You are on page 1of 22

Banjir Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang. 1. Penyebab Utama Banjir Prilaku manusia yang menyebabkan terjadinya peluapan air sungai karena sungai menyempit akibat bantaran sungai dipakai untuk bangunan hunian manusia sehingga sungai menyempit dan dangkal. Bendungan yang tidak terpelihara mengakibatkan bendungan jebol seperti bedungan situgintung akibat kelalaian aparat pemerintah yang bertanggung jawab di daerah tersebut, tidak tanggap terhadap laporan masyarakat adanya retakan tembok bendungan dan ditunjang dengan umur bendungan yang sudah ratusan tahun yang dibuat dari jaman Belanda. Penggundulan hutan yang mengakibat kan erosi dan yang lebih parah

lagi terjadi banjir bandang seperti di kota Medan daerah pariwisata hancur akibat adanya banjir bandang yang menghebohkan. Kejadian tersebut setelah di telususri ternyata di daerah hulu terjadi penggundulan hutan yang sangat besar-besaran akibat pembalakan hutan tanpa melakukan reboisasi. Tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Hal ini terjadi akibat di kotakota besar, akibat pembangunan jalan tanpa drainase yang baik, tidak adanya taman resapan yang cukup sekitar 10 % dari luas tanah perkotaan. Perilaku salah tersebut apabila terjadi hujan yang terus menerus dengan curah hujan yang tinggi, yang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang 1.3 Kerusakan akibat bencana Kerusakan yang diakibatkan bencana, seperti korban jiwa, kerusakan rumah penduduk dan harta benda, kerusakan fasilitas ekonomi, dan kerusakan fasilitas kesehatan sarana vital & infrastructure ( jalan tol , jalan protokol) , publict transportation ( kereta api, bis, pesawat udara ) dan gedung peribadatan.

Bencana alam menimbulkan efek yang sangat besar pada diri manusia. Tidak hanya secara fisik seperti materi dan nyawa manusia yang hilang akibat bencana, namun juga secara psikologis menimbulkan efek yang sangat besar terutama terhadap orang-orang yang ditinggalkan oleh sanak keluarganya. Hal ini juga lebih menjadi perhatian apabila menyangkut keadaan anak-anak yang ditinggal mati oleh ayah dan ibunya serta tidak ada lagi keluarga untuk berlindung seperti terjadi saat tsunami Aceh. Para profesional di bidang penanganan bencana alam seharusnya juga sadar akan hal ini. Mengalami dan melihat peristiwa yang mengancam jiwa serta keutuhan fisik seseorang saat bencana akan menimbulkan suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan. Perasaan seperti mengalami kembali peristiwa traumatik tersebut (flashback), teringat kembali peristiwa tersebut yang dicetuskan oleh keadaan atau hal-hal yang mirip dengan keadaan itu adalah sebagian dari gejala psikologis yang dapat timbul beberapa hari bahkan berbulan-bulan setelah bencana usai. Tentunya penanganan yang profesional perlu untuk mengatasi keadaan ini. Penanganan bencana tidak hanya mementingkan masalah bantuan fisik semata juga harus dapat memberikan bantuan psikologis kepada para korban yang masih hidup. Berbagai profesional di bidang kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog, terapis, konselor atau perawat yang peduli akan kesehatan jiwa dapat bekerja sama dalam menangani keadaan pasca bencana ini. Tentunya yang diharapkan buka suatu tindakan yang hanya bersifat sementara (hit and run) namun tentunya dapat bersifat lebih berkesinambungan karena penanganan gangguan jiwa akibat peristiwa traumatik itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Walaupun dalam terapi diupayakan pasien dapat melatih dirinya untuk menghadapi dan meredakan keluhannya itu sendiri, namun keterlibatan profesional di bidang kesehatan jiwa sangat membantu untuk memberikan dukungan dan bantuan yang sekiranya diperlukan. Kita semua mengharapkan para pemimpin yang terlibat dalam penanganan bencana ini memberikan perhatian yang lebih terhadap dampak psikologis yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut dan bagaimana mengatasinya. Kerjasama di berbagai bidang juga sangat diperlukan. Para profesional di bidang kesehatan haruslah tetap melihat seseorang secara utuh sebagai individu yang memiliki jiwa dan raga yang tentunya dalam keadaan yang tidak baik akibat bencana yang melanda. Dengan pemikiran seperti ini, di kemudian hari kita sebagai masyarakat juga tentunya tidak hanya berpikir bahwa saudara-saudara kita hanya memerlukan bantuan materi namun juga dukungan psikologis. 1.5 Penyakit akibat bencana

