You are on page 1of 13

DISKRIMINASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA DAN UPAH PADA MASYARAKAT TANI (Studi Kasus Desa Pagerwojo, Kecamatan

Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur)

JURNAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ilmu Politik

Oleh: REZA FATHONI NIM. 0911250044

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013

PERSETUJUAN Jurnal Skripsi yang berjudul DISKRIMINASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA DAN UPAH PADA MASYARAKAT TANI (Studi Kasus Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur) yang disusun oleh Reza Fathoni, NIM 0911250044 ini telah disetujui oleh pembimbing.

Malang, 10 September 2013 Pembimbing,

Dr. Hilmy Mochtar, MS NIP: 19520101 198203 006

ABSTRAK DISKRIMINASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA DAN UPAH PADA MASYARAKAT TANI (Studi Kasus Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur) Penelitian ini menggambarkan tentang bentuk-bentuk diskriminasi dalam pembagian kerja dan upah pada masyarakat tani. Pemahaman terhadap rumah tangga petani di desa Pagerwojo Kabupaten Jombang ini sebagai satu kesatuan sosial ekonomi sangat relevan untuk menganalisis peran laki-laki, peran perempuan dan hubungan (interrelasi) diantara keduanya dalam rumah tangga tani, atau yang dikenal dengan analisis gender. Gender di sini dimaksudkan tidak sama dengan (perbedaan) jenis kelamin, namun menggambarkan perbedaan sifat, peran, fungsi dan status laki-laki dan perempuan yang tidak diakibatkan oleh perbedaan biologis semata, tetapi juga oleh relasi sosial budaya yang secara lebih luas dipengaruhi oleh struktur suatu masyarakat. Fokus dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui adanya diskriminasi gender dalam pembagian kerja dan upah pada masyarakat tani serta untuk mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi gender tersebut. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan indepth interview (wawancara mendalam) dengan narasumber, observasi, dan studi-studi dokumentasi dari dokumendokumen dan arsip-arsip resmi dari instansi yang dijadikan tempat penelitian. Hasil dari penelitian adalah benar bahwa ada diskriminasi gender dalam pembagian kerja dan upah dalam masyarakat tani. Bentuk-bentuk diskriminasinya meliputi perbedaan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan serta pembagian gaji yang kurang adil antara laki-laki dan perempuan sehingga hal tersebut bisa secara langsung menindas kaum perempuan dalam hal kerja dan pembagian upah. Kata Kunci: Diskriminasi Gender, Upah dan Kerja, Masyarakat Tani

I. PENDAHULUAN

Mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani di Desa Pagerwojo Kabupaten Jombang masih belum memiliki kesadaran dalam pengelolaan alokasi modal yang sebenarnya bisa didapatkan melalui hasil kerja yang mereka dapatkan. Dampaknya mereka teralienasi sendiri dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Pekerjaan yang tidak bisa membuat mereka berkembang terpaksa harus dikerjakan tanpa ada pilihan lain.

Buruh tani yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka dapatkan. Pada buruh tani yang secara langsung bersentuhan dengan sawah hanya mendapatkan beberapa persen dari apa yang mereka kerjakan. Apalagi dengan buruh tani perempuan kebanyakan terdiskriminasi dengan faktor lingkungannya. Biasanya upah buruh tani perempuan lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Hal tersebut dikarenakan lingkungan yang ada mempengaruhi persepsi dari perbedaan gender yang ada. Para pemilik modal beranggapan bahwa kekuatan perempuan lebih lemah dibanding dengan laki-laki. Dampaknya berpengaruh pada upah kerja dan pembagian kerja yang ada di lahan pertanian. Akumulasi modal seolah hanya bisa dilakukan oleh pemilik modal yang mempunyai skill yang lebih baik dari buruh tani. Di Desa Pagerwojo Kabupaten Jombang para buruh tani tidak bisa mengembangkan usahanya karena mereka kebanyakan lebih suka menabung hasil kerjanya dariapada menginvestasikan ke bentuk modal yang lainnya. Apalagi hal itu juga di latar belakangi oleh sikap trimo ing pangdum, artinya buruh tani hanya menerima apa yang dia dapatkan tanpa memiki sikap kritis terhadap para pemilik modal. Skripsi ini membahas tentang Diskriminasi Gender dalam Pembagian Kerja dan Upah dalam Pertanian terutama yang berkaitan dengan motivasi, alokasi waktu, dan statusnya dalam rumah tangga, pekerjaan, dan masyarakatnya. Alasan penulis membahas

