Professional Documents
Culture Documents
(Perspektif Islam)
Latar Belakang
Perilaku seksual yang dilakukan oleh para remaja kita saat ini sudah sampai pada
batas yang sangat mengkhawatirkan. Peningkatan yang terjadi tidak hanya dalam hal
angka kejadiannya, melainkan juga pada kualitas penyimpangannya. Berbagai analisa
dilakukan, mengapa perilaku seksual remaja yang menyimpang tersebut semakin hari
semakin meningkat. Salah satu pendapat yang kemudian cukup mengemuka adalah bahwa
hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh remaja tentang
kesehatan reproduksi ataupun perilaku seksual yang benar.
Sebenarnya, faktor kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki
oleh remaja adalah satu dari sekian banyak faktor yang berpengaruh pada perilaku
seksual remaja. Faktor lemahnya kualitas keimanan dan ketakwaan remaja, bangunan
kepribadian yang rapuh, hubungan dan komunikasi dengan orang tua/pendidik yang
kurang lancar serta harmonis, gaya hidup yang hedonis, individualis dan materialis
yang marak di masyarakat, hingga peran negara sebagai pihak penerap sistem di
masyarakat yang justru memungkinkan hal-hal yang mendukung terjadinya free sex
terjadi (seperti maraknya pornografi-aksi, semakin banyaknya lokalisasi ataupun
tempat-tempat mesum yang ’legal’, dsb) adalah beberapa faktor lain yang juga harus
dibenahi kalau kita menginginkan persoalan perilaku seksual remaja ini bisa kita
tuntaskan. Komitmen dan kerja sama lintas sektoral, yang melibatkan semua pihak
terkait (remaja sendiri, orang tua, guru/sekolah, masyarakat dan negara) harus
dibangun secara sinergis.
Sementara itu, konsep pendidikan kespro remaja yang berbasis pada (1) asas
sekulerisme (yang justru berusaha meninggalkan pengaturan agama –Islam- dalam
pengaturan pemenuhan naluri seksual), (2) liberalisme (yang menjadikan kebebasan
individu termasuk kebebasan mengatur kehidupan reproduksi) sebagai hal yang
diagung-agungkan bahkan diatas pengaturan Allah SWT – Sang pencipta manusia
berikut naluri seksualnya-, (3) individualisme (yang menjadikan problematika
perilaku seksual remaja ini menjadi permasalahan individu remaja itu sendiri, dan
akan dianggap selesai begitu sang remaja tersebut mau menanggung akibat/resiko
perilaku seks bebasnya), adalah pendidikan yang harus kita jauhkan. Karena
hakikatnya konsep pendidikan seperti itu adalah BUKAN pendidikan, akan tetapi
justru PENYESATAN.
Penyesatan itu adalah apa yang disampaikan dalam upaya pendidikan kesehatan
reproduksi remaja yang hanya berprinsip
1.’sehat’: dalam arti tidak tertular penyakit menular seksual /IMS,
2.’aman’: dalam arti tidak sampai mengalami kehamilan yang tidak diinginkan,
3. ’bertanggung jawab’: dalam arti asalkan remaja tahu resiko free sex yang
mereka lakukan dan mereka siap menanggungnya (misal KTD, aborsi, menjadi ODHA)
maka masalah dianggap selesai; sembari membiarkan perilaku seksual mereka yang
jelas-jelas telah melanggar nilai-nilai dan norma agama (halal-haram). Sayangnya
konten pendidikan kespro remaja seperti inilah yang saat ini banyak diberikan
kepada remaja-remaja kita. Alhasil, bukannya semakin berkurang, perilaku seksual
bebas remaja kita semakin menjadi-jadi. Terlebih, sistem hidup bernuansa
kapitalistik yang mengagung-agungkan hedonisme menjadi kondisi yang sangat
kondusif bagi hal tersebut.
Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud memberikan gambaran bagaimana seharusnya
orang tua dan para pendidik memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi
remaja yang benar, agar bisa mewujudkan perilaku seksual remaja yang tidak hanya
sehat dan aman dalam arti yang sesungguhnya, namun juga benar yakni sesuai dengan
pengaturan yang diberikan Allah SWT, dan dapat dipertanggungjawabkan oleh sang
remaja kelak kepada Tuhan yang telah memberinya kenikmatan hidup berikut segala
fasilitasnya termasuk naluri seksual yang dimilikinya.Inilah konsep pendidikan
kesehatan reproduksi yang berbasis pada ajaran Islam.
Membaca Perilaku Seksual Remaja dan Resikonya
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja saat ini, pada usia dini sudah
terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya adalah seks pra nikah.
Dari data-data yang ada menunjukkan:
1. Antara 10 -31% (N=300 di setiap kota) remaja yang belum menikah di 12 kota
besar di Indonesia menyatakan pernah melakukan hubungan seks (YKB,1993).
2. 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan (15-24 tahun)
mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual (Situmorang, 2001)
3. 75 dari 100 remaja yang belum menikah di Lampung dilaporkan sudah pernah
melakukan hubungan seks (studi PKBI, tahun 1997)
4. Di Denpasar Bali, dari 633 pelajar SLTA kelas II, sebanyak 23,4% (155
remaja) mempunyai pengalaman hubungan seks, 27% putra dan 18% putri (Pangkahila,
Wempie, Kompas, 19/09/1996)
Bisa dilihat bahwa aktivitas seksual pra nikah (free sex) ini terjadi tidak hanya
di perkotaan, tetapi juga di daerah-daerah. Bisa dilihat juga adanya pergeseran
nilai mengenai hubungan seksual sebelum nikah. Hal ini utamanya terjadi pada kaum
perempuan. Bila sebelumnya ada anggapan bahwa hubungan seksual hanya dilakukan
jika ada hubungan emosional yang dalam dengan lawan jenis, namun saat kini kondisi
tersebut telah berubah. Yang perlu dicatat juga, bahwa perilaku seksual remaja ini
tidak hanya terbatas pada jenis hubungan seksual sebelum nikah, tetapi perilaku
seksual yang lain, misalnya petting (90% remaja terlibat pada "light" petting, 80%
remaja terlibat pada "heavy" petting); dan masturbasi, menunjukkan frekuensi yang
tinggi pula. Tidak termasuk di dalamnya aktivitas seksual yang menjadi ‘mukadimah’
atau pengantar terjadinya, yakni kissing, necking dan touching yang saat ini
seolah menjadi menu ‘wajib’ kencan para remaja kita.
Itu kalau bagi mereka yang punya ‘pasangan’. Bagi remaja yang ‘jomblo’ alias tidak
punya pasangan, melakukan masturbasi dan onani menjadi pilihannya. Bahkan di
Surabaya hasil polling tim Deteksi Jawa Pos membuktikan kalo’ 62% remaja surabaya
pernah melakukan masturbasi dan onani, bahkan ada yang mengaku melakukannya dua
kali sehari.
Tidak hanya itu, banyak diantara remaja kita yang memiliki jadwal khusus dengan
komunitasnya untuk nonton bareng VCD porno, kemudian pesta seks, menggunakan jasa
PSK (Pekerja Seks Komersial). Alhasil, banyak juga akhirnya diantara mereka yang
harus duduk sebagai ‘pasien’ di klinik-klinik aborsi illegal karena KTD (kehamilan
tak diinginkan), yang harus kehilangan masa remajanya karena harus menjadi orang
tua dini –ketika mereka belum siap-, dan banyak juga yang akhirnya harus berakhir
sebagai orang yang divonis terinfeksi penyakit menular seksual (AIDS, Sifilis,
dsb). Sangat menyedihkan.
