You are on page 1of 72

DAFTAR ISI

Hal.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG I-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN I-1
1.3. RUANG LINGKUP I-2
1.3.1. Penyusunan Rencana Garis Besar I-2
1.3.2. Rounding Up Sistem Penyediaan Air Minum I-2
1.4. HASIL YANG DIHARAPKAN I-1

BAB II
DESKRIPSI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SERUI
2.1. GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN II-1
2.1.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan Air Minum II-1
di Kota Serui
2.2. JENIS SUMBER AIR II-2
2.2.1. Kuantitas Sumber Air II-2
2.2.2. Analisa Kualitas Air II-2
2.2.3. Bangunan Sadap II-2
2.2.4. Kapasitas Bangunan Sadap II-3
2.3. PIPA TRANSMISI II-3
2.3.1. Intake Sungai Matembo II-3
2.4. DISTRIBUSI II-4
2.4.1 Dokumen As-Built-Drawings II-4
2.4.2 Meter Induk II-4
2.4.3 Operasi dan Pemeliharaan II-4
2.4.4 Perlengkapan: Valve, Wash out, Air valve, II-5
Hidran kebakaran, Terminal Air dan Hidran umum.
2.4.5 Kebocoran II-5

Final Report
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB III
ANALISA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SERUI
3.1. SISTEMATIKA PENYEDIAAN AIR BERSIH III-1
3.2. PERMASALAHAN DAN POTENSI SUMBER AIR III-5
3.3. PERMASALAHAN DAN POTENSI UNIT PENGOLAHAN III-5
3.4. RESERVOIR AIR BERSIH III-6
3.5. DISTRIBUSI AIR MINUM III-7
3.6. METER AIR III-7

BAB IV
USULAN PERBAIKAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SERUI
4.1. PROGRAM MENDESAK (TAHUN 2006) IV-1
4.2. PROGRAM TAHUN 2007 IV-2
4.3. RENCANA JANGKA PANJANG ( S/D TAHUN 2015) IV-3

BAB V
DETAIL KOMPONEN RENCANA PERBAIKAN DAN
PENGEMBANGAN SPAM KOTA SERUI S/D 2010
5.1. Intalasi Pengolahan Air (IPA) dan Reservoir V-1
5.2. Transmisi Baru V-1
5.3. Kelengkapan Reservoir V-1
5.4. Jaringan Pipa Distribusi V-1
5.5. Penurunan Kebocoran V-2
5.6. Bengkel Meter V-2

LAMPIRAN :

Final Report
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan berkembangnya penduduk Kota Serui, maka kebutuhan akan


air minum saat ini makin meningkat pula. Pertumbuhan penduduk tersebut
menyebabkan diperlukannya penambahan kapasitas sumber air untuk penyediaan
air minum Kota Serui. Di samping itu di bagian hulu sungai matembo, beberapa
vegetasi dikawasan tersebut telah banyak berkurang bahkan dibeberapa titik
kawsan hutan telah beralih fungsi sebagai kebun. Hal tersebut berpengaruh
banyak terhadap pengurangan debit air sungai Matembo, khususnya saat musim
kemarau. Sedangkan pada sat musim penghujan karena telah beralih fungsi
hutan tersebut menjadi kebun menyebabkan beberapa material muka tanah ikut
hanyut saat hujan, yang kemudian masuk ke sungai yang menyebabkan
kekeruhan yang tinggi. Beberapa sambungan rumah (SR) tanpa meter dan tanpa
stop kran yang ditaping langsung dari pipa transmisi ikut berperan dalam
penurunan debit pada daerah pelayanan di beberapa wilayah distribusi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan,


salah satunya dengan penyusunan perencanaan Detail Engineering Design Sistem
Penyediaan Air Minum, yang sebagian dialokasikan untuk direalisasikan pada
pelaksanaan fisik di Tahun Anggaran 2006.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dari penugasan ini adalah menyusun suatu rencana Garis Besar
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Serui untuk masa
mendatang sampai tahun 2015, dimana di dalamnya termasuk pembuatan
rencana teknik Tahap I yang mencakup kebutuhan air bersih yang harus
dilaksanakan pada tahun 2006. Pekerjaan tersebut mencakup rehabilitasi dan
optimasi sarana air minum yang sudah ada, yang pada Tahun Anggaran 2006 ini
dialokasikan dalam Paket Pekerjaan Rounding Up Sistem Penyediaan Air Minum
Kota Serui Tahun Anggaran 2006. Sedangkan kebutuhan rehabilitasi ataupun
optimasi sistem air minum yang belum dapat dilaksanakan pada Tahun Anggaran

Final Report I -1
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
2006 saat ini, akan diselenggarakan sesuai alokasi dana yang dianggarkan pada
tahun-tahun berikutnya.

1.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pekerjaan ini mencakup dua hal yaitu penyusunan rencana garis
besar (Outline Plan) sampai dengan Tahun 2015 dan rancangan rinci (Detailed
Design) untuk program yang mendesak pada sistem penyediaan air minum kota
Serui.
Perencanaan perluasan/pengembangan sistem air bersih ini didasarkan pada
evaluasi pada kondisi kebutuhan air minum terhadap proyeksi jumlah penduduk.

1.3.1. Penyusunan Rencana Garis Besar

ƒ Memproyeksikan daerah pelayanan air bersih sampai tahun 2015


ƒ Memproyeksikan kebutuhan air bersih sampai tahun 2015 disesuaikan
dengan target Millenium Development Goals (MDG’s).
ƒ Menentukan kriteria perencanaan bagi sistem penyediaan air bersih

1.3.2. Rounding Up Sistem Penyediaan Air Minum

ƒ Perencanaan teknik dalam rehabilitasi dan optimasi sistem penyediaan air


minum yang perlu dilakukan pada Tahun Anggaran 2006, yang merupakan
kegiatan fisik mendesak.
ƒ Menyusun RAB, BOQ, Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar dan Dokumen
Tender untuk keperluan pelelangan Pekerjaan Fisik pada Tahun Anggaran
2006

1.4. HASIL YANG DIHARAPKAN


Keluaran yang diharapkan dari perencanaan DED SPAM Kota Serui adalah
tercapainya penyediaan air minum kepada masyarakat kota Serui, sesuai dengan
target pembangunan Pemerintah RI, yang mengacu pada Millenium Development
Goals (MDG’s) Tahun 2015. Disamping itu memberikan masukan bagi Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi Papua, PDAM Kabupaten Serui, maupun instansi terkait
lainnya, mengenai garis besar rencana pengembangan PDAM Kabupaten Serui,
khususnya di Kota Serui, secara lebih terpadu.

Final Report I -2
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB II
DESKRIPSI SISTEM PENYEDIAAN
AIR MINUM KOTA SERUI
Bab ini akan diuraikan mengenai hasil pengumpulan data yang sudah dilakukan Konsultan
di lapangan, baik yang didapat di lapangan (data primer), maupun dari instansi-instansi
(data sekunder)

Isu yang akan dibahas berikut ini, yaitu:


- Gambaran Umum Daerah Studi
- Sistem Penyediaan Air Minum saat ini, bangunan sadap, transmisi, distribusi.

2.1. GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

Kota Serui merupakan kota pantai yangmenghadap ke selatan sebagi ibukota


Kabupaten Serui, terletak di dataran rendah. Sementara daerah perbukitan
terletak pada bagian Utara kota, membentang dari barat ke Timur.

Secara geografis Kabupaten Serui terletak pada posisi 134º 46’ sampai dengan
137º 59’ Bujur Timur dan 01º 27’ sampai dengan 02º 58’ Lintang Selatan.

Pada daerah pelayanan yang merupakan wilayah kota Serui, jumlah penduduk
berdasarkan data BPS Tahun 2004 mencapai 30.447 jiwa, dimana daerah
pelayanan baru mencapai sebesar 70% terhadap wilayah kota, sedangkan
penduduk yang terlayani air minum dari PDAM Serui baru mencapai 62,25%
terhadap daerah pelayanan.

2.1.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Serui

Penyediaan air minum kota Serui dapat digambarkan sebagai berikut:


Kondisi eksisting sistem penyediaan air minum kota Serui dilayani dari intake
sungai Matembo, air dari Matembo dialirkan secara grafitasi ke bak pengendap
dan reservoir. Tetapi karena alasan teknis maka operasional sistem dari intake
sungai Matembo ke daerah pelayanan dikota Serui dialirkan langsung ke daerah
pelayanan (by pass). Dalam keadaan normal (tidak hujan) kualitas air cukup baik
tapi setelah terjadi hujan cukup lebat terjadi kekeruhan akibat endapan lumpur.

Final Report II - 1
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
2.2. JENIS SUMBER AIR

Sistem penyediaan
air minum di Kota
Serui saat ini
dilayani dengan 1
(satu) sumber air
yaitu dari intake
sungai Matembo. Sementara sebagai sumber alternatife yang sangat potensial
adalah hulu sungai Manawon yang terletak + 4 km sebelah utara dari lokasi
sumber eksisting dengan kuantitas air yang cukup besar 750 l/dt (sumber dari
Dinas PU Papua) yang terletak pada elevasi 540 m dari permukaan laut.

2.2.1. Kuantitas Sumber Air

Kuantitas sumber air yang disadap dari air permukaan Sungai Matembo, pada
saat perencanaan awal (tahun 1987) adalah 20 l/det. Sedangkan saat ini telah
berkurang menjadi 13,2 l/dt.

2.2.2. Analisa Kualitas Air

Untuk mengetahui kondisi eksisting pada kualitas air baku, maka dilakukan
pemeriksaan air baku pada sumber airsungai Matembo.
Adapun hasil analisa kualitas air pada lokasi sumber air tersebut dapat dilihat
pada Lampiran.

2.2.3. Bangunan Sadap

Bangunan sadap di PDAM Serui terdiri


dari Intake sungai Matembo
merupakan bangunan struktur beton
berbentuk trapesium dengan ukuran
2 x 2,5 x 1,75 dengan ketinggian 1,50
m, air sungai pada intake sungai
Matembo di bendung dengan bendungan model spill way sehingga didapatkan
aliran yang laminer dengan ketinggian muka air sesuai dengan yang dikehendaki

Final Report II - 2
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
kemudian terdapat pintu air berukuran 50 x 110 cm yang dilapisi dengan kawat
saringan.

2.2.4. Kapasitas Bangunan Sadap

Kapasitas bangunan sadap pada


kondisi saat ini dipakai untuk
mengalirkan air baku melalui
dua pipa transmisi yang
berukuran 200 mm dan 150 mm dengan jenis pipa GIP.

2.3. PIPA TRANSMISI

2.3.1. Intake Sungai Matembo

2.3.1.1. Perpipaan

Pengambilan air dari


intake sungau Matembo
menggunakan pipa
dengan diameter 200
mm dan 150 mm.Jenis
pipa yang digunakan
adalah GIP secara umum kondisi pada kedua pipa tersebut sudah mengalami
perubahan. Hal ini dapat diketahui dari ketebalan kerak yang dijumpai pada
sekeliling pipa bagian dalam. Adapaun ketebalan kerak tersebut bervariasi dari
0,02 – 0,05 cm hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kapasitas aliran air dan
tekanan.

2.3.1.2. Pelengkap Perpipaan (Wash Out, Air Valve, Perlintasan, Valve)

Pelengkap perpipaan transmisi seperti


wash out dan air valve dari hasil
pengamatan lapangan masih kurang. Pada
titik-titik ketinggian pada pipa transmisi
masih belum terpasang air valve. Pada

Final Report II - 3
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
perlintasan sungai tidak dijumpai adanya pelindung pipa, seperti misalnya
konstruksi gabion/batu bronjong. Akibat ketiadaan konstruksi pelindung
menyebabkan pipa transmisi dapat terputus terkena terjangan air sungai saat
hujan lebat terjadi. Hal ini menyebabkan terganggunya kontinuitas air, serta
kenaikan biaya Operasi dan Pemeliharaan pada penggantian pipa yang terputus
tersebut.

2.3.1.3. Kapasitas pipa transmisi

Kapasitas pipa transmisi diameter 200 mm


dengan beda tinggi diperkirakan 60 m secara
teoritis adalah 20 l.dt tetapi dengan adanya
pengurangan nilai koefisien friksi pipa
frekwensi diamater 200 mm diameter dengan
penurunan kapasitas sungai Matembo
menyebabkan terjadinya penurunan debit
menjadi 13,2 lt/dt. Sedangkan pipa diameter 150 mm kurang dapat berfungsi
dengan baik karena ada beberapa taping langsung untuk + 200 SR tanpa water
meter dan beberapa tanpa stop kran di daerah Anataurei.

2.4. DISTRIBUSI

2.4.1 Dokumen As-Built-Drawings


Tidak dijumpai dokumen as-built-drawing. Gambar-gambar yang ada adalah
gambar perencanaan.

2.4.2 Meter Induk


Meter induk untuk diameter 200 mm masih dapat terbaca sementara meter induk
ukuran 150 mm rusak.

2.4.3 Operasi dan Pemeliharaan


Sistem operasi dan pemeliharaan dilaksanakan di bawah koordinasi Kabag Teknik
PDAM Serui. Adapun kegiatan pemeliharaan berupa penanggulangan /perbaikan
kebocoran terutama dijalur transmisi dan jalur distribusi pada sat terjadi hujan
yang lebat maka aliran sungai akan banjir menyebabkan jalur pipa transmisi
terputus, hal ini menyebabkan diperlukannya persediaan accesories/peralatan pipa
yang sesuai dengan kebutuhan penanggulangan kebocoran di pipa transmisi.

Final Report II - 4
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Demikian juga dengan wash out, pada pipa transmisi tersebut jika terjadi hujan,
wash out harus dibuka beberapa saat untuk membuang lumpur dan endapan
lumpur yang ada dipipa tersebut. Pada jalur distribusi demikian juga untuk wash
out beberapa saat dibuka 10 – 20 menit hal tersebut dilakukan setiap terjadi
hujan yang cukup besar.

2.4.4 Perlengkapan: Valve, Wash out, Air valve, Hidran kebakaran, Terminal Air dan
Hidran umum.
Perlengkapan valve pada sistem distribusi masih mencukupi. Sedangkan untuk air
valve maupun wash out masih kurang dijumpai, terutama pada lokasi di jembatan
pipa. Hidran kebakaran dapat dijumpai sebanyak 1 (satu) unit di Jl. Pelabuan.
Adapun terminal air dan hidran umum dapat dijumpai pada lokasi di luar wilayah
pelayanan perpipaan.

2.4.5 Kebocoran
Kebocoran pada sistem pelayanan air minum Kota Serui. Jika ditambahkan dengan
kondisi sambungan rumah tanpa meter di daerah transmisi Anataurei
yangberjumlah cukup banyak + 200 SR (Sumber dari bagian teknik PDAM Serui).

