You are on page 1of 38

Soal-soal Kimia-BelajarKimia.

com
Seorang siswa melakukan praktikum kimia untuk menentukan entalpi pembakaran
standart parafin. Dia mencoba untuk melakukan percobaannya denga menggunakan
kalorimeter. Setelah melakukan percobaan di laboratorium, siswa tersebut memperoleh
data sebagai berikut:
massa kalorimetr = 16,0 gr
massa air dan kalorimeter = 410 gr
temperatur awal air = 200C
temperatur akhir = 35,50C
massa awal parafin = 25,7 g
massa akhir parafin = 23,5 g

Jika diketahui rumus kimia parafin adalah C25H52 dan kita asumsikan bahwa yang
menyerap panas hanya air dalam kalorimeter , maka bantulah siswa tersebut untuk
menghitung berapa besar entalpi pembakaran standart parafin berdasarkan percobaan dari
siswa diatas.

Jawaban Soal-soal Kimia

Dengan kalorimeter maka kita bisa mengukur panas yang dihasilkan oleh suatu reaksi.
Untuk soal diatas panas yang dihasilkan oleh pembakaran parafin diterima oleh air
sehingga panas ini bisa dikonversikan untuk memperoleh enthalpi standart pembakaran
parafin

massa air dalam kalorimeter


= massa total kalorimeter - massa total air
= 410 gr - 16,0 gr
= 394 gr

kenaikan suhu
= T akhir - T awal
= 35,5 - 20
= 15,5 0C

massa parafin yang terbakar


= 25,7 - 23,5
= 2,2 gr

energi panas yang diterima air


= m.c.^T
= 394 gr x 4.184 J/gC x 15.50C
= 25,552 J

mole parafin
= gr/Mr
= 2,2 / 677
= 0,00325 mol

energi yang dilepaskan untuk membakar 1 mol parafin


= 1/0,00325 x 25,552 J
= 7862,15 KJ

Jadi enthalpy pembakaran parafin standart sesuai percobaan siswa diatas adalah ^Hc=
-7862,15 KJ/mol

1) Berapa banyak atom O dalam 5 mol MgSO4?

a. 1,20. 1025 atom

b. 3,01. 1024 atom

c. 1,20. 1025 atom

d. 6,02. 1023 atom

Jawaban :

5 mol MgSO4 = 20 mol O

Jumlah atom O = 20 x 6,02.1023 = 1,20. 1025 atom

2) Pada reaksi BaCl2 + XSO4

1. Larutan Serium (IV). 32,0000 gram Ce(SO4)2. 2(NH4)2 SO4. 2H2O dilarutkan
dalam 500 ml larutan. Hitunglah
a. Normalitas larutan
b. Titer Na2C2O4

Jawab :

a.

b.
1. Larutan Serium (IV). 41,1 gram garam Ce(NO3)4 . 2(NH4)2NO3 dilarutkan dalam
750 ml 0,2 M H2SO4 . Hitunglah jumlah garam As2O3 yang akan diperlukan untuk
bereaksi dengan 50 ml larutan ini

Jawab:

Bagian I: (50 poin)

Pilihlah jawaban yang tepat. (25 Soal)

1. Ion yang manakah yang dapat mengalami oksidasi dan reduksi:

A. OCl- D. Cr2O72-

B. S2- E. Cl-

C. NO3-

2. Persen massa C, H dan O dalam suatu senyawa berturut turut 57,48; 4,22; dan 32,29
%. Rumus empiris senyawa ini adalah:

A. C2H2O D. C8H7O4

B. C4H3O2 E. C9H6O3

C. C5H4O2

3. Manakah yang akan memberikan perubahan volume terbesar bila ditambahkan ke


dalam air dalam gelas silinder 50 mL:

A. 7,42 g Al (ρ = 2,7 g/mL)

B. 5,09 g besi pirit (ρ = 4,9 g/mL)

C. 2,68 g senyawa organik (ρ = 0,7 g/mL).


D. 1 g NaOH 1 M (ρ = 1,01 g/mL)

E. 10,0 g Hg (ρ = 13,6 g/mL)

4. Diboran, B2H6 disintesis dengan reaksi:

3 NaBH4 + 4 BF3 → 3 NaBF4 + 2 B2H6.

Bila reaksi ini memiliki 70 % yield, berapa mol NaBH4 harus direaksikan dengan BF3
berlebih agar didapatkan 0,400 mol B2H6:

A. 0,4 D. 0,858

B. 0,42 E. 0,98

C. 0,6

5. Dari data energi ikatan rata-rata berikut ini:

C-H = 414,2 kJ mol-1 ; N-N = 945,6 kJ mol-1

H-H = 436,0 kJ mol-1 ; C-N = 878,6 kJ mol-1

dan kalor sublimasi karbon,

C(s) → C(g) ΔH = 719,7 kJ mol-1

Dapat diperkirakan perubahan entalpi pembentukan standar hidrogen sianida (HCN)


sebesar:

A. 1978,5 kJ mol-1 D. -598,3 kJ mol-1

B. 598,3 kJ mol-1 E. -824,8 kJ mol-1

C. 117,7 kJ mol-1

6. Manakah dari pasangan molekul berikut ini yang merupakan kombinasi


POLAR-NONPOLAR:

A. HCl - BrF D. CO2 - H2

B. CH3Cl - CHCl3 E. CH4 - CCl4

C. NF3 - BF3

7. Fungsi yang akan menghasilkan grafik linear untuk gas ideal adalah:
A. p terhadap V, pada n dan T tetap

B. T terhadap p, pada n dan V

C. 1/V terhadap 1/p, pada n dan T tetap

D. 1/n terhadap p, pada V dan T tetap

E. V terhadap 1/n, pada p dan T tetap

8. Pasangan manakah di bawah ini yang memiliki jumlah netron yang sama

A. dan D. dan

B. dan E. dan

C. dan

9. Ge memiliki konfigurasi elektron [Ar] 3d104s24p2. Sewaktu membentuk Ge4+


elekron akan dikeluarkan menurut urutan:

I II III IV

A. 4p 4p 4s 4s

B. 4p 4p 3d 3d

C. 4s 4s 4p 4p

D. 4s 4s 3d 3d

E. 3d 4s 4p 3d

10. Dalam suatu percobaan, sebanyak a mol A ditempatkan dalam tabung dan
kemudian terjadi reaksi menghasilkan B: A (g) → 2 B (g).

Pada kesetimbangan, x mol A telah bereaksi dan tekanan total dalam wadah adalah P.
Tekanan B dalam kesetimbangan adalah:

A. D.

B. E.
C.

ONTOH SOAL 1

Hitung potensial titik ekivalen suatu elektroda platina terhadap elektrode kalomel jenuh
dalam titrasi Fe2+ terhadap Cr2O72- dalam larutan asam 1,0 M Fe3+ + e Fe2+ dan E0 = 0,74 V.

Cr2O72- + 14H- + 6e → 2Cr3+ + 7H2O dan E0 = 1,00 V.