Berbagai analisa dilakukan, mengapa perilaku seksual remaja yang menyimpang
tersebut semakin hari semakin meningkat. Salah satu pendapat yang kemudian cukup
mengemuka adalah bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi yang
dimiliki oleh remaja tentang kesehatan reproduksi ataupun perilaku seksual yang
benar.
1. Orang tua harus memahami karakter remaja dulu sebelum menjadi pihak yang
ingin memberikan pendidikan kespro/seksual ini pada remaja.
Kalau kita amati ternyata ada dua permasalahan utama yang mendominasi kehidupan
remaja berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhannya ini, yaitu dari masalah
yang berkaitan dengan sisi individunya dan dari sisi seksualitasnya.
Dari sisi individunya remaja sedang mengalami krisis identitas atau lebih mudahnya
sedang bingung mencari jati diri, sehingga tidak heran kalau remaja senang mencoba
segala sesuatu yang baru. Umumnya para remaja juga mulai "menarik diri" dari
banyak nilai yang selama ini sudah didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Pada
tahun-tahun "rawan" ini para remaja malah mengambil nilai-nilai dari kelompok
mainnya (peer group) dan budaya pop yang ada disekitar hidupnya. Ia mulai enggan
untuk bergabung dengan acara-acara keluarga dan malah lebih sering bergabung
dengan teman-temannya. Mereka jadi lebih senang membangkang orang tuanya, tetapi
kompak sekali dengan temen se-gank. Kalau orang tua tidak bisa menempatkan diri
pada posisi sebagai teman terpercaya yang siap berbagi empati dengan sang remaja,
namun sekedar mengambil posisi sebagai ’polisi’ yang siap menginterogasi atau
’hakim’ yang siap memvonis, maka bersiaplah untuk menjadi orang tua yang bakal
ditinggalkan oleh anak remaja kita.
Dalam hal seksualitas, remaja sedang mengalami perkembangan baik dari sisi
biologis, fisik, maupun mental. Dari sisi biologis, remaja sedang mengalami
perkembangan kemampuan reproduksi yang dari sisi fisiknya terlihat dengan adanya
pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder, seperti badan menjadi ‘macho’, suara
membesar, mulai tumbuh kumis, dll,kalau pada remaja lelaki, atau mulai
terbentuknya body yang bak gitar spanyol, kulit yang lebih halus, dll, kalau pada
remaja perempuan. Yang ini juga memicu perkembangan mental yaitu meningkatnya
libidonya alias hasrat seksual. Remaja tersebut akan mudah sekali tertarik dengan
lawan jenisnya, yang biasanya lebih ke arah bentuk fisik daripada kepribadiannya.
Ketika perubahan –dari masa anak-anak sebelumnya- ini tidak difahami oleh orang
tua dengan tetap bersikap menafikan keberadaan naluri seksual yang mulai disadari
keberadaannya oleh sang remaja tersebut, dengan mengacuhkannya atau malah
menghindar untuk membicarakannya daripada berusaha memberikan pengarahan tentang
pengaturan pemenuhan naluri seksual tersebut, maka bisa jadi langkah yang diambil
orang tua tersebut hanya akan menjadi langkah yang kontra produktif bagi proses
pendidikan berikutnya.
”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyaat 56)
”Tidak (boleh) menimpakan bahaya pada diri sendiri dan kepada orang lain” (HR.
Ibnu Majah)
Bahwa larangan itu merupakan larangan yang bersifat jazim (tegas dan pasti) yang
melahirkan hukum haram, dipertegas oleh hadits lain. Dari Abu Shirmah Malik bin
Qais Al Anshoriy, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
”Barang siapa yang membahayakan, maka Allah akan mendatangkan bahaya, dan barang
siapa ysng menyusahkan, maka Allah akan menyusahkan atasnya.” (HR. Abu daud An
Nasa’iy dan Tirmidzi)
Alat reproduksi laki-laki bagian dalam, tidak terlihat karena terletak di dalam
tubuh di perut bagian bawah. Terdiri dari:
1. Testis/biji pelir/buah zakar berfungsi memproduksi sel kelamin laki-laki
(sperma) setiap hari dengan bantuan hormon testosteron. Terletak di dalam kantung
zakar. Sperma, adalah sel yang berbentuk seperti berudu berekor. Sperma dapat
membuahi sel telur yang matang dalam tubuh perempuan dan menyebabkan perempuan
tersebut hamil.