1. Penyakit akibat Banjir Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk [9] Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah[10] dan leptospirosis[11] Sebagai akibat genangan air setelah banjir. 1. Muntaber Penyakit diare yang disertai mual dan muntah. Penyakit ini mudah terserang pada pasien dengan daya tahan tubuh yang menurun. Ini terjadi mengingat kondisi kebersihan baik lingkungan maupun makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kualitas makanan dan minuman yang sehat. Selain itu Umumnya para pengungsi tidur dengan alas ala kadarnya. Ada yang dengan tikar, koran dan sebagian dengan menggunakan karpet. Umumnya mereka juga tidur ditempat terbuka. Disisi lain cuaca tetap belum bersahabat mengingat hujan dan angin kencang masih muncul sehingga memperburuk kondisi para pengungsi. Kondisi tempat berteduh dan istirahat yang buruk ini memang sangat berdampak pada korban banjir terutama pada bayi, anak-anak dan orang tua. 2. ISPA Infeksi saluran nafas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Yang termasuk gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan. Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Segera, terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian,

pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat. 3. Demam Berdarah Dengue (DBD) Aedes Aegypti yang menularkan virus demam berdarah dengue (DBD), genangan air akibat banjir dapat menimbulkan sarang nyamuk. Biasanya banyak menyerang anakanak karena daya tahan tubuh yang rendah. Gejala demam 4-7 hari, sakit kepala, flu like syndrome, mual, muntah, pada kasus yang parah sampai timbul mimisan, perdarahan. Bahkan bisa menyebabkan presyok/ syok. Pertolongan dini adalah mengatasi presyok/ syok yang terjadi dengan memberikan minum sebanyaknya,bila perlu beri cairan melalui infus, kompres , berikan obat penurun panas. Segera rujuk ke Rumah sakit terdekat. 4. Leptosiprosis Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi kambing, kuda dll. Untuk kasus banjir penularannya melalui air kencing tikus. Dimana air kencing tikus terbawa banjir masuk dalam tubuh manusia. Kuman Leptospira biasanya memasuki tubuh lewat luka atau lecet kulit, dan kadang-kadang lewat selaput di dalam mulut, hidung dan mata. Berbagai jenis binatang bisa mengidap kuman Leptospira di dalam ginjalnya. Penyampaiannya bisa terjadi setelah tersentuh air kencing hewan itu atau tubuhnya. Tanah, lumpur atau air yang dicemari. Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu. Pertolongan pertama ada umumnya dengan antibiotika seperti doxycycline atau penicillin. Rujuk ke Rumah Sakit . Pengobatan dengan antibiotika dianggap paling efektif jika dimulai dini. 5. Cacingan

Menurut Adi Sasongko, kunci pemberantasan cacingan adalah memperbaiki higiene dan sanitasi lingkungan. Misanya, tidak menyiram jalanan dengan air got. Sebaiknya, bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah makan. Dengan begitu, rantai penularan cacingan bisa diputus. Obati segera semua anak yang menderita cacingan , beri obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga. Cacingan telah merugikan negara miliaran rupiah. Pekerjaannya mencuri makanan di usus kita. Akibatnya, banyak murid SD yang seharusnya pandai menjadi kurang gizi dan ngantukan karena cacingan. Begitulah cacing yang hidup di perut kita. Siklus hidupnya melewati tempat-tempat kotor. Namun, nama-nama mereka lumayan elok. Ada Trichuris trichuria (cacing cambuk), Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Necator americanus dan

