Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
dr. Budy Nugraha
2
DAFTAR ISI
3
I. DIAGNOSTIK LABORATORIUM BEBERAPA PENYAKIT
PARASIT USUS
A. PENDAHULUAN
Perlu kita ketahui bahwa penduduk di daerah tropic, mungkin tidak
hanya menderita penyakit parasit melainkan juga menderita salah satu
diantara sekian banyak penyakit tropis.
Banyak infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau
menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu, diagnosis yang didasarkan
hanya gejala klinik saja, kurang dapat dipastikan, sehingga harus dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium.
Sebagai contoh, seseorang kelihatannya stabil tanpa menunjukkan
gejala penyakit, tetapi pada pemeriksaan tinja didapatkan telur-telur
cacing. Demikian pula ada kasus infeksi berat dengan Strongiloides yang
berakhir dengan fatal, pernah dilaporkan. Penderita tersebut dengan
keluhan utama terdiri atas diare dan sakit perut. Beberapa kali masuk
rumah sakit dan dilakukan beberapa kali pembedahan, akan tetapi tinjanya
tidak diperiksa untuk mencari telur atau parasit, sehingga penanganannya
tidak tepat dan mengakibatkan fatal pada penderitanya.
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam hal
membedakan sifat berbagai spesies parasit, kista, telur, larva dan juga
pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang
mungkin dikira suatu parasit.
Identifikasi parasit juga tergantung dari persiapan bahan yang baik
untuk pemeriksaan, baik dalam keadaan hidup maupun sebagai sediaan
yang telah dipulas. Sebagai contoh, untuk pemeriksaan trofozoit dari
amoeba maka diperlukan tinja yang segar.
Bahan yang diperiksa tergantung dari jenis parasit, untuk cacing
atau protozoa usus maka bahan yang akan diperiksa adalah tinja, sedang
parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit dan
sebagainya secara imunologis.
Di dalam buku ini hanya dijelaskan beberapa cara/teknik sederhana
yang sangat praktis dan dapat dipergunakan secara umum.
4
B. PENGGUNAAN MIKROSKOP
Untuk mempelajari Parasitologi diperlukan pemahaman
penggunaan mikroskop dengan baik. Pelajari baik-baik bagian-bagian
mikroskop sebelum menggunakannya. Yakinkan bahwa lensa okuler,
obyektif, kondensor dan kaca sudah bersih. Setiap kotoran pada benda-
benda tersebut dapat mengganggu lapangan pandangan dan menimbulkan
salah tafsir. Apabila benda-benda tersebut kotor karena debu, bersihkanlah
dengan kertas lensa. Kadang-kadang lensa okuler agak berminyak atau
berlemak karena bulu mata Anda. Lemak ini dapat dihapus dengan kertas
lensa yang sedikit dilembabi dengan xylol. Jangan sekali-kali seluruh lensa
direndam dengan xylol.
Untuk menentukan apakah kotoran menempel pada lensa okuler,
cobalah lensa ini diputar pada kedudukannya. Jika kotoran itu ikut
berputar, jelaslah bahwa kotoran tersebut terdapat pada lensa okuler.
KOMPONEN MIKROSKOP
1.1 STATIF
Bagian ini terdiri dari :
a. Cermin
Bagian ini merupakan penangkap sinar utama. Cermin
ini dilengkapi dengan dua dataran.
* Datar : digunakan kalau dipakai sinar alami cukup
terang dan kalau kondensor digunakan.
* Cekung : titik apinya diatur serupa itu, hingga
sinar-sinar sejajar yang jatuh disitu akan dipantulkan
kekaca sediaan. Dataran cekung digunakan kalau
dipakai sinar buatan atau jika sumber cahaya kurang
kuat atau kondensor tidak digunakan. Untuk mengatur
cahaya sesuai dengan keperluan, cermin dapat
diputar-putar pada kedua sumbunya yang saling tegak
lurus.
b. Meja Sediaan
Berupa meja datar dilengkapi dengan lubang yang dapat
dilintasi sinar yang dipantulkan oleh cermin dan alat
5
penjepit sediaan yang diletakkan pada meja ini.