Diperkirakan angka kebocoran mencapai 40%. Untuk dapat mengidentifikasi


tingkat kebocoran secara lebih detil, maka diperlukan adanya alat pengukur debit
dari lokasi produksi, meter induk transmisi dan distribusi (zoning). Alat pengukur
debit tersebut minimal terpasang pada lokasi sebelum didistribusikan ke wilayah
pelayanan. Sementara itu alat ukur juga harus dikalibrasi, terutama meter air yang
akan dipasang pada pelanggan. Sedangkan usia pemasangan meter air pelanggan
tersebut idealnya tidak melebihi 5 (lima) tahun. Setelah 5 (lima) tahun terpasang,
maka meter air sebaiknya dikalibrasi ulang, ataupun dilakukan perbaikan bila
dijumpai keakuratannya telah berkurang (melebihi ± 2%).

Dengan adanya pemasangan alat ukur yang akurat baik pada meter air induk,
maupun meter air pelanggan, maka diharapkan kebocoran yang terjadi dapat
terukur dan teridentifikasi.

Final Report II - 5
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB III
ANALISA SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM KOTA SERUI

3.1. SISTEMATIKA PENYEDIAAN AIR BERSIH

Prediksi Jumlah Penduduk dan Cakupan Pelayanan


Untuk dapat menghitung kebutuhan air minum pada saat ini maupun pada tahun
proyeksi maka dilakukan perhitungan jumlah penduduk Kota Serui. Berdasarkan
data yang diperoleh dari BPS, maka jumlah penduduk Kota Serui dapat dilihat pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kota Serui

Jumlah Laju
No. Tahun Keterangan
Penduduk Pertumbuhan
1 2000 28.250 1,60%
2 2001 28.730 1,67%
3 2002 28.717 0,05%
4 2003 30.131 4,69%
5 2004 30.447 1,04%
Sumber: BPS Kabupaten Serui

Dari data jumlah penduduk tersebut dilakukan analisa untuk mengetahui nilai
regresi dengan metode aritmatik

¾ Metode Aritmatik

Pn = Po (1+ r n )

Pn = Jumlah penduduk tahun n


Po = Jumlah penduduk tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Jangka waktu dalam tahun

Untuk metode ini data penduduk dilakukan dengan regresi


linear,sebagai berikut:

Final Report III - 1


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Y = ax + b

Σxy−n x y
a=
Σ x2 − n n 2

b = y−a x

Σx y− nx y
Koefisien Korelasi, R =
( Σ x − n x 2 ) (Σ y 2 − n y 2 )
2

¾ Metode Geometrik

Pn = Po ( 1 + r)n
Po = Jumlah penduduk tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Jangka waktu dalam tahun

Untuk metode ini analisis data penduduk dilakukan dengan


regresi non linear (eksponensial), sebagai berikut :

Y = ABX
Ln y = ln a + ln b
Y = ln y, A = ln a dan B = ln b
Y = A + Bx

Σx y− nx y
A = Y – B x, B =
Σ x2 − n x 2

Σx y− nx y
Koefisien Korelasi, R =
( Σ x 2 − n x 2 ) (Σ Y 2 − n Y 2 )

Tabel 3.2. berikut ini menggambarkan proyeksi penduduk Kota Serui.

Final Report III - 2


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Tabel 3.2. Proyeksi Penduduk Kota Serui

No Tahun Proyeksi Keterangan


Penduduk
1 2005 31.007
2 2006 31.577
3 2007 32.158
4 2008 32.749
5 2009 33.352
6 2010 33.965
7 2011 34.590
8 2012 35.226
9 2013 35.873
10 2014 36.533
11 2015 37.205

Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk seperti yang terlihat pada Tabel
3.1. maka diketahui bahwa terjadi lonjakan penduduk pada Tahun 2001.
Adapun perkembangan penduduk setelah Tahun 2001 cenderung menunjukkan
penurunan. Angka rata-rata untuk perhitungan laju perkembangan penduduk
dalam hal ini tidak dilakukan mengingat kecenderungan tersebut. Angka yang
tetap cenderung untuk dipilih, untuk mencegah perhitungan yang terlalu
optimis dalam menilai pertambahan penduduk. Sehingga dipilih angka laju
pertumbuhan penduduk seperti yang terjadi pada tahun terakhir, yaitu pada
Tahun 2004 sebesar 1,04%.

3.1.1 Kebutuhan Air saat ini dan 2015

Dari hasil perhitungan proyeksi prenduduk yang didapatkan, maka


dapat disajikan tabel perhitungan kebutuhan air minum kota Serui
hingga tahun 2015. Proyeksi kebutuhan air ini berangkat dari jumlah
penduduk kota Serui pada masing-masing tahun proyeksi kemudian
dapat direncanakan area cakupan air minum untuk kota Serui adalah
sebesar 85% dari jumlah penduduk kota Serui, dari area cakupan yang

Final Report III - 3


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
85% tersebut maka jumlah penduduk kota Serui di wilayah pelayanan
dapat ditentukan berdasarkan jumlah pelanggan saat ini untuk
presentase pelayanan air minum pada tahun 2006 adalah sebesar 65%
maka dari itu berdasarkan ketentukan yang tercantum dalam MDGs
2015 dapat di proyeksikan kenaikan prersentase pelayanan hingga 98%
di tahun 2015 adapun ketentuan MDGs tersebut adalah terpenuhinya
tingkat pelayanan air minum kepada penduduk kota Serui sebesar 85%
dari sisa penduduk yang belum terlayani artinya bila pada tahun 2006
tingakat pelayanan baru mencapai 65% maka sisanya 35% haris dapat
dilayani air minumnya sebesar separuh dari 35% atau 17,5% dari sisa
penduduk yang belum terlayani. Untuk kebutuhan sambungan rumah
berdasarkan survey sosial ekonomi yang dilaksanakan saat kunjungan
konsultan ke lokasi pada bulan Mei 2006 diketahui bahwa rata-rata
jumlah jiwa untuk 1 kepala keluarga (KK) adalah sebesar 5 orang
adapun untuk prosentase antara sambungan domestik dengan
pelayanan hidran umum (HU) adalah 98% berbanding 2% yang
disesuaikan dengan kondisi eksisting saat ini prosentase ini
direncanakan tetap hingga akhir tahun perencanaan.

Penyediaan air minummelalui Hidran Umum (HU) direncanakan dapat


melayani 100 jiwa untuk per unit Hidran Umum (HU), kebutuhan air
minum untuk non domestic direncanakan sebesar 10% dari kebutuhan
air non domestik adapaun kebutuhn air rata-rata (L/det) diperoleh dari
total kebutuhan air ditambah kehilangan air. Angka kehilangan
yangterjadi di PDAM Serui diperkirakan mencapai 50% angka
kebocoran/kehilangan air sangat tinggi sehingga dalam perencanaan
kebutuhan air minum di tahun proyeksi angka tersebut direncanakan
untuk diturunkan hingga menjadi 20% di tahun 2010.

Kebutuhan air maximum per hari dihitung berdasarkan air rata-rata


dikalikan dengan koefisien sebesar 1,20 angka ini dipilih mengingat
fluktuasi kebutuhan air yang tidak terlalu tinggi karena kota Serui
masuk dalam kategori kota kecil.

Demikian juga dalam perhitungan kebutuhan jam puncak dipilih


kooefisien sebesar 1,75. Adapun kebutuhan air baku dihitung dengan

Final Report III - 4


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
mengalikan kebutuhan air rata-rata dengan koofesien 3 kebutuhan air
baku tersebut dihitung untuk dapat mengetahui sejauh mana kapasitas
air baku yang berasal dari air permukaan/air sungai dapay memenuhi
syarat kuantitasnya. Yang dimaksud dengan kapasitas system eksisting
adalah kapasitas yang tersedia dari system penyediaan airminum kota
Serui pada saat ini hingga pada pelayanan distribusi seluruhnya dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

3.2. PERMASALAHAN DAN POTENSI SUMBER AIR

Sumber air baku Kota Serui pada saat ini tersedia dengan satu (1) jenis sumber,
sesuai dengan yang diuraikan pada Bab II sebelumnya. Yaitu adalah dari Intake
Sungai Matembo yang berupa air permukaan.

3.2.1. Kuantitas

Sumber air baku dari air permukaan, yaitu Intake Sungai Matembo, ditinjau
dari segi kuantitasnya sudah kurang memadai. Mengingat debit sungai saat
ini sudah berkurang disbanding pada saat perencanaan awal dibuat tahun
1987 adalah cukup besar,. Sehingga apabila dilihat dari kebutuhan air
baku untuk Tahun 2006 yang sebesar 49 liter per detik, maupun di Tahun
proyeksi (Tahun 2015) yang sebesar 60 liter per detik, maka direncanakan
sumber air baku dari Kali Manawon.

3.3. PERMASALAHAN DAN POTENSI UNIT PENGOLAHAN

3.3.1. Unit Pengolahan

Alternatif sumber air yang akan digunakan adalah air permukaan. Akan
tetapi untuk sumber air yang berasal dari air permukaan memerlukan
pengolahan dengan sistem paket.

Untuk mengolah air permukaan Sungai Manawon maka perlu dilakukan


pengolahan yang dapat mengurangi turbiditi dari aliran sungai.

Untuk itu pengolahan air permukaan idealnya mempergunakan pengolahan


jenis lengkap, dengan bentuk sistem paket.

Final Report III - 5


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Spesifikasi IPA haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Memiliki standar SNI


- Dapat dipabrikasi di lapangan
- Dilengkapi dengan unit pengolah kimia yang sesuai dengan bahan
kimia yang digunakan (soda ash, aluminium sulfat dan kaporit)
- Ketebalan baja minimal 10 mm
- Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan tertinggi sesuai dengan
hasil pemeriksaan laboratorium air baku yang akan diolah tersebut
- Kualitas effluent (hasil air bersih) memenuhi standar air minum
Departemen Kesehatan RI atau Direktorat Pengembangan Air Minum
Departemen PU.

3.4. RESERVOIR AIR BERSIH

Sistem penyediaan air minum di Kota Serui dalam sistem pengaliran air minum,
khususnya di wilayah pelayanan distribusi dibutuhkan reservoir, yang berfungsi
sebagai penyimpan kelebihan air minum yang telah diolah, maupun untuk dapat
menambah tekanan pengaliran.

Pada sistematika air minum di Kota Serui terdapat dua kategori reservoir, yaitu
reservoir yang berfungsi sebagai bagian dari sistem produksi/pengolahan, serta
reservoir yang berfungsi sebagai bagian dari sistem distribusi. Reservoir yang
berfungsi sebagai bagian dari sistem pengolahan adalah reservoir di IPA

Kecukupan kapasitas reservoir dihitung berdasarkan 20% dari kebutuhan 1 (satu)


hari (Q maksimum dalam sehari). Berdasarkan perhitungan secara keseluruhan
sistem.

Pada perencanaan sampai dengan Tahun 2015 diperlukan penambahan reseroir


dengan kapasitas 500 m3 di Bukit Kacang. Penambahan 500 m3 ini didapatkan dari
kebutuhan debit pada Tahun 2015 yang mencapai 60 liter per detik.

Sistem operasional reservoir perlu dilengkapi dengan:


- Float valve, yaitu katup apung, yang dapat menutup aliran masuk saat
reservoir penuh, sehingga air bersih tidak terbuang.

Final Report III - 6


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
- Kelengkapan umum lainnya, seperti peluap (overflow), penguras (drain/wash
out) dan meter induk.

Dengan kelengkapan tersebut, serta dilaksanakan tindakan penekanan kebocoran


air sepanjang pipa transmisi dan distribusi air minum, maka dapat dicegah
terjadinya sistem bergilir dan kehilangan air yang besar.

3.5. DISTRIBUSI AIR MINUM

Pada saat ini PDAM Kota Serui belum memiliki gambar-gambar as built drawing
yang rinci dan lengkap. Sedangkan untuk dapat menganalisa sistem penyediaan air
minum, khususnya pada jaringan distribusi, diperlukan inventarisasi data perpipaan
yang masih berfungsi. Analisa tersebut untuk dapat mengetahui kemampuan
kapasitas pipa distribusi, baik pada saat ini maupun pada kondisi proyeksi (Tahun
2010). Berdasarkan pada tabel 3.3. dapat ketahui kapasitas distribusi sebesar 60
liter per detik (kebutuhan hari maksimum) sampai dengan akhir tahun
perencanaan (Tahun 2015).

Pengembangan jaringan perpipaan distribusi akan mencakup:


- Mengembalikan fungsi perpipaan distribusi utama sebagai percabangan pipa
distribusi sekunder, dan perpipaan distribusi sekunder sebagai percabangan
pipa-pipa pelanggan untuk pemerataan aliran dan tekanan air
- Menertibkan sambungan-sambungan liar

3.6. METER AIR

Pada saat ini eksistensi meter air yang terpasang dan berfungsi dengan baik masih
belum mencukupi kebutuhan. Penggunaan meter air baik pada tahap produksi,
pengolahan maupun distribusi sangatlah penting. Meter air ini merupakan alat ukur
serta indikator yang dapat menunjukkan secara tepat dan akurat mengenai
kuantitas air yang dikelola oleh PDAM.

Mengingat pentingnya fungsi alat ukur ini, maka pada rencana pengembangan
Tahun 2006 ini akan dialokasikan pengadaan dan pemasangan meter air induk,
serta meter pelanggan. Diharapkan dengan adanya alat ukur yang baru ini, maka
PDAM Kabupaten Serui dapat melakukan pengurangan angka kebocoran meter air.

