Professional Documents
Culture Documents
JAKARTA, Dekopin – Amandemen UU Koperasi No. 25 Tahun 1992 akan mengatur mengenai
keberadaan dan aturan koperasi syariah. Karena itu, RUU Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak akan
masuk dalam pembahasan yang kini diajukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk dibahas di DPR.
Tahun ini, amandemen RUU hasil inisiatif pemerintah telah masuk dalam agenda Badan Legislatif
Nasional (Balegnas) untuk masuk dalam program legislatif nasional (Prolegnas).
Deputi Menteri Bidang Pengembangan Kelembagaan Kantor Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (KKUM), Marsudi Rahardjo mengatakan, perkembangan bisnis koperasi syariah di Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir ini. Bahkan, pengembangan
bisnis koperasi berbasis non bunga, diyakini, akan menjadi tren pada tahun mendatang.
“Hingga saat ini, koperasi syariah belum diatur dalam UU. Saya mengira koperasi syariah, adalah
sesuatu yang baru dalam lima tahun terakhir yang terus naik trennya. Masyarakat yang tidak pas dengan
sistem konvensional kemudian mengakses koperasi jasa simpan pinjam syariah atau koperasi biasa tapi
yang berbasis syariah,” Ungkap Marsudi kepada Republika usai menghadiri rapat tahunan Induk
Koperasi Syirkah Muawanah (Inkopsim) PBNU, di Jakarta(15/2/08).
Untuk mengatasinya, tahun lalu KKUM sudah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen). Hanya saja,
peraturan tersebut menjadi peraturan sementara yang mengatur tata cara pendirian dan operasi bisnis
koperasi syariah karena tidak memiliki kekuatan hukum sebagaimana UU.
Marsudi berharap, koperasi syariah yang masuk dalam amandemen RUU Koperasi yang kini dibahas
DPR, ditargetkan selesai pada pertengahan tahun ini. Sedangkan, koperasi syariah tidak akan masuk
dalam RUU LKM yang diusung oleh DPD. Karena koperasi syariah memang telah direncanakan masuk
dalam amandemen RUU Koperasi. Tujuannya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pengawasannya.
Adi Sasono
Adi Sasono
Ketua Umum
JAKARTA -- Keberadaan dan aturan mengenai Koperasi syariah akan diatur dalam
amandemen Undang-Undang (UU) Koperasi No 25 Tahun 1992. Karena itu, Koperasi syariah
tidak akan masuk dalam pembahasan RUU Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang diajukan
oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk dibahas DPR RI. Saat ini, amandemen RUU hasil
inisiatif pemerintah tersebut telah masuk dalam agenda badan legislatif nasional (Balegnas)
untuk masuk dalam program legislatif nasional (Prolegnas) tahun ini.
Namun, kata Marsudi, hingga saat ini Koperasi syariah belum diatur dalam UU. ''Saya kira ini
(Koperasi syariah, Red) sesuatu yang baru dalam lima tahun terakhir. Saya melihat trennya
terus menaik. Masyarakat yang tidak pas dengan sistem konvensional kemudian mengakses
Koperasi jasa simpan pinjam syariah atau koperasi biasa tapi yang berbasis syariah,'' kata
dia kepada Republika usai menghadiri rapat tahunan Induk Koperasi Syirkah Muawanah
(Inkopsim) PBNU, Jumat, (15/2) sore.
Hanya saja, kata Marsudi, permen tidak memiliki kekuatan hukum sebagaimana UU. Karena
itu, untuk mendukung perkembangan bisnis Koperasi syariah di Indonesia, KKUM
menginginkan agar Koperasi syariah masuk dalam amandemen RUU Koperasi. Saat ini,
lanjut dia, DPR masih membahas RUU UMKM dan diharapkan selesai pertengahan tahun ini.
Ketua Umum Yayasan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk), Muhammad Amin Aziz,
mengaku tidak mempermasalahkan tidak masuknya Koperasi syariah atau BMT berbadan
hukum Koperasi dalam RUU LKM. Alasannya, sejak wal Pinbuk mengharapkan lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS) tersebut masuk dalam amandemen RUU Koperasi.
