You are on page 1of 15

MAKALAH SEMINAR MASALAH-MASALAH/ISU-ISU PEMBANGUNAN

Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Penguatan Sektor UMKM Untuk Perluasan Lapangan Pekerjaan (Studi Kasus Pada Kota Malang)

Disusun Oleh : Gandjar Wiyono 105030100111135

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah Negara seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu menjadi tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Berbagai program digulirkan semenjak era Orde Baru sampai sekarang. Dari mulai program IDT, P2KP, Raskin, BLT, sampai ke PNPM. Namun, ketika kita berusaha untuk mengevaluasi setiap program pemerintah tersebut, dalam realitanya, jumlah orang miskin di Indonesia tidak berubah secara signifikan. Ketika pun terjadi penurunan, maka jumlahnya tidak begitu menggembirakan. Biasanya kemiskinan banyak terjadi di kota-kota besar, itu dikarna kan masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena harga kebutuhan yang tinggi dan lapangan pekerjaan yang semakin terbatas akibat ada nya kepadatan penduduk dan mengakibat kan banyak pengganguran dikota-kota besar akibat banyak dari mereka kalah nya bersaing, akhirnya kemiskinan pun terjadi. Oleh sebab itu perlakuan pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan disetiap daerah berbeda namun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah walaupun berbeda tapi perlakuan nya adil dan merata untuk mengatasi masalah kemiskinan di setiap daerah. Pengangguran menjadi masalah yang krusial bagi Indonesia. Meningkatnya angka pertumbuhan tidak dengan serta mertamengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, harus diakui bahwa gambaran perekonomian kita kedepan dalam waktu singkat masih tampak suram. Investasi skala besar, yang pada masa sebelum krisis menjadi salah satu andalan pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja, masih sulit diharapkan. Dengan kondisi semacam itu, tidaklah mengherankan jika banyak pihak kemudian beralih pada pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM). Bagi para pendukung usaha kecil, baik praktisi maupun akademisi, kondisi sekarang dilihat sebagai saat pembuktian bahwa perekonomian berbasis UMKM lebih baik karena usaha ini terbukti mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap krisis, lebih banyak menyerap tenaga kerja, dan lebih bisa memberikan kesejahtaeraan bagi rakyat kecil. Dan sejak ekonomi Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis, UMKM menjadi primadona bagi banyak pihak, baik donor, pemerintah, maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. Kecenderungan ini terlihat antara

lain dari tercantumnya secara spesifik rencana pengembangan iklim usaha yang kondusif serta peningkatan daya saing UMKM. Keinginan untuk memberdayakan UMKM sebagai salah satu upaya dalam mengurangi angka pengangguran, harus didasarkan pada pendekatan yang digerakkan oleh pasar. Target dari pendekatan ini adalah pada penguatan sector usaha kecil menengah agar bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja. Usaha kecil menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dengan jumlahnya yang sangat besar. UMKM memainkan peran dinamis yang potensial dalam meningkatkan pasokan baru serta persaingan, menyesuaikan dan mengembangkan teknologi, menciptakan ragam pasar baru, dan meningkatkan kesempatan kerja dan hasil produksi ( Iwan T. dan Ahmad E.Y, 2003). Tingkat pengangguran di kota Malang masih dalam kategori yang cukup memprihatinkan. Pengangguran dapat diatasi dengan menempatkan penganggur pada lapangan pekerjaan. Untuk mempekerjakan para tenaga penganggur tersebut harus diciptakan lapangan kerja baru. Namun semakin hari jumlah penganggur terus meningkat lebih cepat dari peningkatan jumlah lapangan pekerjaan. Walaupun demikian kita masih harus tetap optimis masalah angkatan kerja yang tinggi dapat dicarikan solusinya. Salah satu hal yang mungkin bisa dijadikan solusi dari pengurangan angka pengangguran dan perluasan kesempatan kerja adalah dengan mengembangkan sektor UMKM ( Sudrajad, 2000). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan program penguatan UMKM di Kota Malang? 2. Apa kontribusi program penguatan UMKM bagi perluasan lapangan pekerjaan di Kota Malang?