Final Report III - 7


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Tabel 3.3.
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kota Serui, Yapen Waropen, Papua
No URAIAN Unit 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Keterangan

I. PENDUDUK
Jumlah Penduduk Kota Serui Jiwa 31.577 32.158 32.749 33.352 33.965 34.590 35.226 35.873 36.533 37.205 Town Population
Jumlah Penduduk di Daerah Pelayanan Jiwa 22.104 22.511 22.924 23.346 23.776 24.213 24.658 25.111 25.573 26.044 Service Area Population
Prosentase Pelayanan % 65% 67% 69% 71% 73% 75% 77% 79% 81% 85% % Served
Jumlah Penduduk Terlayani Jiwa 14.452 15.082 15.818 16.576 17.356 18.160 18.987 19.838 20.714 22.137 Population Served
II. PELAYANAN DOMESTIK
Prosentase Sambungan Rumah % 98% 98% 98% 98% 98% 98% 98% 98% 98% 99%
Penduduk Terlayani dgn Sambungan Rumah Jiwa 14.252 14.780 15.501 16.244 17.009 17.797 18.607 19.501 20.383 21.916 1 SR = 5 orang
Standart Kebutuhan Sambungan Rumah lt/or/hari 100 120 120 120 120 150 150 150 150 150
Kebutuhan Total Sambungan Rumah lt/dt 16,50 20,53 21,53 22,56 23,62 30,90 32,30 33,86 35,39 38,05
Jumlah Sambungan Rumah Unit 2.850 2.956 3.100 3.249 3.402 3.559 3.721 3.900 4.077 4.383
III. PELAYANAN HIDRAN UMUM
Prosentase Hidran Umum % 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 1%
Penduduk Terlayani dgn Hidran Umum Jiwa 200 302 316 332 347 363 380 337 331 221 1 HU = 100 orang
Standart Kebutuhan Hidran Umum lt/or/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Kebutuhan Total Hidran Umum lt/dt 0,07 0,10 0,11 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12 0,12 0,08
Jumlah Sambungan Hidran Umum Unit 2 3 3 3 3 4 4 3 3 2
IV. KEBUTUHAN NON DOMESTIK
Prosentase Terhadap Kebutuhan Domestik % 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Kebutuhan Air lt/dt 1,65 2,05 2,15 2,26 2,36 3,09 3,23 3,39 3,54 3,80
Jumlah Sambungan Unit 125 128 130 133 137 141 145 151 157 163
Total Kebutuhan Air lt/dt 18,21 22,69 23,79 24,93 26,11 34,11 35,67 37,36 39,04 41,93
Porsentase Kebocoran % 50% 42% 37% 28% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
Kebutuhan Air rata-rata lt/dt 27 32 33 32 31 41 43 45 47 50
Kebutuhan Air Maksimum per hari lt/dt 33 39 39 38 38 49 51 54 56 60 Q max = 1.20 x Q rata2
Kebutuhan Air Jam Puncak lt/dt 48 56 57 56 55 72 75 78 82 88 Q jam puncak=1.75 Q rata2

Kebutuhan Air Baku lt/detik 98 116 117 115 113 147 154 161 169 181 Q A.Baku = 3 x Q max

Kapasitas Sistem Eksisting lt/dt 13 60 60 60 60 60 60 60 60 60


Kapasitas Sistem Tambahan lt/dt 47 - - - - - - - - -
Kapasitas Sistem TOTAL lt/dt 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Final Report III - 8


DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB IV
USULAN PERBAIKAN SISTEM
PENYEDIAAN
AIR MINUM KOTA SERUI

Adapun yang menjadi perhatian dalam program perbaikan dan pengembangan sistem
penyediaan air minum kota Serui, yaitu :
¾ Kurangnya cakupan pelayanan terhadap penduduk daerah pelayanan), serta
tingginya kehilangan /kebocoran air (50%) yang disebabkan oleh pemakaian air
tanpa water meter langganan, akurasi meter / alat ukur yang digunakan, demikian
juga dengan bengkel meter dan peralatan test bench yang belum ada.
¾ Kurangnya cakupan pelayanan dan tingginya kebocoran/kehilangan air
menyebabkan kuantitas air produksi ( > 13,2 l/det) tidak efisien dan tidak efektifnya
sistem penyediaan air minum kota Serui. Diperlukan usaha-usaha dalam penurunan
kebocoran. Diperlukan penambahan produksi air minum (sumber air baru)
perbaikan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan dengan merencanakan dan
membangun instalasi pengolahan air baku sungai Manawon dengan kapasitas 40
l/det, sehingga masyarakat dapat memperoleh air bersih yang cukup sepanjang
musim.
¾ Dari aspek kontinuitas maka sungai Manawon dengan debit yang besar ( > 750
l/det) sangat memungkinkan pelayanan 24 jam terus menerus secara garvitasi ke
sistem penyediaan air minum kota Serui. Diperlukan pengelolaan air dengan
dukungan peralatan /perlengkapan yang memungkinkan pasokan air ke reservoir-
resrvoir sesuai kebutuhan,dan pendistribusian air kekonsumen yang terukur sesuai
dengan pemakaian, sehingga penting kelengkapan meter air yang akurat melalui
perbaikan / penggantian secara periodik, serta peneraan akurasinya. Penurunan
kebocoran / kehilangan air akan menjamin kontinuitas di dalam pelayanan air
minum.

Program-program tersebut diuraikan sebagai berikut:

4.1. PROGRAM MENDESAK (TAHUN 2006)

Final Report IV - 1
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Untuk dapat meningkatkan sistem penyediaan air minum di kota Serui maka
perlu dilanjutkan pembangunan yang sudah ada, khususnya agar dapat
berfungsi menuju kepada pelayanan air minum yang seutuhnya (kuantitas,
kualitas dan kontinuitas). Di dalam program mendesak ini direncanakan
beberapa kegiatan pembangunan sebagai berikut:
¾ Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) kapasitas 2 x 20 l/det pada
intake sungai Manawon sebagaimana dijelaskan dan diperlihatkan pada Bab
III, sehingga diperoleh kualitas air yang memenuhi syarat.
¾ Penurunan kebocoran pipa transmisi Maruni termasuk penggantian
kelengkapan katup-katup pelepas udara dan penguras.
¾ Pemasangan pipa trabsnisi sepanjang + 6.000 m (GIP 200 mm)

Program ini diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun 2006 untuk dapat
dilanjutkan pada tahap berikutnya.

4.2. PROGRAM TAHUN 2007

Program pada tahun ini adalah peningkatan pelayanan sistem penyediaan air
minum kota Serui sehingga dapat berfungsi sebagai prasarana dan sarana
perkotaan yang efisien dan efektif. Kegiatan program tahun 2007 terdiri atas:
¾ Meterisasi sistem peneydiaan air minum secara menyeluruh yang
mencakup:
ƒ Pengadaan dan pemasangan meter induk baru atau perbaikan meter
induk yang tidak berfungsi, pada seluruh zona distribusi.
ƒ Pengadaan dan pemasangan meter konsumen atau perbaikan meter
tidak berfungsi pada kondisi meter aktif.
ƒ Perbaikan dan penyempurnaan bengkel meter, termasuk Test Bench
untuk akurasi dan perbaikan meter air.
¾ Melengkapi sistem pasokan air ke setiap zona distribusi dengan peralatan-
peralatan di dalam pembatasan tekanan (Pressure Regulator Valve) serta
katup penghentian aliran masuk (Float Valve), masing-masing 1 unit untuk
setiap reservoir.
¾ Penurunan kehilangan / kebocoran air hingga 20% sampai tahun 2010 agar
dapat meningkatkan pelayanan hingga cakupan 70% s/d tahun 2010,
khususnya perbaikan pada kebocoran teknis melalui :

Final Report IV - 2
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
ƒ Penertiban sambungan liar (tidak terdaftar) dan sambungan yang tidak
pada tempatnya (seperti sambungan langsung pelanggan ke pipa
transmisi, sambungan langsung konsumen ke distribusi primer).
¾ Pelaksanaan pembangunan intake baru sumber sungai Manawon 2 x 20
Liter
¾ Dikoneksionkan transmisi baru dengan transmisi eksisting
ƒ Perbaikan pipa yang bocor, termasuk pencegahan tekanan melampui
spesifikasi dan penggantian pipa-pipa tua (peninggalan Belanda dll)

4.3. RENCANA JANGKA PANJANG ( S/D TAHUN 2015)

Sebagaimana hasil analisa kebutuhan air sampai dengan tahun 2015 dapat
disimpulkan kebutuhan sistem penyediaan air minum sampai dengan tahun 2015
sebagai berikut:
¾ Cakupan pelayanan 70% dari prediksi penduduk kota Serui pada tahun
2015.
¾ Jumlah sambungan rumah yang dibutuhkan : 6.000 unit sambungan rumah.
¾ Jumlah sambungan HU/KU yang dibutuhkan : 5 unit
¾ Kapasitas pipa transmisi air baku sebesar :60 l/det.
¾ Kapasitas IPA sebesar : 40 l/det.
¾ Kapasitas air baku sebesar : 60 l/det, masih dapat dipenuhi oleh debit
sungai Manawon > 40 l/det dan 13 l/det dari sungai Matembo.

Rencana jangka panjang pengembangan sistem penyediaan air minum kota


Serui sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut:
¾ Membangun komponen-komponen yang dibutuhkan sebagaimana diuraikan
diatas, apabila tidak ada perubahan-perubahan yang melampaui perkiraan-
perkiraan termasuk dalam proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan airnya.
¾ Mengusahakan dan mempertahankan kehilangan air sebesar 20%, demikian
juga dengan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pelayanan air minum.
¾ Pengawasan dan pemeliharaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Manawon agar
debit air baku yang berasal dari sungai Manawon dapat dipertahankan
khususnya pada lokasi intake ke bagian hulu sungai Manawon.

Final Report IV - 3
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
BAB - V
DETAIL KOMPONEN RENCANA PERBAIKAN
DAN PENGEMBANGAN SPAM KOTA SERUI S/D
2010

Dari hasil uraian kondisi penyediaan air bersih yang ada, dan analisa terhadap kebutuhan
sistem peneydiaan air minum yang layak dan handal (memenuhi syarat kuantitas, kualitas
dan kontinuitas) yang telah dituangkan dalam usulan sistem penyediaan air minum kota
Serui, maka tindak lanjut komponen-konponen pembangunannya adalah sbb:

5.1. RESERVOIR

Pembangunan reservoir dengan kapasitas 500 m3 (reservoir panampung air


minum) , demikian juga dengan kelengkapan rumah jaga, Gudang bahan kimia
Reservoir direncanakan dengan konstruksi beton.

5.2. TRANSMISI BARU

Pembangunan pipa transmisi baru @ 200 mm sepanjang 6.000 m dari intake


Manawon dengan jenis pipa GIP dilengkapi dengan jembatan (syphon) pipa 1
(satu) unit dengan bentang 60 m beserta kelengkapan katup pelepas udara dan
katup penguras sesuai dengan gambar kerja perencanaan.

5.3. JARINGAN PIPA DISTRIBUSI

Perluasan jaringan pipa distribusi direncanakan sesuai dengan cakupan daerah


pelayanan penambahan pipa distribusi utama dan cakupan jumlah sambungan
(3.042 SR s/d 2010). @ 80 - 150 mm sepanjang 5.410 m khususnya pada daerah
pelayanan Kampung Cina, Serui laut, dan wilayah Maradai.

5.4. PENURUNAN KEBOCORAN

Mengingat tingginya tingkat kebocoran atau kehilangan air ( > 47%) khususnya
pada pipa transmisi Maruni menjadi prioritas penanggulangan kebocoran dimulai
dengan katup-katup pelepas udara yang bocor (jenis bola tunggal diganti dengan
bola ganda yang lebih tepat untuk pipa dengan tekanan tinggi > 100 mka) dan
sambungan-sambungan pipa yang melemah (bocor) pada jembatan pipa.

Final Report V -1
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
Penurunan kebocoran diusahakan mencapai 20% pada tahun 2010. Penyebab
kebocoran lainnya termasuk pipa distribusi (pipa-pipa tua), meterisasi yang akurat
dan pembebasan dari sambungan liar termasuk pada pipa transmisi baru.

5.5. BENGKEL METER

Perlu dilakukan perbaikan terhadap peralatan bengkel meter (test bench) untuk
dapat berfungsi dalam perbaikan dan peneraan meter air sehingga dapat
dilakukan penggantian meter yang akurat secara periodik.

Dengan pembangunan tersebut di atas diharapkan adanya sistem penyediaan air


minum kota Serui untuk jangkauan pelayanan s/d tahun 2010. Rencana
pembanguna tersebut di atas dilengkapi dengan gambar-gambar kerja, memo
desain, spesifikasi komponen-komponen bangunan, volume pekerjaan, serta
rencan anggaran biayanya yang merupakan dokumen-dokumen kelengkapan dari
laporan ini.

Final Report V -2
DED Sistem Penyediaan Air Minum Kota Serui 2006
LAMPIRAN 1
KRITERIA DESAIN

I. TINGKAT PELAYANAN

Berdasarkan standar yang berlaku sekarang, maka telah ditetapkan tingkat


pelayanan minimum untuk penyediaan air minum adalah sebesar 60
liter/orang/hari untuk sambungan langsung. Sedangkan tingkat pelayanan untuk
sambungan umum (Hidran Umum) direncanakan sebesar 30 liter per orang per
hari, dengan kapasitas pelayanan 1 Hidran Umum adalah untuk 100 jiwa, atau
setara dengan 20 KK. Adapun untuk tingkat pelayanan air minum kota, hanya
ditetapkan standar pada sasaran di akhir tahun 2015. Sasaran tingkat pelayanan
air minum, sesuai yang tercantum dalam Millenium Development Goal’s 2015
(MDG’s), adalah tercapainya penyediaan air minum bagi separuh dari sisa
penduduk yang belum terlayani. Tingkat pelayanan air minum ini, ditentukan
berdasarkan perkiraan proyeksi penduduk kota pada tahun 2015 (tahap 2).
Untuk perhitungan kebutuhan rumah tangga penduduk Kota Nabire digunakan
data yang diperoleh dari survey sosial ekonomi sebagai data primer, dan
dibandingkan dengan data dari DSML, sebagai data sekunder. Unit satuan yang
digunakan adalah liter per orang per hari.
Untuk kebutuhan non domestik direncanakan sebesar 10% dari kebutuhan
domestik, dengan unit satuan adalah liter per hari.
Sasaran angka kehilangan air, adalah penekanan kebocoran hingga mencapai
20%. Kebocoran 20% ini direncanakan dapat tercapai pada program mendesak,
yaitu sebelum Tahun 2010.
Untuk koeffisien hari maksimum dipilh sebesar 1.20, sedangkan koeffisien jam
puncak sebesar 1.75.

Kebutuhan Non Domestik peruntukannya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sosial : - Pendidikan
- Kesehatan
* Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
* Rumah sakit

Hal - 1
* Rumah bersalin
- Ibadah
* Mesjid
* Mushala
* Gereja
* Klenteng
b. Ekonomi : - Pasar umum
- Pertokoan
- Warung kopi / rumah makan
- Bank
- Restoran
c. Industri : - Industri besar
- Industri kecil
d. Lain-lain : - Pelabuhan
- Pendaratan ikan

II. STANDARD KUALITAS AIR MINUM

Pada dasarnya kualitas airminum akan didasarkan kepada standard yang telah
ditentukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Standard kualitas air minum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, tanggal 3 September 1990.

Tabel Lampiran 1.1.


Standar Kualitas Air Minum
No. Parameter Satuan Kadar Maks. Keterangan
Yang diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
2 Jumlah zat padat terlarut (TDS) Mg/L 1000 -
3 Kekeruhan Skala NTU 5 -
4 Rasa - - Tida terasa
o
5 Suhu C Suhu udara t + 3oC
6 Warna Skala TCU 15
B. KIMIA
1 Air Raksa mg/L 0.001
2 Aluminium mg/L 0.2
3 Arsen mg/L 0.05
4 Barium mg/L 1
5 Besi mg/L 0.3
6 Fluorida mg/L 1.5
7 Kadmiun mg/L 0.005
8 Kesadahan (CaC03) mg/L 500
9 Khlorida mg/L 250
10 Kronium, Val.6 mg/L 0.05
11 Mangan mg/L 0.1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/L 10
14 Nitrit sebagai N mg/L 10
15 Perak mg/L 0.05

Hal - 2
16 pH mg/L 6,5 – 9,0 Batas min.&Max
17 Selenium mg/L 0.01
18 Seng mg/L 5
19 Sianida mg/L 0.1
20 Sulfat mg/L 400
21 Sulfida (H2S) mg/L 0.05
22 Tembaga mg/L 1
23 Timbal mg/L 0.05
b). Kimia Organik
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,0003
5 Chlorform mg/L 0,03
6 2,4 – D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,5
9 1,2 Dichloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Dichloroethane mg/L 0,0003
11 Heptachlor dan Heptachlor epoxide mg/L 0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma-NCH (Lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,03
15 Pentach lorophenol mg/L 0,01
16 Pestisida total mg/L 0,10
17 2,4,6 trichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat organic (KMn04) mg/L 16

c). Mikrobiologi
Kaliform tinja Jml/100 ml 0
Total kaliform Jml/100 ml 0 95 dari sample

d). Radioaktivitas
Aktivitas alpha (gross alpha activity) Bq/L 0,1
Aktivitas beta (gross beta activity) Bq/L 1,0

Keterangan :
Mg : milligram ml = mililiter
Bq : Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Unit
TCL : True color unit
Logam berat merupakan logam berat terlarut

III. PENGOLAHAN

Untuk mendapatkan kualitas air yang memenuhi standar kualitas air minum maka
berdasarkan hasil penelitian laboratorium terhadap sumber air baku dari Sungai
Nabire (Intake Sikura-kura) pada System Penyediaan Air Bersih PDAM Kabupaten
Nabire di Kota Nabire diperlukan pengolahan air terlebih dahulu.
Jenis pengolahan air yang diusulkan untuk air Sungai Nabire adalah pengolahan
air minum menggunakan system paket, seperti bangunan pengolahan yang telah
ada di Jalan Merdeka. Sedangkan sumber air baku dari sumur dangkal
berdasarkan penelitian laboratorium tidak diperlukan pengolahan lanjutan, kecuali
penambahan kaporit saja.
Secara garis besar criteria design dari unit-unit pengolahan tersebut dapat
diuraikan pada point selanjutnya.