Selain itu, sambung Amin, pembiayaan perumahan syariah oleh BMT tahun ini juga akan
meningkat tajam. Pasalnya, BMT dilibatkan sebagai mitra Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) dalam menyalurkan pembiayaan perumahan bersubsidi bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). aru
(Sumber : www.republika.
" Pengembangan koperasi syariah akan menjadi tren dalam tahun-tahun mendatang. "
Karena berbagai sebab dan alasan, terpaksa terundur setengah tahun akhir
masa tugas pengurus Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Al-Ikhlas pereode
2000/2004 STAIN Batusangkar. Baru pada Kamis 16 Juni 2005 berhasil diadakan
Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPN Al-Ikhlas STAIN Batusangkar yang diadakan
di Conference Room perguruan tinggi tersebut. Dalam RAT tersebut ada berbagai
agenda yang dibahas. Selain pertanggungjawaban pengurus dan pengesahan
neraca keuangan dan SHU (Sisa Hasil Usaha) Koperasi untuk dua tahun, 2003
dan 2004, juga diagendakan pergantian pengurus dan pemilihan pengurus baru.
Hadir dalam RAT tersebut seluruh pengurus Koperasi, Badan Pengawas, dan
para anggota. Ketua STAIN Batusangkar, Drs. H. Syukri Iska, M.Ag. dengan
didampingi oleh Kasubdin Koperasi Tanah Datar, Abrar Mukhlis, SE. dan para
pengurus secara resmi membuka pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan ini.
Tampak semua anggota mengikuti acara ini dengan penuh harap dan antusias.
Dalam sambutannya, Ketua STAIN mengatakan bahwa hendaknya koperasi
STAIN hendaknya bisa menjadi pelopor adanya koperasi syariah di Tanah Datar
khususnya yang tidak hanya bergerak dalam bidang simpan pinjam tapi juga
bergerak dalam bidang sektor riil. Bahkan, kini ada lampu hijau dari berbagai
perbankan syariah semisal Bank Syariah Mandiri, BNI syariah untuk
mengucurkan dana-dananya pada koperasi-koperasi yang berdasarkan syariah.
Dalam kesempatan sambutan berikutnya, Kasubdin Koperasi Kabupaten Tanah
Datar, Abrar Mukhlis, SE., mengatakan bahwa sampai saat ini koperasi STAIN ini
merupakan koperasi yang paling kecil jumlah simpanan anggotanya dibanding
KPN-KPN lain di Tanah Datar ini, sehingga berpengaruh besar terhadap jumlah
penerimaan SHU setiap tahunnya. Untuk itu, melalui RAT ini anggota bisa
mengusulkan gagasan-gagasan yang mendukung kemungkinan berkembangnya
koperasi ini lebih lanjut, dan pengurus pun dituntut untuk bisa berkreasi dan
berinovasi dalam memajukan koperasi ini sejauh sesuai amanat RAT. Wacana
koperasi syariah bisa saja digulirkan. Hanya saja, system yang dikembangkan
oleh koperasi pada umumnya, sesuai perbincangan dengan beberapa tokoh
agama, pada dasarnya sudah sesuai dengan syariah sejauh koperasi tersebut
tidak berhubungan dengan bank konvensional. Saat ini sudah ada Undang-
Undang Koperasi yang baru membahas tentang koperasi syariah, hanya saja, di
Kabupaten Tanah Datar ini belum ada Koperasi Syariah. Mudah-mudahan
Koperasi STAIN ini bisa mengawali adanya koperasi syariah di Tanah Datar ini
dan bisa lebih berkembang.
Dalam pembahasan rancangan kerja untuk tahun 2005 mendatang, peserta
nampak begitu antusias dan bersemangat untuk memberikan rekomendasi bagi
pengurus baru untuk mengubah system KPN Al-Ikhlas STAIN Batusangkar ini
menjadi Koperasi Syariah. Di samping itu, peserta RAT juga mengusulkan untuk
menambah jumlah simpanan anggota agar tidak tertinggal dari KPN-KPN lain di
Tanah Datar.