Ancylostoma duodenale (tambang), serta Enterobius vermicularis (cacing keremi). 6. Deman Chikungunya Merupakan suatu jenis penyakit akibat virus Chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi terutama di sendi siku, lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil pergelangan tangan dan kaki, disertai juga nyeri otot yang berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Pada kebanyakan penderita, radang sendi diikuti dengan bintik bintik merah (ruam) selang waktu sekitar 1 10 hari, biasanya bintik merah tersebut gatal, namun ada juga yang tidak gatal. Penyakit ini dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Terjadi penyembuhan sempurna dan diikuti dengan terbentuknya imunitas di dalam tubuh penderita. Pertolongan dini berikan obat analgetik untuk menghilangkan nyeri , latihlah untuk mengerakkan persendiannya, segeralah untuk dirujuk ke Rumah Sakit 7. Penyakit kulit

Kulit merupakan salah satu organ yang rentan terhadap air banjir. Jika tak mengenakan alas kaki yang kuat, kulit bisa terluka karena terinjak pecahan kaca atau benda-benda keras. Lingkungan yang kotor dan basah dapat mengakibatkan luka terinfeksi, gatal-gatal, dan iritasi.

Terlebih jika sudah ada luka atau eksim. Kondisi yang lembab dan basah akan memperlambat penyembuhan eksim. Selain itu, akibat terkena air kotor, kulit jadi rentan terkena jamur kulit.

Jamur mudah bersarang di sela jemari, di lipatan kulit, dan di bagian-bagian tubuh yang lembap. Pemakaian sepatu bot karet untuk jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan infeksi jamur dan luka kaki. Dan bagi pengidap jamur kulit, bisa bertambah parah.

Infeksi kulit yang penularannya melalui air adalah hot tub rash yang disebabkan bakteri pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah cercarial dermatitis. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan, dan kadang disertai melepuh.

Penyakit ini disebabkan paparan parasit yang terdapat pada burung dan hewan mamalia lainnya. Parasit tersebut mengontaminasi manusia melalui perantara binatang seperti keong yang terdapat dalam genangan air. Parasit ini terpapar pada kulit manusia yang mengalami rash atau kulit terkelupas karena sensitif atau alergi. 8.Infeksi mata

Penyakit infeksi mata yang dapat ditularkan melalui air adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus) dimana mata tampak merah. Sebaiknya hindari memegang atau mengucek mata jika terasa gatal dan jauhkan mata dari percikan air banjir. Pengenalan Penyakit akibat Bencana Penyakit yang timbul akibat bencana seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, gunung meletus dan gempa bumi. Bencana tersebut menimbulkan penyakit yang dapat menjadikan kejadian luar biasa, hal ini terjadi karena kedaan lingkungan sangat menurun. Banyak terjadi penyakit yang muncul, tetapi kita hanya akan mengulas beberapa penyakit akibat banjir dan gempa secara mendalam, yaitu : 1. Leptospirosis

Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang menyerang hewan dan manusia.Bakteri ini berbentuk spiral dan dapat hidup didalam air tawar selama lebih kurang satu bulan. Tetapi dalam air laut, air selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan (tikus) yang terkena.

Gambar 1. Tikus transmisi leptospirosis Gambar 2. Bakteri Leptospirosis 1. Cara penularan Manusia terinfeksi bakteri leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita leptospirosis. Penyebaran Kuman Leptospira biasanya memasuki tubuh lewat luka atau lecet kulit, dan kadang-kadang lewat selaput di dalam mulut, hidung dan mata. Berbagai jenis binatang bisa mengidap kuman Leptospira di dalam ginjalnya. Penyampaiannya bisa terjadi setelah tersentuh air kencing hewan itu atau tubuhnya. Tanah, lumpur atau air yang dicemari air kencing hewan pun dapat menjadi sumber infeksi. Makan makanan atau minum air yang tercemar juga kadang-kadang menjadi penyebab terjadinya infeksi. Masa inkubasi dari bakteri ini adalah selama 4 19 hari. 2. Gejala klinis leptospirosis Stadium pertama
1. 2. 3.