Jawaban

Reaksi oksidasi Fe2+ menjadi Fe2+ dengan koefisien stoikiometri yang benar adalah

Cr2O72- + 14H- + 6Fe2+ → 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O


kondisi awal 6a - - -
penambahan pada titik ekivalen - a - -
kondisi kesetimbangan (6a-6x) (a-x) 6x 2x

Dengan demikian, pada titik ekivalen

dan

Eek terhadap EHS = ………persamaan A

Dan

Eek terhadap EHS =

Jika H+ = 1, maka

6 x Eek terhadap EHS = ………..persamaan B

penjumlahan persamaan A dan B akan menghasilkan


7x Eek terhadap EHS =

sehingga

Eek terhadap EHS = ………persamaan C

Dalam persamaan C suku-suku log tidak saling menghilangkan. Meskipun demikian,


pada tingkat konsentrasi yang biasanya digunakan uuntuk titrimetri, suku loag (4x)
biasanya kecil dan dapat diabaikan. Sehingga

Eek terhadap EHS =

Dan jika pada potensial elektrode kalomel jenuh terhadap elektrode hidrogen standar
adalah +0,24 V, maka

Eek terhadap EKJ = (0,96-0,24)V

= 0,72 V

Catatan

1. Dianggap bahwa spesies yang ada dalam larutan 1,0 M hanyalah Cr 3+ dan Cr2O72- .
konsentrasi spesies-spesies lain seperti HCrO4- dianggap sangat kecil dan dapat diabaikan

2. Elektroda platina inert dianggap memberi tanggapan secara reversibel terhadap


nisbah konsentrasi [Cr3+ ] / [Cr2O72- ] dan terhadap nisbah konsentrasi [Fe2+ ] / [Fe3+ ].
Akan tetrapi, pada kebanyakan titrasi redoks elektrode inert mempunyai potensial
campuran sehingga kurva titrasi eksperimental dan kurva titrasi hasil perhitungan tidak
identik.

• Beranda
• Tentang Situs
• Kontributor
• Bergabung
• Mitra Kami
• Kontak

Nama: Password:
Daftar Lupa kata kunci?
• Artikel
o Berita
o Biokimia
o Kimia Analisis
o Kimia Anorganik
o Kimia Fisika
o Kimia Lingkungan
o Kimia Material
o Kimia Pangan
o Teknologi Tepat Guna
o Tips dan Opini
• Info
o Beasiswa
o Karir
o Event
o IChO
o Redaksi
• Latihan
o Soal IChO
o Soal Materi Kimia
o Soal OSN
• Tanya Pakar
• Tokoh Kimia
• Materi Belajar
• Tabel Periodik
• Reaksi Organik
• Forum Diskusi

Wednesday, June 10, 2009 19:42


Cari Artikel

• RSS Artikel
• RSS Komentar

Beri Rating:

(2 votes, average: 4.00 out of 5)

Loading ...

Sebarkan:

• Cetak Artikel ini
• Email Artikel ini

Elektrolisis
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 11-08-2008

a. Sel dan elektrolisis

Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang
menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel
dalam arah kebalikan dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif
potensial sel akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini
diinduksi dengan energi listrik. Proses ini disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal
adalah contoh elektrolisis.

Reaksi total sel Daniell adalah

Zn + Cu2+(aq) –> Zn2+(aq) + Cu (10.36)

Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari
potensial yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan
mengendap dan tembaga akan mulai larut.

Zn2+(aq) + Cu –> Zn + Cu2+(aq) (10.37)

Gambar 10.6 menunjukkan representasi skematik reaksi kimia yang terjadi bila potensial
balik diberikan pada sel Daniell. Bandingkan dengan Gambar 10.2.
Gambar 10.6 Electrolisis. Reaksi kebalikan dengan yang terjadi pada sel Daniell akan
berlangsung. Zink mengendap sementara tembaga akan melarut.

b. Hukum elektrolisis Faraday

Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir
dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia
merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.

Hukum elektrolisis Faraday

1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang
melalui sel.

2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di
elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik yang
diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96 485
C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya.

C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila
arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah konstanta
Faraday F, 9,65 x104 C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1
mol elektron. Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang
disebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu.

Contoh soal 10.7 hukum elektrolisis Faraday

Arus sebesar 0,200 A mengalir melalui potensiometer yang dihubungkan secara seri
selama 20 menit. Satu potensiometer memiliki elektrode Cu/CuSO4 dan satunya adalah
elektrode Pt/ H2SO4 encer. Anggap Ar Cu = 63,5. Tentukan

1. jumlah Cu yang mengendap di potensiometer pertama.


2. Volume hidrogen pada S. T. P. yang dihasilkan di potensiometer kedua.

Jawab
Jumlah muatan listrik yang lewat adalah 0,200 x 20 x 60 = 240, 0 C.

1. Reaksi yang terlibat adalah Cu2+ + 2e-–> Cu, maka massa (w) Cu yang
diendapkan adalah. w (g) = [63,5 (g mol-1)/2] x [240,0 (C)/96500(C mol-1)] =
0,079 g
2. Karena reaksinya 2H+ + 2e-–> H2, volume hidrogen yang dihasilkan v (cm3)
adalah.
v (cm3) = [22400 (cm3mol-1)/2] x [240,0(C)/96500(C mol-1)] = 27,85 cm3

c. Elektrolisis penting di industri


Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera mengikuti
dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini
elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya
bermanfaat untuk produksi logam dengan kecenderungan ionisasi tinggi (misalnya
aluminum). Produksi aluminum di industri dengan elektrolisis dicapai tahun 1886 secara
independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall (1863-1914) dan penemu Perancis
Paul Louis Toussaint Héroult (1863-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini
karena penggunaan lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (aluminum oksida; alumina
Al2O3).

Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.


Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan
menggunakan larutan dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam
air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah direduksi daripada ion aluminum sebagaimana
ditunjukkan di bawah ini.

Al3+ + 3e-–> Al potensial elektroda normal = -1,662 V (10.38)

2H2O +2e-–> H2 + 2OH- potensial elektroda normal = -0,828 V (10.39)

Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh pada
suhu sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak realistik.
Namun, titik leleh campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini
mudah dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai
oksida logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida
aluminum yang amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida
dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan hidrolisis garamnya. Alumina akan
diendapkan.

Al2O3(s) + 2OH-(aq)–> 2AlO2- (aq) + H2O(l) (10.40)

2CO2 + 2AlO2 -(aq) + (n+1)H2O(l) –> 2HCO3- (aq) + Al2O3·nH2O(s) (10.41)

Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya
dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina
bereaksi dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.

Al2O3 + 4AlF63-–> 3Al2OF62- + 6F- (10.42)

Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut.

Elektroda negatif: 2Al2OF62- + 12F- + C –> 4AlF63- + CO2 + 4e- (10.43)

Elektroda positif: AlF63- + 3e-–> Al + 6F- (10.44)


Reaksi total: 2Al2O3 + 3C –> 4Al + 3CO2 (10.45) Kemurnian aluminum yang didapatkan
dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum digunakan dalam kemurnian ini atau
sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat baik dan, selain itu, harganya
juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa produksi aluminum membutuhkan
listrik dalam jumlah sangat besar.

