasien pernah mempunyai

riwayat transfusi dengan penyakit yang sama 1 tahun yang lalu di Jogja.

Pada saat dikaji tanggal 18 Mei 2009 pasien terlihat lemas dan pucat,

kapileri refiil 3 detik, konjungtiva anemis, ekstrensitas dingin, pasien

sudah ditransfusi PRC 1 Kolf (200 mL) pada tanggal 9 Agustus 2008

pukul 17.00 WIB. Tanda-tanda vital N = 106 kali/menit, R = 20 kali/menit,

Suhu = 35,60C. Gigi pasien terlihat kotor, mukosa bibir kering, rambut tak

rapi. Ekstremitas atas terpasang infus NaCl 12 tmp, pasien mendapatkan

terapi oral paracetamol sirup ¼ sendok kalau perlu. Berat badan 13 kg,

golongan darah B, Hb = 5 g/dl, Tinggi badan 95 cm.

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, Ayah pasien merupakan

anak ke 2 dari 2 bersaudara dan ibu pasien merupakan anak ke 2 dari 2

bersaudara. Pasien diasuh oleh orang tuanya. Dalam keluarga tersebut

tidak mempunyai riwayat penyakit menurun atau menular. Berikut

Pasien tinggal 1 rumah dengan kedua orang tuanya dan satu orang

kakak perempuannya.

3. Pengkajian Fokus

Pada tanggal 18 Mei 2009, pada Pola Aktivitas dan pola latihan

sebelum sakit pasien biasa bermain masak-masakan dengan orang tuanya

dan teman-temannya, bisa mandi sendiri. Pada saat dikaji pasien terlihat

lemas, ekstremitas kanan atas terpasang infus NaCl 12 tpm, pasien baru

diseka tadi pagi tetapi belum gosok gigi.

26
Pada pengkajian pola kognitif persepsi ditemukan data orang tua

pasien sering bertanya tentang proses penyakit anaknya dan kondisinya

saat ini.

Pada pengkajian koping pada toleransi stress ditemukan data anak

takut saat didekati oleh perawat, anak Cenangis dan digendong orang

tuanya.

B. Analisa Data

Pada pengkajian didapatkan data fokus yang mengarah pada masalah-

masalah yang dihadapi An. C. Daftar masalah disusun berdasarkan data yang

ditemukan pada pengkajian tanggal 18 Mei 2009, pukul 09.00 WIB penulis

menemukan 3 masalah keperawatan, masalah tersebut adalah.

Didapat data objektif konjungtiva anemis, bibir pucat terdapat tangan

dan dasar kuku pucat, kapiler refill 3 detik. Hb = 5 g/dl dan ekstremitas teraba

dingin. Dari data tersebut penulis menyimpulkan masalah yang dihadapi

adalah perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

konsentrasi Hb dalam darah.

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan lemas. Data objektif

pasien terlihat lemah muka pucat, mukosa kering, nadi 106 kali/menit, R = 20

kali/menit, suhu = 35,60C, Hb = 5,0 g/dl. Dari data tersebut penulis

menyimpulkan masalah yang dihadapi adalah toleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

27
Didapatkan data subyektif ibu pasien bertanya tentang proses, penyakit

dan kondisi anaknya. Data obyektif wajah tampak cemas. Dari data tersebut

penulis menyimpulkan masalah yang dihadapi adalah kurang pengetahuan

pada ibu tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Setelah penulis menemukan masalah maka untuk melaksanakan asuhan

keperawatan, penulis mencoba untuk memprioritaskan masalah berdasarkan

kebutuhan dasar manusia, actual dan tingkat kegawatan, maka masalah

keperawatan yang tersusun adalah sebagai berikut:

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

konsentrasi Hb dalam darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.

3. Kurang pengetahuan pada ibu tentang proses penyakit berhubungan

dengan kurang informasi.

( Nanda : 2005)

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

Penulis menggabungkan antara intervensi, implementasi dan evaluasi

dengan harapan agar pembaca lebih mudah untuk memahaminya, untuk:

1. Diagnosa Perubahan Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi Hb dalam darah.

Tujuan dari kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2 x 24 jam, diharapkan perfusi jaringan dapat teratasi dengan kriteria hasil:

28
Kapiler refill normal yaitu kurang dari 2 detik, Hb lebih dari 10 g/dl,

ekstremitas tidak dingin, Bibir, telapak tangan dan dasar kuku tidak pucat.

