You are on page 1of 14

PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

(Perspektif Islam)

Latar Belakang
Perilaku seksual yang dilakukan oleh para remaja kita saat ini sudah sampai pada
batas yang sangat mengkhawatirkan. Peningkatan yang terjadi tidak hanya dalam hal
angka kejadiannya, melainkan juga pada kualitas penyimpangannya. Berbagai analisa
dilakukan, mengapa perilaku seksual remaja yang menyimpang tersebut semakin hari
semakin meningkat. Salah satu pendapat yang kemudian cukup mengemuka adalah bahwa
hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh remaja tentang
kesehatan reproduksi ataupun perilaku seksual yang benar.
Sebenarnya, faktor kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki
oleh remaja adalah satu dari sekian banyak faktor yang berpengaruh pada perilaku
seksual remaja. Faktor lemahnya kualitas keimanan dan ketakwaan remaja, bangunan
kepribadian yang rapuh, hubungan dan komunikasi dengan orang tua/pendidik yang
kurang lancar serta harmonis, gaya hidup yang hedonis, individualis dan materialis
yang marak di masyarakat, hingga peran negara sebagai pihak penerap sistem di
masyarakat yang justru memungkinkan hal-hal yang mendukung terjadinya free sex
terjadi (seperti maraknya pornografi-aksi, semakin banyaknya lokalisasi ataupun
tempat-tempat mesum yang ’legal’, dsb) adalah beberapa faktor lain yang juga harus
dibenahi kalau kita menginginkan persoalan perilaku seksual remaja ini bisa kita
tuntaskan. Komitmen dan kerja sama lintas sektoral, yang melibatkan semua pihak
terkait (remaja sendiri, orang tua, guru/sekolah, masyarakat dan negara) harus
dibangun secara sinergis.
Sementara itu, konsep pendidikan kespro remaja yang berbasis pada (1) asas
sekulerisme (yang justru berusaha meninggalkan pengaturan agama –Islam- dalam
pengaturan pemenuhan naluri seksual), (2) liberalisme (yang menjadikan kebebasan
individu termasuk kebebasan mengatur kehidupan reproduksi) sebagai hal yang
diagung-agungkan bahkan diatas pengaturan Allah SWT – Sang pencipta manusia
berikut naluri seksualnya-, (3) individualisme (yang menjadikan problematika
perilaku seksual remaja ini menjadi permasalahan individu remaja itu sendiri, dan
akan dianggap selesai begitu sang remaja tersebut mau menanggung akibat/resiko
perilaku seks bebasnya), adalah pendidikan yang harus kita jauhkan. Karena
hakikatnya konsep pendidikan seperti itu adalah BUKAN pendidikan, akan tetapi
justru PENYESATAN.
Penyesatan itu adalah apa yang disampaikan dalam upaya pendidikan kesehatan
reproduksi remaja yang hanya berprinsip
1.’sehat’: dalam arti tidak tertular penyakit menular seksual /IMS,
2.’aman’: dalam arti tidak sampai mengalami kehamilan yang tidak diinginkan,
3. ’bertanggung jawab’: dalam arti asalkan remaja tahu resiko free sex yang
mereka lakukan dan mereka siap menanggungnya (misal KTD, aborsi, menjadi ODHA)
maka masalah dianggap selesai; sembari membiarkan perilaku seksual mereka yang
jelas-jelas telah melanggar nilai-nilai dan norma agama (halal-haram). Sayangnya
konten pendidikan kespro remaja seperti inilah yang saat ini banyak diberikan
kepada remaja-remaja kita. Alhasil, bukannya semakin berkurang, perilaku seksual
bebas remaja kita semakin menjadi-jadi. Terlebih, sistem hidup bernuansa
kapitalistik yang mengagung-agungkan hedonisme menjadi kondisi yang sangat
kondusif bagi hal tersebut.
Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud memberikan gambaran bagaimana seharusnya
orang tua dan para pendidik memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi
remaja yang benar, agar bisa mewujudkan perilaku seksual remaja yang tidak hanya
sehat dan aman dalam arti yang sesungguhnya, namun juga benar yakni sesuai dengan
pengaturan yang diberikan Allah SWT, dan dapat dipertanggungjawabkan oleh sang
remaja kelak kepada Tuhan yang telah memberinya kenikmatan hidup berikut segala
fasilitasnya termasuk naluri seksual yang dimilikinya.Inilah konsep pendidikan
kesehatan reproduksi yang berbasis pada ajaran Islam.
Membaca Perilaku Seksual Remaja dan Resikonya
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja saat ini, pada usia dini sudah
terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya adalah seks pra nikah.
Dari data-data yang ada menunjukkan:
1. Antara 10 -31% (N=300 di setiap kota) remaja yang belum menikah di 12 kota
besar di Indonesia menyatakan pernah melakukan hubungan seks (YKB,1993).
2. 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan (15-24 tahun)
mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual (Situmorang, 2001)
3. 75 dari 100 remaja yang belum menikah di Lampung dilaporkan sudah pernah
melakukan hubungan seks (studi PKBI, tahun 1997)
4. Di Denpasar Bali, dari 633 pelajar SLTA kelas II, sebanyak 23,4% (155
remaja) mempunyai pengalaman hubungan seks, 27% putra dan 18% putri (Pangkahila,
Wempie, Kompas, 19/09/1996)
Bisa dilihat bahwa aktivitas seksual pra nikah (free sex) ini terjadi tidak hanya
di perkotaan, tetapi juga di daerah-daerah. Bisa dilihat juga adanya pergeseran
nilai mengenai hubungan seksual sebelum nikah. Hal ini utamanya terjadi pada kaum
perempuan. Bila sebelumnya ada anggapan bahwa hubungan seksual hanya dilakukan
jika ada hubungan emosional yang dalam dengan lawan jenis, namun saat kini kondisi
tersebut telah berubah. Yang perlu dicatat juga, bahwa perilaku seksual remaja ini
tidak hanya terbatas pada jenis hubungan seksual sebelum nikah, tetapi perilaku
seksual yang lain, misalnya petting (90% remaja terlibat pada "light" petting, 80%
remaja terlibat pada "heavy" petting); dan masturbasi, menunjukkan frekuensi yang
tinggi pula. Tidak termasuk di dalamnya aktivitas seksual yang menjadi ‘mukadimah’
atau pengantar terjadinya, yakni kissing, necking dan touching yang saat ini
seolah menjadi menu ‘wajib’ kencan para remaja kita.
Itu kalau bagi mereka yang punya ‘pasangan’. Bagi remaja yang ‘jomblo’ alias tidak
punya pasangan, melakukan masturbasi dan onani menjadi pilihannya. Bahkan di
Surabaya hasil polling tim Deteksi Jawa Pos membuktikan kalo’ 62% remaja surabaya
pernah melakukan masturbasi dan onani, bahkan ada yang mengaku melakukannya dua
kali sehari.
Tidak hanya itu, banyak diantara remaja kita yang memiliki jadwal khusus dengan
komunitasnya untuk nonton bareng VCD porno, kemudian pesta seks, menggunakan jasa
PSK (Pekerja Seks Komersial). Alhasil, banyak juga akhirnya diantara mereka yang
harus duduk sebagai ‘pasien’ di klinik-klinik aborsi illegal karena KTD (kehamilan
tak diinginkan), yang harus kehilangan masa remajanya karena harus menjadi orang
tua dini –ketika mereka belum siap-, dan banyak juga yang akhirnya harus berakhir
sebagai orang yang divonis terinfeksi penyakit menular seksual (AIDS, Sifilis,
dsb). Sangat menyedihkan.
Berbagai analisa dilakukan, mengapa perilaku seksual remaja yang menyimpang
tersebut semakin hari semakin meningkat. Salah satu pendapat yang kemudian cukup
mengemuka adalah bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi yang
dimiliki oleh remaja tentang kesehatan reproduksi ataupun perilaku seksual yang
benar.