masalah ini berkaitan dengan peran ganda perempuan baik sebagai ibu rumah tangga, sebagai pekerja di luar rumah, dan sebagai anggota masyarakat/komunitas di mana ia tinggal. Selain itu, adanya indikasi kuat yang menyebutkan bahwa, perempuan pekerja di sektor pertanian cenderung merupakan masyarakat marginal yang perlu menjadi perhatian untuk dientaskan ke tingkat yang lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Politik Gender Gender menjadi aspek dominan dalam definisi politik tersebut. Dalam relasi kelas, golongan usia maupun etnisitas, gender juga terlibat di dalamnya. Hubungan gender dengan politik dapat ditemukan mulai dari lingkungan keluarga antara suami dan istri sampai pada tataran kemasyarakatan yang lebih luas, misalnya dalam politik praktis. Tataran hubungan kekuasaan itu pun bervariasi, mulai dari tataran simbolik, dalam penggunaan bahasa dan wacana sampai pada tataran yang lebih riil dalam masalah perburuhan, migrasi, kekerasan, tanah, dan keterwakilan perempuan dalam partai politik. Dimensi-dimensi yang dapat menjadi dasar analisis terhadap relasi gender dan politik pun beragam, mulai dari dimensi kultural, ideologis, sampai historis. Hubungan gender dengan politik ini penting untuk dicermati karena banyak permasalahan yang ada dalam masyarakat bertolak dari ketimpangan hubungan keduanya 2. Kesetaraan Gender Kesetaran gender menurut Ridwan (2008:33) adalah kesetaraan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar

mampu berperan dan berpartispasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.

III. METODE PENELITIAN


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau memberikan informasi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang tengah diselidiki. Dalam konteks ini, penulis mencoba menjelaskan seperti apa bentuk diskriminasi gender dalam bidang pertanian serta seperti apa peran para pemegang modal dan kelompok tani dalam menanggapi masalah tersebut. Dalam pendapat lain, terutama pendapat Arikunto (1998), menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala yang menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Berbeda halnya dengan Denzin dan Liclon dalam Moleong (2006) menyatakan bahwa jenis penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

IV. HASIL PENELITIAN 1. Strategi Peningkatan Peranan Perempuan Strategi peningkatan peranan perempuan dalam perkembangannya selama ini lebih menekankan pada kerangka berfikir perempuan dalam pembangunan ( Women IN

Development = WID ), dan Perempuan dan Pembangunan ( Women And Development = WAD ) yang lebih ditujukan pada masalah mengejar ketertinggalan perempuan dibanding laki - laki dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Penggunaan paradigma ini lebih banyak menghasilkan program / proyek khusus untuk perempuan (Specific Womens Programmes / Project ). Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa walaupun berdasarkan paradigma itu telah cukup banyak diperoleh berbagai kemajuan dalam peningkatan kedudukan dan peranan perempuan dalam pembangunan, namun demkian upaya tersebut dirasakan masih perlu dilanjutkan dan lebih dikembangkan, serta dimantapkan dan dipercepat dengan menggunakan paradigma baru yaitu gender dan pembangunan Gender And Development . 2. Pembagian Kerja Secara Seksual

Berdasarkan penelitian di lapangan, upah kerja para buruh tani perempuan dan laki laki sangat berbeda jauh sekitar 50% pendapatan buruh perempuan lebih rendah daripada upah buruh laki-laki padahal waktu yang dihabiskan untuk bekerja hampir sama. Untuk lebih jelasnya lihat table dibawah ini:

