You are on page 1of 2

Media VS Kepentingan (Pemilik) Publik

Pekan-pekan terakhir ini publik luas Indonesia disuguhi sebuah sajian bertita mengenai perseteruan langsung maupun tidak langsung dari tiga orang kaya Indonesia yang memiliki media atau stasiun televisi. Ketiganya adalah Surya Paloh atau SP (pemilik Metro TV), Hary Tanoesudibyo atau HT (pemilik MNC Grup antara lain: MNC TV, RCTI, Global TV), dan Aburizal Bakri atau Ical alias ARB (pemilik ANTV dan TVOne). Perseteruan langsung terjadi antara HT dengan SP terkait kisruh di internal Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Perbedaan pandangan dalam menangani misi dan visi partai menjadi pemicu utama kedua konglomerat media televisi ini pecah kongsi. Secara terbuka HT mengumumkan dirinya untuk hengkang dari Partai Nasdem dan memaparkan secara terang benderang alas an-alasan mengapa secara politik dirinya berseteru dengan SP. Hampir seluruh media televisi, kecuali Metro TV, menyiarkan secara langsung ihwal hengkangnya HT dari Partai Nasdem. Tak tanggung-tanggung, siaran live ditempatkan dalam program "luar biasa" yakni breaking news. Dalam dunia televisi, target menjadikan breaking news adalah menjadikan program itu sebagai program unggulan, baik dari aspek kuantitatif (rating dan share) maupun kualitatif (persepsi pemirsa) sehingga membentuk station image yang positif. Breaking news adalah siaran berita yang bersifat mendadak dan dianggap memiliki nilai berita yang tinggi. Kehadiran breaking news dalam siaran televisi dapat menyela atau menghentikan program regular yang telah terjadwal. Breaking news itu dihadirkan oleh para pengelola redaksi televisi karena dianggap memiliki nilai berita yang tinggi, mengandung aspek kontroversi yang tinggi pula, dan berada pada momentum yang menjadi perhatian dan ditunggu publik. Breaking news biasanya memiliki implikasi besar terhadap kehidupan banyak orang. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah seberapa pentingnya pengundurkan diri HT dari Partai Nasdem terhadap publik dan berimplikasi terhadap kehidupan banyak orang? Bagi HT maupun ABR, implikasi terhadap kehidupan banyak orang barangkali tidak terlalu penting. Publik menduga siaran breaking news di tvOne dan semua stasiun televisi di bawah MNC Grup bahwa target terpenting bagi mereka HT dan ARB adalah bagaimana secara langsung maupun tidak langsung menurunkan citra SP dan partainya di mata publik terutama menjelang pemilu tahun 2014 mendatang. Kepentingan publik dan pemilik modal :Kritik terhadap program pemberitaan media, khususnya televisi, sejak lama semakin kerap muncul ke ruang publik, baik di forum-forum seminar, forum diskusi terbatas, media khususnya televisi acap kali dituding tidak fair dan selalu mengedepankan kepentingan pemiliknya dalam pemberitaan-pemberitaan yang disajikannya. Pada akhir Februari 2012 lalu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mendapat pengaduan dari pengurus Partai Demokrat (PD) karena partai itu merasa dipojokkan oleh dua stasiun televisi yakni MetroTV dan tvOne. KPI Pusat kemudian melakukan mediasi antara kedua pihak (yani Metro TV dan tvOne) dengan pihak penggugat yakni PD. Selang sepekan kemudian, giliran pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang mengumumkan pemboikotan terhadap dua stasiun televisi milik Grup Bakrie yakni ANTV dan tvOne. Dua stasiun yang terakhir disebutkan tadi dianggap selalu memojokkan dan memelintir berita tentang PSSI pimpinan Prof. Dr. Djohar Arifin Husein. ANTV dan tvOne dinilai PSSI cenderung menjadi corong bagi bekas pengurus PSSI pada era Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie. Nirwan Bakrie adalah adik kandung pengusaha Aburizal Bakrie, yang juga pemilik tvOne dan ANTV.

You might also like