KETENTUAN – KETENTUAN IPA PAKET

Hal - 3
(berdasarkan Standar SK SNI T-16-1993-03)
PERSYARATAN:
Perencanaan unit paket IPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tersedianya air baku dalam segi kuantitas maupun kualitas spanjang musim;
2. Tersedianya lahan untuk unit paket IPA;
3. sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. tata cara perencanan IPA harus disetujui dan ditanda tangani oleh pejabat
yang berwenang

3.1. KRITERIA AIR BAKU

3.1.1. Kriteria Kualitas Air Baku


Air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1). Kekeruhan lebih kecil 300 NTU
2). Dalam hal kandungan kekeruhan melebihi dari 300 NTU maka perlu
dilengkapi pengolahan pendahuluan
3). Kandungan warna asli tidak lebih dari 40 TCU dan warna sementara 80 TCU
4). Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku mutu air baku
3.1.2. Kriteria Bangunan Pengambil Air Baku
Bangunan pengambilan air baku sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3.2. KRITERIA MODUL DAN KOMPARTEMEN

3.2.1. Modul
Modul IPA harus memiliki besaran kapasitas sebagai berikut:
0,5 ; 1,0 ; 2,5 ; 5 ; 10 ; 20 ; 30 ; 40 ; 50 ; 60 ; 80 liter/detik
3.2.2. Kompartemen
Kompartemen per modul IPA terdiri dari :
1). Kompartemen pencampur
2). Kompartemen pengendap
3). Kompartemen penyaringan, dengan jumlah kompartemen ditentukan
berdasarkan:
(1) Pencucian sendiri : disesuaikan dengan kecepatan pencuci
(2) Pencucian sesuai periode : 12 x Q0,5 ; dimana Q = kapasitas
pengolahan dalam meter 3/detik

3.3. KRITERIA PERENCANAAN UNIT PAKET DAN DIMENSI IPA

Hal - 4
3.3.1. Kriteria Perencanaan Unit IPA
Kriteria perencanaan untuk unit IPA dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel Lampiran 1.2.


Kriteria Perencanaan Unit IPA

No. Subyek / Unit Kriteria Keterangan


1 Pengaduk cepat
1. Tipe 1. Hidrolis Modul kecil < 40 l/det
2. Mekanis Direkomendasikan
hidrolis
2. Waktu pengadukan (detik) 1–3
3. Nilai G/det > 750
4. Kecepatan m/dtk 2,5 – 4,0

2 Pengaduk lambat
1. Tipe 1. Hidrolis Modul kecil < 40 l/det
2. Mekanis Direkomendasikan
2. Bentuk bak 1. Segi empat hidrolis
2. Segi enam
3. Silinder
3. Nilai G/det 80 – 20
4. Waktu tinggal (menit) 40 – 20

3 Bak pengendap 1. Aliran horizontal


2. Aliran vertikal
1. Tipe Pembebanan tinggi
2. Pembebanan permukaan (cm/det) 0,01 – 0,04
3. Alur pengendapan
(1) Kemiringan terhadap horizontal 45 – 60
(o )
(2) Jarak antar pelat (mm) 25 – 50
4. Waktu tinggal/td (jam) 1–2
5. Bilangan reynold (Re) < 500
6. Bilangan fround (Fr) > 10-5
7. Kedalaman (m) 2,5 – 3,0
8. Pelimpah
1. Tipe Pelimpah yang dapat diatur
2. Beban pelimpah, (m3/jam/m) 7,2 – 10,8
9. Pengurasan lumpur Hidrostatik
10. Periode antara dua pengurasan (jam) 12 – 24

4 Saringan
1. Tipe SPC
Gravitasi
Bertekanan
2. Kecepatan penyaringan
(1) Operasi normal (m/jam) 6 – 11
(2) Selama pencucian (m/jam) 9 – 16,5
3. Pencucian
(1) sistem pencucian Tanpa/dengan blower dan
atau surfacewash
(2) kecepatan (m/jam) 36-50

Hal - 5
(3) lama pencucian (menit) 10 – 15
(4) periode antara dua pencucian 18 – 24 Untuk pencucian sesuai
(jam) periode
(5) ekspansi (%) 30 - 50
4. Media pasir
(1) tebal (mm) 300 – 600
(2) ES (mm) 0,30 – 0,7
(3) UC 1,2 – 1,4
(4) Berat jenis (kg/m3) 2,65
(5) Porositas (p) 0,4
(6) Kadar SiO2 > 90%

5. Media pasir
(1) tebal (mm) 400 – 500
(2) ES (mm) 1,2 – 1,8
(3) UC 1,5
(4) Berat jenis (kg/m3) 1,35
(5) Porositas (p) 0,5

6. Lapisan penyangga dari atas :


(1) kedalaman (mm) 80
UB (mm) 2,38 – 4,76
(2) Kedalaman (mm) 80
UB (mm) 4,76 – 9,52
(3) kedalaman (mm) 80
UB (mm) 9,52 – 16,76
(4) Kedalaman (mm) 80
UB (mm) 16,76 – 25,40

7. Saluran pembuangan tipe 1) manifold


2) nozzle

5 Alat ukur debit pengolahan tipe ambang tajam

6 Bak penampung air minum waktu 15 – 30


tinggal /td (menit)

7 Alat pembubuh Gravitasi dan mekanis

3.3.2. Dimensi Unit paket IPA


Dimensi unit paket IPA ditentukan berdasarkan perhitungan dengan rumus :
Contoh perhitungan :
1. Pengaduk Cepat
Q = A.V Æ Q = ¼ ; D2.V
Q = Kapasitas pengolahan (m3/det)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/det)
2. Bak Pengaduk Lambat
V = Q.td Æ p x l x d = Q.td

Hal - 6
Q = Kapasitas pengolahan (m3/det)
P = Panjang bak (m)
L = Lebar bak (m)
D = Tinggi (m)
t
d = Waktu tinggal (detik)
3. Bak Pengendap

Q.W
A=
So (Cosα .H + WCos 2α )

A = Luas permukaan bak (m2)


Q = Kapasitas pengolahan (cm3/det)
W = Jarak antar pelat (cm)
Ao = Pembebanan permukaan (cm/det)
H = Tinggi pelat (cm)
, = Kemiringan pelat (o)

4. Bak Penyaring
Q = A.V Æ A = Q/v
Q = Kapasitas pengolahan (m3/det)
A = Luas bak (m2)
V = Keceptan penyaringan (m/detik)

3.4. Kriteria Perencanaan Pembubuhan Bahan Kimia

3.4.1. Koagulan
Koagulan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Jenis harus memenuhi ketentuan berikut:
(1) (Aluminium sulfate, A12 (SO4)3, dibutuhkan dalam bentuk cair
konsentrasi sebesar 5 – 10% untuk instalasi kecil, dan konsentrasi
larutan sampai dengan 20% untuk instalasi besar.
(2) PAC, Poly Aluminium Chlorida (A110 (OH)15 Cl15), kualitas PAC
ditentukan oleh kadar aluminium oxide (Al2O3) yang terkait sebagai
PAC dengan kadar 10 – 11%.
(3) Ferri Chlorida (FeCl3.6H2O)

Hal - 7
(4) Ferri Sulphat (Fe2(SO4)3, 2H2O)

2. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan hasil percobaan jet test terhdap air
baku, dengan rumus. Contoh perhitungan seperti pada lampiran B
(1) W = 0.0864 Q RS
W = Jumlah alum padat yang diperlukan per hari (kg/hari)
Q = Kapasitas pengolahan (L/detik)
RS = Dosis alum (mg/L)

0,36 QRs
(2) Vv
cd
VV = Dosis volumetris (L/jam)
C = Konsentrasi larutan (%)
D = Berat jenis larutan (kg/L)
C = 10%
D = 1,1 kg/L

3. Pembubuhan koagulan ke pengaduk cepat dapat dilakukan secara gravitasi


atau pemompaan.
4. Bak koagulan
(1) bak koagulan dapat menampung larutan selama 8 – 24 jam
(2) diperlukan 2 buah bak yaitu:
a. 1 bak pengaduk manual atau mekanis
b. 1 bak pembubuh
(3) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan lahan terhadap bahan
koagulan

3.4.2. Netralisan
Netralisan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Berupa bahan alkalin
(1) kapur (CaO) dibubuhkan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi
larutan 5 – 20%.
(2) Soda abu (Na2CO3) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan
konsentrasi larutan 5 – 20%

Hal - 8
(3) Soda api (NaOH) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan
konsentrasi larutan maksimum 20%.
2. Dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan percobaan
3. Pembubuhan bahan alkalin secara gravitasi atau pemompaan, dibubuhkan
sebelum dan atau sesudah pembubuhan koagulan.
4. bak netralisan
(1) bak dapat menampung larutan selama 8 – 24 jam
(2) diperlukan 2 buah bak yaitu
a. 1 bak pengaduk manual atau mekanis
b. 1 bak pembubuh
(3) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap beban
alkalin.

3.4.3. Desinfektan
Desinfektan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. jenis desinfektan yang digunakan:
(1) gas khlor (Cl2); kandungan khlor aktif minimum 99%
(2) kaporit atau kalsium hipoklorit, (CaOCI2) x H2O kandungan khlor
aktif 60 – 70%.
(3) Sodium hipoklorit (NaOCI), kandungan khlor aktif 15%
(4) Ozon O3
2. Dosis chlor ditentukan berdasarkan DPC yaitu jumlah khlor yang di
konsumsi air besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi
serta ditentukan dari sisa khlor di instalasi 0,3 – 0,5 mg/l.
Contoh perhitungan seperti pada lampiran B.
3. Pembubuhan desinfektan
(1) gas khlor disuntikan langsung ke pipa air bersih, pembubuhan gas
menggunakan peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.
(2) Kaporit atau sodium hipoklorit, dibutuhkan pe pipa air bersih secara
gravitasi atau mekanis.
(3) Ozonasi menggunakan peralatan ozonator
4. Bak kaporit
(1) bak dapat menampung larutan selama (8-24) jam
(2) diperlukan 2 buah bak yaitu:

Hal - 9
a. 1 bak pengaduk minimal atau maksimal
b. 1 bak pembubuh
(3) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit
5. Peralatan gas chlor disesuaikan minimal 2 lengkap dengan tabungnya.

3.5. Bak Penampung Air Minum

Bak penampung air minum diberi sekat-sekat dilengkapi dengan :


1) Ventilasi
2) Tangga
3) Pelimpah air
4) Lubang pemeriksaan dan perbaikan
5) Alat ukur ketinggian air
6) Pipa penguras

3.6. Kriteria Perencanaan Pompa

3.6.1. Kriteria Kapasitas Pompa Air Baku


Kriteria kapasitas dan cadangan pompa air baku dan distribusi harus memenuhi
ketentuan berikut:
1. Kapasitas pompa air baku 10 – 20% lebih besar dari kapasitas rencana unit
paket IPA
2. pompa cadangan minimal 1 buah
3. masing-masing pompa cadangan mempunyai jenis, tipe, dan kapasitas yang
sama

3.6.2. Jenis dan Tipe Pompa Air Baku


Pompa air baku harus memenuhi ketentuan berikut:
1. jenis sentrifugal dan summersible
2. tipe non kloging
3. teknan pompa sampai dengan 30 M harus mempunyai suhu tunggal
4. tumpuhan putaran pompa menggunakan pelumas air

3.6.3. Kriteria Rencana Pompa Pembubuh dan Motor Pengaduk


Kriteria jumlah pompa pembubuh dan motor pengaduk unit paket IPA minimal 2
buah berkapasitas sama

Hal - 10
3.7. Kriteria Perencanaan Catu Daya
3.7.1. Kriteria Penyediaan Daya Listrik
Penyediaan daya listrik terdapat 2 sumber yaitu:
1. PLN
2. Gendet
Pemilihan sumber daya, sesuai Tabel Lampiran 1.3.
Tabel Lampiran 1.3.
Alternatif Pemilihan Sumber Daya Listrik

Gambaran Situasi Lapangan ALternatif Pemilihan


Ada jaringan distribusi PLN dengan jarak Gabungan pelayanan PLN dan 1 unit
yang menguntungkan dari unit dan genset sebagai cadangan
masih mencukupi permintaan daya serta
sesuai dengan direncanakan
Tidak ada jaringan distribusi atau tidak 2 unit genset dimana 1 unit sebagai
ada rencana perluasan jaringan PLN cadangan
dalam waktu dekat.

3.7.2. Penyediaan Bahan Bakar


Penyediaan bahan bakar harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Penyediaan bahan bakar untuk kebutuhan operasi harian dan bulanan
2. tangki bahan harian ditempatkan di dalam rumah genset yang dapat
mengalir secara gravitasi
3. tangki bahan bakar bulanan ditempatkan dibawah atau dipermukaan tanah
dan dilengkapi dengan pompa untuk mengalirkan bahan bakar ke tangki
harian.

Kriteria Panel
Diesel generator,pompa air baku, pompa pembubuh, pengaduk cepat dan lambat
harus dilengkapi panel yang sesuai kebutuhan.