Kadang-kadang untuk meletakkan dan dapat
memindahkan kaca sediaan dengan lebih cepat, meja
dilengkapi dengan alat lain, yang dilengkapi dengan dua
jenis sekrup pemutar. Sekrup ini mampu mendorong
kaca sediaan baik kemuka maupun ke kanan atau ke
kiri. Umumnya alat ini dilengkapi dengan skala
milimeter serta nonius, sehingga dapat diketahui letak
titik bayangan terhadap meja sediaan. Letak meja
horisontal atau mendatar, dapat diatur dengan mengatur
kedudukan-kedudukan tabung pada statif.
c. Tabung atau Tubus
Ini terdiri atas 2 bagian :
• Bagian atas :
Lebih ramping dan pendek. Ujungnya dilengkapi
dengan lensa okuler.
• Bagian bawah :
Lebih gemuk dan panjang. Di ujung bawahnya
terdapat lempeng bulat disebut revelver. Ini
ditempati deretan lensa obyektif berbagai ukuran,
dan dapat diputar untuk menempatkan lensa pada
kedudukannya sesuai keperluan. Ukuran panjang
tubus berbeda-beda menurut pabrik pembuat
mikroskop. Statif pada ujung atasnya dilengkapi
dengan alat pemutar, sepasang, masing-masing di
kanan dan kiri.
• Sekrup makrometer besar. Pemutaran sekrup ini
membantu kita menaikturunkan tabung terhadap
meja sediaan dan statif. Ini diperlukan waktu kita
berusaha mempertajam penglihatan kita terhadap
bayangan sediaan.
6
• Sekrup makrometer kecil. Kegunaanya serupa
dengan sekrup manometer, hanya gerakannya lebih
halus. Ini baru digunakan kalau lensa obyektif sudah
sangat dekat pada kaca sediaan sehingga bayangan
kabur sediaan sudah dapat terlihat pada lensa okuler.
Kedua sekrup tersebut dilengkapi dengan skala
untuk secara kasar dapat dipakai untuk mengukur
tebal sediaan.
7
Lensa ini ditempatkan pada ujung atas tabung. Lensa ini
juga berbagai jenis. Tugasnya ialah memperbesar
bayangan yang telah diperbesar oleh lensa obyektif.
Lensa okuler sederhana ialah lensa Huygens, terdiri atas
lensa plankonveks. Lensa di bawah dinamakan lensa
kolektif dan lensa dekat mata disenut lensa mata.
Diantaranya ada diafragma yang dapat dilengkapi
dengan petunjuk.
8
1. Periksa atau sediakan sumber cahaya yang baik. Jika sumber cahaya
bukan matahari gunakan filter biru.
1 2 3 4 5
6 1
KETERANGAN :
1. OKULER LENS 6. PENGATUR DIAFRAGMA
9
2. TUBUS 7. PENGGESER SEDIAAN
3. OBJEKTIF LENS 8. SEKRUP MAKROMETER
4. MEJA SEDIAAN 9. SEKRUP MIKROMETER
5. SAKLAR 10. LAMP
11. SEKRUP PENGGESER
DIAFRAGM
2. Kedudukan mikroskop
• Tempatkan di tempat yang cukup dapat menangkap sinar
• Sesuaikan kedudukan mikroskop dengan prasarat :
- Anda supaya dapat bekerja dengan enak, tidak lekas capai
- Meja sediaan dan tabung tidak boleh condong jika Anda
memeriksa sediaan basah atau memakai minyak emersi.
3. Pengaturan sinar
- Lensa okuler dilepas dari tempat kedudukannya.
- Atur kedudukan cermin dengan memutar pada sumbunya dan pilihlah
jenis permukaan cermin, datar atau cekung sesuai dengan jenis
sumber cahaya yang dipakai.
- Perhatikan apakah ada kotoran yang mengganggu.
- Usaha baru dihentikan kalau lapangan pandangan sudah tampak terang
merata.
4. Memasang kaca sediaan
Letakkan kaca sediaan pada meja sediaan sehingga :
a. Kaca penutup sediaan terletak disebelah atas
b. Letak sediaan di atas lubang meja sediaan
c. Kaca sediaan dijepit.
5. Ketajaman bayangan : ``Mulailah dengan pembesaran lemah``
a. Pasanglah lensa okuler
b. Dengan memutar sekrup makrometer pada statif serta mengamati
berhati-hati dari samping, usahakanlah lensa obyektif mendekat kaca
sediaan sedekat-dekatnya dan jangan sampai lensa obyektif menekan
kaca penutup sediaan.
10
c. Sambil melihat melalui lensa okuler dan memutar sekrup mikrometer,
usahakanlah supaya bayangan sediaan yang telah tampak kabur
menjadi tajam.