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemiskinan Berbagai definisi tentang kemiskinan sudah diberikan oleh para ahli di bidangnya. Menurut Todaro (2002), salah satu generalisasi (anggapan sederhana) yang terbilang paling sahih (valid) mengenai penduduk miskin adalah bahwasannya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. Pengertian kemiskinan itu sangat luas, dimana Arsyad (1997) mengelompokkan ukuran kemiskinan menjadi 2 macam, yaitu. 1) Kemiskinan Absolut, yang diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Ukuran ini dikaitkan dengan batasan pada kebutuhan pokok atas kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak. Seseorang yang mempunyai pendapatn dibawah kebutuhan minimum, maka orang tersebut dikatakan miskin. 2) Kemiskinan Relatif, yang berkaitan dengan distribusi pendapatan yang mengukur ketidakmerataan. Dalam kemiskinan relatif ini, seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan minimumnya belum tentu disebut tidak miskin. Kondisi seseorang atau keluarga apabila dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah, maka orang atau keluarga tersebut berada dalam keadaan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan ditentukan oleh keadaan sekitarnya dimana orang tersebut tinggal. Kemudian Dilihat dari segi penyebabnya (Baswir :1997) kemiskinan dapat dibagi menjadi, 1) Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya menadapat imbalan pendapatan yang rendah. Kemiskinan natural adalah kemiskinan

yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam 2) Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. 3) Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Menurut Djojohadikusumo (1994) kemiskinan muncul sebagai akibat kesenjangan yang mengandung dimensi ekonomis sosiologis dan berdimensi ekonomi regional. Kemiskinan ini terjadi sebagai akibat adanya ketimpangan kekuatan yang sangat mencolok diantara golongangolongan pelaku ekonomi, dimana pengusaha besar cenderung mengandalkan kekuatan sumberdayanya untuk merebut suatu kedudukan di pasar barang dan jasa. Selain dari dimensi ekonomi dan non ekonomi, kemiskinan juga dapat disebabkan oleh dimensi geografis, sebuah rumah tangga miskin diwilayah yang mendukung dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk keluar dari kemiskinan, sementara rumah tangga miskin yang berada pada wilayah yang tidak mendukung, cenderung menjadi stagnan dan bahkan menjadi sangat miskin. Kebijakan yang memperhatikan ketimpangan geografis memberikan sumberdaya (tenaga kerja dan modal) di wilayah miskin menjadi lebih produktif kemudian menstimulasi pertumbuhan yang pro orang miskin (Rusastra dan Napitupulu, 2006). B. Penyebab Kemiskinan (Potret Pembangunan di Indonesia) Permasalahan masih besarnya penduduk miskin di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal yang antara lain : Pertama, pemerataan pembangunan belum menyebar secara merata terutama di daerah perdesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan pada tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin di daerah perkotaan. Kesempatan berusaha di daerah perdesaan dan perkotaan

belum dapat mendorong penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama bagi rumah tangga miskin. Masih tingginya pengangguran terbuka di daerah perdesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan menyebabkan kurangnya sumber pendapatan bagi masyarakat miskin terutama di daerah perdesaan. Sementara itu masyarakat miskin yang banyak menggantungkan hidupnya pada usaha mikro masih mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses permodalan dan sangat rendah produktivitasnya. Kedua, masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial kepada masyarakat miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat rentan (seperti penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga miskin masih jauh dari memadai. Prasarana dan sarana transportasi di daerah terisolir masih kurang mencukupi untuk mendukung penciptaan kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat miskin. Ketiga, harga bahan pokok terutama beras cenderung berfluktuasi sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat miskin. Kondisi terakhir, di mana dunia sedang di landa dua krisis besar yakni krisis pangan dan krisis energi, juga turut mempengaruhi lonjakan jumlah rakyat miskin C. Program Penanggulangan Kemiskinan 1. Program JPS dan OPK Program JPS (jaring Pengaman Sosial) adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan yang digulirkan pemerintah pada masa krisis ekonomi. Diantaranya ditujukan untuk bidang pendidikan dan kesehatan, yang diikuti dengan program lainnya, baik dari LSM lokal maupun dari lembaga keuangan internasional. Beberapa diantaranya masih berlangsung sampai sekarang, walaupun telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan pergantian orientasi. Salah satu contohnya adalah OPK (Operasi Pasar Khusus) yakni bantuan pangan yang dioperasionalkan sejak tahun 1998 sebagai bagian dari program JPS dalam rangka