Kriteria Struktur Bangunan

Jenis Bangunan
Jenis bangunan yang diperlukan adalah :
1. bangunan IPA

Hal - 11
2. bangunan penampung air minum
3. bangunan penunjang terdiri dari
(1) ruang pembubuh
(2) ruang jaga
(3) ruang pompa
(4) ruang genset
(5) ruang kantor
(6) ruang laboratorium
(7) ruang gudang
(8) ruang penyimpan lumpur endapan

Bahan dan Pelengkap Bangunan


Bahan dan pelengkap bangunan harus memenuhi ketentuan berikut:
1. struktur bangunan IPA dan bangunan penampung air minum dari beton
bertulang, baja atau bahan lainnya berdasarkan pertimbangan ekonomi,
investasi, kondisi lapangan, struktur dan pemeliharaan.
2. ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah terbakar,
dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan
yang berlaku
3. ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan,
drainase dan perlengkapan pembersihan
4. bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang
memenuhi ketentuan yang berlaku
5. pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Rencana Tapak dan Sarana Pelengkap
Rencana tapak dan sarana pelengkap bengunan harus memenuhi ketentuan
berikut:
1) luas paket IPA dibagi menjadi :
-
kapasitas sampai dengan 5 l/det, luas minimal 2.000 m2
- kapasitas (10 – 30) l/det, luas minimal 2.400 m2
- kapasitas (40-80) l/det, luas minimal 3.000 m2
2) tata letak bangunan penunjang IPA harus berdasarkan mudah operasi,
sirkulasi dan efisien
3) dilengkapi tempat parkir, pagar, drainase dan fasilitas penerangan

Hal - 12
4) guna kebutuhan operasi dan pemeliharaan IPA harus dilengkapi dengan lantai
pemeriksa

3.10. CARA PENGERJAAN


Langkah-langkah pengerjaan perencanaan paket unit IPA dilaksanakan sebagai berikut:
3.10.1. Kumpulkan data-data sumber air baku yang terpilih
1) debit air baku maksimum dan minimum
2) permukaan air baku maksimum dan minimum
3) kualitas air baku pada musim hujan dan kemarau

3.10.2. Kumpulkan data-data lahan lokasi IPA yang terpilih berupa:


1) topografi
2) daya dukung tanah
3) data gempa
4) data banjir
5) ketinggian air tanah
6) jalan masuk ke lokasi

3.10.3. Laksanakan perencanaan paket unit IPA berupa:


1) Tata letak IPA
2) Proses pengolahan
3) Hitung dimensi unit, profil hidrolisnya sesuai 3.3.2. dan kebutuhan
peralatan
4) Hitung dosis bahan kimia sesuai 3.4.1.
5) Hitung catu daya dan bahan bakar
4. Laksanakan perencanaan bangunan penunjang
1) hitung dimensi bangunan penunjang
2) tata letak bangunan penunjang termasuk tempat parkir dan landsekap

IV. PERPIPAAN

Perpipaan
Pada bab ini akan ditentukan dasar-dasar dan kriteria perencanaan untuk
perpipaan yang dapat dibedakan atas 2 (dua) bagian, yaitu :

Hal - 13
¾ Perpipaan transmisi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari
sumber ke reservoir dan pengolahan air, serta dari reservoir
menuju reservoir lainnya.
¾ Perpipaan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari
reservoir distribusi sampai dengan disambungkan pelanggan.

Bahan Pipa
Bahan pipa yang akan dipergunakan dipilih dengan beberapa faktor
pertimbangan antara lain:
¾ Diameter
¾ Tekanan
¾ Kondisi tanah/topografi
¾ Kualitas air
¾ Kemudahan /pemasangan
Selain itu pula faktor harga, ketahanan/keawetan dan kemudahan untuk
mendapatkan pipa tersebut akan dipertimbangkan. Berdasarkan faktor-
faktor diatas, maka diusulkan untuk mempergunakan pipa seperti tersebut
dibawah ini.

Tabel Lampiran 1.4. Usulan Bahan Pipa Sesuai Dengan Diameter

Tekanan Diameter (mm)


Kondisi kerja
50 80 – 100 150 200
(m)
Tertanam 100 u PVC u PVC u PVC u PVC
> 100 GIP Steel/GIP Steel/GIP Steel
Tidak tertanam - GIP Steel/GIP Steel/GIP Steel

Pemasangan Pipa

Pipa Transmisi

Pemasangan Pipa

Perpipaan transmisi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah. Hal ini


dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan rusaknya pipa secara fisik
baik oleh tumbuhnya pohon atau kerusakan fisik lainnya. Kedalaman
penanaman pipa dihitung dari permukaan tanah terhadap bagian atas pipa

Hal - 14
bergantung kepada kondisi lapangan. Untuk kondisi lapangan biasa
ditentukan minimum 50 cm, sedangkan pipa yang dipasang dibawah jalan
ditentukan 100 cm. Secara terperinsi kedalaman pemasangan pipa ini,
disajikan pada tabel Lampiran 1.5. berikut ini:

Tabel Lampiran 1.5. Kedalaman Penanaman Pipa


Kondisi Penanaman Pipa Kedalaman (cm)
Kondisi biasa 80
Dibawah jalan:
- biasa 100
- Raya 120

Bila kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk memasang pipa dibawah


tanah, pipa dapat dipasang diatas permukaan tanah.

Perlengkapan Pipa
a. Air Valve (Katup Udara)
Air valve berfungsi untuk melepaskan/mengeluarkan udara dari dalam
pipa, biasa dipasang di titik tertinggi pada jalur pipa. Untuk jalur pipa yang
relatif datar dimana dipasang dua buah valve, maka perlengkapan ini
diletakan dekat gate/stop valve yang lebih tinggi. Type air valve yang
dipergunakan dapat berupa single orifice ataupun double orifice. Pada
jalur pipa yang berdiameter lebih besar dari 400 mm, air valve yang
dipasang adalah adalah type double orifice. Selain itu hal yang lain yang
perlu diperhatikan adalah bahwa air valve iniharus dipasang pada tempat
yang lebih tinggi dari elevasi muka air tanah tertinggi, untuk mencegah
kemungkinan masuknya air tanah ke dalam pipa. Pemasangan air valve ini
dilengkapi dengan gate valve yang diperlukan pada saat
maintenance/perbaikan.

b. Penguras (Wash Out)


Perlengkapan ini berfungsi untuk menguras/mengeluarkan
kotoran/endapan yang terjadi/ada didalam pipa, biasa dipasang pada jalur
pipa ditempat/titik yang paling rendah dan pada jembatan pipa. Selain itu
pada jalur pipa yang relative datar, penguras perlu juga dipasang pada
setiap jarak 1000 m. Dimesi/diameter penguras yang dipilih,
dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan banyaknya endapan yang

Hal - 15
perlu dikeluarkan. Biasanya diameter penguras ini antara (1/4 – ½) dari
diameter pipanya.

c. Stop Valve
Stop/gate valve perlu dipasang pada jalur pipa transmisi pada setiap jarak
maksimum 2000 m, dimaksudkan untuk mengisolasi segment pipa
tersebut yang diperlukan pada saat maintenance/perbaikan. Penempatan
pemasangan gate valve ini harus dipertimbangkan terhadap
keadaan/kondisi lpangan dan letak penguras.
Selain itu gate valve ini biasa dipasang sebelum dan sesudah jembatan
pipa, siphon dan penyeberangan jalan pipa.

d. Check Valve
Check valve dipasang pada jalur pipa transmisi sesuai dengan keperluan.
Pemasangan check valve ini diperlukan untuk menahan aliran balik dari air
atau juga untuk meredam/mengurangi kemungkinan terjadinya “Water
Hamer”. Check valve dipasang pada setiap jarak 1000 m atau tergantung
kondisi lapangan setempat.

e. Fitting/Blok Beton
Fitting-fitting pipa (bend, tee, coupling dan lain-lain) disediakan dan
dipasang pada pipa jalur transmisi sesuai dengan keperluan. Juga suatu
penahan dari blok beton diperlukan pada setiap perubahan arah jalur dan
pencabangan pipa transmisi.
Apabila terjadi perubahan arah pada jalur pipa transmisi yang tidak
memakai belokan/bend, akan dilakukan sesuai dengan pembelokan
maksimum yang diizinkan untuk pipa tersebut.
Untuk jalur pipa yang dipasang diatas permukaan tanah harus dipasang
Blok Beton sebagai penyangga pipa pada jarak setiap 4 m.

Pipa Distribusi

Pemasangan Pipa

Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin akan dipasang di dalam tanah.


Kedalaman tanah penutup pipa minimum ditentukan 80 cm pada kondisi
biasa dan 100 cm untuk pipa dibawah jalan. Untuk kemudahan

Hal - 16
pemasangan dan pemeriksaan perpipaan ini dipasang pada sepanjang
pinggir jalan yang diperlukan.

Secara terperinci ketebalan lapisan penutup pipa sesuai kondisi lapangan


dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.6.

Tabel Lampiran 1.6. Tebal Penutup Pipa


Tebal Penutup Pipa (cm)
Kondisi
@ 50 @ 80 @ 100 @ 150
Kondisi biasa 80 80 80 80
Di bawah jalan 100 100 100 100

Perlengkapan Pipa

a. Air Valve (Katup Udara)


Kecuali pada jembatan pipa dan pada jalur distribusi utama yang relatif
panjang, pada umumnya peralatan ini tidak diperlukan pada perpipaan
distribusi. Hal ini disebabkan karena selain pada umumnya jalur pipa tidak
terlalu panjang, juga sambungan rumah dapat berfungsi sebagai pelepas
udara yang ada didalam pipa.

b. Penguras
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran/endapan
yang terdapat didalam pipa. Biasa dipasang ditempat yang paling rendah
pada perpipaan distribusi pada jembatan pipa. Sehubungan dengan
diperlukannya perlengkapan pillar (fire) hydrant yang dipasang di lokasi-
lokasi tertentu, maka perlu dipertimbangkan juga penggunaan pillar
hydrant ini sebagai penguras.

c. Pillar/Fire Hydrant
Unit ini perlu disediakan pada perpipaan distribusi sebagai tempat (sarana)
pengambilan air yang diperlukan pada saat terjadi kebakaran. Biasanya
ditempatkan di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian/kegiatan,
seperti hal nya pusat pertokoan, pasar, perumahan, dan lain-lian. Seperti
yang sudah diulas pada point hydrant ini sebagai sarana penguras. Dalam
hal ini penempatan pillar hydrant perlu di tempat-tempat yang rendah.

Hal - 17
Unit pillar hydrant pada umumnya dipasang pada setiap interval jarak 300
m, atau bergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan
bangunannya. Diameter pipa distribusi dimana unit pillar hydrant
disambungkan minimum 80 mm.

d. Stop/Gate Valve
Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok pelayanan
tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada, perlu dipasang
gate valve-gate valve. Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan
pemisahan/melokalisasi suatu blok pelayanan/jalur pipa tertentu yang
sangat berguna pada saat maintenance. Biasanya gate valve ini dipasang
pada setiap pencabangan pipa. Selain itu perlengkapan ini biasa dipasang
sebelum dan sesudah jembatan pipa, siphon dan crossing jalan raya.

e. Fitting-fitting
Fitting-fitting (tee, bend, reducer dan lain-lain) perlu disediakan dan
dipasang pada perpipaan distribusi sesuai denga keperluan di lapangan.
Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan yang memiliki radius
yang sangat besar,penggunaan fitting bend (belokan) oleh tidak dilakukan
selama defleksi pada sambungan pipa tersebut masih sesuai dengan yang
disyaratkan untuk jenis pipa tersebut.

f. Peralatan Kontrol Aliran


Kalau dianggap perlu, pada setiap jarak 200 – 300 m pada jalur pipa
transmisi harus dipasang peralatan kontrol untuk menanggulangi
kemungkinan terjadinya clogging (penyumbatan) dalam pipa akibat
kotoran yang terendapkan. Unit peralatan ini akan terdiri dari gate valve,
dan fitting tempat memasukan alat pembersih ke dalam pipa serta tempat
penggelontoran. Penampatan peralatan ini harus dipilih pada tempat yang
relatif cukup luas untuk penempatannya, dan ada saluran/tempat
yanglebih rendah untuk membuang air dari penggelontoran tersebut.
Direncanakan unit ini akan dilindungi dalam bak kontrol.

g. Jalur Pipa Sekunder/tersier


Sambungan rumah/sambungan ke bangunan lain tidak boleh dilakukan
terhadap pipa induk distribusi dengan diameter yang lebih besar dari @

Hal - 18
150 mm. Untuk itu diperlukan perpipaan sekunder/tersier yang berukuran
@ 80 mm atau @ 50 mm yang dipasang sejajar (sesuai dengan keperluan)
dengan diameter induk tadi untuk tempat pemasangan sambungan rumah
tersebut. Apabila pada kedua tepi jalan, posisi bangunan rumah cukup
rapat, maka diperlukan pemasangan pipa sekunder/tersier di kedua tepi
jalan tersebut, untuk mengurangi terjadinya penyeberangan pipa terhadap
jalan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan banyaknya
kebocoran yang umumnya terjadi pada penyeberangan pipa akibat
pecahnya pipa tersebut.

Perencanaan Hidrolis

Perpipaan Transmisi
a. Kapasitas perencanaan dan dimensi pipa
Sistem perpipaan transmisi pada dasarnya diperhitungkan
kebutuhan maksimum harian tahap I ( 2000 )

b. Perhitungan dimensi pipa


Dimensi pipa transmisi akan ditentukan berdasarkan Rumus Hazen
William sebagai berikut:

LQ1,85
H = 1,214 x 1010
C1,85 D4,87

Dimana : H = Kehilangan tekanan (m)


L = Panjang pipa (m)
Q = Debit air (liter/detik)
D = Diameter dalam pipa (mm)
C = Koefisien kekasaran pipa

Koefisien kekaksaran pipa,bergantung kepada jenis dan kondisinya


dan besarnya terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Lampiran 1.7. Harga Koefisien Pipa

Hal - 19
No. Jenis Pipa Harga
(kondisi baru) koefisien
kekasaran pipa
1 AC 130
2 Ductile, cast iron, GIP 120
3 PVC 140
4 DICL, MSCL 130

c. Kecepatan aliran
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan dimensi pipa
adalah kecepatan aliran. Dalam perencanaan ditentukan sebagai berikut:
¾ Kecepatan maksimum = 2 – 3 m/detik
¾ Kecepatan minimum = 0,3 m/detik
d. Tekanan kerja
Tekanan kerja maksimum yang terjadi pada perpipaan transmisi
ditentukan berdasarkan tekanan kerja maksimum yang diizinkan untuk
bahan pipa tersebut.

Perpipaan Distribusi
a. Kapasitas sistem dan dimensi pipa
Kapasitas sistem dan dimensi perpipaan distribusi direncanakan
berdasarkan kebutuhan air pada saat jam puncak yang terjadi pada tahun
1995. Pemilihan dimensi pipa dilakukan dengan mempergunakan rumus
Hazen William dan metode Hardy Cross.

b. Tekanan kerja
Tekanan kerja minimum yang terjadi pada perpipaan distribusi
direncanakan sebesar 1,0 bar (dihitung terhadap permukaan tanah)

c. Koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran


Harga-harga koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran air dalam
sistem perpipaan distribusi pada dasarnya sama dengan ketentuan-
ketentuan seperti yang telah disebutkan untuk perpipaan transmisi.

V. RESERVOIR DISTRIBUSI

5.1. Kapasitas Reservoir

Hal - 20
Reservoir distribusi diperlukan untuk menyimpan air akibat adanya variasi
pemakaian yang terjadi selama 24 jam. Kapasitas reservoir distribusi ini
direncanakan sebesar 16% - 20% dari kebutuhan maksimum harian.

5.2. Penempatan Reservoir


Reservoir distribusi ditempatkan di lokasi yang relatif paling di daerah
perencanaan itu dan sedapat mungkin terletak di pusat, atau pada lokasi-
lokasi yang paling dekat dengan daerah pelayanan.