Latihan

10.1 Bilangan oksidasi

Tentukan bilangan oksidasi setiap unsur yang ditandai dengan hurugf tebal dalam
senyawa berikut.

(a) HBr (b) LiH (c) CCl4 (d) CO (e) ClO- (f) Cl2O7 (g) H2O2 (h) CrO3 (i) CrO42- (j)
Cr2O72-

10.1 Jawab

(a) +1 (b) -1 (c) +4 (d) +2 (e) +1 (f) +7 (g) -1 (h) +6 (i) +6 (j) +6

10.2 Reaksi oksidasi reduksi

Untuk tiap reaksi berikut, tentukan bilangan oksidasi atom berhuruf tebal. Tentukan
oksidan dan reduktan dan tentukan perubahan bilangan oksidasinya.

(a) PbO2 + 4H+ + Sn2+ –> Pb2+ + Sn4+ + 2H2O

(b) 5As2O3 + 4MnO4- + 12H+ –> 5As2O5 + 4Mn2+ + 6H2O

10.2 Jawab

(a) Pb: +4 –> +2 direduksi. Sn: +2 –> +4 dioksidasi

(b) As: +3 –> +5 dioksidasi. Mn: +7 –> +2 direduksi

10.3 Titrasi oksidasi reduksi

0,2756 g kawat besi dilarutkan dalam asam sedemikian sehingga Fe3+ direduksi menjadi
Fe2+. Larutan kemudian dititrasi dengan K2Cr2O7 0,0200 mol.dm-3 dan diperlukan 40,8
cm3 larutan oksidan untuk mencapai titik akhir. Tentukan kemurnian (%) besinya.

10.3 Jawab

99,5 %

10.4 Potensial sel


Tentukan potensial sel (pada 25°C) yang reaksi totalnya diberikan dalam persamaan
berikut. Manakah yang akan merupakan sel yang efektif?

1. Mg + 2H+ –> Mg2+ + H2


2. Cu2+ + 2Ag –> Cu + 2Ag+
3. 2Zn2+ + 4OH-–> 2Zn + O2 + 2H2O

10.4 Jawab

1. Mg –> Mg2+ +2e-, +2,37 V. 2H+ + 2e-–> H2, 0,00 V; potensial sel: +2,37
V,efektif.
2. Cu2+ + 2e-–> Cu, 0,337 V. Ag–> Ag+ + e-, -0,799 V, potensial sel: -0,46
V,tidak efektif.
3. Zn2+ + 2e-–> Zn, -0,763 V. 4OH-–> 4e- + O2 + 2H2O, -0.401 V potensial sel:
-1,16 V, tidak efektif.

10.5 Persamaan Nernst

Hitung potensial sel (pada 25°C) yang reaksi selnya diberikan di bawah ini.

Cd + Pb2+ –> Cd2+ + Pb

[Cd2+] = 0,010 mol dm-3; [Pb2+] = 0,100 mol dm-3

10.5 Jawab

0,30 V

10.6 Hukum Faraday

Bismut dihasilkan dengan elektrolisis bijih sesuai dengan persamaan berikut. 5,60 A arus
listrik dialirkan selama 28,3 menit dalam larutan yang mengandung BiO+. Hitung massa
bismut yang didapatkan.

BiO+ + 2H+ + 3e- –> Bi + H2O

10.6 Jawab

6,86 g

Tetapan Avogadro (L) = 6,02×1023 partikel/mol

Lambang L menyatakan huruf pertama dari Loschmidt, seorang ilmuwan austria yang
pada tahun 1865 dapat menentukan besarnya tetapan Avogadro dengan tepat. Sehingga,
1 mol emas = 6,02×1023 atom emas

1 mol air = 6,02×1023 atom air

1 mol gula = 6,02×1023 molekul gula

1 mol zat X = L buah partikel zat X

Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel

Telah diketahui bahwa 1mol zat X = l buah partikel zat X, maka

2 mol zat X = 2 x L partikel zat X

5 mol zat X = 5 x L partikel zat X

n mol zat X = n x L partikel zat X

Jumlah partikel = n x L

Contoh soal:

Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol timbal
dioksida (PbO2).

Jawab :

1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau 1 mol
molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat

Atom timbal = 1 x 5 mol = 5 mol

Atom oksigen = 2 x 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)

Contoh soal

Berapa jumlah atom besi (Ar Fe = 56 g/mol) dalam besi seberat 0,001 gram.

Jawab

Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom,
molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa
12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa
1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa molekul relatif (Mr)
atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram.

Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)

Contoh:

Massa dan Jumlah Mol Atom/Moleku

Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar)
suatu zat dapat dicari dengan

Gram = mol x Mr atau Ar

Contoh soal:

Berapa mol besi seberat 20 gram jika diketahui Ar Fe = 56 g/mol

Jawab :

Besi tersusun oleh atom-atom besi, maka jumlah mol besi

Contoh soal :

Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan H = 1

Jawab:

Mr Propana = (3 x 12) + (8 x 1) = 33 g/mol, sehingga,

gram propana = mol x Mr = 0,21 mol x 33 g/mol = 9,23 gram

Volume Molar
Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0°C (273 K) dan
tekanan 1 atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram.
Maka,

Karena volume gas oksigen (O2) = 1 liter,

Pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga
keadaan STP(Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen
sama dengan 22,3 liter.

Avogadro yang menyata-kan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama
maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila
jumlah mol gas sama maka volumenyapun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan
tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu
22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3 liter/mol.

Volume Gas Tidak Standar

Persamaan gas ideal

Persamaan gas ideal dinyatakan dengan:

PV=nRT

keterangan:

P; tekanan gas (atm)

V; volume gas (liter)

N; jumlah mol gas

R; tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K) T; temperatur mutlak (Kelvin)

Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama

Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama,
gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila
jumlah molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang
sama perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Maka,

Molaritas

Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi
dan umumnya digunakan adlah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran
banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan


penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga,

V1M1 = V2M2

keterangan:

V1 = volume sebelum pengenceran

M1 = molaritas sebelum pengenceran

V2 = volume sesudah pengenceran

M2 = molaritas sesudah pengenceran


Pembuatan Larutan

Halaman ini menjelaskan berbagai cara agar molekul organik dapet diperlihatkan pada
kertas atau layar -termasuk formula molekular dan berbagai bentuk formula struktur.

Formula molekular

Formula molekular dapat dengan sederhana memeberi tahu jumlah dan jenis atom pada
suatu molekul, namun tidak menjelaskan bagaimana mereka bergabung.

Sebagai contoh, formula molekular dari butan adalah C4H10, dan formula molekular dari
etanol adalah C2H6O.

Formula molekular sangat jarang digunakan dalam kimia organik, karena tidak bisa
menginformasikan tentang ikatan dalam molekul. Satu-satunya tempat anda dapat
menemuinya adalah dalam persamaan reaksi dari hidrokarbon sederhana. Sebagai contoh:

Dalam kasus seperti ini, ikatan dalam molekul organik tidak begitu penting.