2. Saluran Kemih/urethra, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga
saluran air mani yang mengandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur
oleh sebuah katup sehingga tidak bisa keluar secara bersamaan.
3. Epididimis, berfungsi mematangkan sperma yang dihasilkan oleh testis.
Setelah matang, sperma akan masuk dalam saluran sperma. Epididimis berbentuk
saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok.
4. Saluran Sperma/Vas Deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma dari testis
menuju ke prostat. Kelenjar prostat, berfungsi untuk menghasilkan cairan mani yang
ikut mempengaruhi kesuburan sperma.
Gambar 2. Organ reproduksi laki-laki bagian dalam
4
Alat reproduksi perempuan terdapat di bagian luar dan di bagian dalam tubuh. Alat
reproduksi perempuan bagian luar, dapat dilihat karena berada di bagian permukaan
tubuh yang terdiri dari:
1. Bibir Kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir
besar (labia mayora, 1a) dan bibir kecil (labia minora, 1b). Bibir besar adalah
bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di
belakang bibir besar dan banyak mengandung syaraf/pembuluh darah.
2. Kelentit (clitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan.
Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak sehingga
sangat peka terhadap rangsangan. Kelentit bagi perempuan mirip kepala zakar/penis
pada laki-laki.
3. Saluran Kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara
kelentit dan mulut vagina
4. Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersanggama.
Vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam
vagina terdapat mikro organisma yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak
terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina
dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering
berhubungan seks berganti pasangan. Keputihan adalah salah satu akibat dari
terganggunya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.
5. Selaput Dara (Hymen), adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan,
tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput dara yang sangat tipis dan mudah robek
dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis
tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain
seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dll.
Gambar 2. Organ reproduksi perempuan bagian luar
3
1a
1b
4,5
Alat reproduksi perempuan bagian dalam, tidak terlihat karena berada di bagian
permukaan tubuh yang terdiri dari:
1. Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu
kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul, terletak di kiri dan kanan rahim.
2. Saluran Indung Telur (Tuba Faloppi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur
setelah keluar dari indung telur (proses ovulasi) dan tempat dimana terjadi
pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.
3. Saluran vagina, merupakan jalan keluar bagi darah haid, bersifat sangat
lentur sehingga bayi dapat keluar melalui vagina.
4. Leher rahim/Cervix, merupakan penghubung vagina dengan rahim.
5. Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya
seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar
rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan
parametrium, lapisan miometrium dan lapisan endometrium. Otot-otot ini adalah otot
terkuat dari semua otot manusia dan sanggup mendorong bayi menuju jalan lahir.