5.3 Konstruksi Reservoir


Konstruksi reservoir direncanakan berdasarkan standar-standar yang
berlaku di Indonesia. Konstruksi ini dapat berupa konstruksi beton atau
baja. Reservoir ini harus ditutup, untuk mencegah masuknya air hujan
atau sampah/kotoran kedalamnya.

5.4. Perlengkapan Perpipaan


Pada reservoir ini harus diperlengkapi dengan sistem perpipaan yang
terdiri dari pipa masuk dan pelampung, keluaran, peluap dan penguras
serta manhole dan ventilasi.

5.5. Standard Perencanaan


Standard perencanaan reservoir baik reservoir, didasarkan kepada
standard dari Direktorat Air Bersih.
Kapasitas standard tersebut adalah :
¾ Reservoir bawah : 100, 300, 500, 750 dan 1000 m3
Standard-standard kapasitas tersebut sedapat mungkin akan dipergunakan
dalam perencanaan di kota-kota yang direncanakan, kecuali apabila
diperlukan lain.

VI. ELEKTRIKAL DAN MEKANIKAL

6.1. Sumber Tenaga Listrik


Untuk mencatu (supply) tenaga listrik bagi kebutuhan stasiun-stasiun pompa dan
penerangan adalah sbb:

Hal - 21
Sumber tenaga listrik utama diambil dari diesel Generator set dan sebagai sumber
tenaga listrik cadangan juga digunakan Diesel Generator set.

6.2. Pompa
Dalam penyediaan air minum Kota Nabire diperlukan dua (2) jenis pompa, yaitu
pompa produksi yang berfungsi untuk memompa air sumur dari dasar sumur ke
tangki reservoir pengumpul (sump well) kapasitas 300 M3 di lokasi Weelfield.
Selain pompa produksi adalah pompa distribusi yang berfungsi memompa air
minum dari tangki reservoir pengumpul menuju ke daerah pelayanan di Kota
Nabire.
Pompa produksi disarankan menggunakan type submersible dengan spesifikasi
secara umum sebagai berikut:
¾ Standard kapasitas discharge ditetapkan pada spesifikasi teknis
¾ Putaran pompa dari 1.500 rpm s/d 2.900 rpm untuk Head yang tinggi
¾ Poros/as (shaft) adalah type vertikal
¾ Pompa-pompa harus berasal dari pabrik yang berpengalaman, dapat
diperbaiki di Indonesia dan harus mempunyai keagenan di Indonesia dengan
surat penunjukan dari pabrik
Untuk pompa distribusi dipertimbangkan untuk menggunakan type sentrifugal self
primming dengan spesifikasi secara umum sebagai berikut:
¾ Standard kapasitas discharge akan ditetapkan pada spesifikasi teknis
¾ Putaran pompa dari 1.500 rpm s/d 2.900 rpm untuk Head yang tinggi
¾ Poros/as (shaft) adalah type horizontal
¾ Pompa-pompa harus berasal dari pabrik yang berpengalaman, dapat
diperbaiki di Indonesia dan harus mempunyai keagenan di Indonesia dengan
surat penunjukan dari pabrik

6.3. Motor Penggerak Pompa


¾ Motor-motor yang digunakan adalah motor listrik dengan input yang
sesuai dengan sumber tenaga listrik yang tersedia, misalnya 380 Volt, 3
phase, 50 Hz.
¾ Type motor adalah Squirrel Cage (sangkar bajing)
¾ Untuk motor-motor yang lebih besar dari 5,5, HP, maka untuk starting
harus menggunakan star-delta kontaktor.

Hal - 22
¾ Motor-motor listrik harus dilengkapi dengan sistem proteksi termasuk
diantaranya :
- Proteksi terhadap beban lebih
- Proteksi terhadap gangguan phase ( 1 phase running protection)
¾ Motor listrik harus dikopel langsung dengan poros pompa (direct couple)
¾ Motor-motor listrik harus berasal dari pabrik yang sudah berpengalaman,
dapat diperbaiki di Indonesia dan harus mempunyai keagenan di Indonesia
dengan surat penunjukan dari pabrik.

6.4. Electrical Swichgear dan Panel

Electrical Switchgear :
¾ Semua bahan dan peralatan harus baru dalam arti bukan barang bekas
ataupun yangbaru diperbaiki.
¾ Bahan atau material harus mempunyai kapasitas atau rating yang cukup
dandalam pemilihannya harus effisien/ekonomis serat tidak berlebihan
¾ Control gear harus semudah (se-simple) mungkin dengan derajat
keamanan dan kendalan yang baik
¾ Incoming dari PLN dan diesel generator tidak boleh sampai mencatu
(supply) tenaga listrik secara bersama-sama.
¾ Rumah panel produksi lokal dengan ukuran standard yang memenuhi
persyaratan PUIL 1987, VDE, ISO, IEC,LMK dll.
¾ Bahan panel dari sheet dengan ketebalan minimum 1,6 mm.
¾ Panel dilengkapi dengan indikator danmeter-meter
¾ Starter untuk motor-motor adalah darijenis electro magnetic, produksi
lokal
¾ Untuk panel yang besar terpasang freestanding, sedangkan untuk panel
yang kecil terpasang wallmounted
¾ Perbaikan panel harus dapat dilakukan dari bagian dengan mudah.
¾ Cu bar harus tersusun rapih, Cu bar untuk netral dan pentanahan dibuat
terpisah dan mudah dicapai.

VII. PENGOLAHAN AIR (SISTEM PENGOLAHAN KONSTRUKSI BETON)

7.1. Bak Prasedimentasi


Bangunan Prasedimentasi dapat dibagi dalam 4 ruang (zone), yaitu:

Hal - 23
- zone inlet, berfungsi sebagai tempat memperhalus transisi aliran infuent menjadi
aliran seragam (steady uniform)
Kriteria Perencanaan:
o Waktu pengendapan antara 1 – 2 jam
o Kedalaman ruang pengendapan
o Kecepatan mengendap partikel diketahui melalui test kolom di
Laboratorium
o Bilangan Reynold aliran air < 2000 (mencegah turbulensi)
o Bilangan Froud aliran > 10 ^(-5)
o Dimensi Panjang : Lebar adalah P : L = 1 : (6 – 8)
o Dimensi kedalaman (H) H = 1/12 * L ^(0.8)
- zone outlet, berfungsi memperhalus transisi dari settling zone ke aliran effluent
- zone lumpur, berfungsi untuk menampung material yang diendapkan
o Waktu detensi berdasarkan volume lumpur yang dihasilkan dan periode
pembersihan
o Bentuk seperti limas terpancung
o Kemiringan dasar antara 1-5% bila pembersihan dengan mekanis, dan 45-
60% untuk pembersihan secara grafitasi.
- zone pengendapan, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya prose
pengendapan.

7.2. Aerator
a. Nozzle (celah) harus diletakan agar bisa menyemburkan air olahan secara
”uniform” (seragam), tekanan dinamis dari pancaran/semburan sekitar 3 –
10 m.
b. Ukuran nozzle (celah) lebih besar dari 50 mm. Ujung masing-masing pipa
lebih bagus kalau dihubungkan dengan alat lainnya untuk menjaga agar
semburan seragam.
c. Pada dual-shock-nozzle, interval antara nozzle diatas 1 m, jarak nozzle
dengan sisi dinding,lebih dari 1,5 m.
d. Dasar dari nozzle-jet, tergantung diameter nozzle, tekanan air, dsb 0,4 – 1
m2 dibutuhkan untuk 1 m3/h dari air olahan.

7.3. Bak Sedimentasi

Hal - 24
Bangunan sedimentasi ini berfungsi sebagai tempat mengendapkan flok-flok yang
terbentuk dari proses koagulasi dan flokulasi. Kriteria perencanaan hampir sama
dengan kriteria perencanaan bangunan prasedimentasi.
Pada bagian atas bangunan dipasang sekat-sekat, ataupun disebut sebagai plate
settler (tilted plate separator). Plate settler ini sebaiknya dipasang dengan
kemiringan 60°, dengan tujuan agar lumpur tidak menumpuk pada plate, akan
tetapi meluncur ke bawah menuju ruang lumpur.
a. waktu Pengendapan
Waktu pengendapan untuk bak sedimentasi direncanakan antara (2
sampai dengan 12) jam.
b. Beban permukaan
Beban permukaan (sand, silt, clay) direncanakan sebesar (150 sampai
dengan 900) gpd atau (7,1 . 10-5 sampai dengan 4,2 . 10-4) m/det.
c. Kedalaman
¾ Kedalaman effektif bak direncanakan sekitar (2 sampai dengan 3,5)
m
¾ Kedalaman untuk ruang lumpur tergantung dari waktu pengurasan
serta kekeruhan dari air yang akan diolahnya.
¾ Free Board direncanakan minimum sekitar 30 cm
¾ Dasar bak direncanakan mempunyai kemiringan dengan
kemiringan sekitar 1/100 s/d 3/100.
d. Bentuk dan Ukuran
Perbandingan antara panjang dan lebar adalah 3:1 s/d 8:1
e. Jumlah bak
Jumlah bak prasedimentasi dibuat minimum 2 (dua) buah bak
tergantung dari lahan yang tersedia, ini untuk menjaga
kelancaran/kontinuitas aliran sistem pada saat salah satu dari bak tidak
beroperasi karena sesuatu hal.
f. Perpipaan

Overflow :
Pipa overflow di sediakan untuk membuang kelebihan air pada baik, dan
dipasang di atas muka air effektif rencana pada bak. Diameter pipa
overflow bergantung kepada freeboard dan besar aliran. Untuk itu
direncanakan sebesar minimum 1/5 dari besar aliran

Hal - 25
Drain :
Diameter dari pipa drain direncanakan minimum sebesar 100 mm
7.4. Bangunan Filtrasi
Bangunan Filtrasi terdiri dari 2 macam yaitu saringan pasir cepat dan saringan
pasir lambat. Adapun untuk sistem pengolahan air minum menggunakan sistem
paket, umumnya menggunakan jenis saringan pasir cepat.
Fungsi dari bangunan filtrasi ini adalah untuk menyaring flok-flok yang masih
terdapat dalam air, yang tidak terendapkan di bangunan sedimentasi. Fungsi yang
lain adalah untuk menyaring sebagian bakteri yang ada di dalam air.
Kriteria Perencanaan:
- Dimensi Filter : menggunakan kecepatan filtrasi 100 – 300 juta galon per hari
(mgad), umumnya pada angka 125 mgad atau setara dengan 125 m/hari (sama
dengan 1,45 (l/detik)/m2).
- Jumlah filter direncanakan dengan pendekatan n = 12 * (Q^0,5), dimana n
adalah jumlah filter dan Q adalah kapasitas pengolahan dalam m3/detik.
- Kedalaman filter umumnya 10 feet atau 3 meter.
- Jumlah unit bangunan filter hasil perhitungan diatas memerlukan 1 unit sebagai
cadangan. Unit cadangan diperlukan terutama apabila filter yang telah bekerja,
sedang dicuci.
- Pencucian media, dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
o Back wash : dipakai kecepatan aliran V = 10 liter/detik/m2,m dengan
waktu pencucian kurang lebih 10 menit
o Surface wash : dipakai kecepatan aliran V = 2.5 liter/detik/m2, dengan
waktu pencucian kurang lebih 5 menit

Hal - 26
SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PIPA TRANSMISI

1. PENDAHULUAN

Umum
Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan mengenai pengadaan bahan dan
pemasangan/pelaksanaan pekerjaan secara lengkap dan sempurna mengenai
perpipaan dan perlengkapannya.

Pekerjaan ini meliputi :


¾ Pekerjaan perpipaan transmisi mulai dari ujung outlet intake sepanjang 72 m
sampai sambungan pipa transmisi existing.

Persyaratan kontraktor
a. Mempunyai SIPP instalasi air yang masih berlaku
b. Mempunyai PAS PAM yang sesuai yang masih berlaku
c. Memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh Direksi.

2. SPESIFIKASI MATERIAL

Syarat Material
¾ Material yang akan dipakai harus baru dantidak cacat.
¾ Material yang akan dipakai harus memenuhi persyaratan teknis yang
ditentukan
¾ Material yang ditawarkan harus dilengkapi dengan brosur-brosur dancara-cara
pemasangannya.
¾ Apabila diperlukan supplier harus bersedia memberikan petunju-petunjuk
peralatan yang disuplai dilapangan.
¾ Apabila tidak ditentukan lain, pengadaan material/bahan yangakan
dipakai/dipasang harus disediakan oleh kontraktor.

Lampiran - 1
Spesifikasi teknik material

Perpipaan
Pipa transmisi
¾ Bahan : Galvanis Iron Pipe (GIP)
¾ Standard : BS 1387/1964 kelas medium
¾ Sambungan : Ulir atau las
¾ Tekanan kerja : > / 10 kg cm2

Air Valve

Untuk jalur pipa @ < 200 mm


¾ Type : single air valve
: @ (25 – 50) mm
¾ Material : cast iron
¾ Tekanan kerja : 10 kg/cm2

Untuk jalur pipa @ > 200 mm


¾ Type : double air valve
: @ 80 mm
¾ Material : cast iron
¾ Tekanan kerja : 10 kg/cm2

3. SPESIFIKASI TEKNIK PEMASANGAN

Spesifikasi Teknik Pemasangan Pipa

Umum

Persyaratan Umum
a. Kontraktor harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipa sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi dapat
dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yangberlaku
diIndonesia dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi Proyek.

Pemeriksaan dan Trase Jalan Pipa

Lampiran - 2
Trase jalan pipa akan diberikan oleh Pemberi Tugas lengkap dengan gambar-
gambarnannya. Segala biaya yang timbul untuk menentukan trase ini termasuk
pematokannya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Patok dan Tanda-tanda

Kewajiban Kontraktor
Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab agar pipa yang sudah dipasang
baik valve dan saluran-saluran lainnya yang diperlukan berada pada jalur yang
ditentukan, baik kedalaman maupun kemiringannya. Untuk maksud ini, pada setiap
yang dikehendaki Direksi Proyek, Kontraktor harus mengeset pekerjaannya dari
tolok ukur atau titik reference tertentu atas kontraktor.

Pemeriksaan sebelum pemasangan


Semua pipa danperlengkapanpipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu untuk
pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati sesaat sebelum
pipa-pipa /perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi yang sebenarnya.
Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan haltersebut harus dihindarkan,
atau ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan petunjuk-petunjuk
Direksi Proyek. Pipa atau fitting yang rusak harus dipisahkan untuk diperiksa oleh
Direksi Proyek.,

Pembersihan Pipa dan Alat-alat Bantu


Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis kotoran.
Bagian luar ujug dicuci terlebih dahulu sampai bersih dan bagian dalampipa dari
flens soket harus dibersihkan, danharus bebas dariminyak dan gemuk sebelum pipa
dipasang sehingga diperoleh sambungan pipa yang stabil danbaik.