6. Pemakaian kondensor dan diafragma
a. Kondensor digunakan kalau dipakai sinar buatan dan pada pembesaran
kuat, kondensor dapat dinaikkan atau diturunkan sehingga ukuran luas
lapangan penglihatan dapat diatur.
b. Diafragma digunakan untuk mengatur intensitas sinar, pada
pembesaran lemah diafragma dikecilkan dan kondensor diturunkan.
7. Setelah latihan selesai
a. Pada pemakaian minyak emersi, bersihkanlah dengan kertas halus
yang dilembabi dengan xylol.
b. Kembalikan dan atur kaca sediaan pada tempat semula setelah diteliti
apakah ada yang rusak atau pecah.
c. Kembalikan mikroskop pada kedudukan semula dan periksalah apakah
ada kerusakan.
d. Laporkan pada staf pembimbing yang sedang bertugas dalam
laboratorium dengan rasa tanggung jawab semestinya.
11
A. PEMERIKSAAN SAMPEL TANAH TERHADAP ADANYA
KONTAMINASI TELUR CACING PARASIT USUS
Dasar teorinya :
NaOH 0,4% untuk pengendapan
NaCl jenuh untuk pengapungan
Aquadest untuk pencucian
Cara Kerja
a) Mengambil tanah (+/- 5 gr) kemudian dimasukkan ke dalam
tabung piala (Erlenmeyer)
b) Menambahkan NaOH 0,4% 40 cc
c) Mengocok larutan dengan kuat
d) Larutan tersebut didiamkan selama 15 menit
e) Cairan supernatan dibuang dan menyisakan endapannya
f) Mencuci endapan dengan 40 cc aquadest sebanyak 2 kali dan
didiamkan selama 15 menit.Pencucian 2 kali ini bertujuan untuk
menghilangkan NaOHnya
g) Setelah pencucian tersebut, kemudian menambahkan larutan NaCl
jenuh 50 cc ke dalam endapan yang ada
h) Larutan tersebut dikocok-kocok kemudian dituangkan ke dalam 3
tabung reaksi pendek hingga penuh dan didiamkan selama 15
menit
i) Kaca penutup ditempelkan diatasnya dan dikatupkan di atas kaca
benda (seperti metode apung)
j) Memeriksa dibawah mikroskop cahaya dimulai dengan
pembesaran lemah terlebih dahulu
12
B. PEMERIKSAAN SAMPEL SAYURAN TERHADAP
KONTAMINASI TELUR CACING PARASIT USUS
13
IV. TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN LABORATORIS
BEBERAPA PENYAKIT PARASIT
14
MIKROSKOPIK KUALITATIF
METODA LANGSUNG (DIRECT SLIDE)
Ratakan dengan
lidi
1-2 tetes
NaCl 0,9% LIHAT DI BAWAH
atau MIKROSKOP
eosin 2%
Gambar 1
15
b.1. Tanpa disentrifugasi
10 gram tinja dicampur dengan 200 ml larutan
NaCl jenuh (33%), kemudian diaduk sehingga larut.
Bila terdapat serat-serat selulosa disaring terlebih
dahulu dengan penyaring teh. Selanjutnya ada 2 cara :
* Didiamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan ose
diambil larutan permukaan dan ditaruh di atas gelas
objek. Kemudian ditutup dengan gelas penutup/cover
glass. Periksa di bawah mikroskop. ( Gambar 2 )
* Tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu
rata dengan permukaan tabung. Diamkan selama 5-10
menit. Letakkan/tutupkan gelas objek dan segera
angkat. Selanjutnya letakkan di atas gelas preparat
dengan cairan berada di antara gelas preparat dan
gelas penutup. Kemudian diperuiksa di bawah
mikroskop.
Gambar 2
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
20 menit
Ambil dengan ose
taruh di atas objek glas
NaCl jenuh/
Tinja gula jenuh
10 gr. tinja
+ 200 cc NaCl jenuh
16
b.2. Dengan disentrifugasi
- Campurkan tinja dan NaCl jenuh seperti di atas
kemudian disaring dengan penyaring teh dan
dituangkan dalam tabung sentrifugasi.
- Tabung tersebut diputar pada alat sentrifugasi
selama 5 menit dengan putaran 100 x per menit.