Tabel 4. Jenis, Waktu dan Upah yang Diperoleh

Jenis Kelamin

Jenis Pekerjaan Membajak Sawah

Waktu Bekerja 7 jam ( Pukul 07.00 13.00)

Upah yang Diperoleh Rp. 40.000/ hari

Laki-Laki dan memupuk

Menanam dan Panen Perempuan

7 jam ( Pukul 07.00 13.00)

Rp. 25.000/hari

Sumber: Hasil Penelitian, 2013

Dari tabel diatasa dapat dilihat perbedaan upah dan kerja para buruh tani perempuan dan laki. Padahal untuk jenis pekerjaan dan waktu yang dihabiskan untuk bekerja keduanya tidak jauh berbeda tetapi penghasilan mereka sangat berbeda. Memang saat ini masih terjadi diskriminasi terhadap fungsi perempuan dalam mengembangkan pertanian di Indonesia. Menurut Sumarno (2013) Perempuan dianggap lemah dan kurang kompeten untuk bekerja di lapangan sehingga pada akhirnya standar upah yang diberikan pun jauh lebih kecil dibawah petani lelaki padahal jam kerja dan fungsinya pun tidak jauh berbeda. Seperti contohnya di Desa Pagerwojo, upah bagi seorang petani penggarap perempuan itu hanya sebesar 25 ribu rupiah, sedangkan untuk petani penggarap laki - laki mencapai 35-40 ribu rupiah. Angka tersebut cukup jauh mengingat kerja yang dilakukan antara keduanya hampir sama, karena untuk kerja yang berat seperti membajak sawah itu menggunakan kerbau yang sebenarnya perempuan pun bisa menggunakannya. Jadi untuk kasus ini, menurut saya tidak ada alasan untuk membedakan upah antara laki - laki dengan perempuan. 3. Peran Perempuan dalam Pembangunan

Salah satu bentuk aktualisasi diri bagi perempuan adalah dengan bekerja, selain ikut dalam berbagai kegiatan yang ada di masyarakatnya. Namun apapun alasan isteri atau perempuan untuk bekerja dengan sendirinya mempunyai dampak terhadap suami, anakanak dan keluarga, sehingga Moser (1995:72) menyampaikan keberadaan peran perempuan dalam triple role seperti berikut ini.

Dalam kebanyakan rumah tangga yang berpenghasilan rendah, pekerjaan perempuan tidak hanya terdiri dari kegiatan reproduksi (melahirkan anak), tetapi juga kegiatan produktif yang sering menjadi sumber penghasilan kedua. Kerja perempuan di daerah pedesaan biasanya dalam bentuk kerja pertanian sementara di daerah perkotaan perempuan sering bekerja di sektor informal yang berlokasi di dalam rumah atau sekitar tempat tinggal mereka. Selain itu perempuan juga terlibat dalam pengelolaan kegiatan komunitas yang berlangsung di daerah pemukimannya.

4. Pekerja Perempuan di Sektor Pertanian

Penghasilan para petani perempuan di Desa Pagerwojo, Kabupaten Jombang ini lebih kecil dari kaum lelaki. Ini berarti masih ada kecenderungan diskriminasi kerja ditilik dari sisi seksual. Namun demikian, adanya perbedaan upah/penghasilan ini tidak menyebabkan para perempuan ini menarik diri dari pasar tenaga kerja.