Pendidikan Kespro Remaja Perspektif Islam


Sebagai ringkasan, berikut adalah paparan singkat tentang apa yang harus disiapkan
dan disampaikan kepada remaja kita agar bisa menjalani kehidupan reproduksinya –
tidak sekedar- dengan sehat, namun juga benar dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada-Nya (pendidikan kespro remaja perspektif Islam)::

1. Orang tua harus memahami karakter remaja dulu sebelum menjadi pihak yang
ingin memberikan pendidikan kespro/seksual ini pada remaja.
Kalau kita amati ternyata ada dua permasalahan utama yang mendominasi kehidupan
remaja berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhannya ini, yaitu dari masalah
yang berkaitan dengan sisi individunya dan dari sisi seksualitasnya.
Dari sisi individunya remaja sedang mengalami krisis identitas atau lebih mudahnya
sedang bingung mencari jati diri, sehingga tidak heran kalau remaja senang mencoba
segala sesuatu yang baru. Umumnya para remaja juga mulai "menarik diri" dari
banyak nilai yang selama ini sudah didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Pada
tahun-tahun "rawan" ini para remaja malah mengambil nilai-nilai dari kelompok
mainnya (peer group) dan budaya pop yang ada disekitar hidupnya. Ia mulai enggan
untuk bergabung dengan acara-acara keluarga dan malah lebih sering bergabung
dengan teman-temannya. Mereka jadi lebih senang membangkang orang tuanya, tetapi
kompak sekali dengan temen se-gank. Kalau orang tua tidak bisa menempatkan diri
pada posisi sebagai teman terpercaya yang siap berbagi empati dengan sang remaja,
namun sekedar mengambil posisi sebagai ’polisi’ yang siap menginterogasi atau
’hakim’ yang siap memvonis, maka bersiaplah untuk menjadi orang tua yang bakal
ditinggalkan oleh anak remaja kita.
Dalam hal seksualitas, remaja sedang mengalami perkembangan baik dari sisi
biologis, fisik, maupun mental. Dari sisi biologis, remaja sedang mengalami
perkembangan kemampuan reproduksi yang dari sisi fisiknya terlihat dengan adanya
pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder, seperti badan menjadi ‘macho’, suara
membesar, mulai tumbuh kumis, dll,kalau pada remaja lelaki, atau mulai
terbentuknya body yang bak gitar spanyol, kulit yang lebih halus, dll, kalau pada
remaja perempuan. Yang ini juga memicu perkembangan mental yaitu meningkatnya
libidonya alias hasrat seksual. Remaja tersebut akan mudah sekali tertarik dengan
lawan jenisnya, yang biasanya lebih ke arah bentuk fisik daripada kepribadiannya.
Ketika perubahan –dari masa anak-anak sebelumnya- ini tidak difahami oleh orang
tua dengan tetap bersikap menafikan keberadaan naluri seksual yang mulai disadari
keberadaannya oleh sang remaja tersebut, dengan mengacuhkannya atau malah
menghindar untuk membicarakannya daripada berusaha memberikan pengarahan tentang
pengaturan pemenuhan naluri seksual tersebut, maka bisa jadi langkah yang diambil
orang tua tersebut hanya akan menjadi langkah yang kontra produktif bagi proses
pendidikan berikutnya.

2. Pahamkan remaja kita pada siapa jati dirinya


Di atas identitas apapun yang sekarang sedang diemban oleh anak remaja kita,
apakah itu sebagai seorang siswa, mahasiswa, anak, kakak, adik ataupun identitas
lain, orang tua haruslah selalu menyadari bahwa anaknya adalah seorang hamba bagi
penciptanya, yang telah memberikan kesempatan hidup berikut seluruh fasilitas
untuk menjalani hidupnya tersebut. Kehidupan anak remaja kita tersebut adalah
hidup yang harus dia pertanggungjawabkan kelak kepada Sang Pemilik Hidup, sehingga
misi yang harus senantiasa dia emban dalam hidupnya adalah bagaimana bisa
menjalani setiap episode hidupnya dengan ’benar’ sesuai dengan tujuan dia
dihidupkan dan sesuai dengan aturan main yang sudah ditentukan oleh Tuhannya.
Sehingga kesadaran inilah yang harus senantiasa ditanamkan oleh orang tua kepada
remajanya , termasuk ketika hendak memenuhi kebutuhan naluri seksualnya, haruslah
dilakukan dengan ’benar’ dan sesuai dengan aturan main yang diberikan oleh
Tuhannya sehingga kelak bisa dia (remaja) pertanggungjawabkan kepada Tuhannya.
Allah berfirman:

”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyaat 56)

3. Jelaskan tentang perkembangan organ reproduksi yang akan/sedang dialaminya,


tanda-tanda sekundernya dan bagaimana menyikapinya
Barangkali selama perjalanan perkembangan masa remaja, tidak ada fenomena yang
sedramatis dan memiliki pengaruh besar sebagaimana perwujudan dari perkembangan
perilaku seksual pada remaja. Pada periode perkembangan seksual, remaja mengalami
dua jenis perkembangan utama, yaitu perkembangan seks primer yang mengarah pada
matangnya organ seksual (ditandai oleh "mimpi basah" atau menstruasi); dan
perkembangan seks sekunder yang mengarah pada perubahan ciri-ciri fisik. (misalnya
timbulnya rambut-rambut pubis, perubahan kulit, otot, dada, suara, dan pinggul).
Kedua perubahan ini menuntut adanya proses penyesuaian/adaptasi, baik bagi remaja
itu sendiri, maupun bagi orang lain di sekitar remaja tersebut. Menjadikan orang
tua sebagai tempat terdekat mereka berbagi keresahan atau kegelisahan menghadapi
masa puber ini adalah hal yang sangat tepat. Tentu hal ini membutuhkan peran orang
tua untuk bisa mengambil posisi tersebut.