- Dengan ose atau cover glass, diambil larutan
bagian permukaan dan ditaruh pada gelas objek,
ditutup dengan gelas penutup, kemudian diperiksa
di bawah mikroskop. ( Gambar 3 )
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
METODA APUNG (FLOATATION METHOD)
DENGAN DISENTRIFUSI
Gelas Saring
pengaduk
10 gr. tinja
+ 200 cc NaCl jenuh
17
Gambar 3
18
Canada balsem, ditutup kembali dengan coverglass yang
kebih besar kemudian didiamkan kembali sampai kering,
sehingga diperoleh suetu preparat permanen. ( Gambar 4 )
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
METODA SELOTIP (CELLOTAPE METHOD)
Gambar 4
19
3. Kalau ingin mendapat hasil yang baik, setelah disentrifusi
sedimennya ditambah lagi akuadest, disaring disentrifusi
lagi. Hal ini dapat dilakukan 2 sampai 3 kali.
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
METODA KONSENTRASI
Larutan tinja
dimasukkan ke
Batang dalam tabung
pengaduk sentrifusi
Sentrifusi 3.000 x/mnt,
1 menit
Aquades
1 gr tinja
Aduk sampai
homogen
20
Gambar 5
21
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
TEKNIK SEDIAAN TEBAL (METODA KATO)
Dimasukkan
(direndam)
Rendam
> 24 jam
Tinja
20-50 gr
tinja
Gambar 6
Alat-alat :
1. Pot plastik tempat tinja
22
2. Tabung sentrifusi
3. Tutup tabung sentrifusi
4. Pipet Pasteur panjang
5. Objek glass
6. Cover glass
Tata cara :
1. Ambil tinja 0,5 ml dicampur 1-2 akuadest, kocok,
tambahkan lagi 10 – 12 ml akuadest, kocok.
2. Saring dengan kain kasa, cairan filtrasi ditampung dalam
tabung sentrifusi 15 ml.
3. Seimbangkan, putar selama 1 menit dengan putaran 1000
putaran permenit, kemudian cairan di atasnya dibuang.
4. Tambahkan pada endapan 1 ml formalin 1 % kocok,
tambahkan lagi 8 ml formalin 10% biarkan selama 10
menit.
5. Tambahkan 3 ml ether, tabung ditutup kemudian dikocok
sampai aduk betul (10-20 detik).
6. Putar selama 1-2 menit dengan putaran 2000 putaran
permenit.
7. Hati-hati, ambil dengan pipet sampai perbatasan ether
dengan formalin, kemudian buang cairan sisa.
8. Pindahkan 1 tetes sedimen pada kaca benda yang
sebelumnya telah ditetesi 1 tetes larutan Iodin.
23
9. Kemudian tutup dengan kaca tutup, lihat di bawah
mikroskop.
MIKROSKOPIK
KUALITATIF
METODA SEDIMENTASI FORMOL ETHER
1 ml. Formalin 10%
+ Formalin 10% sampai
volume 8 ml 3 ml. ether
(RITCHIE)
0,5 ml. tinja 10-12 ml.
DIAMKAN KOCOK
(10 menit) aquades
(15-20 detik)
1-2 ml. aquades SENTRIFUSI
2.000 rpm, 1-2 menit
SENTRIFUSI
1.000 rpm, 1 menit
Gambar 7
24
6. Larutan Malachite green yang terdiri dari : 100 ml
glycerin ditambah 100 ml akuadest ditambah 1 ml
Malachite-green 3%.
Cara kerja :
1. Sebelum pemakaian, pita selophane dimasukkan ke
dalam larutan malachite green selama + 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, ditaruh tinja sebesar sebutir
kacang, selanjutnya di atas tinja tersebut ditumpangi
dengan kawat saringan dan ditekan sehingga didapatkan
material/tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan
tinja yang halus keluar di atas kawat penyaring.
3. Dengan ludi, ambil tinja yang sudah halus tersebut di
atas kawat penyaring + 30 mg, dengan memakai
cetakan karton yang berlubang, taruh di atas gelas
preparat yang bersih.
4. Kemudian ditutup dengan pita selofan dengan
meratakan tinja di seluruh permukaan pita selofan
sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang
lain.
5. Biarkan dalam temperatur kamar selama 30 – 60 menit
supaya menjadi transparan.
6. Periksa seluruh permukaan dengan menghitung jumlah
semua telur yang ditemukan dengan pembesaran lemah.
