You are on page 1of 13

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Puyuh Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa burung liar. Di Indonesia khususnya di Jawa burung puyuh disebut gemuk. Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu dan bersifat kanibal. Awalanya burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870 di Amerika Serikat burung puyuh mulai diternakkan. Setelah masa itu, burung puyuh mulai dikenal dan diternakan pada akhir tahun 1979. Nilai gizi telur puyuh tidak kalah dengan unggas lain sehingga menambah penyediaan sumber protein hewani dan memberikan konsumen banyak pilihan (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Murtidjo (1996) menyatakan bahwa kandungan protein dan lemak telur burung puyuh cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan. Perbedaan susunan protein dan lemak telur burung puyuh dibandingkan dengan telur unggas lain tertera pada Tabel 1. Tabel 1.Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Jenis Unggas Ayam ras Ayam buras Itik Angsa Merpati Kalkun Burung Puyuh Protein (%) 12,7 13,4 13,3 13,9 13,8 13,1 13,1 Lemak (%) Karbohidrat (%) 11,3 10,3 14,5 13,3 12,0 11,8 11,1 0,9 0,9 0,7 1,5 0,8 1,7 1,6 Abu (%) 1,0 1,0 1,1 1,1 0,9 0,8 1,1

Sumber : NRC, (1984).

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi burung puyuh menurut Redaksi Agromedia (2002) adalah sebagai berikut: Kelas Ordo Sub Ordo Famili Sub Famili Genus Spesies : Aves (Bangsa burung) : Galiformes : Phasianoidae : Phasianidae : Phasianidae : Coturnix : Coturnix-coturnix japonica. Kelebihan ternak burung puyuh dibandingkan dengan ternak unggas lainnya menurut Sutoyo (1989) yaitu : Ternak burung puyuh sangat mudah

pemeliharaannya, tidak banyak memerlukan tenaga dan biaya yang banyak/besar. Tidak banyak menyita tempat, dapat menampung anak burung puyuh 100 ekor/m2 berumur 1-10 hari dan 60 ekor/m2 untuk burung puyuh berumur di atas 10 hari. Cepat bertelur, sehingga kebutuhan telur keluarga cepat terpenuhi. Disamping rasanya yang gurih seperti telur ayam dan entok, burung puyuh ini memiliki kadar/nilai gizi yang sangat tinggi. Dapat diusahakan sebagai usaha sambilan untuk tambahan penghasilan keluarga. Dapat dijadikan sebagai usaha komersil, apabila pemeliharaannya dalam jumlah yang banyak serta perawatannya yang baik dan dapat pula dijadikan mata pencaharian pokok. Burung puyuh jenis Coturnix-coturnix japonica lazim diternakkan oleh peternak yang menghendaki produksi telur yang tinggi. Burung puyuh ini mampu menghasilkan sebanyak 250-300 butir telur/tahun dengan periode bertelur selama 9-12 bulan. Burung puyuh betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Dengan

Universitas Sumatera Utara

ciri khas perbedaan jantan dan betina terdapat pada warna, suara dan berat tubunya. Burung puyuh betina pada bulu leher dan dada bagian atas warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua bagian leher sampai dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya polos berwarna cinnamon (cokelat muda). Suara burung puyuh jantan lebih besar dibandingkan burung puyuh betina sebaliknya bobot burung puyuh betina lebih berat daripada burung puyuh jantan (Nugroho dan Mayun, 1982). Bobot rata-rata seekor burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) sekitar 150 gram. Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 35 hari. Puncak produk dicapai pada umur lima bulan dengan persentase bertelur rata-rata 76%. Di atas umur empat belas bulan, produktivitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang dari 50%. Kemudian sama sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan (Anggorodi, 1995). Yang menarik perhatian dari burung puyuh tersebut adalah siklus hidupnya yang pendek dibutuhkan 16-17 hari untuk pengeraman dan lebih kurang 42 hari dari saat menetas sampai dewasa kelamin. Apabila burung puyuh belum mengalami seleksi genetik terhadap bobot badan, maka burung puyuh jantan dewasa bobot badannya sekitar 100-140 gram, sedangkan yang betina sedikit lebih berat yaitu antara 120-160 gram (Anggorodi, 1995). Anak burung puyuh yang berumur satu hari disebut Day Old Quail (DOQ). Besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan berbulu jarum halus. Anak burung puyuh yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakannya lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. Pada usaha peternakan,