Gambar 3. Organ reproduksi perempuan bagian dalam
Khatimah
Demikianlah, ketika kita ingin merumuskan apa dan bagaimana pendidikan kesehatan
reproduksi kepada remaja, maka hal mendasar yang harus kita pastikan terlebih
dahulu difahami oleh seorang remaja adalah pemahaman tentang siapa jati dirinya
(bahwa hakekatnya dia adalah seorang makhluk/hamba bagi Penciptanya), apa tujuan
hidupnya (bahwa dia diciptakan adalah semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya), dan
bagaimana caranya meraih tujuannya (adalah dengan cara menjalani hidup dalam
seluruh aspeknya dengan syariat-Nya). Pemahaman ini betul-betul ditancapkan kepada
diri seorang remaja hingga menjadi jati diri yang senantiasa lekat pada setiap
langkahnya menjalani kehidupan. Berikutnya, pendidikan yang kita lakukan haruslah
bisa membuat seorang remaja mengenal dan mengetahui bagaimanakah gambaran sistem
aturan hidup (syariat-Nya) yang harus senantiasa dia gunakan untuk mengatur segala
aktivitasnya dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani maupun nalurinya. Dalam hal
ini terutama bagaimana gambaran sistem pergaulan dalam Islam. Pendidikan tersebut
sekaligus harus bisa menjadi pendorong bagi seorang remaja untuk berusaha
mengaplikasikan aturan/hukum-hukum yang sudah dia ketahui tersebut. Dalam hal ini,
pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sebagai sekolah pertama yang bertugas
mengantarkan seorang anak siap menuju taklif haruslah betul-betul disempurnakan,
kalau kita ingin pendidikan ini benar-benar berhasil. Berikutnya, ketika seorang
remaja sudah tahu apa hakekat naluri seksual, bagaimana cara pengendalian dan
pemenuhannya dengan benar, bagaimana perilaku seksual yang benar dan menyimpang,
barulah kita memberikan informasi-informasi lebih detil tentang organ-organ
reproduksi, fungsinya dan beberapa proses/hal-hal lain dalam sebuah proses
reproduksi yang sekiranya mereka butuhkan kelak ketika harus menjaga organ-organ
reproduksinya dan melakukan proses reproduksinya dengan cara yang benar. Sementara
pendidikan dan pembiasaan tentang hygiene pribadi –termasuk bagaimana memelihara
kesehatan dan kebersihan organ-organ intim- sudah mulai dibiasakan seiring dengan
perkembangan kemandirian anak.
Dengan model pendidikan kesehatan reproduksi seperti demikian, maka akan
terwujudlah suatu perilaku seksual remaja yang bertanggung jawab, dalam arti
sebuah perilaku seksual yang bisa dipertanggungjawabkan seorang remaja kepada Sang
Penciptanya dan Sang Pencipta naluri seksual yang ada padanya. Lebih lanjut, akan
tercipta suatu sistem yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
seksual generasi muda kita. Sehingga problematika perilaku seksual remaja seperti
yang saat ini terjadi bisa kita cegah sejak dini..
Wallahu A’lam bish Shawab. []
Bahan bacaan:
1. Abdullah, Muhammad Husain, “Mafahim Islamiyah: Menajamkan Pemahaman Islam”;
penerjemah, M.Romli, Al-Izzah, Bangil, 2002
2. An-Nabhani, Taqiyuddin., “An-Nidham al-ijtima’I fi al-islam/ Sistem
Pergaulan dalam Islam”, penerjemah: M. Nashir, Pustaka Thariqul ‘Izzah, Jakarta,
2001
3. An-Nabhani, Taqiyuddin., “Nidham al Islam”, Hizbut Tahrir
4. Ditjen, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
(PPM & PLP). HIV/AIDS Prevention Project (HAPP)/USAID. “Alat kelamin dan semua
yang perlu kita ketahui tentang Penyakit Menular Seksual. Buku Saku Penjangkau
Masyarakat”.
5. LD-FE-UI & BKKBN (1999). “Baseline Survey of Young Adult Reproductive
Welfare in Indonesia 1998/1999”. Demographic Institute Faculty of Economics-
University of Indonesia (LD-UI) Jakarta, Indonesia.
6. Rosyidah, Faizatul., ”Pendidikan Kesehatan Reproduksi remaja (perspektif
Islam)”, Fia Pustaka, Surabaya, 2006
7. Situmorang, Augustina (April 2001). “Adolescent Reproductive Health and
Premarital Sex in Medan”, Dissertation submitted for the Doctor of Philosophy
Demography Program, Australian University.