Formula Struktur

Formula Struktur menjelaskan bagaimana berbagai atom berikatan. Ada banyak cara
dalalm penulisannya dan anda perlu untuk mengenalnya.

Formula gambar

Formula gambar memperlihatkan semua ikatan pada molekul sebagai garis. Anda harus
ingat bahwa tiap garis mewakili sepasang elektron bagian (shared elektron).
Sebagai contoh, di bawah ini adalah model dari metan dan formula gambarnya:

Perhatikan cara metan digambar tidak sama sedikitpun dengan bentuk aslinya. Metan
tidak datar dengan sudut 90°. Kesalahpahaman antara yang anda gambar dan bentuk
sebenarnya ini bisa membawa ke masalah jika anda tidak berhati-hati.

Sebagai contoh, pikirkan molekul sederhana dengan formula molekul CH2Cl2. Anda
mungkin berpikir ada dua cara untuk mengatur struktur atom ini jika anda menggambar
formula gamba-nya.

Klorin bisa saling berhadapan atau saling membentuk sudut 90°. Tapi sebenarnya kedua
struktur ini adalah sama dan serupa. Lihat struktur mereka dalam bentuk model berikut.

Struktur yang satu hanya merupakan rotasi dari struktur yang lain.

Pikirkan struktur yang lebih kompleks seperti C2H5Cl. Formula gambarnya dapat ditulis
sebagai berikutT:

Namun sekali lagi keduanya adalah sama dan serupa. Lihat model berikut.
Cara umum untuk menggambar formula struktur

Untuk semua selain molekul yang paling sederhana, menggambar formula struktur sangat
merepotkan -terutama pada ikatan karbon-hidrogen. Anda dapat menyederhanakan
bagian dari formula tersebut dengan CH3 or CH2 daripada menggambar seluruh ikatan.

Sebagai contoh, asam etanoik dapat digambarkan dalam bentuk penuh dan bentuk
sederhana sebagai:

Anda bahkan dapat menyederhanakan sampai dengan CH3COOH, dan mungkin anda
akan memerlukannya saat menuliskan reaksi kimia yang berhubungan dengan sama
etanoik. Tentu saja anda akan kehilangan sesuatu jika menggunakan cara ini, anda tidak
dapat melihat secara langsung semua ikatan dan kerjanya.

Anda harus tetap berhati-hati menggambarkan struktur dengan cara ini. Ingat bahwa
kedua struktur ini melambangkan molekul yang sama.

Ketiga struktur ini melambangkan butan.

Kesemuanya hanyalah versi lain dari karbon yang berikatan pada satu garis. Satu-satunya
perbedaan adalah bahwa terjadi rotasi disebagian ikatan karbon. Anda dapat melihatnya
dalam model berikut.
Tidak ada satupun yang dapat mewakili bentuk butan secara tepat. Bentuk butan menurut
konvensi adalah pada satu garis lurus, seperti bagian pertama dari struktur diatas.

Hal ini menjadi lebih penting saat anda membuat cabang rantai karbon. Struktur berikut
sekalai lagi semuanya mewakili molekul yang sama 2-metilbutan.

Kedua struktur pada sebelah kiri jelas-jelas sama. Hanya diputar. Dan yang satu lagi tidak
begitu jelas bila anda tidak melihat struktur tersebut secara detail. Ada 4 karbon yang
terikat dalam satu baris, dengan grup CH3 terikat pada daerah dekat ujung. Jika anda
mempunyai model atom, persamaan diantara keduanya dapat dilihat bila anda memutar
sebagian dari ikatan dan memuatar seluruh model kimia itu sedikit.

Untuk mengatasi hal yang membingungkan ini, konvensi menyarankan anda untuk selalu
melihat rantai karbon terpanjang dan menggambarkannya secara horisontal. Dan yang
lainnya diikatkan pada rantai tersebut.

Tidak penting jika anda mengambarnya menghadap atas atau bawah. Semuanya ewakili
molekul yang sama.
Jika anda menbuat model atom darinya, anda dapat melihat bahwa hal itu terjadi hanya
dengan memutar satu atau lebih rantai-rantai karbon.

Bagaimana menggambar struktur formula dalam 3 Dimensi

Ada saat dimana sangat peting untuk menggambar struktur 3D dari bagian sebuah
molekul. Untuk melakukan hal ini Ikatan ditampilkan menggunakan simbol-simbol
konvensional:

Sebagai contoh, anda mungkin ingin untuk menampilkan bentuk 3D dari grup sekitar
karbon yang merupakan group -OH pada butan-2-ol.

Butan-2-ol mempunyai formula struktur:

Dengan memakai Notasi ikatan konvensional, anda dapat menggambarnya, sebagai


contoh:

Satu-satunya perbedaan antara keduanya hanyalah sedikit rotasi di ikatan antara


pertengahan dua karbon. Hal ini diperlihatkan dalam dua model dibawah. Perhatikan
dengan seksama-terutama pada apa yang telah terjadi pada taom hidrogen tunggal. Pada
model tangan kiri, berada dibelakang karbon. pada model tangan kanan pada bidang datar
yang sama. perbedaannya hanya sedikit.
Bukan masalah gambar mana yang harus anda gambar. Bahkan anda bia menciptakan
satu lagi dengan mudahnya. Pilih salah satu dan biasakan menggambar struktur tiga
dimensi dengan cara seperti itu. Kebiasaan yang digunakan dalam website ini yaitu
menggambar dua ikatan yang menjauhi kertas dan satu ikatan yang keluar dari kertas
seperti pada diagram tangan kiri diatas.

Perhatikan bahwa tidak ada usaha untuk menampilkan seluruh molekul dalam bentuk 3D
pada formula strukur diatas. Group CH2CH3 ditinggalkan dalam bentuk sederhana.Tetap
buat gambar sederhana -terlalu banyak detail membuat keseluruhan menjadi sulit untuk
dimengerti!

Formula Skeletal (formula rangka)

Pada formula skeletal, semua atom hidrogen dihilangkan dari rantai karbon,
meninggalkan rangka karbon dengan Group Fungsional terikat padanya.

Sebagai contoh yang baru saja kita bicarakan butan-2-ol. Struktur normal dan struktur
rangka terlihat seperti ini:

Dalam gambar kerangka di jenis ini:

• ada atom karbon pada setiap persimpangan antara ikatan pada rantai dan ujung
dari setiap ikatan (kecuali bila ada yang lain seperti -OH pada contoh).
• Jumlah hidrogen yang teikat pada tiap karbon cukup untuk membuat jumlah
ikatan oleh karbon sama dengan 4.

Waspadai! Gambar dalam jenis ini memerlukan latihan untuk dapat dimengerti -mungkin
tidak akan diterima oleh pemeriksa anda.

Namun ada contoh dimana gambar seperti ini sering dipakai. Termasuk Cincin cincin
atom yang secara mengejutkan sulit untuk digambar dingan rapih dengan struktur
formula normal.