Intervensi :

a. Awasi vital sign pasien

b. Kaji pengisian kapiler

c. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

d. Berikan SDM, darah lengkap sesuai indikasi

e. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht dan jumlah SDM

Penulis melakukan tindakan yang sudah direncanakan tanggal 18 Mei

2009, pukul 09.00 WIB mengkaji vital sign pasien dengan respon pasien :

Nadi 106 kali/menit R = 20 kali/menit, suhu = 35,60C, pukul 09.30 WIB

mengkaji pengisian kapiler, dengan respon pasien kapiler refill 3 detik.

Hasil evaluasi pada tanggal 19 Mei 2009 untuk masalah diagnosa

perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

konsentrasi Hb dalam darah dapat teratasi dengan data obyektif,

ekstremitas teraba hangan, kapiler 2 detik, PRC 1 kolf (200 ml) masuk

pukul 14.30 WIB, membran mukosa lembab, kulit tidak pucat, Hb 9,9

gr/dl.

2. Diagnosa intoleransi aktivitas dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria

hasil, vital sign dalam keadaan normal, Nadi kurang dari 100 kali/menit,

29
Suhu = 360C, R = Kurang dari 30 kali/menit, mukosa lembab, peningkatan

aktivitas sesuai dengan kemampuan.

Intervensi :

1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat

laporan kelelahan/keletihan.

2. Awasi vital sign

3. Berikan lingkungan yang tenang

4. Pertahankan tirah baring

5. Berikan bantuan ambulasi bila perlu

6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila pasien kelelahan

Penulis melakukan tindakan pada tanggal 18 Mei 2009, pukul 09.00 WIB,

mengkaji vital sign dengan respon pasien, Nadi : 106 kali/menit, R : 20

kali/menit, Suhu : 35,60C, Pukul 09.35 WIB menciptakan lingkungan yang

bersih dan tenang membantu perawat. Pukul 10.00 WIB menganjurkan

kepada orang tua pasien untuk selalu mendampingi dan ikut membantu

perawatan anaknya.

Hasil evaluasi pada tanggal 19 Mei 2009, untuk masalah intoleransi

aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen dapat teratasi dengan data obyektif pasien sudah bisa

bermain bersama temannya tanpa mengalami kelelahan, N : 100

kali/menit, S = 360C R = 24 kali/menit, Hb = 9,9 gr/dl.

3. Diagnosa kurang pengetahuan pada orang tua tentang penyakit anaknya

berhubungan dengan kurang informasi

30
Tujuan dan kriteria hasilnya : setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 30 menit, diharapkan ibu atau ayah pasien mengerti tentang

proses penyakit dengan kriteria hasil : ibu mengerti tentang penyakit

anaknya, wajah tampak rileks, dengan intervensi:

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga pasien

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis/verbal tentang penyakit pasien

dan tindakan teranperitik

3. Jelaskan setiap prosedur tindakan

4. Intruksikan keluarga mengenai pencegahan penyakit

Penulis melakukan tindakan pada tanggal 18 Mei 2009 pukul 11.30 WIB

memberikan penyuluhan tentang penyakit Thalasemia, menyebutkan satu

pengertian thalasemia, menyebutkan satu penyebab Thalasemia, mampu

menyebutkan dua gejala Thalasemia dan mampu menyebutkan dua cara

perawatan penderita Thalasemia dirumah.

Dari hasil evaluasi pada tanggal 19 Mei 2009 untuk masalah kurang

pengetahuan pada orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan

dengan kurang informasi dapat teratas dengan data obyektif ayah pasien

mampu menyebutkan satu pengertian thalasemia, menyebutkan satu

penyebab Thalasemia, mampu menyebutkan dua gejala Thalasemia dan

mampu menyebutkan dua cara perawatan penderita Thalasemia dirumah.

Keluarga pasien senang, wajah nampak rileks.

31
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba membahas asuhan keperawatan yang telah

penulis laksanakan dengan menggunakan metode pemecahan masalah serta ilmiah

dengan pendekatan proses keperawatan. Disini penulis akan menganalisa asuhan

keperawatan pada An. C dengan diagnosa medis Thalasemia, penulis akan

membahas diagnosa keperawatan pada An. C berdasarkan prioritas masalah

segera urgent dan nonurgent.

1. Diagnosa perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

konsentrasi Hb dalam darah (Nanda, 2005).

Diagnosa ini ditegakkan karena penulis menemukan data obyektif konjungtiva

anemis, bibir pucat, telapak tangan dan dasar kuku pucat, kapiler refill 3 detik,

Hb 5 g/dl ekstremitas teraba dingin.