Universitas Sumatera Utara

periode pembesaran DOQ disebut dengan periode starter-grower (stargro) yang dilakukan hingga anak burung puyuh berumur delapan minggu (Sugiharto, 2005). Kebutuhan Nutrisi Ternak Burung Puyuh Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan burung puyuh terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan fase grower (umur 3-5 minggu). Perbedaan fase ini beresiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan kebutuhannya. Anak burung puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar proteinnya dikurangi menjadi 20% protein dan 2.600 kkal/kg energi metabolis. Untuk burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu sama dengan untuk umur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20% (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Kebutuhan zat-zat makanan dalam ransum burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan zat-zat makanan dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) untuk daerah tropis Zat-zat makanan Energi Metabolisme (kkal/kg) ProteinKasar (%) Lemak (%) Serat Kasar(%) Ca* (%) P* (%) Lysin (%) Metionin(%)
Sumber : NRC, (1984).

Layer (umur 6 mingggu keatas) 3000 20 2,5 4,4 3,75-3,8 1 1,15 0,45

Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Hal ini bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengefisienkan penggunaan ransum. Kebutuhan ransum burung puyuh tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah ransum diberikan per hari menurut umur burung puyuh Umur burung Puyuh 1 hari 1 minggu 1 minggu 2 minggu 2 minggu 4 minggu 4 minggu 5 minggu 5 minggu 6 minggu Lebih dari 6 minggu Jumlah Ransum yang Diberikan (g) 2 4 8 13 15 17 - 19

Sumber: Gema Penyuluhan Pertanian, (1984).

Asam - Asam Amino

Asam asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino meampunyai sekurang kurangnya satu gugus amino (-NH2 ) pada posisi alfa dari rantai karbon dan satu gugus karboksil (COOH ). Kecuali glisine semua asam asam amino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa isomer. Kebanyakan asam amino dalam alam adalah dari konfigurasi L, tetapi dalam bakteria ada konfigurasi D.
Sifat asam-asam amino mempunyai gugus nitrogen dasar, umumnya gugus amino (-NH2) dan sebuah unit karboksil (-COOH) dan kebanyakan gugus amino terikat pada karbon dengan posisi alfa; proline mempunyai suatu perkecualian yaitu mempunyai gugus imino (-NH) dan bukannya amino (-NH2). Beberapa asam -asam amino mempunyai tambahan gugus-gugus amino ataupun gugus karboksil ( Tillman, dkk, 1989 ). Kebutuhan Hewan akan Asam-Asam Amino Seperti tanaman, hewan mensintesis protein yang mengandung asam-asam amino. Meskipun demikian, tidak seperti tanaman, hewan tidak dapat mensintesis

Universitas Sumatera Utara

semua asam amino. Asam-asam amino yang tidak bisa disintesis hewan digolongkan ke dalam asam amino esensial dan harus dipenuhi melalui ransum. Asam-asam amino yang dapat disintesis hewan digolongkan ke dalam asam amino esensial. Dari asam amino non esensial ini tidak dapat disintesis asam amino esensial dengan kecepatan yang cukup untuk pertumbuhan yang maksimal. Oleh karena itu harus disediakan dalam ransum. Asam-asam amino esensial dan non esensial yang dibutuhkan oleh unggas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Asam-asam amino. Tidak disintesis dalam Disintesis unggas (esensial) terbatas Arginin Lisin Histidin Leusin Isoleusin Valin Metionin Treonin Triptopan Fenilalanin Paimin, 2004. Metionin Metionin ( C5H11O2NS ) NH2 H3 S CH2 CH2 C COOH H Metionin adalah asam amino yang memiliki unsur S. Asam amino ini penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menerjemahkan urutan basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk metionin sama dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini Tirosin Sistin Hidroksin dari media Disintesis dalam unggas dari media sederhana (non esensial) Alanin Asam asparat Asam glutamat Glutanin Hidroksiprolin Glisin Serin Prolin

Universitas Sumatera Utara

10

bagi ternak bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pakan. Sumber utama metionin adalah buah-buahan, daging (ayam, sapi dan ikan), susu (susu murni, beberap jenis keju), sayuran (bayam, bawang putih dan jagung), serta kacang-kacangan (kacang mente, kacang merah, tahu dan tempe) (Wiki, 2008). Lisin Lisin ( C6H14O2N2 ) NH NH