Demam tinggi, menggigil Sakit kepala Malaise (Lesu/Lemah)

4. 5. 6. 7.

Muntah Konjungtivitis (radang mata) Rasa nyeri otot betis dan punggung Gejala gejala diatas akan tampak antara 4 9 hari

Stadium kedua
1. 2. 3. 4.

Terbentuk antibodi di dalam tubuh penderita Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama Apabila deman dan gejala gejala lain timbul, kemungkinan akan terjadi meningitis Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat

Karena terdapat banyak jenis kuman Leptospira yang berlainan, mungkin saja seorang terkena jenis yang lain dan mendapat Leptospirosis lagi. Leptospirosis dapat ditularkan kepada orang lain misalnya penularan lewat kelamin atau air susu ibu, meskipun jarang. Kuman Leptospira dapat ditularkan lewat air seni selama berbulan-bulan setelah terkena 3. Komplikasi leptosapirosis
1. 2. 3.

Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6 Pada Ginjal : Gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian. Pada Jantung : Berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak

4. 5.

Pada paru paru : Batuk darah, nyeri dada, sesak napas Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva )

6.

Pada kehamilan : Keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati

Penyembuhan penyakit ini bisa lambat. Ada yang mendapat sakit mirip kelelahan menahun selama berbulan-bulan. Ada pula yang lagi-lagi sakit kepala atau tertekan. Ada kalanya kuman ini bisa terus berada di dalam mata dan menyebabkan bengkak mata menahun. 4. Pencegahan

1. 2. 3.

Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya

4.

Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Menjaga kebersihan lingkungan Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang. Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung. Menghindari pencemaran oleh tikus. Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh tikus. Meningkatkan penangkapan tikus .

5. Pengobatan
1.

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak dipasaran, seperti : Penicillin dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline, Erytromycine, Doxycycline

1. Cara Penanggulangan Banjir KETIKA banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang salah. Di lain pihak, para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentang apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir surut, perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan banjir datang berulang. Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama, memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir. Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.

Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama, metode struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder, serta pemangkasan penghalang aliran. Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political will dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan non-struktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode struktur alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat. Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat tidak kalah pentingnya. Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir. Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi, pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi. Rumah akrab banjir Hingga dekade yang lalu, cita-cita para ahli banjir masih terus mengumandangkan slogan "bebas banjir" dengan memaksakan teknologi untuk melawan banjir, antara lain sodetan, tanggul sungai, bendungan, dan sebagainya. Namun, dalam diskusi dan publikasi mutakhir tentang manajemen bencana banjir, terjadi perubahan paradigma. Di Vietnam, khususnya warga yang hidup di DAS Mekong, \-ang semula bermimpi untuk bebas dari banjir (free from flood), akhirnya memutuskan hidup bersama banjir [living with flood), antara lain dengan mengubah rumah-rumah mereka menjadi rumah panggung. Saat ini, banyak institusi penelitian yang melakukan penelitian konsep rumah akrab banjir, salah satunya Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), di Jalan Pa-

nvaungan. Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung. Ada yang unik dari desain rumah akrab banjir kreasi peneliti Puskim ini, bukan berupa rumah panggung, tetapi rumah apung, yang bisa naik turun sesuai ketinggian banjir. Apa pun desainnya, sebaiknya kreasi para peneliti ini segera diimplentasikan di daerah rawan banjir bekerja sama dengan dunia usaha. Mengajak masyarakat membangun rumah panggung merupakan tantangan tersendiri, selain perlu uang ekstra untuk rekonstruksi rumah, juga perlu sosialisasi membiasakan diri hidup di rumah panggung.Namun, cara hidup akrab bersama banjir seperti ini relatif lebih murah dan berkelanjutan dibandingkan dengan cara relokasi maupun penerapan metode teknologi penanggulangan banjir yang belum tentu berhasil. Tentunya komitmen hidup akrab bersama banjir, tetap dilandasi semangat tidak melanggar peraturan yang berlaku. Misalnya Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang mengamanatkan perlunya perlindungan terhadap sempadan sungai untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai serta mengamankan aliran sungai. Salah satu kriteria sempadan sungai disebutk; sekurang-kurangnya tiga puluh meter dihitung dari tepi sungai untuk sungai yang tidak ber-tanggul. Penanggulangan banjir memang kompleks, apalagi masyarakat tidak diajak berperan, jadi memang pantas ada sindiran bahwa sejak tiga dekade lalu telah sejuta rencana, tetapi penanggulangan banjir belum juga berhasil. Pedoman Banjir Latar Belakang Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir. Maksud dan Tujuan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan kerja Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola wilayah sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan manajemen banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasil guna; sesuai dengan pola pengelolaan wilayah sungai. Pedoman ini digunakan bersama pedoman lain yang terkait dengan maksud saling melengkapi.