Cyclohexane, C6H12, is a ring of carbon atoms each with two hydrogens attached. This is
what it looks like in both a structural formula and a skeletal formula.
Dan ini adalah sikloheksen yang sama sama tapi mengandung ikatan rangkap:

Yang paling umum adalah benzen yang mempunyai simbol tersendiri.

Memutuskan jenis formula untuk dipakai

Semuanya tergantung hanya kepada pengalaman -feeling adalah cara terbaik untuk
menemukan jenis formula pada situasi yang anda hadapi.

Jangan khawatir tentang hal ini- semakin anda membaca tentang kimia organik anda akan
mengerti secara natural. Dan anda akan terbiasa menulis formula dalam mekanisme
reaksi, atau struktur dari isomer, atau dalam persamaan reaksi kimia sederhana anda
mungkin tidak memikirkannya sama sekali.

Namun ada beberapa petunjuk yang harus anda ikuti.

Apa yang silabus anda katakan?

Lain guru/dosen mempunyai referensi yang berbeda. Lihat terlebih dahulu silabus anda.

Anda juga harus memeriksa soal-soal teraktual dan terutama jawaban soal untuk
memeriksa jenis formula kimia yang diinginkan. Anda juga bisa memeriksa dari buku
yang diterbitkan oleh guru/dosen anda.

Bagaimana jika anda tetap tidak yakin?


Gambar formula yang paling detail yang muat pada tempat yang disediakan. Jika ragu-
ragu Gambar formula yang dapat dilihat secara penuh. Anda tidak akan kehilangan
banyak nilai karena kurang detail.

Terlepas dari kasus yang paling sulit (seperti pembakaran hidrokarbon), jangan pernah
gunakan formula molekuler. Selalu tunjukkan detail pada bagian yang penting. Sebagai
contoh bagian terpenting dari eten adalah ikatan rangkapnya - jadi tulis kurang
lebihCH2=CH2 dan jangan C2H4.

Pengertian Bilangan Oksidasi

Dengan bilangan oksidasi akan mempermudah dalam pengerjaan reduksi atau oksidasi
dalam suatu reaksi redoks.

Kita akan membuat contoh dari Vanadium. Vanadium membentuk beberapa ion, V2+ dan
V3+. Bagaimana ini bisa terjadi? Ion V2+ akan terbentuk dengan mengoksidasi logam,
dengan memindahkan 2 elektron:

Vanadium kini disebut mempunyai biloks +2.

Pemindahan satu elektron lagi membentuk ion V3+:

Vanadium kini mempunyai biloks +3.

Pemindahan elektron sekali lagi membentuk bentuk ion tidak biasa, VO2+.

Biloks vanadium kini adalah +4. Perhatikan bahwa biloks tidak didapat hanya dengan
menghitung muatan ion (tapi pada kasus pertama dan kedua tadi memang benar).

Bilangan oksidasi positif dihitung dari total elektron yang harus dipindahkan-mulai dari
bentuk unsur bebasnya.

Vanadium biloks +5 juga bisa saja dibentuk dengan memindahkan elektron kelima dan
membentuk ion baru.

Setiap kali vanadium dioksidasi dengan memindahkan satu elektronnya, biloks vanadium
bertambah 1.
Sebaliknya, jika elektron ditambahkan pada ion, biloksnya akan turun. Bahkan dapat
didapat lagi bentuk awal atau bentuk bebas vanadium yang memiliki biloks nol.

Bagaimana jika pada suatu unsur ditambahkan elektron? Ini tidak dapat dilakukan pada
vanadium, tapi dapat pada unsur seperti sulfur.

Ion sulfur memiliki biloks -2.

Kesimpulan

Biloks menunjukkan total elektron yang dipindahkan dari unsur bebas (biloks positif)
atau ditambahkan pada suatu unsur (biloks negatif) untuk mencapai keadaan atau
bentuknya yang baru.

Oksidasi melibatkan kenaikan bilangan oksidasi

Reduksi melibatkan penurunan bilangan oksidasi

Dengan memahami pola sederhana ini akan mempermudah pemahaman tentang konsep
bilangan oksidasi. Jika anda mengerti bagaimana bilangan oksidasi berubah selama
reaksi, anda dapat segera tahu apakah zat dioksidasi atau direduksi tanpa harus
mengerjakan setengah-reaksi dan transfer elektron.

Mengerjakan bilangan oksidasi

Biloks tidak didapat dengan menghitung jumlah elektron yang ditransfer. Karena itu
membutuhkan langkah yang panjang. Sebaliknya cukup dengan langkah yang sederhana,
dan perhitungan sederhana.

E Biloks dari unsur bebas adalah nol. Itu karena unsur bebas belum mengalami oksidasi
atau reduksi. Ini berlaku untuk semua unsur, baik unsur dengan struktur sederhana seperti
Cl2 atau S8, atau unsur dengan struktur besar seperti karbon atau silikon.

* Jumlah biloks dari semua atom atau ion dalam suatu senyawa netral adalah nol.

* Jumlah biloks dari semua atom dalam suatu senyawa ion sama dengan jumlah muatan
ion tersebut.

* Unsur dalam senyawa yang lebih elektronegatif diberi biloks negatif. Yang kurang
elektronegatif diberi biloks positif. Ingat, Fluorin adalah unsur paling elektronegatif,
kemudian oksigen.

* Beberapa unsur hampir selalu mempunyai biloks sama dalam senyawanya:


Bilangan
unsur Pengecualian
Oksidasi

Logam
selalu +1
golongan I

Group 2 metals selalu +2

Oksigen biasanya -2 Kecuali dalam peroksida dan F2O (lihat dibawah)

Kecuali dalam hidrida logam, yaitu -1 (lihat


Hidrogen biasanya +1
dibawah)

Fluorin selalu -1

Kecuali dalam persenyawaan dengan O atau F


Klorin biasanya -1
(lihat dibawah)

Alasan pengecualian

Hidrogen dalam hidrida logam

Yang termasuk hidrida logam antara lain natrium hidrida, NaH. Dalam senyawa ini,
hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H-. Biloks dari ion seperti hidrida adalah sama
dengan muatan ion, dalam contoh ini, -1.

Dengan penjelasan lain, biloks senyawa netral adalah nol, dan biloks logam golongan I
dalam senyawa selalu +1, jadi biloks hidrogen haruslah -1 (+1-1=0).

Oksigen dalam peroksida

Yang termasuk peroksida antara lain, H2O2. Senyawa ini adalah senyawa netral, jadi
jumlah biloks hidrogen dan oksigen harus nol.

Karena tiap hidrogen memiliki biloks +1, biloks tiap oksigen harus -1, untuk
mengimbangi biloks hidrogen.

Oksigen dalam F2O

Permasalahan disini adalah oksigen bukanlah unsur paling elektronegatif. Fluorin yang
paling elektronegatif dan memiliki biloks -1. Jadi biloks oksigen adalah +2.

Klorin dalam persenyawaan dengan fluorin atau oksigen


Klorin memiliki banyak biloks dalam persenyawaan ini. Tetapi harus diingat, klorin tidak
memiliki biloks -1 dalam persenyawaan ini.

Contoh soal bilangan oksidasi

Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr2+?