8. Submit PMS & AIDS Ditjen PPM&PL.Depkes RI
9. World Health Organization (WHO) (1990), “Abortion. A Tabulation of Available
Data on the Frequency of Modality of Unsafe Abortion”, Document WHO/ MCH/ 90.14,
Maternal and Child Health & Family Planning, Division of Family Health, Geneva
10. Yayasan Kusuma Buana, 1993 dalam Situmorang, 2001. Adolescent Reproductive
Health and Premarital Sex in Medan”, April 2001. Dissertation submitted for the
Doctor of Philosophy Demography Program, Australian University.
Faizatul Rosyidah (32 tahun), penulis buku ini adalah seorang dokter alumnus
fakultas kedokteran Universitas Airlangga pada tahun 2001, yang kini sehari-hari
bertugas di Kinik IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selain dikenal sebagai seorang
dokter, Faizah juga dikenal sebagai seorang aktivis dakwah dan penulis sejak masih
di bangku sekolah/kuliah.
Pernah dipercaya menjadi pengasuh tetap “Rubrik Keluarga Sakinah” di Radio Colours
Surabaya, program “Mutiara Subuh” RRI Programa I, pengasuh “Syiar Pagi” Radio El
Victor, “Mitra Religi” Radio Suara Mitra Polda Jatim dan menjadi pengasuh Majelis
Ta’lim Dosen dan karyawati di beberapa kampus di Surabaya, penulis mendapatkan
kesempatan untuk mengasah dan memperluas ilmu serta pemahamannya tentang Islam
sebagai way of life serta problem solver atas segala permasalahan kehidupan,
termasuk di dalamnya tentang rumah tangga dan pendidikan anak.
Buklet yang merupakan ringkasan dari versi asli buku “Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja (Perspektif Islam)” ini, yang ditulisnya pada tahun 2006,
merupakan buku keempat dari lima buku yang ditulisnya sebagai upaya untuk
melakukan counter terhadap pendidikan kesehatan reproduksi/seksual remaja ala
sekulerisme-liberalisme. Sebelumnya, perhatiannya pada kehidupan remaja telah
menggerakkannya untuk menulis beberapa buku berkaitan dengan kehidupan remaja.
Beberapa buku yang sudah ditulisnya: “Islam Ngomongin Narkoba dan Perilaku Seksual
remaja” (2001), “Sobat, Temukanlah Hidupmu” (2002). Ketika menikah di tahun 2002
dengan M. Ali Tamam (35 tahun) penulis sempat membuat satu risalah sederhana yang
dibukukan berjudul “Bingkisan untuk Pernikahan-pernikahan yang Barakah” sebagai
souvenir pernikahannya. Pada tahun 2008, sebagai ungkapan syukur atas karunia
Allah SWT yang telah memberi amanah putra tercinta yang menginjak usia 5 tahun
dituangkannya dalam buku kelimanya: ”5 Tahun Pertama; Teriring Doa dan Harapan
untuk Anakku”
Hingga sekarang penulis tetap aktif sebagai pemerhati dan konsultan masalah anak,
remaja, dan keluarga, di samping melakukan berbagai aktivitas dakwah lain baik
lisan maupun tulisan yang diyakininya sebagai kewajiban yang harus
disempurnakannya. Penulis tinggal bersama suami dan seorang putranya di Sidoarjo.
Kritik dan saran bisa disampaikan melalui Email: faizah.rosyidah@gmail.com, atau
Website: http://www.faizatulrosyidahblog.blogspot.com []
Untuk para orang tua, pendidik, pengemban dakwah yang ingin mempersiapkan
kehidupan seksual para remaja menuju jalan yang benar
Dan untuk siapa saja yang berkeinginan memperbaiki kualitas generasi muda
PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
(Perspektif Islam)
Penulis:
dr. Faizatul Rosyidah
Cetakan I: 2006
Cetakan II: 2009
Email:
faizah.rosyidah@gmail.com
Website: http://www.faizatulrosyidahblog.blogspot.com