You are on page 1of 13

Sudut Pandang Pengarang

DHIKA GANANG DIAN SATWIKO

(07) (08)

Sudut Pandang Dibagi Menjadi 3


Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudut Pandang Orang Pertama

Sudut Pandang Orang Kedua

1. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Utama Dalam sudut pandang teknik ini, si aku mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si akumenjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita

Contoh: Pagi ini begitu cerah hingga mampu mengubah suasana jiwaku yang tadinya penat karena setumpuk tugas yang masih terbengkelai menjadi sedikit teringankan. Namun, aku harus segera bangkit dari tidurku dan bergegas mandi karena pagi ini aku harus meluncur ke Kedubes Australia untuk mengumpulkan berita yang harus segera aku laporkan hari ini juga.

2. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Sampingan Dalam sudut pandang ini, tokoh aku muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya

Contoh: Deru beribu-ribu kendaraan yang berlalulalang serta amat membisingkan telinga menjadi santapan sehari-hariku setelah tiga bulan aku tinggal di kota metropolitan ini. Memang tak mudah untuk menata hati dan diriku menghadapi suasana kota besar, semacam Jakarta, bagi pendatang seperti aku. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke kota ini. Tapi, kali ini aku tak kuasa untuk menghindar dari tugas ini, yang konon katanya aku sangat dibutuhkan untuk ikut memajukan perusahaan tempatku bekerja.

3. Sudut Pandang Orang Kedua Sudut pandang orang kedua yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang sedang berbicara kepada orang lain, menggambarkan apa-apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang kedua, Kau, Kamu atau Anda yang menjadi pusat pengisahan dalam cerita.

Contoh: Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka sejak tiga jam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum.

4. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut dia, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh dia tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya.

Contoh: Sudah genap satu bulan dia menjadi pendatang baru di komplek perumahan ini. Tapi, belum satu kali pun dia terlihat keluar rumah untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain, berbelanja, atau apalah yang penting dia keluar rumah. Apa mungkin dia terlalu sibuk, ya? celetuk salah seorang tetangganya. Tapi, masa bodoh! Aku tak rugi karenanya dan dia juga tak akan rugi karenaku. Pernah satu kali dia kedatangan tamu yang kata tetangga sebelah adalah saudaranya. Memang dia sosok introvert, jadi walaupun saudaranya yang datang berkunjung, dia tidak bakal menyukainya.

5. Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat Dalam sudut pandang dia terbatas, seperti halnya dalamdiamahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh dia, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

Contoh: Entah apa yang terjadi dengannya. Datangdatang ia langsung marah. Memang kelihatannya ia punya banyak masalah. Tapi kalau dilihat dari raut mukanya, tak hanya itu yang ia rasakan. Tapi sepertinya ia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat,dan rambutnya kusut berminyak seperti satu minggu tidak terbasuh air. Tak satu pun dari mereka berani untuk menegurnya, takut menambah amarahnya.

You might also like