32
Diagnosa ini diprioritaskan pada prioritas pertama karena hal ini dapat

mengancam jiwa pasien. Penurunan konsentrasi Hb dalam darah akan

mengakibatkan masalah yang lebih serius yang nantinya akan menyebabkan

pembesaran limpa dan hati. Tindakan yang penulis lakukan untuk

mengatasinya adalah:

a. Memonitor tanda vital pasien

Tindakan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang derajat/

keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan

intervensi, hal ini didukung oleh Nanda, 2005. Keuntungan dari tindakan

ini dapat dengan mudah dilakukan untuk mengetahui perkembangan

pasien, kelemahannya jika alat yang digunakan rusak atau tidak aman,

akan sangat mempengaruhi hasil, termasuk jika anak C menolak atau

menangis saat dikaji.

b. Mengkaji pengisian kapiler

Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat pengisian

kapiler, hal ini didukung oleh (Nanda, 2005) yang mengatakan dengan

tindakan tersebut dapat membantu untuk mengetahui derajat atau

keadekuatan perfusi jaringan. Keuntungan dari tindakan ini dapat dengan

mudah dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien, kelemahannya

jika anak Cenolak, menangis atau rewel saat dikaji.

c. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan Hb dan pemberian sel darah

merah packed sesuai indikasi

33
Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui kadar Hb pasien dan

meningkatkan kadar Hb dalam darah, hal ini didukung oleh (Nanda, 2005)

yang menyatakan dengan tindakan tersebut dapat mengidentifikasi

defisiensi dan kebutuhan pengobatan. Intervensi tersebut juga dapat

meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen. Keuntungan dari tindakan

tersebut akan mempercepat proses penyembuhan, kelemahannya pasien

dapat menjadi takut, rewel dan menangis saat dilakukan tindakan.

Dari rencana tindakan yang telah dilakukan ada satu yang belum

dilakukan yaitu meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Tindakan

ini tidak dilakukan penulis karena kondisi pasien saat itu sangat cemas atau

rewel, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.

Evaluasi pada tanggal 18 Mei 2009, untuk masalah diagnosa perubahan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dalam

darah dapat teratasi dengan data obyektif. Ektremitas teraba hangat, kapiler

refill 2 detik. PRC 1 kolf (200 ml) masuk pukul 14.00 WIB, membran mukosa

lembab kulit tidak pucat, Hb : 10 gr/dl.

2. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (Doengoes, 2000: 574)

Intoleransi aktifitas yaitu penurunan dalam kapasitas fisiologi seseorang

untuk melakukan aktifitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang

dibutuhkan (Carpenito, 2001: 20).

34
Dalam pengkajian penulis menemukan data subyektif : pasien

mengatakan lemas, data obyektif : pasien terlihat lemah, muka pucat, mukosa

kering, N : 106 kali/menit, R : 20 kali/menit, S ; 35,60C, Hb : 5 g/dl.

Penulis memprioritaskan masalah ini ke prioritas yang kedua karena

apabila masalah tersebut tidak segera ditangani akan berkembang ke masalah

yang lebih serius, karena itu penulis melakukan tindakan keperawatan sebagai

berikut:

a. Mengkaji Vital sign pasien

Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien, hal ini

didukung oleh Doengoes, 2000:574 yang menyatakan bahwa dengan

mengukur vital sign dapat mengetahui manifestasi kardiopulmonal dari

upaya jantung dan para untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke

jaringan. Keuntungan dari tindakan ini dapat dengan mudah dilakukan

untuk mengetahui perkembangan pasien, kelemahannya jika alat yang

digunanakan tidak sama atau rusak akan sangat mempengaruhi hasil,

termasuk jika anak rewel atau menangis.

b. Menciptakan lingkungan yang bersih tenang

Tindakan ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan oksigen

dan aktivitas, hal ini didukung oleh Doengoes, 2000: 575, yang

menyatakan bahwa dengan memberikan lingkungan yang tenang dapat

35
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan

menurunkan regangan jantung dan paru. Keuntungan dari tindakan ini

dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien, kelemahannya jika pasien

tidak kooperatif atau takut saat dilakukan tindakan.

Dari rencana tindakan yang penulis buat ada beberapa yang belum

dilakukan penulis yaitu mempertahankan tirah baring dan memberikan

bantuan ambulasi bila perlu. Tindakan ini tidak dilakukan karena orang tua

pasien selalu mendampingi dan selalu membantu dalam memenuhi apa yang

dibutuhkan pasien, sehingga perawat bekerja sama dengan keluarga pasien.