4. Pahamkan remaja kita bahwa naluri seksual adalah fitrah


Keberadaan naluri seksual pada manusia (termasuk remaja) adalah hal yang fitrah.
Artinya keberadaannya tidaklah bisa dihapuskan atau dinafikan. Akan tetapi hal itu
tida pula berarti bahwa naluri seksual tersebut harus dibebaslepaskan tanpa
aturan. Sebagaimana
Maka kecenderungan dalam diri manusia (remaja) untuk berkelompok dan bergaul
dengan sesama, dia ingin diakui keberadaannya, suka dengan lawan jenisnya adalah
merupakan suatu yang fitri. Dan Islam memandang bahwa kecenderungan dan kebutuhan
tersebut bukanlah dinafikan/dihilangkan begitu saja, akan tetapi ia boleh
dipenuhi. Hanya saja bagaimana cara pemenuhannya itulah yang kemudian diatur oleh
Islam. Ketika manusia butuh makan, Islam tidak melarangnya untuk makan. Namun
ketika manusia mau makan, mulai dari apa yang dimakan, bagaimana cara mendapatkan
makanan hingga bagaimana cara makan itu ditentukan aturannya oleh Islam. Analog
dengan hal tersebut, maka adanya dorongan manusia untuk bergaul dengan lawan jenis
bukanlah untuk dihilangkan, namun bagaimana pemenuhannya diatur oleh Islam.

5. Pahamkan bagaimana karakter naluri seksual yang dia miliki


Naluri seksual berbeda dengan kebutuhan fisik atau kebutuhan organis seperti
makan, minum, tidur, dan sejenisnya, dimana dorongan pemenuhannya bersifat
internal, disamping tuntutan pemenuhannya bersifat pasti, artinya bila tidak
dipenuhi akan menyebabkan kematian. Sedangkan naluri seksual, seperti halnya
naluri yang lain, dorongan itu muncul dari luar dan tuntutan pemenuhannya tidak
bersifat pasti, dalam artian tidak dipenuhinya naluri tersebut tidak akan
menyebabkan kerusakan atau kematian bagi manusia.
Tuntutan kebutuhan fisik akan terus muncul dan tidak akan hilang sampai
terpenuhinya tuntutan tersebut. Sementara naluri tidak akan bergejolak bila tidak
ada factor pendorong dari luar yang membangkitkannya. Maka bila seseorang
disibukkan dengan suatu pekerjaan/hal yang penting, lenyaplah keinginan untuk
memenuhi nalurinya, sebaliknya jika rangsangan itu senantiasa dimunculkan maka
gejolak itu akan muncul. Bangkitnya/bergejolaknya naluri seksual tersebut akan
mendorong seseorang untuk memenuhinya. Jika ia belum berhasil memenuhinya –selama
naluri tersebut masih terbangkitkan/bergejolak- maka yang timbul adalah
kegelisahan. Baru setelah gejolak naluri tersebut reda, akan hilanglah rasa
gelisah itu. Naluri yang tidak terpenuhi tidak akan sampai mengantarkan manusia
pada kematian; tidak juga mengakibatkan gangguan fisik, jiwa, maupun akal –seperti
yang didakwakan oleh para penganut kebebasan seksual-. Naluri yang tidak terpenuhi
hanya akan mengakibatkan kegelisahan dan kepedihan yang (mungkin) menyakitkan.
Inilah yang menjelaskan mengapa seorang biksu, pendeta atau seseorang yang
membujang dan tidak menikah ataupun melakukan hubungan seksual tidak akan mati
karena membujang/tidak menikahnya. Demikian pula dengan seseorang yang putus
cinta/patah hati, maka hal itu tidak akan membuatnya mati, hanya akan muncul rasa
gelisah atau kepedihan yang menyakitkan. Berbeda halnya jika seseorang yang patah
hati tersebut kemudian meneruskannya dengan mogok makan atau minum (yang merupakan
kebutuhan jasmani), maka dalam jangka waktu tertentu hal itu akan mengantarkannya
pada kebinasaan. Karena pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani bersifat mutlak,
sementara pemenuhan terhadap naluri tidak demikian. Pemenuhan terhadap gejolak
naluri tidak lain merupakan upaya untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman.
Oleh karena itu, pemenuhan naluri seksual sesungguhnya merupakan perkara
yang dapat diatur oleh manusia. Manusia bahkan dapat mengatur kemunculannya.
Manusia juga mampu mencegah munculnya berbagai penampakan/gejala dari naluri ini,
kecuali gejala yang mengarah pada tujuan untuk melestarikan keturunan.