CH2 CH2 CH2 CH2 CHCOOH H H

Lisin merupakan asam amino penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa, seperti juga histidin. Lisin tergolong esensial bagi ternak. Biji bijian serealia terkenal miskin akan lisin. Sebaliknya biji polong-polong kaya akan asam amino (Wiki, 2007). Pengelolaan Penetasan Telur Tetas Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama pengeraman. Untuk dapat ditetaskan telur-telur burung puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung puyuh yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa tips memilih telur burung puyuh yang baik untuk ditetaskan sebagai berikut : 1. Memilih telur yang bersih, halus dan rata 2. Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat 3. Bintik di kulit telur harus jelas

Universitas Sumatera Utara

11

4. Kulit telur tidak retak 5. Memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 3 hari 6. jika ingin dijadikan khusus sebagai telur tetas setelah keluar dari burung puyuh, telur segera diambil dan debersihkan. Pengambilan Telur Sebaiknya telur yang akan ditetaskan berukuran 11-13 gram per butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur 2,5 bulan. Dengan demikian pengambilan telur tetas burung puyuh dilaksanakan sejak induk berumur 2,5-8 bulan (Sugihartono, 2005). Penyimpanan Telur Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung puyuh. Abidin (2003) menguatkan pendapat tersebut dengan menyodorkan data hasil penelitian para ahli bahwa daya tetas telur yang disimpan selama 6 hari lebih tinggi dibandingkan dengan telur tetas disimpan lebih dari 7 hari. Telur yang disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa menyebabkan penurunan berat telur dan kantong udaranya semakin berkurang (Andrianto, 2005). Pemutaran Telur Membalik atau memutar letaknya telur pada hari-hari tertentu selama periode penetasan perlu sekali dilakukan. Gunanya adalah supaya telur mendapatkan panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak menempel pada kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat kuning telur dengan tenunan selaput pembungkus anak (allanthoin) pada fase berikutnya. Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau keempat

Universitas Sumatera Utara

12

sampai dua hari sebelum telur-telur menetas. Pemutaran telur sebaiknya dilaksanakan paling sedikit 3 kali atau lebih baik bila diputar 5 sampai 6 kali sehari dengan setengah putaran (Djanah, 1984). Penetasan dengan Mesin Tetas Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin tetas buatan. Selama ditetaskan telur tadi perlu diputar 900 dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali. Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu pertama : 38,30 C (1010 F). Minggu kedua sampai menetas : 390 C (1030 F). Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,40 C (1030 F). Termometer untuk mengukur suhu mesin tetas diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan maksud supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur-telur yang ditetaskan. Kelembabannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung yang basah pada hygrometer) 30,60 C (870 F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,30 C (900F) sampai proses penetasan selesai (Nugroho dan Mayun, 1986). Temperatur Mesin Tetas Dalam prakteknya temperatur mesin tetas sering dibuat stabil sekitar 1030F (39,40 C) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembaban mesin tetas untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-70%. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ke tiga (Suprijatna dkk, 2005). Fertilitas Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan. Nuryati dkk (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas menjadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil atau

Universitas Sumatera Utara

13

disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi sel jantan. Menurut Agromedia (2002) bahwa fertilitas telur burung puyuh dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. sperma Sperma dihasilkan oleh puyuh jantan. Jumlah yang dihasilkan dan kualitasnya dipengaruhi oleh beberapa hal. Misalnya, temperatur kandang terlalu tinggi, pemberian cahaya, kulitas dan kuantitas ransum serta dan kesehatan unggas tersebut. Di samping hal-hal yang telah dikemukakan itu faktor makanan sangat penting. Ransum yang dimakan sangat

mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan pejantan. Juga cahaya, mempengaruhi sperma yang dihasilkan oleh pejantan. 2. pakan Baik atau buruknya kualitas pakan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma yang dihasilkan, yang kemudian akan mempengaruhi fertilitas telur tetas yang dihasilkan.

3. umur pembibit Fertilitas akan berkurang dengan semakin bertambahnya umur pembibit. Penurunan itu cepat terjadi setelah tahun pertama jantan digabung dengan betina. 4. musim atau suhu Pada musim panas, temperatur kandang yang tinggi dapat menyebabkan fertilitas merosot.