Cara menghitung telur cacing secara kuantitatif
Parasit Jumlah telur
A. lumbricoides IIII IIII dst
T. trichiura
Cacing tambang IIIIII......30 N
Rumus :
Jumlah telur tiap gram tinja = 1000 x N = 1000 x 30 =
1000 telur/gr tinja
30 30
25
Anak-anak mengeluarkan tinja + 100 gram /hari,
dewasa mengeluarkan tinja + 150 gram/hari. Jadi,
misalnya, dalam 1 gram tinja mengandung 1000 telur
maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
MIKROSKOPIK
KUANTITATIF
METODA KATO-KATZ
Kawat kasa
26
Gambar 8
MIKROSKOPIK
KUANTITATIF
Tinja
METODA STOLL
!
6 0 m l 6 0 m l 6 0 m l
5 6 m l 5 6 m l 5 6 m l
B u tir G e la s
Larutan
NaOH 0,1N
Diamkan 1 malam
ATAU
KOCOK cukup 3-4 jam tapi
dikocok lebih lama
METODA STOLL
Kocok dan
ambil 0,15 ml
6 0 m l
5 6 m l
27
MIKROSKOPIK KUANTITATIF
METODA STOLL
PENGHITUNGAN
❐ NaOH = 56 ml, tinja 4 ml ~ 4gr
❐ 4 gr tinja dalam 60 ml
❐ Atau 1 gr tinja dalam 15 ml
❐ Volume larutan tinja 0,15 ml ditemukan y
telur
❐ Maka volume 15 ml ditemukan y x 100 (~ 1
gr tinja)
❐ RUMUS :
Jumlah telur dalam 1 gram tinja = Jumlah
telur yang terlihat (miroskopik) x 100
MIKROSKOPIK
KUANTITATIF
METODA STOLL
TINGKAT INFEKSI MENURUT JUMLAH TELUR DALAM TIAP
GRAM TINJA DAN JUMLAH CACING
28
B. PEMERIKSAAN LARVA CACING PARASIT
2.1. Metode pembiakan larva menurut Baermann.
Metode ini selain digunakan untuk mendiagnosis adanya
infeksi cacing tambang juga untuk mengetahui adanya kontaminasi
telur cacing tambang dalam tanah, yaitu dengan membiakan larva
dari faeces penderita maupun larva-larva cacing tambang dalam
tanah seperti A. duodenale dan N. americanus.
Alat yang digunakan terdiri dari corong gelas, saringan kawat,
selang karet dan klem yang disusun seperti gambar 10.
Cara kerja :
a. Tinja dikompulkan dan dicampur dengan pasir steril,
dimasukkan ke dalam cawan petri dengan alas dari kain,
kemudian diberi air sedikit dan ditaruh di dalam suatu ruangan
beberapa hari sampai telur menetas ( untruk Ancylostoma dan
Necator + 5-7 hari ).
b. Kemudian campurkan tinja dan pasir steril tersebut dengan
alasnya dari kain ditaryh ke dalam corong gelas yang di atasnya
sudah diberi saringan kawat.
c. Pasir disaring untuk mengeluarkan larva dari telur dengan
dituangi air hangat sampai bagian bawah tinja dan pasir steril
tersebut bersentuhan dengan permukaan air.
d. Setelah 1-2 jam, klem dibuka dengan hati-hati, satu atau dua
tetes airnya ditaruh pada gelas objek (atau cawan petri) untuk
diperiksa di bawah mekroskop. Untuk meyakinkan hasilnya,
diambil lagi tetes kedua dan diperiksa lagi. Selama
pemeriksaan ini, kita harus berhati-hati jangan sampai tetesen
tadi mengenai kulit kita.
29
Dengan teknik ini, telur cacing dapat berkembang menjadi
larva infektif pada kertas saring basah selama + 7 hari, kemudian
larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung
kantong plastik.
Alat dan bahan yang diperlukan
1. Tabung reaksi ukuran 18 x 180 mm atau 20 x 200 mm atau
kantong plastik ukuran 30 x 200 mm.
2. Kertas saring ukuran 3 x 15 cm ( dapat juga memakai kertas
koran )
3. Lidi bambu
4. Akuadest steril
5. Rak tabung reaksi/tempat menggantung plastik
6. Pensil berwarna/spidol
Cara kerja :
1. Tabung reaksi/plastik diisi akuadest steril + 5 ml
2. Dengan lidi bamb, tinja dioleskan pada kertas saring sampai
mengisi sepertiga bagian tengahnya.
3. Kemudian kertas saringnya dimasukkan dalam tabung
reaksi/plastik tersebut di atas. Cara memasukkan kertas saring
dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan
akuadest dan tinja jangan sampai tercelup akuadest.
4. Tulis nama penderita, tanggal penamaan, tempat penderita dan
nama mahasiswa. Tabung ditutup plastik/dijepret.