Untuk ion sederhana seperti ini, biloks adalah jumlah muatan ion, yaitu +2 (jangan lupa
tanda +)

Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam CrCl3?

CrCl3 adalah senyawa netral, jadi jumlah biloksnya adalah nol. Klorin memiliki biloks -1.
Misalkan biloks kromium adalah n:

n + 3 (-1) = 0

n = +3

Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr(H2O)63+?

Senyawa ini merupakan senyawa ion, jumlah biloksnya sama dengan muatan ion. Ada
keterbatasan dalam mengerjakan biloks dalam ion kompleks seperti ini dimana ion logam
dikelilingi oleh molekul-molekul netral seperti air atau amonia.

Jumlah biloks dari molekul netral yang terikat pada logam harus nol. Berarti molekul-
molekul tersebut dapat diabaikan dalam mengerjakan soal ini. Jadi bentuknya sama
seperti ion kromium yang tak terikat molekul, Cr3+. Biloksnya adalah +3.

Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam ion dikromat, Cr2O72-?

Biloks oksigen adalah -2, dan jumlah biloks sama dengan jumlah muatan ion. Jangan
lupa bahwa ada 2 atom kromium.

2n + 7(-2) = -2
n = +6

Apakah bilangan oksidasi dari tembaga dalam CuSO4?

Dalam mengerjakan soal oksidasi tidak selalu dapat memakai cara sederhana seperti
diatas. Permasalahan dalam soal ini adalah dalam senyawa terdapat dua unsur (tembaga
dan sulfur) yang biloks keduanyadapat berubah.

Ada dua cara dalam memecahkan soal ini:


E Senyawa ini merupakan senyawa ionik, terbentuk dari ion tembaga dan ion sulfat,
SO42-, untuk membentuk senyawa netral, ion tembaga harus dalam bentuk ion 2+. Jadi
biloks tembaga adalah +2.

E Senyawa ini juga dapat ditulis tembaga(II)sulfat. Tanda (II) menunjukkan biloksnya
adalah 2. Kita dapat mengetahui bahwa biloksnya adalah +2 dari logam tembaga
membentuk ion positif, dan biloks adalah muatan ion.

Menggunakan bilangan oksidasi

Dalam penamaan senyawa

Anda pasti pernah tahu nama-nama ion seperti besi(II)sulfat dan besi(III)klorida. Tanda
(II) dan (III) merupakan biloks dari besi dalam kedua senyawa tersebut: yaitu +2 dan +3.
Ini menjelaskan bahwa senyawa mengandung ion Fe2+ dan Fe3+.

Besi(II)sulfat adalah FeSO4. Ada juga senyawa FeSO3 dengan nama klasik besi(II)sulfit.
Nama modern menunjukkan biloks sulfur dalam kedua senyawa.
2-
Ion sulfat yaitu SO4 . Biloks sulfur adalah +6. Ion tersebut sering disebut ion sulfat(VI).

Ion sulfit yaitu SO32-. Biloks sulfur adalah +4. Ion ini sering disebut ion sulfat(IV).
Akhiran -at menunjukkan sulfur merupakan ion negatif.

Jadi lengkapnya FeSO4 disebut besi(II)sulfat(VI), dan FeSO3 disebut besi(II)sulfat(IV).


Tetapi karena kerancuan pada nama-nama tersebut, nama klasik sulfat dan sulfit masih
digunakan.

Menggunakan bilangan oksidasi untuk menentukan yang dioksidasi dan yang


direduksi.

Ini merupakan aplikasi bilangan oksidasi yang paling umum. Seperti telah dijelaskan:

Oksidasi melibatkan kenaikan bilangan oksidasi

Reduksi melibatkan penurunan bilangan oksidasi

Pada contoh berikut ini, kita harus menentukan apakah reaksi adalah reaksi redoks, dan
jika ya apa yang dioksidasi dan apa yang direduksi.

Contoh 1:

Reaksi antara magnesium dengan asam hidroklorida:


Apakah ada biloks yang berubah? Ya, ada dua unsur yang berupa senyawa pada satu sisi
reaksi dan bentuk bebas pada sisi lainnya. Periksa semua biloks agar lebih yakin.

Biloks magnesium naik, jadi magnesium teroksidasi. Biloks hidrogen turun, jadi hidrogen
tereduksi. Klorin memiliki biloks yang sama pada kedua sisi persamaan reaksi, jadi klorin
tidak teroksidasi ataupun tereduksi.

Contoh 2:

Reaksi antara natrium hidroksidsa dengan asam hidroklorida:

Semua bilangan oksidasi diperiksa:

Ternyata tidak ada biloks yang berubah. Jadi, reaksi ini bukanlah reaksi redoks.

Contoh 3:

Reaksi antara klorin dan natrium hidroksida encer dingin:

Jelas terlihat, biloks klorin berubah karena berubah dari undur bebas menjadi dalam
persenyawaan. Bilangan oksidasi diperiksa:
Klorin ternyata satu-satunya unsur yang mengalami perubahan biloks. Lalu, klorin
mengalami reduksi atau oksidasi? Jawabannya adalah keduanya. Satu atom klorin
mengalami reduksi karena biloksnya turun, atom klorin lainnya teroksidasi.

Peristiwa seperti ini disebut reaksi disproporsionasi. Reaksi disproporsionasi yaitu


reaksi dimana satu unsur mengalami oksidasi maupun reduksi.

Menggunakan bilangan oksidasi untuk mengerjakan proporsi reaksi

Bilangan oksidasi dapat berguna dalam membuat proporsi reaksi dalam reaksi titrasi,
dimana tidak terdapat informasi yang cukup untuk menyelesaikan persamaan reaksi yang
lengkap.

Ingat, setiap perubahan 1 nilai biloks menunjukkan bahwa satu elektron telah ditransfer.
Jika biloks suatu unsur dalam reaksi turun 2 nilai, berarti unsur tersebut memperoleh 2
elektron.

Unsur lain dalam reaksi pastilah kehilangan 2 elektron tadi. Setiap biloks yang turun,
pasti diikuti dengan kenaikan yang setara biloks unsur lain.

Ion yang mengandung cerium dengan biloks +4 adalah zat pengoksidasi (rumus molekul
rumit, tidak sekedar Ce4+). Zat tersebut dapat mengoksidasi ion yang mngandung
molybdenum dari biloks +2 menjadi +6. Biloks cerium menjadi +3 ( Ce4+). Lalu,
bagaimana proporsi reaksinya?

Biloks molybdenum naik sebanyak 4 nilai. Berarti biloks cerium harus turun sebanyak 4
nilai juga.

Tetapi biloks cerium dalam tiap ionnya hanya turun 1 nilai, dari +4 menjadi +3. Jadi jelas
setidaknya harus ada 4 ion cerium yang terlibat dalam setiap reaksi dengan molybdenum
ini.

Proporsi reaksinya adalah 4 ion yang mengandung cerium dengan 1 ion molybdenum.