Evaluasi pada tanggal 19 Mei 2009, untuk masalah toleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

dapat teratasi dengan data obyektif pasien sudah bisa bermain bersama

temannya tanpa mengalami kelelahan, N : 100 kali/menit, S : 360C, R : 24

kali/menit, Hb : 10 gr/dl.

3. Diagnosa kurang pengetahuan pada orang tua tentang penyakit anaknya

berhubungan dengan kurang informasi

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu

atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan

psikomotor berhubungan dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito,

2000).

Diagnosa ini ditegakkan karena penulis menemukan data-datas ebagai

berikut: data subyektif ibu pasien bertanya tentang proses penyakit dan

kondisi anaknya. Data obyektif: wajah tampak cemas.

36
Diagnosa ini diprioritaskan pada nomor ke tiga karena pengetahuan

adalah suatu masalah yang tidak terlalu membahayakan jiwa pasien. Tindakan

yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:

a. Mengkaji tingkat pengetahuan dan pendidikan keluarga tentang perawatan

Thalasemia

Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatan anaknya sehingga

informasi dari perawat mudah diterima oleh keluarga pasien serta untuk

menentukan intervensi yang tepat. Hal ini sesuai dengan Doengoes, 2000

yaitu belajar lebih mudah bila dimulai dari pengetahuan peserta belajar.

Keuntungan: penulis bisa mengetahui kesiapan pasien dalam menerima

informasi, mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang

penyakit Thalasemia dan perawatannya.

Kerugian: pendidikan yang rendah belum tentu kurang

pengetahuAn. Cemberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan

perawatan Thalasemia.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan

Thalasemia

Penulis melakukan tindakan ini karena diharapkan setelah diberikan

pendidikan kesehatan, pengetahuan keluarga bertambah sehingga bisa

merawat pasien Thalasemia dengan baik. Hal ini didukung dengan

memberikan informasi dimana pasien/orang terdepat dapat memilih

berdasarkan informasi (Doengoes, 2000).

37
Keuntungan: Pengetahuan bertambah, perawatan pada pasien lebih

baik dan keluarga akan lebih mandiri dalam membantu memberikan

perawatan pada pasien. Kerugiannya jika keluarga pasien tidak kooperatif,

informasi tidak bisa diterima dengan baik.

Diagnosa yang dicantumkan dalam fokus intervensi namun tidak

didapatkan dalam kasu An. C adalah:

1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kusam

akibat pemupukan Fe dalam kulit, karena penulis tidak menemukan

data yang menunjang untuk ditegakkannya diagnosa ini. Hal ini

didukung oleh Carpenito 2001:302 yang menyatakan batasan

karakteristik untuk masalah resiko kerusakan integritas kulit yaitu

adanya gangguan jaringan epidermis dan dermis. Penurunan kulit,

eriterma, lesi, pruiritas. Dalam pengkajian penulis tidak menemukan

data yang tersebut di atas karea pasien baru melakukan transfusi yang

kedua kalinya, sehingga penulis tidak mengangkat resiko kerusakan

integritas kulit.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

kegagalan mencerna atau anoreksia. Diagnosa ini tidak ditegakkan

oleh penulis karena penulis tidak menemukan batasan-batasan

karakteristik yang ada dalam pasien seperti yang ada dalam Carpenito,

2001:259 yang menyatakan untuk batasan karakteristik perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu masukan makanan individu

tidak adekuat, kurang dari yang dianjurkan dengana tau tanpa aktual

38
atau potensial dalam masukan kebutuhan-kebuthan. Dalam pengkajian

yang dilakukan penulis diit, yang disediakan rumah sakit selalu habis

dan tidak muncul mual muntah.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan permasalahan sekunder

tidak adekuat. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis karena

penulis tidak menemukan batasan-batasan karakteristik yang ada

dalam pasien seperti yang ada dalam Carpenito 2001, 204 yang

menyatakan untuk batasan karakteristik. Resiko infeksi berhubungan

dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder yaitu adanya tanda

gejala infeksi (demam, dolor, tumor, rubor, drainase purulen). Pada

pasien An. C penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi seperti

yang disebutkan di atas, jadi penulis tidak mengangkat diagnosa resiko

tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

39
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

Topik : Thalasemia

Subtopik : Penatalaksanaan thalasemia

Penyuluh : A. Panggih Wisnu Aji

Waktu : 08.30 – 09.00 WIB

Sasaran : Keluarga dan klien

Hari / tanggal : Selasa, 19 Mei 2009

Tempat : Ruang Melati Kamar C5 RSUD Kebumen

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan selama 1 x

30 menit diharapkan keluarga tahu tentang penatalaksanaan thalasemia.