5. Simpan pada suhu kamar selama + 3-7 hari.
30
Alas dari kain
Saringan dari kawat
Bahan tinja dan pasir
Permukaan air
Corong gelas
Air hangat
Standard
Klem
Cawan petri
Akuades
Tinja
Kertas saring
Kantong plastik
Dilipat
31
Cara menulis hasil pemeriksaan tinja terhadap adanya infeksi cacing parasit
usus
32
METODA PEMERIKSAAN
PROTOZOA USUS
Gambar 12
2. Modifikasi Metoda Mertiolat-Iod-Formalin (MIF)
Zat yang dipergunakan :
Larutan dasar (1) :
–250 ml aquadest
–200 ml tinctur of merthiolate
–25 ml formaldehyde
Larutan dasar (2) :
–lugol 5 % (tidak boleh disimpan > 3 minggu)
Kedua larutan disimpan dalam botol berwarna coklat
Kegunaan :
Baik untuk diagnosa Ameba dan Giardia dalam tinja
33
Cara membuat preparat MIF
larutan tinja
5 gr tinja
disaring
0,5 ml Larutan
Dasar (2)
tutup
Tabung dibuka
ditutup
setrifuge + 7 ml eter+ kocok Disetrifusi
40 C 1menit
5 ml Larutan
Dasar (1)
Gambar 13
34
menyerupai E. Histolytica tetapi nucleus dan
pseudopodinya berbeda )
- Kista-kista dalam carrier dan kasus-kasus yang ringan.
Tinja penderita disentri ameba, longgar, berisi lendir dan darah bercampur tinja,
harus dibedakan dengan tinja disentri basiler
Gambar 14
Sumber : Color Atlas of Medicine and Parasitology. 1977. W. Peters & H.M. Gillers
35
V. TEKNIK PEMERIKSAAN BAKTERI M. tuberculosis
Cara Ziehl-Neelsen
Larutan – larutan
1. Carbon-fucshin. Fuchsin basa 1 g; fenol kristal 5 g; alkohol 95% 10
ml; aquades ad 100 ml. fuchsin digerus dlm mortir dg alkohol; tambah
fenol, kemudian tambah air sedikit-sedikit dg terus mengaduk,
pindahkan cairan kedalam botol, biarkan 24 jam, saring
2. Alkohol asam. Asam hidrochlorida pekat 3 ml; alkohol 95% ad 100 ml
3. Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g; alkohol 95% 30 ml;
larutan KOH 10% 0,1 ml; aquades 100 ml. metilen birus digerus dlm
mortir dg alkool, pindahkan ke dlm sebuah botol, tambahkan larutan
KOH kpd isi botol itu, kemudian pakailah isi botol untuk berkali-kali
mencuci mortir, yg dimasukkan kembali ke dlm botol, biarkan 24 jam
lalu saring
Cara Kerja :
1. Buat preparat ulas sputum
Objek glass dibersihkan dengan alcohol sampai tidak ada kotoran,
kemudian dipanaskan di atas api Bunsen, oleskan sputum pada objek
glass secara melingkar
2. Fiksasi preparat di atas api Bunsen
3. Teteskan karbol fuchsin pada preparat tadi dan kurang lebih selama 5
menit (jangan sampai cairan mendidih)
4. Cuci dengan air mengalir, dikeringanginkan
5. Genangi preparat dengan alcohol asam sampai warna merah hilang
6. Cuci dengan air mengalir, dikeringanginkan
7. Genangi dengan metilen biru, diamkan selama 10-30 detik
8. Cuci dengan air mengalir, dikeringanginkan
9. Preparat diamati di bawah mikroskop
36
GAMBAR BEBERAPA TELUR CACING DAN PROTOZOA
USUS
37
Telur cacing tambang
38
Telur A. lumbricoides (infertil) Telur A.lumbricoides
(decorticated)
39
Enterobius vermicularis
40
vitelline
Telur matang
Telur Trichuris trichiura Telur cacing tambang
Sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran, Zaman P.. Alih Bahasa : Anwar C.; Mursal Y.
41
Trofozoit Entamoeba histolyitca
Sumber : Atlas of Medical Parasitology.Prayong Radomyos, dkk.
Inti
Vakuola
glikogen
Benda kromatoid
Prekista E.histolytica
42
BATANG KROMATOID INTI
Kista inti-2, pewarnaan hematoksilin besi Kista matang (inti-4), pewarnaan jodium
43