Di lingkungan desa pertanian, peran perempuan tampak dalam bentuk yang lumayan beragam yakni bermasyarakat sebagaimana pada umumnya seperti posyandu, pergi ke pasar, ikut acara keagamaan, selain itu kadang mereka juga ikut dalam pelatihan pertanian yang diselenggarakan oleh dinas Pertanian kabupaten Jombang. 5. Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Tani

a. Pengambilan Keputusan dalam Kegiatan Domestik

Pengambilan keputusan pada kegiatan domestik pada rumah tangga petani yang dilakukan oleh suami, istri dan suami dan istri seperti pendidikan untuk anak, kesehatan, tabungan, pengadaan alat rumah tangga, dan reproduksi lebih banyak dilakukan secara bersama, artinya pengambilan keputusan tidak didominasi oleh salah

satu pihak (suami saja atau istri saja). Namun pada kegiatan tertentu seperti keputusan memilih menu masakan lebih dominan diputuskan oleh istri. Hal ini berarti tidak ada kesenjangan gender dalam pengambilan keputusan pada aktivitas domestik.

b. Pengambilan Keputusan dalam Kegiatan Publik

Aktivitas produktif merupakan modal yang sangat penting dalam usaha kegiatan pertanian tangkap, dimana aktifitas produktif meliputi investasi/modal usaha pertanian, pengelolaan usaha pertanian, pengelolaan usaha pengolahan, pengelolaan usaha pengolahan, dan sosial kemasyarakatan. Dalam pengambilan keputusan dalam kepemilikan aktifitas produktif cukup bervariasi yaitu ada secara bersama, secara sendiri oleh pihak istri dan pengambilan keputusan langsung oleh suami.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya sebuah diskriminasi gender dalam pembagian kerja dan upah pada masyarakat tani serta bentuk bentuk diskriminasi tersebut. Berdasarkan penelitian mengenai Bentuk Diskriminasi Gender dalam Pembagian Kerja dan Upah pada Masyarakat Tani ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa poin kesimpulan, yaitu:
a. Terjadi diskriminasi gender dalam pembagian kerja dan upah dalam masyarakat tani di Desa Pagerwojo Kabupaten Jombang. b. Bentuk bentuk diskriminasi gender meliputi pembagian upah dan pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki laki dan perempuan. c. Pekerja perempuan cenderung bekerja dengan waktu yang lebih lama daripada laki laki sehingga disini terjadi diskriminasi waktu kerja. d. Upah yang diperoleh buruh tani laki laki dan perempuan yang berbeda yaitu perempuan mendapatkan gaji yang lebih rendah dengan waktu kerja yang sama. e. Para tokoh tokoh masyarakat, LSM dan kelompok tani kurang membantu banyak dalam menangani diskriminasi gender pada masyarakat tani ini karena kurang tegasnya pemerintah dalam membuat sebuah aturan mengenai permasalahan gender dalam buruh tani ini.

2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk keberlanjutan penelitian mengenai Diskriminasi Gender dalam Pembagian Kerja dan Upah pada Buruh Tani adalah sebagai berikut :
1. Untuk Pemerintah: Seharusnya pemerintah tidak hanya fokus kepada lembaga formal saja dalam menanggapi masalah diskriminasi gender ini, tetapi .kaum buruh tani juga layak mendapatkan perhatian lebih sehingga bentuk diskriminasi pada masyarakat tani ini

mendapatkan pemecahan masalah dari pemerintah. Selain itu pemerintah seharusnya membuat peraturan yang mengatur kerja dan upah buruh tani sehingga sehingga terjadi keadilan antara buruh laki laki dan perempuan. 2. Untuk Masyarakat: Masyarakat diharapkan bisa belajar dan tanggap terhadap permasalahan diskriminasi gender ini sehingga bisa membuat para buruh perempuan ini merasa mendapatkan dukungan dari masyarakat dan bisa lebih nyaman dalam bekerja. 3. Untuk Penelitian Selanjutnya: Penelitian mengenai Diskriminasi Gender dalam Pembagian Kerja dan Upah pada Masyarakat Tani ini alangkah lebih baik bila kedepannya tidak dipandang dari satu sisi saja, yakni dari segi diskriminasi kerja dan upahnya itu saja. Namun dapat juga melibatkan para elite elite local dan para pemilik modal dalam diskriminasi gender ini.

You might also like