Tujuan pedoman ini adalah terselenggaranya manajemen banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai, sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin. Ruang Lingkup Ruang Lingkup pedoman ini mencakup pengendalian banjir dan penanggulangan bencana banjir, terdiri dari pokok bahasan yang menyangkut pengertian, kelembagaan, manajemen, pendanaan, dan koordinasi. Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumber daya alam non hayati yang terkandung di dalamnya, serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. 2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai. 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke danau atau laut. 4. Palung sungai adalah cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah atau buatan manusia untuk mengalirkan air dan sedimen. 5. Garis sempadan sungai adalah garis maya batas luar pengamanan sungai 6. Daerah sempadan adalah lahan yang dibatasi oleh garis sempadan dengan kaki tanggul sebelah luar atau antara garis sempadan dan tebing tinggi untuk sungai yang tidak bertanggul.

7. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai, dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam 8. Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang tidak dibebaskan. 9. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran, atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan 10. Daerah retensi adalah lahan yang ditetapkan untuk menampung air banjir untuk sementara waktu. 11. Dataran banjir adalah lahan yang pada waktu-waktu tertentu terlanda atau tergenang air banjir. 12. Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran airnya tidak tertampung oleh palung sungai. 13. Pengendalian banjir adalah upaya fisik dan nonfisik untuk pengamanan banjir dengan debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak (bukan untuk debit banjir yang terbesar). 14. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjir tidak menimbulkan gangguan dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi dan menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.

15. Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar perencanaan pengendalian banjir dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu. Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan risiko tertentu serta kelayakannya, baik teknis maupun lingkungan. 16. Bangunan sungai adalah bangunan air yang berada di sungai, danau, dan/atau di daerah manfaat sungai; yang berfungsi untuk konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian sungai. 17. Mitigasi bahaya banjir (flood damage mitigation) adalah upaya menekan besarnya kerugian/bencana akibat banjir. 18. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) adalah pengelolaan dataran banjir sedemikian rupa sehingga meminimal akibat banjir yang mungkin terjadi. 19. Bahan banjiran adalah bahan yang diperlukan untuk penanggulangan darurat

kerusakan yang disebabkkan oleh banjir termasuk tanah longsor karena banjir. 20. Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah resapan air dari suatu daerah aliran sungai. Manajemen Banjir Pengendalian Banjir Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi. Prinsip Pengendalian Banjir a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan konservasi tanah dan air. b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau. c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di daerah retensi. d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga kapasitas wadah air. e. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda. Strategi Pengendalian Banjir Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi pengendalian banjir. a. Pengendalian tata ruang Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata

ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai. b. Pengaturan debit banjir

Pengaturan pengaturan pembagi

debit

banjir dan

dilakukan waduk

melalui banjir,

kegiatan

pembangunan palung sistem

dan

bendungan atau pelimpah

tanggul

banjir, dan

sungai, polder.

banjir,

daerah

retensi

banjir,

c. Pengaturan daerah rawan banjir pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, dan penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai. d. Peningkatan peran masyarakat Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:

o pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir. o bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun dan menyosialisasikan program pengendalian banjir.

o menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk: mengubah aliran sungai; mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai; membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau bahan lainnya. e. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat

o penyediaan informasi dan pendidikan;

o o

rehabilitasi, melakukan

rekonstruksi, penyelamatan,

dan/atau pengungsian,

pembangunan dan tindakan

fasilitas darurat

umum; lainnya;

o penyesuaian pajak; dan o asuransi banjir. f. Pengelolaan daerah tangkapan air o pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya, dan kawasan lindung); o rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak; o konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis; o perlindungan/konservasi kawasankawasan lindung. g. Penyediaan dana o pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir; o penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir; dan o penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Tahap sebelum terjadi banjir Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi: 1. penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari Pemerintah 2. 3. maupun pemerintah lokasi-lokasi pengoperasian daerah, rawan prasarana berkaitan (kritis) dan sarana dengan secara masalah banjir;

pemantauan optimasi

terus-menerus; banjir;

pengendali

4. penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;

5. peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya; 6. persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;

7. penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis;

8. penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi; 9. penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu, pelampung, dan lain-lain. Saat terjadi banjir Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada: 1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko. 2. o Pengoperasian Pemantauan tinggi sistem muka peringatan air dan banjir debit air (flood pada warning setiap titik system) pantau.

o Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir. 3. Peramalan Peramalan analisa banjir hubungan hujan dapat dengan dilakukan banjir (rainfall dengan runoff cara: relationship),

metode perambatan banjir (flood routing), metode lainnya.

4. Komunikasi

Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya. 5. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)

Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir. Penanggulangan Bencana Banjir Mitigasi Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat yang ditimbulkan oleh bahaya a. banjir dapat dan diringankan atau dan dijinakan prasarana efeknya pengendalian melalui: banjir.

Pengoperasian

pemeliharaan

sarana

b. Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan. Tanggap Darurat Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara: a. mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat; b. menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana banjir; c. mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis; dan d. mengevakuasi penduduk dan harta benda. Pemulihan Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:

a. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;

b. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi

atau

pembangunan

baru

sarana

dan

prasarana

sumberdaya

air;

dan

c. penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir. Pengawasan Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi: o pengawasan terhadap dampak dari banjir o pengawasan terhadap upaya penanggulangannya. Kelembagaan Pengaturan Pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota (Satlak). Organisasi Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir. Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:

a. melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana teknis pengendalian banjir; b. melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;

c.

melaksanakan

penyusunan

prioritas

penanganan

daerah

rawan

banjir;

d. melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian dan penanggulangan banjir;

e. menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir; f. melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian banjir; dan g. menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir. Sumber Daya Pendukung Personil a. Kelompok tenaga ahli Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir. b. Kelompok tenaga lapangan Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan. Sarana dan Prasarana Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:

peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi, AWLR, ARR, extensometer); peralatan alat-alat komunikasi berat dan (antara lain: radio komunikasi, lain: bulldozer, telepon, faksimili); truk);

transportasi

(antara

excavator,

perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air); perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum, obat obatan); bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu). Dana Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari

APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku. Koordinasi Lembaga Koordinasi Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).

Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir. Sebelum Banjir a. b. Perencanaan Perencanaan rute program evakuasi dan dan tempat penampungan kepada penduduk. masyarakat.

penyelamatan

pertolongan

c. Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis. d. e. Perencanaan Perencanaan rute jenis dan pengiriman jumlah logistik bahan serta kepada peralatan masyarakat. banjiran.

f. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia. Saat Banjir a. Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur. b. Memberikan bantuan kepada penduduk. Sesudah Banjir a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan b. Pengembalian penduduk ke tempat semula. c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir. lain-lain.

Mekanisme Koordinasi Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap melalui BPBD kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan musyawarah untuk memutuskan sesuatu yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili instansi terkait. Sistem Pelaporan Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut: a. karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir, banjir bandang); b. kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir); c. kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi); d. kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman, pertanian, perikanan, lingkungan); e. penanggulangan darurat; dan f. usulan program pemulihan secara menyeluruh. Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis dan tingkatannya.

You might also like