Reaksi adisi siklik dan pertukaran ikatan


kimia
Ditulis oleh Koichi Ohno pada 04-01-2009

Dalam bagian ini, reaksi adisi siklik akan dipelajari sebagai sebuah contoh dari
mekanisme pertukaran ikatan untuk reaksi antara spesies yang tidak memiliki elektron
yang tidak berpasangan.

a. Reaksi Diels-Alder
Adisi sebuah senyawa yang memiliki sebuah ikatan CC tidak jenuh seperti pada etilen
dan akrolen pada sebuah diena seperti pada butadiena akan menghasilkan sebuah
kerangka siklik yang terdiri dari enam atom karbon. Reaksi tipe ini disebut sebagai reaksi
Diels-Alder. Contoh tipikal adalah reaksi antara butadien dan etilen yang menghasilkan
sikloheksen sebagaimana ditunjukkan dalam diagram (a) berikut ini di mana reaksi
tersebut mudah terjadi.

Di sisi lainnya, reaksi penambahan (b) yang melibatkan dua molekul etilen tidak dapat
berlangsung tanpa panas atau radiasi cahaya. Untuk memahami mekanisme reaksi adisi
(a), marilah kita mempelajari orbital molekul dan tingkat energi untuk etilen dan
butadien.

Orbita molekul dan tingkat-tingkat energi untuk etilen C2H4

Sebagaimana telah dipelajari pada bagian 5.6 dan dalam contoh 5.3, kerangka molekular
untuk etilen terletak pada sebuah bidang dan sudut ikatannya adalah sebesar 120o.
HOMO dan LUMO dari etilen adalah sebuah ikatan π orbital &pu;b dan anti ikatan
orbital πa yang terdiri dari tipe π yang merupakan tumpang tindih dari orbital p pada
posisi vertikal terhadap bidang molekul sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.3 dan
Contoh 6.1. Dalam usaha untuk menjelaskan reaksi Diels-Alder , sifat-sifat dari HOMO
dan LUMO adalah sangat penting.

Contoh 6.1 Bangun orbital molekul dan tingkat-tingkat energinya dari dua buah CH 2
(sebuah penerapan dari molekul AH2 dalam Bagian 5.4).

(Jawaban) Tempatkan dua unit dari CH2 yang bengkok dengan sebuah sumbu pusat
umum yang memotong kedua unit dan kemudian didekatkan satu dengan lainnya
(Gambar 6.4). Orbital energi terendah dari setiap unit C2H2 adalah orbital 1σ yang hampir
murni terdiri dari sebuah orbital C1s dan sebuah interaksi antara sebuah pasangan orbital
1σ menghasilkan sebuah orbital σ (1) disebabkan oleh kesamaan campuran fasa dan
orbital σ lainnya (2) yang disebabkan oleh campuran fasa yang berlawanan. Tingkat-
tingkat energi menjadi (1) < (2). Perbedaan ini kecil disebabkan oleh tumpang tindih
antara orbital C2s yang sangat kecil dikarenakan distribusi elektron yang terbatas di
sekitar ini dalam orbital kulit terdalam meski perbedaan energinya nol.
Gambar 1.1 Gambar 6.3 HOMO dan LUMO dari etilen C2H4.

Berikutnya, marilah kita memperhatikan interaksi antara orbital 2s yang terdiri dari C2s.
Interaksi ini akan menghasilkan sebuah ikatan orbital σ C2sCC (3) disebabkan oleh
campuran fasa sama dan sebuah C2sCC orbital σ anti ikatan (4) disebabkan oleh
campuran fasa yang berlawanan dan tingkat energi menjadi (3)<(4). Dalam kasus ini,
perbedaan energi antara (3) dan (4) cukup besar disebabkan oleh tumpang tindih yang
besar.

Kopling paralel dari orbital 3σ dengan karakter ikatan CH yang kuat akan menghasilkan
sebuah orbital (5) dengan sebuah karakter ikatan π bersama dengan sebuah orbital (7)
dengan sebuah tipe anti ikatan dan susunan tingkat energinya menjadi (5) < (7).

Di sini, harus dicatat bahwa interaksi fasa yang sama pada daerah ikatan CC antara
orbital 4σ dengan karakter ikatan HH menghasilkan sebuah tingkat (6) yang terletak di
antara tingkat (5) dan (7). Interaksi antara 4σ sangatlah kuat disebabkan oleh hibridisasi
dari orbital 2s dan 2p pada ato m C. Ini akan menyebabkan bahwa sebuah orbital anti
ikatan yang dibuat oleh interaksi ini menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dari dua
orbital π berikutnya, (8) dan (9).

Karena orbital 1π terdiri dari sebuah orbital dengan posisi vertikal terhadap bidang C2H2,
sebuah orbital ikatan π (8) dan anti ikatan π (9) dihasilkan secara sederhana oleh
interaksi-interaksi tipe π antara orbital p. Sebuah molekul C2H4 memiliki 16 elektron dan
dua elektron diakomodasi pada setiap orbital dari (1)-(8). Dengan demikian orbital π
ikatan (8) adalah HOMO dan orbital ??? anti ikatan adalah LUMO.

Orbital molekular dan tingkat-tingkat energi untuk butadien C4H6

Sebuah molekul butadien dapat dibangun dengan sebuah ikatan pasangan elektron antara
dua radikal yang memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan pada setiap unit yang
dihasilkan dari etilen dengan mengambil sebuah atom H dari sebuah ikatan CH. Ikatan
CC yang baru dengan demikian memiliki sebuah karakter ikatan ganda dengan sedikit
alasan yang diberikan di bawah ini dan mengakibatkan bahwa sebuah molekul butadien
memiliki sebuah struktur planar di mana 10 atom diletakkan pada bidang molekul.
Karenanya butadien memiliki dua isomer, bentuk cis dan trans (Gambar 6.5). Di antara
keduanya, bentuk trans adalah bentuk yang lebih stabil. Reaksi Diels-Alder dari
butadiena menghasilkan bentuk cis, karena bentuk ini lebih cocok dengan mekanisme
reaksi yang akan didiskusikan di bawah ini.

Contoh 6.2 Bangun orbital π dan tingkat-tingkat energinya dari butadien dari orbital p
dari empat atom C, dimulai dari dua himpunan orbital π dari jenis etilen (Gambar 6.6).

(Jawaban) Marilah kita mengandaikan bahwa orbital π dari butadien dihasilkan dari
interaksi tipe π dari sebuah pasangan orbital p pada setiap ujung dari setiap unit etilen.

Berdasarkan pada diskusi tentang pembentukan molekul tipe A2 dalam bagian 5.5,
marilah kita meninjau interaksi antara orbital πb ikatan dan antara orbital πa anti ikatan
dalam interaksi fasa antara orbital πb akan menghasilkan orbital (1) yang seluruhnya
membentuk ikatan untuk tiga ikatan CC dan diekspresikan sebagai bbb dan orbital yang
lainnya (2) memiliki karakter anti ikatan di tengah yang diekspresikan dengan bab.
Urutan energi dari orbital-orbital ini menjadi (1)<(2) sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 6.6(a). Hal yang sama, interaksi yang sama antara orbital ???a akan
menghasilkan orbital dengan tipe aba (3) dan sebuah orbital tipe aaa (4). Dengan
demikian urutan tingkat energi menjadi (1)<(2)<(3)<(4).