meminimalisasi dampak krisis ekonomi. Pada tahun 2001, dengan tujuan untuk mempertajam penetapan sasaran, program ini berubah nama menjadi Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin). 2. Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) / SLT (Subsidi Langsung Tunai) Program Subsidi Langsung Tunai (SLT) merupakan program pemerintah yang bertujuan sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM sejak tahun 2005 lalu. BLT/SLT ini disalurkan secara langsung dan tunai melalui cabang-cabang PT Pos Indonesia, dengan alokasi anggaran untuk setiap rumah tangga miskin mendapatkan jatah Rp 100.000,00 per bulan dan dibayarkan setiap tiga bulan sekali. 3. Program P4K (Pembinaan Pendapatan Petani Nelayan Kecil) Program P4K ini merupakan program hasil kerjasama Departemen Pertanian dengan BRI yang dimulai sejak tahun 1979-2005. Indikator keberhasilan yang digunakan adalah tumbuh dan berkembangnya KPK (Kelompok Petani-nelayan Kecil), dimana mereka diupayakan untuk menjadi kelompok mandiri yang ditandai dengan pengurus dan anggota yang aktif, dana bersama yang terus berkembang, dan terintegrasikannya program P4K ke dalam program pembangunan daerah. Namun demikian, dari berbagai literatur dan hasil penelitian, tidak ditemukan adanya pedoman mengenai bagaimana indikator-indikator keberhasilan tersebut bisa tercapai dan bagaimana strategi pengakhiran programnya. 4. PPK dan P2KP PPK (Program Pengembangan Kecamatan) dan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) adalah program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia , dan diluncurkan dalam kurun waktu 1998-1999 dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan sarana perkotaan (P2KP) dan pedesaan (PPK). 5. PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. D. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undangundang. Pengertian kecil didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya yang dapat menimbulkan defenisi usaha kecil dari beberapa segi. Macam-macam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Usaha kecil dan menengah dapat digolongkan menurut bentuk, jenis, serta kegiatan yang dilakukannya. Bentuk dan jenis UMKM dapat kita perinci dari beberapa segi antara lainsebagai berikut : 1. Ditinjau dari hakikat dan penggolongannya a. Industri kecil b. Perusahaan berskala kecil c. Sektor informal 2. Ditinjau dari bentuknya a. Usaha perseorangan b. Usaha persekutuan/ partnership 3. Ditinjau dari jenis produk atau jasa yang dihasilkan maupun aktivitas yang dilakukan a. Usaha pertanian b. Usaha industry c. Usaha jasa

E. Landasan Hukum yang Mengatur UMKM Berikut ini adalah list beberapa UU dan Peraturan tentang UMKM : 1) UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil 2) PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan 3) PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil 4) Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah 5) Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan 6) Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah 7) Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan 8) Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara 9) Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

BAB III

PEMBAHASAN 3.1 Pelaksanaan Program Penguatan UMKM di Kota Malang Dalam upaya program penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Malang ini, pemerintah Kota Malang bekerja sama dengan instansi terkait dan dengan pihak nonGovernment yang mempunyai perhatian khusus bagi perkembangan dunia usaha kecil di Kota Malang. Model pemberdayaan yang dipakai dalam usaha penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Malang adalah pemberdayaan Partisipatoris yaitu pemerintah bersama masyarakat dalam hal ini pihak di luar pemerintah mengupayakan pemberdayaan kepada Usaha Kecil dan Menengah. Peran pemerintah dalam hal ini adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pengayom. 1. Sebagai fasilitator, pemerintah berperan memberi bantuan sarana dan prasarana pendukung bagi pihak pelaku UMKM dan juga bagi pihak pemberi kredit yang bersedia untuk membantu UMKM. Seperti menyediakan tempat pelatihan dan pengembangan, mendata UMKM yang ada di Kota Malang untuk mencari tahu kondisi dan perkembangannya, serta mencari pokok permasalahan yang dihadapi UKM tersebut untuk kemudian dicari solusi yang tepat oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak di luar pemerintah, dll. 2. Sebagai mediator, peran pemerintah adalah mempertemukan pelaku UMKM yang akan dibina oleh pihak non-government yang akan membantu membina UMKM. Disini pemerintah berperan mensosialisasikan program-program yang ditawarkan oleh pihak non-government tersebut kepada pelaku UMKM. Pemerintah juga membantu pelaku UMKM dalam mendapatkan bantuan modal dan ikut mempromosikan UKM mana yang layak untuk mendapatkan bantuan modal. 3. Dan sebagai pengayom, pemerintah berperan melindungi UMKM dengan membuat peraturan hukum yang jelas untuk melindungi hak dan kewajiban UMKM. Seperti UU Antimonopoli yang bertujuan untuk melindungi UMKM dari intervensi yang sifatnya langsung dan tidak berdasarkan pasar seperti program bapak angkat, kemitraan yang dipaksakan atau kredit subsidi. 3.2 Penerapan Program :