Pemasangan pipa
a. Pada pipa-pipa yangsudah dipasang harus dicegah jangan sampai
kemasukan segala macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing,
alat-alat,bekas pakaian danlain-lain kotoran yang dapat mengganggu
kebersihan dan kelancaran aliran air didalam pipa.

b. Sambungan pipa dengan pengelasan

Lampiran - 3
Pengelasan dilakukan tiga kal putaran diseliling dinding pipa bagian luar di
ujung pipa/setiap penyambungan. Setiap putaran pengelasan pengelsan
harus dibersihkan dari kerak las dan setelah selesai pengelasan harus dicat
dengan meni besi yang selanjutnya dicat dengan cat besi pada setiap
sambungan las.
c. Pemasangan pipa secara expose
Sebelum pemasangan dan penyetelan pipa, lokasi tanah rencana
perletakan pipa harus dibersihkan terlebih dahulu dari semak, batu atau
benda lain yang mengganggu posisi perletakan.
d. Perubahan arah perletakan pipa (belok/tikungan),harus dilaksanakan
dengan penyambung bend/elbow yangsesuai,begitu pula untuk
percabangan harus dengan tee atau tee cross (sesuai kebutuhannya).
e. Membengkokan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa
persetujuan dari Direksi Proyek.
f. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/tanah asal
harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan an mendapat persetujuan dari
Direksi proyek.
g. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar pipa yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil
yang benar dandasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras
yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.

Pengetesan Pipa

Umum

a. Pipa yang telah dipasang harus di tes/diuji persambungannya untuk


mengetahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna.
b. Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan
oleh Direksi Proyek. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil
pengetesan belum mendapat persetujuan Direksi Proyek. Bila tidakditentukan
lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengetesanini menjadi
tanggung jawab kontraktor.

Lampiran - 4
c. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari
panjang pipa dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari
400 m.
d. Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 20 (dua puluh)
atmosfir atau dua kali tekanan kerja pipa, dan apabila selama 1 (satu) jam
tekanan tidak berubah atau turun test dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
e. Pengetesan dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
¾ Hydrostatic pressure test
¾ Leakage test
f. Segala biaya untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

Hydrostatic Pressure Test

Umum
¾ Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disediakan oleh
Kontraktor cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan
Direksi Proyek.

Pelaksanaan Pengujian
¾ Sebelum dilaksanakan pengujian, semua udara harus dikeluarkan dari
dalam pipa dengan cara mengisi pipa dengan air sampai penuh. Bila pada
jalur pipa yangdiuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air pembuang
udara pada tempat yang disetujui Direksi Proyek. Setelah udara habis
terbuang dari dalam pipa, kran pembuang udara ditutup rapat-rapat dan
kemudian pengujian dapat dilakukan.
¾ Saat-saat dilaksanakan pengujian,semua kran-kran harus dalam keadaan
tertutup.
¾ Lama pengujian dilaksanakan minimum 60 menit.

Hasil pengujian

Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa, fittings dan perlengkapan pipa lainnya yang
retak ataupun rusak pada waktu pengujian yang retak ataupun rusak pada waktu
pengujian tersebut, maka pipa, sambungan pipa, fitting dan perlengkapan tersebut
harus diganti dengan yang baru dan Pengetesan pipa harus diulang kembali.

Lampiran - 5
Pengujian Kebocoran (Leakage Test)

Umum
¾ Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrostatis
selesai dilaksanakan dandisetujui Direksi Proyek.
¾ Kontraktor harus mempersiapkan semua peralatan-peralatanyang diperlukan
untuk melaksanakan pengujian kebocoran.
¾ Lamanya pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama
selama pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukan tekanan normal 10
kg/cm2.
¾ Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui Direksi Proyek bila memenuhi
standard pengujian kebocoran untuk tekanan 10 kg/cm2.
¾ Bila hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, kontraktor
dengan biaya sendiri harus memperbaiki kebocoran-kebocoran pada
sambungan-sambungan pipa sampai hasil pengujian kebocoran memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.

Pengurusan Pipa

Kontraktor harus mencuci semua pipa yang sudah selesai dipasang. Air yangdipakai
untuk mencuci pipa tersebut adalah air bersih (potable) yang disetujui Direksi
Proyek. Pengurusan dilaksanakan mulai dari hulu pipa yang sudah dipasang dan
dibuang ke saluran-saluran drainase, secara berangsur-angsur segala kotoran-
kotoran yang ada didalam pipa dibersihkan. Lamanya pelaksanaan pengurasan
akan ditentukan Direksi Proyek.

Desinfeksi
a. Setelah semua pipa terpasang dan dikuras, semua pipa-pipa tersebut
seluruhnya di desinfeksi oleh kontraktor. Pekerjaan desinfeksi tidak dapat
dilaksanakan tanpa ada persetujuan dari Direksi Proyek.
b. Air dan bahan-bahan kimia yang dipakai untuk desinfeksi menjadi tanggung
jawab kontraktor.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yangdicampur dengan
chloor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa.

Lampiran - 6
d. Setelah 24 jam, sisa chloor harus diperiksa danbila dari hasil pemeriksaan
tersebut ternyata sisa chloor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi
tersebut sudah memenuhi persyaratan.
e. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chloor kurang dari 5
mg/liter,maka chloor harus ditambah dan dicampur danselanjutnya ditunggu
selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali. Demikian seterusnya
sampai sisa chloor lebih dari 5 mg/liter.

4. SPESIFIKASI PEKERJAAN BETON

Umum
Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan mengenai spesifikasi material dan
spesifikasi teknis pekerjaan beton, pasangan dan perbaikan jalan dalam
hubungannya dengan pekerjaan pemasangan pipa. Pekerjaan inimeliputi : semua
pekerjaan beton dan pekerjaan pasangan untuk dudukan pipa (trust block),
grouting pada bangunan beton untuk gantungan pipa dan perbaikan kembali jalan
akibat galian pipa.

Pekerjaan Beton

Umum
¾ Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan beton 1971 (PBI 1971) dan harus
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan gambar kerja dan instruksi-
instruksi oleh Direksi.
¾ Semua pekerjaan beton yangtidak sesuai persyaratan yang ada dalam
rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan (RKS) serta gambar-gambar
rencana harus dibongkar dan diganti atas biaya kontraktor.

Bahan
¾ Portland Cement (PC)
Semua merk PC yang digunakan harus dari portland cement merk standard
dan memenuhi persyaratan Portland Cement Klas I-2475 (PBI 1971 dan N-
2). PC yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh digunakan.

Lampiran - 7
¾ Pasir dan Koral
Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971 Bab 3 ayat 3.3, 3.4
dan 3.5, mempunyai gradasi yangbaik, diamter maksimal 3,0 cm dan tidak
mengandung lumpur.

Air
Air untuk pembuatan beton harus mengikuti syarat PBI 1971 pasal 3.6. sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.

Campuran Beton
¾ Campuran beton menggunakan perbandingan 1:2:3 dengan pemakaian
dipakai air bersih yang dapat diminum.

Perlindungan Beton
¾ Perlindungan terhadap hujan
Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan.
¾ Perlindungan terhadap timbunan tanah.
Tidak diperbolehkan menimbun dengan tanah terhadap beton yangbelum
mengering dan masih lunak.

Penolakan dari beton


¾ Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Kontraktor
harus mengganti/membongkar dan memperbaiki beton-beton yangtidak
memenuhi syarat atas biaya sendiri sesuai dengan instruksi yang diberikan
oleh direksi.
¾ Syaratkekuatan beton
Kekuatan beton harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1987 Bab 4.5,
4.6 dan 4.8.
¾ Toleransi kesalahan pada pelaksanaan beton
Beton harus mempunyai ukuran-ukuran dimensi lokasi dan bentuk yang
tidak boleh melampaui toleransi di bawah ini:
ƒ Posisi garis as dari penyelesaian bagian struktur pada semua titik + 0,5
cm posisi yang seharusnya.

Lampiran - 8
Pengecoran
¾ Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, kontraktor harus
memberi tahu Direksi Proyek dan mendapatkan persetujuannya. Jika tidak
ada persetujuan Direksi Proyek, maka kontraktor akan diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri.
¾ Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti
sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan menurut gambar
atau dengan persetujuan Direksi Proyek.
¾ Apabila pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui menurut
ketentuan yang telah dijekaskan pada gambar atau atas persetujuan Direksi
Proyek.
¾ Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakan terus menerus
secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa
bahan pembantu yang disetujui Direksi Proyek.
¾ Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak terjadi pemisahan
dan kehilangan bahan-bahan. Cara pengangkutan adukan beton harus
lancar dan kontinyu sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang belum di cor.
Metode dan cara pengangkutan beton yang akan dilakukan oleh kontraktor
harus mendapat persetujuan dari Direksi.
¾ Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam
papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral
dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau
tepi bekisting metika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh
dicor dalam bekisting sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting di atas beton yang dicor. Dalam hal ini, harus
disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun

Lampiran - 9
juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di
bawah ujung corong.
¾ Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran, setelah dicor
pada tempatnya adukan tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2
(dua) meter arah mendatar. Adukan beton didalam bekisting harus dicor
berupa lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60 – 70 cm dalamnya
dan harus diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang
miring atau sambungan beton yang miring, keculai bila diperlukan untuk
bagian konstruksi miring.

Pemadatan dan Penggetaran


¾ Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian,
tempat tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan
lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui celah
pembesian, tidak terjadi sarang koral.
¾ Perhatikan khusus perlu diberikan untuk pengecoran beton disekeliling
waterstop.
¾ Kontraktor harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang cukup.
¾ Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Direksi
Proyek dapat mengajukan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator
(triller).
¾ Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan sebaik-baiknya sehingga tidak
terjadi cacat beton seperti kropos, adanya kantong udara dan sarang koral
yang akan memperlemah kekuatan beton.
¾ Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (triller) dan
pada waktu yang sama bekistingnya diketuk sampai adukan beton betul-
betul mengisi penuh bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi
seluruh permukaan bekisting.
¾ Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
¾ Dal hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator harus diperhatikan hal-
hal sesbagi berikut:
ƒ Slump dari beton tidak lebih dari 12,5 cm.

Lampiran - 10
ƒ Jarum penggetar harus dimasukan kedalam adukan secara vertikal
dan dengan persetujuan Direksi Proyek, dalam keadaan-keadaan
khusus boleh miring sampai 45 derajat.
ƒ Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah karena hal
ini akan memindahkan bahan-bahan.
ƒ Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mulai mengeras lebih dari 5 cm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan
tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya
dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana
betonnya sudah mengeras.
ƒ Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik.
ƒ Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai
nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri
dari agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30
detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar
rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
ƒ Jarak antra pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa
sehingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

Perlindungan cuaca dan perawatan beton

¾ Perlindungan cuaca panas


Adukan beton yang baru dicor harus diberi pelindung terhadap panas
matahari secepat mungkin setelah pengecoran dan segera setelah
permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras.
¾ Perlindungan musim hujan
¾ Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan dan beton yang dicor
harus dilindungi dari curahan hujan. Penghentian beton yang baru di cor
harus dilindungi terhadap pengikisan aliran air hujan. Sebelum pengecoran
berikutnya dikerjakan, maka seluruh beton diperiksa untuk diperbaiki dan

Lampiran - 11
dibersihkan dulu terhadap beton-beton yang tercampur/terkikis air hujan.
Pengecoran selanjutnya harus mendapatkan izin Direksi terlebih dahulu.

¾ Perlinungan beban selama dalam proses pengerasan lantai dan bagian


konstruksi yang lain, tidak diperkenankan mempergunakan lantai tersebut
sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan atau sebagai tempat
penimbunan bahan.

¾ Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk


keperluan-keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa harus dilakukan,
harus mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.

¾ Selama perawatan, bekisting kayu dibiarkan tetap tinggal agar beton tetap
basah untuk mencegah retak pada sambungan beton lama dan baru karena
pengeringan beton yang terlalu cepat.

¾ Semua beton hendaknya sellau dalam keadaan basah selama paling sedikit
7 hari dengan cara membasahi dengan air.

Penyelesaian Permukaan Beton

¾ Penyelesaian permukaan
Semua permukaan atau permukaan yangdicetak harus dikerjakan secara
cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana
tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi Proyek. Permukaan
pelat beton merupakan suatu permukaan yang rapih, licin, merata dan
keras. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir di atas permukaan
beton untuk menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan bagian atas
dinding ”exposed” harus dirapihkan dengan sendok aduk dari baja.

Perbaikan cacat permukaan harus dilakukan segera setelah cetakan


dilepaskan, semua permukaan ”exposed” (terbuka) harus diperiksa secara
teliti, bagian yang tidak rata harus segera digosok atau diisi secara baik
agar diperoleh suatu permukaan yang seragam dan merata. Perbaikan
hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi Proyek,

Lampiran - 12
pekerjaan perbaikan dari Direksi Proyek, pekerjaan perbaikan tersebut
harus betul-betul mengikuti petunjuk Direksi Proyek.
Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa dengan
cara yang dibenarkan dan tidak memperlemah kekuatan beton.
Semua perbaikan tersebut harus dirawat sebagaimana diperlukan untuk
beton yang diperbaiki. Untuk struktur reservoir dan yang berhubungan
dengan air, sebelum struktur diisi dengan air, tiap retakan yang kiranya
timbul harus diberi tanda dan diperbaiki agar menjadi kedap dengan adukan
water profing.

Beton Kedap Air

¾ Semua beton rapat air diberi lapisan water proofing, lapisan water proofing
harus dari bahan yang tidak beracun atau dapat menjadi sebab
tercemarnya air. Pemakaian merk dan jenis water proofing harus dengan
persetujuan Direksi Proyek. Cara pemasangan dan pengangkeran waterstop
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kedudukan waterstop tetap
teguh dan tidak terliput beton pada waktu pengecoran.
¾ Pemberhentian pengecoran beton rapat air harus diberi waterstop. Contoh
dari tiap ukuran dan bentuk bahan dari waterstop yang akan digunakan
harus diserahkan pada Direksi Proyek untuk disetujui.
¾ Sambungan-sambungan delatasi baik vertikal maupun horizontal harus
diberi sealant yang disetujui Direksi.

PEKERJAAN PEMBESIAN

Umum

¾ Ruang lingkup
Kontraktor harus menyiapkan, membengkkan dan memasang pembesian
sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar dan apa yang
dijelaskan didalam spesifikasi.
Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua pemasangan kawat beton,
kaki ayam untuk penyanggah, beton dekking dan segala hal yang perlu
serta juga menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan.

Lampiran - 13
¾ Gambar kerja
Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, kontraktor harus terlebih
dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan
besi dan menyerahkan pada Direksi Proyek untuk disetujui.
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitihan ukuran, dan
akan diperiksa di lapangan oleh Direksi Proyek pada waktu pemasangan
pembesian.

¾ Standard.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan atau
standard PBI 1971 atau yang disetujui oleh Direksi Proyek.

Mutu Baja Tulangan

Besi beton yang dipakai adalah besi beton polos atau besi beton ulir.
Besi beton polos yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh 2.400
kg/cm2 dan tertera di dalam gambar engan kode (U.24).
Besi beton ulir (High Strength Steel) yang dipkai adalah besi beton dengan
tegangan leleh 3.200 kg/cm2 dan tertera di dalam gambar dengan kode (U.32).

Besi beton yangtersebut di atas haruslah memenuhi syarat PBI-1971 NI2.