Universitas Sumatera Utara

14

5. sifat kawin pejantan Ada pejantan yang senang kawin pada beberapa betina saja, dan yang lainnya jarang dikawininya. Di samping itu betina tersebut tidak bisa dikawini oleh pejantan lain. 6. waktu perkawinan Kawin suntik yang dilakukan pada sore hari akan menghasilkan fertilitas yang tinggi. Perkawinan secara alami juga menghasilkan fertilitas yang tinggi pada waktu perkawinan di sore hari. 7. produksi telur tingginya angka produksi menghasilkan fertilitas yang lebih tinggi juga dibanding dengan produksi dengan jumlah yang sedikit. Pemeriksaan telur dilakukan 2 x selama penetasan yang pertama dilakukan pada hari ke 7, saat itu sudah jelas terlihat perkembangan embrio berupa sebuah titik dengan cabang-cabang berwarna merah di dalam kuning telur fertil yang mati. Cirinya saat peneropongan tampak sebagai gumpalan gelap yang tidak bergerak dan harus dikeluarkan dari mesin tetas (Suprijatna dkk, 2005). Pemeriksaan kedua berfungsi untuk menentukan atau memeriksa kembali telur yang diragukan pada pemeriksaan yang pertama, melihat perkembangan embrio, dan mengeluarkan telur yang mati atau kosong. Telur yang tidak baik dari pemeriksaan kedua tidak dapat dikonsumsi (Paimin, 2004). Daya Tetas Suatu penelitian menunjukkan bahwa telur yang disimpan terlalu lama akan menurunkan daya tetasnya. Telur-telur yang disimpan daya tetasnya akan menurun kira-kira 3% tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan dalam kantung

Universitas Sumatera Utara

15

plastik PVC (Polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira-kira 13 sampai 21 hari dibandingkan dengan ruangan terbuka daya tetasnya juga lebih tinggi dari pada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka (Nugroho dan Mayun, 1986).

Untuk menghasilkan dayatetas yang baik, ransum yang diberikan harus baik pula kandungan nutrisinya. Ransum yang baik ini dicirikan dengan keseimbangan yang serasi antara protein, energi metabolisme, vitamin, mineral dan air. Protein yang diberikan juga harus merupakan keseimbangan dari kandungan asam-asam amino. Kadar protein dalam ransum bervariasi berdasarkan temperatur, energi dalam ransum, tingkat produksi telur dan lain-lain (Rasyaf, 1995). Tidak semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan. Hanya telur yang memenuhi persyaratan saja yang dapat digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan pascapanen untuk menentukan atau menghasilkan telur yang layak untuk di tetaskan. Penanganan pascapanen tersebut meliputi kegiatan pengumpulan telur, seleksi telur dan penyimpanan ( Suprijatna, 2005). Hubungan daya tetas dengan kondisi telur dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hubungan Daya Tetas dengan Kondisi Telur. Kondisi telur Telur normal Telur retak Permukaan kerabang kasar Rongga udara tidak pada tempatnya Terdapat bintik darah dalam isi telur Sumber, North, (1978). Daya tunas (%) 82.3 74.6 72.5 81.1 78.7 Daya tetas 71.7 39.7 34.3 53.2 56.3

Universitas Sumatera Utara

16

Mortalitas Embrio Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis selama waktu penetasan. Ada dua periode kritis pada masa penetasan : 1. selama tiga hari pertama dari masa penetasan 2. pada masa burung puyuh akan menetas kematian yang tinggi pada embrio pada umumnya disebabkan karena embrio tidak mampu berfungsi dengan baik, saat kritis itu antara lain pada perubahan posisi pada saat akan menetas. Atau saat anak burung puyuh mulai mematuki kulit kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat memakai albumen yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat peralihan dari allanthoin ke pernafasan dengan paru-paru (Nugroho, 1981). Sutoyo (1989) menyatakan bahwa apabila ternak burung puyuh diharapkan telurnya untuk ditetaskan, maka kandang harus diisi burung puyuh betina, harus pula diisi dengan puyuh jantan. Perbandingannya adalah betina : jantan = 3 : 1 (tiga ekor betina : satu ekor jantan). Baik betina maupun jantannya yang dipersiapkan untuk dijadikan bibit peternakan, harus memenuhi syarat : a. sehat dan cukup bertenaga b. ukurannya harus sedang (walaupun sebagian diketahui pejantan umumnya berbadan lebih kecil daripada betina).

Universitas Sumatera Utara

You might also like