Di Kota Malang tenaga kerja yang berasal dari pendidikan formal masih banyak yang belum bekerja. Bahkan banyak tenaga kerja yang terdidik bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan pendidikannya. Bagi tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor formal, salah satu alternatifny adalah berusaha di bidang UMKM. Hal ini didukung oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Timur, BAB III tentang Agenda-Agenda Pembangunan Jawa Timur Tahun 2006-2008, Angka 3.3 yang khusus menguraikan tentang Agenda Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan dan Memacu Kewirausahaan di Jawa Timur. Salah satu prioritas pembangunan diletakkan pada kegiatan bidang Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan. Kebijakan yang ditempuh untuk menciptakan lapangan kerja formal dan meningkatkan produktivitas pekerja dilaksanakan dengan memperbarui program-program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh Pemerintah, antara lain adalah program pekerjaan umum, kredit mikro, pengembangan UKM, serta program-program pengentasan kemiskinan. Untuk itu, Pemkot Malang bertekad akan mengoptimalisasi upaya intensifikasi dan ekstensifikasi PAD (Pendapatan Asli Daerah). Kebijakan itu sendiri akan dilakukan dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan secara maksimal aset atau objek milik Pemkot Malang dan/atau Kota Malang secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melalui upaya ini, diharapkan masyarakat Kota Malang tidak memiliki dampak yang terlalu signifikan di dalam kerangka peningkatan capaian PAD. Artinya, Pemkot Malang mengambil langkah-langkah yang tidak akan membebankan dan memberatkan upaya ini kepada masyarakat, seperti peningkatan retribusi dan pajak daerah yang terlalu tinggi. Berbagai kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang untuk memamerkan hasil industri UMKM. Antara lain: kegiatan bazaar yang bertujuan memperkenalkan produk UKM pada masyarakat yang diadakan setiap hari Minggu pagi. Dalam bazar yang biasa dikenal dengan Pasar Minggu itu melibatkan sekitar lebih dari 50 usaha kecil dan menengah (UKM) se Kota Malang. Dengan menggelar bazaar Pasar Minggu itu, diharapkan produk atau kerajinan para UKM di Kota Malang lebih dikenal masyarakat. Bahkan acara bazar tersebut sengaja di gelar di

sepanjang Jalan Ijen, yang diprediksi selalu ramai pengunjung diakhir pekan. Selain bisa berolahraga di pagi hari, masyarakat juga melihat pameran dan membeli dagangan yang dipamerkan para pengusaha. Pameran ini membawa dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah bahkan saat ini pendapatan perkapita di Kota Malang. Jenis dagangan yang dipamerkan dalam kampung UMKM ini, diantaranya, batik, mebel, souvenir, makanan dan minuman ringan. Selain meningkatkan perekonomian, pameran/bazaar ini juga menyerap tenaga kerja , dengan membuka lapangan usaha baru sama artinya dengan membuka kesempatan kerja. Sehingga dengan membuka kesempatan kerja maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang terencana secara sistematis untuk memberdayakan potensi seluruh lapisan masyarakat secara terpadu. Program tersebut berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi dan sumber daya lokal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara terencana dan berkelanjutan. 3.3 Kontribusi Program Penguatan UMKM Bagi Perluasan Lapangan Pekerjaan Di Kota Malang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar penduduk Kota Malang, khususnya melalui penyediaan perluasan lapangan pekerjaan dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan program penguatan UMKM yang meliputi pembinaan UMKM, kemitrausahaan, bantuan pendanaan serta melihat penerapan program penguatan tersebut, faktanya memberikan kontribusi tersendiri terhadap perluasan lapangan pekerjaan yang tentunya meningkatkan pula PAD Kota Malang.
Seiring berkembangnya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Malang ,

bertambahnya unit-unit UMKM yang muncul atau meningkatnya jumlah orang yang bekerja di sektor ini, bisa jadi merupakan respon dari adanya program penguatan UMKM. Sektor informal yang dahulunya kurang bisa menyerap tenaga kerja, kini dengan adanya program penguatan UMKM tersebut menjadi salah satu sektor yang strategis dalam menyerap tenaga kerja, terbukti dengan munculnya unit-unit UMKM baru di Kota Malang.