40
B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan

keluarga klien dapat :

1) Mengerti tentang pengertian thalasemia

2) Mengerti satu penyebab thalasemia

3) Mengerti dua tanda dan gejala thalasemia

4) Mengerti dua pencegahan thalasemia

5) Mengerti cara mengidentifikasi thalasemia di rumah

C. Metode

a) Ceramah

b) Tanya jawab

D. Media

Lembar balik

E. Materi

Terlampir

41
F. Uraian Kegiatan

Kegiatan
No Waktu
Perawat Keluarga

1 5 menit a) Prainteraksi

- Mengucapkan salam - Keluarga menjawab salam

- Memperkenalkan diri - Keluarga mengenal pembicara

- Membuat kontrak - Klien menyetujui kontrak

- Menjelaskan maksud dan - Klien mengetahui maksud dan

tujuan tujuan

2 15 menit b) Interaksi

- Menjelaskan pengertian - Keluarga tahu pengertian

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan penyebab - Keluarga tahu penyebab

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan tanda dan - Keluarga tahu tanda dan

gejala thalasemia gejala thalasemia

- Menjelaskan pencegahan - Keluarga tahu cara mencegah

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan cara - Keluarga tahu cara

mengidentifikasi thalasemia mengidentifikasi thalasemia di

di rumah rumah

3 10 menit c) Terminasi

42
- Menanyakan pengertian - Keluarga menjawab

thalasemia pengertian thalasemia

- Menanyakan satu penyebab - Keluarga menjawab satu

thalasemia penyebabnya

- Menanyakan dua tanda dan - Keluarga menjawab dua tanda

gejala thalasemia dan gejalanya

- Menanyakan dua pencegah - Keluarga menjawab

thalasemia pencegahannya

- Menanyakan cara - Keluarga mempraktekkan

mengidentifikasi thalasemia mengidentifikasi thalasemia

di rumah

- Memberi reinforsment - Keluarga tersenyum

positif
d) Penutup

- Berpamitan -

- Mengucapkan salam - Keluarga menjawab salam

43
G. Evaluasi

1. Persiapan

Media : Lembar balik

Tempat dan waktu : Ruang Melati Kamar C5 ; Selasa, 19 Mei 2009

Materi : Penatalaksanaan thalasemia

Penyuluhan : A. Panggih Wisnu Aji

Kontrak : Keluarga menyetujui kontrak jam 08.30-09.00 WIB

2. Proses

Keluarga 90% antusias dan kooperatif pada pendidikan kesehatan yang

akan diberikan. Terutama tentang materi thalasemia.

3. Hasil

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit

diharapkan keluarga yang datang tahu dan mengerti tentang :

a) Pengertian thalasemia

b) Penyebab thalasemia

c) Tanda dan gejala thalasemia

d) Pencegahan thalasemia

e) Cara pengidentifikasian thalasemia di rumah

44
Lampiran Materi

THALASEMIA

A. Pengertian

Thalasemia adalah suatu penyakit yang diakibatkan kerusakan genetik yang

diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya.

B. Penyebab

Penyebab dari thalasemia adalah genetik orang tua yang diturunkan kepada

anak-anaknya.

C. Tanda dan Gejala

- Anak lemah

- Pucat

- Berat badan menurun

- Gizi buruk

- Perut membuncit karena adanya pembesaran hati dan limfa.

D. Pencegahan Thalasemia

- Memeriksakan darah anak lainnya.

- Mengikuti program KB

- Jika ada anggota keluarga yang belum menikah, segera periksa darah

dahulu.

45
E. Identifikasi Thalasemia di Rumah

Keluarga diajari cara mengidentifikasi darah tepi (normal < 2 detik), melihat

konjungtiva (pucat atau tidak) dan segera cek darah sebelum 120 hari dari

transfusi terakhir.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

Topik : Thalasemia

Subtopik : Penatalaksanaan thalasemia

Penyuluh : A. Panggih Wisnu Aji

Waktu : 08.30 – 09.00 WIB

Sasaran : Keluarga dan klien

Hari / tanggal : Selasa, 19 Mei 2009

Tempat : Ruang Melati Kamar C5 RSUD Kebumen

H. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan selama 1 x

30 menit diharapkan keluarga tahu tentang penatalaksanaan thalasemia.

I. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan

keluarga klien dapat :

1) Mengerti tentang pengertian thalasemia

46
2) Mengerti satu penyebab thalasemia

3) Mengerti dua tanda dan gejala thalasemia

4) Mengerti dua pencegahan thalasemia

5) Mengerti cara mengidentifikasi thalasemia di rumah

J. Metode

a) Ceramah

b) Tanya jawab

K. Media

Lembar balik

L. Materi

Terlampir

47
M. Uraian Kegiatan

Kegiatan
No Waktu
Perawat Keluarga

1 5 menit e) Prainteraksi

- Mengucapkan salam - Keluarga menjawab salam

- Memperkenalkan diri - Keluarga mengenal pembicara

- Membuat kontrak - Klien menyetujui kontrak

- Menjelaskan maksud dan - Klien mengetahui maksud dan

tujuan tujuan

2 15 menit f) Interaksi

- Menjelaskan pengertian - Keluarga tahu pengertian

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan penyebab - Keluarga tahu penyebab

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan tanda dan - Keluarga tahu tanda dan

gejala thalasemia gejala thalasemia

- Menjelaskan pencegahan - Keluarga tahu cara mencegah

thalasemia thalasemia

- Menjelaskan cara - Keluarga tahu cara

mengidentifikasi thalasemia mengidentifikasi thalasemia di

di rumah rumah

48
3 10 menit g) Terminasi

- Menanyakan pengertian - Keluarga menjawab

thalasemia pengertian thalasemia

- Menanyakan satu penyebab - Keluarga menjawab satu

thalasemia penyebabnya

- Menanyakan dua tanda dan - Keluarga menjawab dua tanda

gejala thalasemia dan gejalanya

- Menanyakan dua pencegah - Keluarga menjawab

thalasemia pencegahannya

- Menanyakan cara - Keluarga mempraktekkan

mengidentifikasi thalasemia mengidentifikasi thalasemia

di rumah

- Memberi reinforsment - Keluarga tersenyum

positif
h) Penutup

- Berpamitan -

- Mengucapkan salam - Keluarga menjawab salam

49
N. Evaluasi

1. Persiapan

Media : Lembar balik

Tempat dan waktu : Ruang Melati Kamar C5 ; Selasa, 19 Mei 2009

Materi : Penatalaksanaan thalasemia

Penyuluhan : A. Panggih Wisnu Aji

Kontrak : Keluarga menyetujui kontrak jam 08.30-09.00 WIB

2. Proses

Keluarga 90% antusias dan kooperatif pada pendidikan kesehatan yang

akan diberikan. Terutama tentang materi thalasemia.

3. Hasil

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit

diharapkan keluarga yang datang tahu dan mengerti tentang :

f) Pengertian thalasemia

g) Penyebab thalasemia

h) Tanda dan gejala thalasemia

i) Pencegahan thalasemia

j) Cara pengidentifikasian thalasemia di rumah

50
Lampiran Materi

THALASEMIA

A. Pengertian

Thalasemia adalah suatu penyakit yang diakibatkan kerusakan genetik yang

diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya.

B. Penyebab

Penyebab dari thalasemia adalah genetik orang tua yang diturunkan kepada

anak-anaknya.

C. Tanda dan Gejala

- Anak lemah

- Pucat

- Berat badan menurun

- Gizi buruk

- Perut membuncit karena adanya pembesaran hati dan limfa.

F. Pencegahan Thalasemia

- Memeriksakan darah anak lainnya.

- Mengikuti program KB

- Jika ada anggota keluarga yang belum menikah, segera periksa darah

dahulu.

51
G. Identifikasi Thalasemia di Rumah

Keluarga diajari cara mengidentifikasi darah tepi (normal < 2 detik), melihat

konjungtiva (pucat atau tidak) dan segera cek darah sebelum 120 hari dari

transfusi terakhir.

52
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Alih Bahasa:


Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih
Bahasa: Monica Ester, EGC. Jakarta.

Effendy, N. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Aesculapius, Jakarta.

Nanda, 2004. Diagnosis Keperawatan Nanda, Alih Bahasa: Ani Haryani, dkk.
PSIK-B UGM. 2002. Yogyakarta.

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Price. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa:


Defer Amigrah, EGC. Jakarta.

Soeparman. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Supartini, 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC. Jakarta.

Soejtiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

Wong. 2003. Keperawatan Pediartrik, Edisi IV. Alih Bahasa: Monica Ester. EGC,
Jakarta.

53

You might also like