Kontraktor harus bisa membuktikan dan melaporkan kepada Direksi Proyek


bahwa besi beton yang dipakai termasuk jenis mutu baja yang direncanakan.
Jika nanti terdapat kesalahan/kekeliruan mengenai jenis besi beton yang
dipergunakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab atas segalanya dan
mengganti semua tulangan baik yang sudah terpasang maupun yang belum.

Laporan mengenai jenis besi beton harus dibuat secara tertulis dilampirkan juga
keterangan dari pabrik besi beton dimana tulangan tersebut diproduksi, yang
menyebutkan bahan besi beton tersebut termasuk tulangan yang bermutu
sesuai dengan yang direncanakan, yang dilengkapi dengan hasil-hasil
percobaan laboratorium.

Lampiran - 14
Pembengkokan besi beton
¾ Pekerjaan pembengkokan besi harus dilaksanakan dengan teliti sesuai
dengan ukuran yang tertera pada gambar.
¾ Besi beton tidak boleh dibengkokan atau diluruskan sedemikian rupa,
sehingga rusak atau cacat, dan tidak diperbolehkan membengkokan besi
besi dengan cara pemasangan. Pembengkotana dilakukan dengan cara
melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter
besi dari 25 mm, pasak yang digunakan harus tidak kurang dari 8 x
diameter besi beton, kecuali bila ditentukan lain.
¾ Semua pembesian harus mempunyai hak pada kedua ujungnya bilamana
tidak ditentukan lain.

Pemasangan besi tulangan

¾ Pembersihan
Sebelum baja tulangan dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam,
karatan, lemak dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekat besi dan beton.

¾ Pemasangan
Pembesian harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat beton. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang
tepat. Sebelum pengecoran, pemasangan tulangan harus diperiksa oleh
Direksi Proyek. Tulangan-tulangan harus dipasang sedemikian rupa
sehingga selama pengecoran tidak berubah tempatnya seperti yang
tercantum dalam PBI 1971 Bab.3.

¾ Sambungan batang tulangan dengan menggunakan las tidak diizinkan.


Sambungan-sambungan tulangan harus dibuat overlap minimum 40 kali
diameter tulangan sesuai persyaratan yang tercantum pada PBI 1971 dan
ketentuan-ketentuan pada gambar. Harus dihindari meletakan sambungan
tulangan pada titk-titik yang menimbulkan tegangan maksimum.

¾ Beton dekking
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasang dengan tebal untuk beton dekking sebagai berikut:

Lampiran - 15
- Semua dinding beton yang kena air = 4 – 5 cm
- Balok dan kolom yang tidak kena air = 3 – 4 cm
- Bidang yang kena udara dan semua bidang interior = 2,5 cm

BEKISTING

Umum
¾ Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk,
ukuran, batas-batas seperti yang ditunjukan dalam gambar konstruksi.

Bahan
¾ Semua bahan-bahan yang akandipakai untuk bekisting baru bisa
dipergunakan jika sudah mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
¾ Semua bahan untuk bekisting harus bahan kayu, dikeringkan secara baik
dan bebas dari mata kayu yang lepas, celah kotoran yang melekat dan
sejenis lainnya, bila bekisting yang sama akan digunakan lagi, harus
menghasilkan permukaan yang serupa dan dengan persetujuan Direksi
Proyek.
¾ Tiang-tiang penahan bekisting harus dipilih daribahan yang kuat. Bambu
tidak diperbolehkan dipakai untuk tiang-tiang penyangga sekur dan klem,
tetapi harus menggunakan kayu sekurang-kurangnya sekualitas dengan
kayu dolken.
¾ Untuk bahan-bahan yang kurang/tidak memenuhi syarat, tidak boleh
dipakai dan harus dipindahkan dari lokasi pekerjaan.

Pembuatan bekisting
¾ Bekisting-bekisting tidakboleh bocor dancukup kaku dan tidak berpindahan
tempat atau melendut. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak
boleh ada lekukan/lubang-lubang.
¾ Tiang penyangga
Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik mungkin
untuk memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan
perpindahan tempat, kerusakan dan overstress pada beberapa bagian
konstruksi.
¾ Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi
sedemikian rupa sehingga konstruksi bekisting benar-benar kuat da kaku

Lampiran - 16
untuk menunjang berat sendiri dari beban-beban lain yang berada
diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu pemborong membuat
perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.
Khusus untuk bekisting kolom, balok-balok tinggi dan dinding pada tepi
bawahnya harus dibuatkan bukaan pada dua sisi untuk mengeluarkan
kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding
tersebut.
¾ Penanam pipa dan lain-lain
Pipa saluran dan lainnya, serta perlengkapan lain untuk membuat lubang,
saluran dan lain-lain harus dipasang kokok dalam bekisting, kecuali
bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Proyek.
¾ Pelapis bekisting.
Untuk mempermudah pembongkaran bekisting, dapat digunakan pelapis
bekisting dengan persetujuan Direksi Proyek.

Pemeriksaan bekisting
¾ Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran
beton, akan diperiksa oleh Direksi Proyek, beton tidak boleh dicor sebelum
bekisting disetujui oleh Direksi Proyek.
¾ Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang
- kurangnya 24 jam sebelumnya, kontraktor harus memberitahukan Direksi
Proyek bahwa bekisting suah siap untuk diperiksa.

Pembongkaran
¾ Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada
beton. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati.
¾ Saat pembongkaran bekisting
Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan
kubus sekurang-kurangnya cukup untuk memikul 2 x beban sendiri.
Kontraktor harus memberitahu Direksi proyek bilamana bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan
persetujuan itu berarti rekanan lepas dari tanggung jawabnya.
¾ Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian-bagian konstruski
akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana,

Lampiran - 17
maka kecepatan tidak boleh dibongkar selama keadaan kelebihan beban
tersebut berlangsung.
¾ Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada kontraktor dan perhatian kontraktor mengenai
pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 dalam pasal yang
bersangkutan.

SAMBUNGAN DELATASI

¾ Umum

Pekerjaan yang diperlukan dalam pasal ini meliputi bahan, perlengkapan dan
peralatan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan semua sambungan
delatasi sebagaimana tercantum dalam gambar atau ditentukan dalam
persyaratan.

Semua sambungan delatasi yang terendam dalam air harus terdiri dari waterstop
dan ”pengisi sambungan delatasi”.

¾ Waterstop

Bahan dan pabrik


Bahan harus diperoleh dari suatu elastometric polyvinyl chloride compound atau
bahan yang memiliki sifat ekivalen. Dilarang menggunakan bahan asal yang
tercecer (sweeping)

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Proyek laporan pengujian terakhir


dan sertifikat waterstop yang menerangkan bahwa barang-barang yang akan
dikirim ke tempat pekerjaan memenuhi ketentuan standar yang berlaku di
Indonesia.

Contoh dan pembuatan dilapangan


Sebelum bahan waterstop digunakan di lapangan, contoh dari tiap ukuran dan
bentuk bahan yang akan dipakai harus diserahkan kepada Direksi Pengawas untuk
disetujui.
Contoh tersebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bahan pengerjaannya
merupakan bahan bantu (fitting) yang harus disediakan sesuai dengan kontrak.

Lampiran - 18
Contoh dari fitting yang dibuat di lapangan ( crosses T-stuck, dll) akandipilih
secara bebas oleh Direksi Pengawasan untuk dicek. Bagian dan sambungan
yangdibuat di lapangan harus sesuai dengan petunjuk pabrik waterstop, dengan
menggunakan besi pemanas termostatis hingga disetujui Direksi Pengawas.

Pengisi Sambungan Delatasi


Bila pengisi sambungan delatasi dicantumkan dalam gambar, bahannya harus dari
”preformed non extruding type joint filler” yang dibuat dari spons karet atau
bahan yang ekivalen sifatnya dan memenuhi syarat standar international.
Dilarang menggunakan fiber bitumen. Pengisi sambungan delatasi harus dari
pabrik yang membuat waterstops.

Pengangkeran water stop


Cara yang memadai harus dilakukan untuk pengangkeran waterstops dan
pengisian sambungan dalam beton. Cara pemasangan waterstops dalam cetakan
harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga waterstops jangan sampai terlipat oleh
beton pada waktu pengecoran.

Kontraktor harus menyerahkan gambar detail pengangkeran waterstop dan joint


filler pada Direksi Pengawas untuk disetujui.

PEKERJAAN PASANGAN

¾ Umum
Pekerjaan pasangan yang diuraikan dalam pasal ini diantaranya meliputi :
pekerjaan pasangan bata merah, pasangan batu kali, dan pasangan batu/beton
hiasan.

Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan pasangan pada Direksi


Pengawas untuk memperoleh persetujuannya.
Contoh harus mencerminkan mutu, texture, warna dan kekuatan bahan yang akan
digunakan dalam pekerjaan.

¾ Pasangan batu kali

Bahan :

Lampiran - 19
Batu kali/belah
Batu kali dipakai harus bermutu baik, kuat, bersih, bersudut (tidak bulat), tidak
retak, tidak porous, mempunyai berat jenis tidak kurang dari 2,6 ton/m3.
Batu kali yang dipakai adalah batu sungai yang dibelah atau batu gunung yang
keras. Bilamana diminta, kontraktor harus mengajukan contoh batu kepada Direksi
Pengawas untuk bisa diadakan pengujian laboratorium atas biaya kontraktor.

Pasir
Pasir pasangan yang dipakai harus berupa pasir kasar, keras, bersih dan sebelum
diaduk dengan semen harus dalam keadaan kering. Pasir yang digunakan harus
disetujui Direksi Pengawas.

Portland Cement
Sama merk dan kwalitasnya dengan PC yang digunakan untuk konstruksi beton

Air
Air yang dipakai untuk adukan spesie harus air tawar yang bebas dari larutan-
larutan lain yang membahayakan konstruksi. Air yang dipergunakan mengikuti
syarat PBI – 1971 dan sebaiknya air bersih yang dapat diminum.

Perbandingan adukan dan penggunaan adukan


Bila tidak ditentukan lain,campuran adukan adalah sebagai berikut:
- Untuk pasangan pondasi batu kali 1 pc : 4 pasir (smpuran type 1)
- Untuk pasangan batu kali biasa 1 pc : 4 pasir (type 1)
- Untuk pasangan batu kali kedap air 1 pc : 2 pasir (type 2)
- Campuran mortar
• Finishing mortar 1 pc : 2 P
• Plastering mortar 1 pc : 2 P (1,5 cm tebal)
• Platering mortar 1 pc : 3 P ( 1,5 tebal)
- Perbandingan ini berdasarkan perbandingan volume semen dan pasir dengan
volume air secukupnya.
- Dilarang memakai adukan yang sudah mulai mengeras atau membubuhkannya
kembali untuk dipakai lagi.

Lampiran - 20
¾ Syarat Pemasangan batu kali
Pekerjaan-pekerjaan pasangan hendaknya diselesaikan sesuai dengan bentuk
serta ukuran seperti yang dicantumkan pada gambar-gambar. Apabila setelah
pekerjaan pasangan diselesaikan ternyata tidaksesuai dengan bentuk-bentuk dan
ukuran yang diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka pasangan tersebut harus
dibongkar dan diganti oleh Kontraktor atas biayanya sendiri.

Jika ada masalah-masalah lapangan yang tidak sesuai dengan gambar bestek atau
syarat-syarat bestek, maka kontraktor harus melapor terlebih dahulu pada Direksi
Pengawas. Tidak boleh diatasi sendiri tanpa persetujuan Direksi Pengawas.

Variasi (perubahan) kedalaman pondasi, dapat diterima atau diperintahkan oleh


Direksi Pengawas jika ternyata keadaan pada suatu tempat pekerjaan berbeda
dengan keadaan yang diharapkan semula, dan tambahan atau pengurangan
biayanya akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah/kurang. Perubahan
kedalaman atau lebar pondasi tidak diizinkan tanpa persetujuan Direksi Pengawas.

Batu-batu dengan sambungan mortar harus dibasahi dengan air secra merata
selama 3 sampai 4 jam sebelum dipakai.

Batu-batu yangbulat akan diperbolehkan hanya dalam jumlah terbatas yang


dikombinasikan dengan yang bersudut (angular) dantidak boleh dipakai untuk
tembok-tembok yang tebalnya kurang dari 40 cm.

Pasangan pondasi batukali harus disusun dengan baik dansaling interlocking

Penempatan batu-batu harus sedemikian rupa untuk menghindari rongga-rongga


yangterlalu banyak diantaranya batu-batu tersebut.

Pemasangan batu dilakukan satu demi satu dan tiap-tiap susunan batu harus
mempunyai antra dantidak boleh bersinggungan, agar spesie dapat masuk pada
celah-celah batu dan dapat membungkus setiap batu pasangan dengan baik.

Batu-batu ituharus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mortar betul-betul


mengadakan kontak sempurna dengan mortar dalam semua sambungan.

Lampiran - 21
Ukuran spesie dan dimensi tidak boleh dirubah, kecuali atas perintah Direksi
Pengawas. Jika terbuksi ukuran spesie dan dimensi tidak sesuai dengan apa yang
disyaratkan, maka pekerjaan tidak dapat diterima.

Sambungan-sambungan harus disempurnakan dengan mortar dan harus dikuatkan


dengan memasukan pecahan-pecahan batu kedalamnya.

Mortar pada sambungan-sambungan pasangan pertama-tama harus diambil


sedalam 3 cm. Kemudian permukaan harus dibersihkan seluruhnya dengan sikat
kawat dan disi dengan mortar type 1 pc : 2 pc, kecuali kalau ditentukan lain.

Pemasangan batu tidakboleh dilakukan pada waktu hujan yang bisa


menghanjutkan mortarnya.

Pemasangan batu tidak boleh dilakukan dalam air, kecuali telah mendapat
persetujuan tertulis dan cara pemasangan pasangan tergantung dari persetujuan
Direksi Pengawas.

Pemasangan pasangan batu kali tidak lebih tinggi dari 1 m dalam sehari.

Pada setiap persambungan harus dibuatkan gigi-gigi dan bila dilanjutkan


persambungan itu harus terlebih dahulu dibersihkan dengan sikat kawat dan
disiram dengan air kemudian dengan air semen.

Semua bidang pasangan batu kali yang disiar hanya pada setiap alur spesienya
saja yang permukaannya tidak lebih menonjol dari permukaan batu kalinya.

Sebelum disia, alur-alur yang akan disiar harus dikorek-korek dahulu dan disiram
dengan air sampai basah.

Siar batu kali tidak diijinkan saling bertumpuan atau terjadi rongga-rongga,
seluruhnya harus dibatasi atau diisi dengan adukan.

Kecuali ditentukan lain, pekerjaan siaran pasangan batu kali dengan adukan 1 pc :
2 pasir, dengan tebal tidak lebih dari 1,5 cm.

Pada waktu penyelesaian akhir, permukaan batu-batu harus dibersihkan dari


sisaisia mortar.

Lampiran - 22
Perawatan
Pasangan tak boleh kena air mengalir sebelum mortar menjadi keras (kuat).
Semua pasangan hendaknya dirawat dan dilindungi dari cuaca panas dengan
membasahi dengan air.
Pasangan yang berada diudara terbuka, selama waktu-waktu hujan terus menerus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atasnya.

Lampiran - 23

You might also like