Selain itu, program Kredit Modal Kerja yang dilaksanakan Pemkot Malang bekerjasama dengan Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bank Indonesia (BI) memberi pengaruh positif dalam memberikan kontribusi perluasan lapangan kerja. Dari sisi pasokan, yakni mendorong bank dalam pemberian kredit kepada UMKM. Bentuknya, regulasi kepada perbankan, kemitraan strategis, dan penguatan lembaga penunjang. Yang juga dilakukan BI, kerja sama denhgan pemerintah dan lembaga internasional sehingga UMKM mempunyai akses ke kredit seluas-luasnya. Dampaknya terjadi pertumbuhan UMKM dan sektor riil. Kredit yang digunakan sebagai modal awal untuk membuka usaha, dengan membuka lapangan usaha baru sama artinya dengan membuka kesempatan kerja. Sehingga dengan membuka kesempatan kerja maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja. Hal ini berhubungan dengan ulasan di atas, bahwasanya dengan adanya usaha-usaha baru berbentuk unit-unit UMKM maka lapangan usaha baru akan terbuka lebar. Sehingga tenaga kerja yang tidak bisa bekerja di sektor formal, bisa beralih ke sektor informal. Dengan demikian dapat meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat pengangguran.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Berdasarkan ulasan di atas bisa disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah pengangguran. Khususnya di Kota Malang jumlah pengangguran cukup memprihatikan. Tenaga kerja yang berasal dari pendidikan formal banyak yang belum tertampung pada sektor formal. Salah satu alternative adalah berusaha di sektor UMKM. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat pengangguran di Kota Malang, maka Pemkot Kota Malang melakukan pengembangan penguatan UMKM yang bekerjasama dengan pihak luar pemerintah agar usaha UMKM bisa berkembang dan dapat menyerap tenaga kerja pengangguran. Program-program bantuan ini meliputi bantuan Kredit Usaha Kecil (KUK), pelatihan dan pembinaan aspek produksi dan aspek pemasaran UMKM, pendampingan dan perlindungan hukum melalui pembuatan kebijakan yang berpihak pada usaha kecil. Harapan yang besar terletak di sektor UMKM untuk menyerap tenaga kerja, tidak hanya besar dari sisi kuantitas tetapi juga mampu memberikan kehidupan yang lebih baik kepada orang-orang yang bekerja didalamnya. Kontribusi yang diberikan pun juga signifikan, yaitu dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang artinya juga memberikan kesempatan kerja bagi para tenaga kerja pengangguran, peningkatan pendapatan perkapita dan PAD Kota Malang yang disebabkan oleh potensi UMKM yang ada di Kota Malang. 4.2 Saran 1. Pemerintah seharusnya terus mencatat data tentang kelahiran dan kematian UMKM yang ada di Kota Malang dan membandingkan dengan tingkat tenaga kerja yang terserap pada beberapa titik waktu. 2. Pemerintah juga perlu meningkatkan usahanya demi keberlanjutannya program pengurangan kemiskinan di kota malang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. YKPN.Yogyakarta Baswir, Revrisond. 1997. Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djojohadikusumo, Sumitro, 1994. Perspektif Perekonomian Indonesia Jangka Panjang. LPFE.UI, Jakarta Kartasasmita, Ginanjar, 1995. Perencanaan Pembangunan Nasioanal, Malang: Universitas Brawijaya Pranaka AMW dan Prijono Onny S, 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implemintasi, Jakarta: CSIS Pratomo Titik S. & Abd. Rachman S. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Rusastra, I Wayan dan Togar A.Napitupulu, 2006.Karakteristik Wilayah dan Keluarga Miskin di Pedesaan : Basis Perumusan Intervensi Kebijakan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Todaro, Michael. 2002. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan Jilid 1. Erlangga.Jakarta

Sumber lain : Deperindag Kota Malang, 2004/2006 Malang Dalam Angka Tahun 2009 Badan Pusat Statistik Kota Malang Tahun 2010 Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur Tahun 2010 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Tahun 2010 Data Survey Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Malang Tahun 2009/2010 Rencana Strategis Kota Malang Tahun 2006/2010

You might also like