Dalam langkah berikut, marilah kita meninjau interaksi dari sepasang orbital (1)(3) yang
memiliki sebuah noda dan (2)(4) yang tidak memiliki noda pada pusat ikatan CC.
Kemudian kita mendapatkan orbital-orbital baru yang dimodifikasi oleh efek
pencampuran yang ditunjukkan dalam (b) pada gambar. Dari atas ke bawah, karakter
ikatan secara relatif semakin kuat dan dari bawah ke atas karakter ikatan secara relatif
melemah.

Tingkat energi diberi nomer dari yang terendah sebagai π1, π2, π3, π4 di mana jumlah dari
nodanya satu lebih kecil dari nomer tingkat energinya. Kecenderungan ini adalah sama
dengan jumlah noda dalam fungsi gelombang untuk sebuah partikel dalam kotak.
Kesamaan ini disebabkan oleh struktur rangka C-C-C-C yang merupakan sebuah ruang
satu dimensi tempat elektron diakomodasi. Dengan mencatat kesamaan ini maka
karakteristik orbital π dalam butadien juga dapat diturunkan.

Karena satu elektron diberikan dari sebuah orbital p dari setiap atom C, terdapat empat
elektron ??? dalam butadien yang menempati orbital π1 dan π2 sebagai pasangan-
pasangan elektron. Dengan demikian π2 adalah HOMO dan π3 adalah LUMO. Pada ikatan
pusat CC, kontribusi ikatan dari π1 lebih besar dibandingkan dengan kontribusi anti ikatan
dari π2 dan ka renanya ikatan ini memiliki sedikit karakter ikatan ganda (panjang ikatan
dari ikatan CC pusat dalam butadiena adalah 1.483 Å, yang lebih pendek dari sebuah
ikatan CC tunggal murni pada etana (1.536 Å) dan lebih panjang dari ikatan ganda murni
pada etilena (1.338 Å))
Gambar 6.4 Orbital molekul dari etilen.

Gambar 6.5 Bentuk cis dan trans dari butadien.


Gambar 6.6 Orbital molekul dari butadien.

b. Interaksi HOMO-LUMO dan simetri orbital

Berdasarkan orbital-orbital etilen dan butadien di atas, marilah kita memperhatikan


interaksi HOMO-LUMO dari orbital-orbital tersebut. Jika molekul etilen dan butadien
ditempatkan dalam bidang yang sama, atom H akan menghindari overlap bersama dari
orbital π dan mengakibatkan interaksi yang tidak cukup. Dengan demikian dua molekul
harus ditempatkan pada pasangan bidang yang paralel, di atas dan di bawahnya, dan kita
meninjau interaksi antara dua orbital, satu berasal dari bidang yang di atas kebawah dan
yang lainnya dari bidang yang di bawah ke atas. Dalam Gambar 6.7, etilen ditempatkan
pada bidang yang lebih rendah dan butadien ditempatkan pada bidang yang lebih tinggi.
Dalam situasi seperti ini, masing-masing atom C 1 dan 4 dapat berinteraksi dengan atom
C 6 dan 5. Ketika kita menempatkan HOMO dari etilen dan LUMO dari butadien agar
berada pada kopling yang sefasa pada posisi 1 dan 6 sebagaimana tergambar dalam
Gambar 6.7(a), sisi seberangnya pada 4 dan 5 juga dapat saling tumpang tindih dalam
fasa yang sama. Hal ini akan menghasilkan bahwa sebuah ikatan secara simultan
dibentuk pada 1-6 dan 5-4.

Sekarang, marilah kita mempelajari efek interaksi di atas dalam bentuk perubahan pada
karakter ikatan yang berkaitan dengan transfer elektron. Elektron dalam pasangan
elektron dari etilen mengalir menuju butadien dan kemudian elektron-elektron ikatan di
sekitar 5 dan 6 akan pergi hingga dapat mengakibatkan penurunan ikatan antara 5 dan 6.
Efek yang mereduksi ikatan ini dapat dinyatakan sebagai (-) sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 6.8. Sebagaimana telah disebutkan, elektron mengalir menuju daerah
ikatan 1-6 dan 4-5, di mana tidak terdapat ikatan sebelum reaksi terjadi. Dengan
demikian, peningkatan ikatan dalam daerah ini dinyatakan sebagai (+). Demikian juga,
elektron mengalir menuju daerah anti ikatan 1-2 dan 3-4 dalam LUMO dan daerah ini
memiliki efek (-) pada ikatan. Aliran elektron menuju daerah ikatan 2-3 dalam LUMO
memberikan efek (+). Sebagaimana diringkaskan di tengah Gambar 6.8, efek di atas
berubah bergantian pada perimeter heksagon sebagai +-+-+- dan menuju pada perubahan
orde ikatan ±1 membentuk sebuah kerangka dari sikloheksen sebagaimana ditunjukkan
pada bagian kanan pada Gambar 6.8.

Gambar 6.7 Interaksi HOMO-LUMO antara etilena dan butadiena.

Gambar 6.8 Perubahan orde ikatan dalam reaksi Diels-Alder.

Sementara itu, kita harus memperhatikan interaksi antara LUMO dari etilen dan HOMO
dari butadien sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 6.7(b). Meskipun kombinasi
interaksi orbital ini memiliki arah yang berlawanan dengan arah aliran elektron,
perubahan pada karakter ikatan yang berkaitan adalah sama sebagaimana pada Gambar
6.8. Ini akan mengakibatkan bahwa efek interaksi HOMO-LUMO antara etilen dan
butadien terjadi dalam cara yang terorganisasi pada perubahan orde ikatan untuk
melengkapi proses pembentukan dan penghancuran ikatan. Harus dicatat dalam dua jenis
interaksi HOMO-LUMO yang salah satunya mengandung interaksi antara orbital
simetrik dan yang lainnya mengandung interaksi antara orbital yang anti simetrik. Reaksi
demikian dengan kombinasi simetrik yang baik disebut sebagai reaksi yang dibolehkan
secara simetrik. Dalam kasus dua molekul etilen, reaksi penambahan siklik tidak dapat
berlangsung dalam sebuah cara yang terorganisasi disebabkan oleh kecocokan simetri
pada satu sisi tidak kompatibel dengan kecocokan simetri pada sisi yang lain
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.9. Reaksi yang demikian tanpa kombinasi yang
baik disebut sebagai reaksi yang dilarang secara simetri.

Contoh 6.3 Prediksikan struktur stereo kimia dari diklorosikloheksan yang dibuat oleh
penambahan siklik dari cis-dikloroetilen dan butadien.
(Jawaban) Karena atom Cl pada cis-dikloroetilen pada sisi yang sama berada pada
bidang dari dua atom C dalam entilen selama proses reaksi berlangsung, dua atom Cl
juga pada sisi yang sama dalam produk cincin sikloheksen terhadap atom C 5 dan 6
dalam Gambar 6.7, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.10.

Gambar 6.9 Interaksi HOMO-LUMO antara dua molekul etilena.

You might also like