6. Pahamkan cara mengendalikan naluri seksual yang dimilikinya


a. Pencegahan terjadinya pemenuhan yang salah
Dilakukan dengan meminimalisir keberadaan hal-hal yang bisa merangsang
bergejolaknya naluri seksual pada diri manusia, kecuali di dalam kehidupan khusus
(kehidupan pernikahan). Meminimalisir rangsangan ini bisa berarti dua sisi, dari
sisi system yang menaungi individu manusia di dalamnya, harus memastikan tidak
terjadi pengumbaran hal-hal yang bisa merangsang bangkitnya naluri seksual
tersebut di kehidupan umum secara mutlak. Seperti keberadaan VCD porno, majalah
porno, cyberseks, teleseks, tontonan erotis di televise atau di jalan-jalan. Juga
harus dilakukan upaya untuk mengatur interaksi yang terjadi antara laki-laki dan
wanita, dengan sebuah pengaturan yang akan menjaga terjadinya upaya/interaksi yang
‘saling merangsang’ antara laki-laki dan wanita dengan memungkinkan terjadinya
interaksi yang bersifat ta’awun atau kerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan
masing-masing untuk kemaslahatan bersama di tengah-tengah masyarakat. Sementara
dari sisi individu manusianya –sebagai sub system dari system yang menaunginya-
juga harus mencegah dirinya dari melakukan hal-hal yang akan membangkitkan naluri
seksualnya di luar lembaga pernikahan. Dalam hal ini seorang remaja yang
menginginkan mengendalikan gejolak naluri seksualnya maka dia harus menghindarkan
diri dari hal-hal/ fakta yang membangkitkannya seperti kencan dan pacaran (dimana
di dalamnya biasa diumbar berbagai aktivitas saling merangsang pasangan kencannya;
mulai dari gaya berpakaian, cara berbicara, materi pembicaraan, bersepi-sepinya
hingga ungkapan ‘sayang’ lain yang sering menjadi ‘pendahuluan’ terjadinya
perzinahan), nonton atau membaca tontonan-tontonan/bacaan porno, melakukan telesex
dengan pacar, bersama-sama dengan teman se-gank membuat pesta seks, ataupun
sekedar melamun dan berfantasi tentang hal-hal cabul dan merangsang birahi. Semua
hal yang bisa membangkitkan dan membuat naluri seksualnya bergejolak (baik berupa
realita ataukah pemikiran yang dihadirkan tadi) harus betul-betul dia jauhi.
Berikutnya untuk membantu seorang remaja melakukannya, maka remaja tersebut harus
mencurahkan energinya, menyibukkan hari-harinya dan mengaktivkan pemikirannya pada
hal-hal yang positif dan bisa mengalihkannya dari pikiran kosong. Ikut dalam
organisasi siswa intra sekolah, kegiatan kerohanian, kegiatan ekstra kurikuler,
memacu diri untuk selalu berprestasi, aktif dalam kegiatan karang taruna di
masyarakat, olah raga dan berbagai aktivitas semisal bisa menjadi pilihan remaja
menghabiskan waktunya ketimbang hanya kongkow-kongkow di pinggir jalan, ngeceng di
mall, nungguin cowok/cewek lewat untuk digodain, nonton BF, ndugem atau clubbing
di diskotik-diskotik yang memang sarat dengan nuansa ‘rangsangan seksual’,
sementara remaja pada umumnya belum menikah, sehingga seandainya naluri seksualnya
bergejolak maka pemenuhan yang sering terjadi adalah perzinahan atau aktivitas
yang mengantarkan pada terjadinya perzinahan.
Selain itu, Islam menganjurkan bagi seseorang yang belum sanggup menikah dan
berkeinginan mengendalikan gejolak naluri seksualnya, untuk berpuasa. Puasa ini
dilakukan dalam kerangka meningkatkan self controll atau kemampuan mengendalikan
diri (baca: nafsunya) yang dimiliki seseorang karena dorongan ketaqwaan yang
dimilikinya.
”Hai sekalian generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah memiliki kemampuan
(menanggung beban dan tuntutan pernikahan), maka hendaklah menikah. Karena hal itu
lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu,
maka hendaklah berpuasa karena puasa adalah perisai baginya.” (HR. Muttafaq alaih)

b. Pahamkan cara pemenuhan naluri seksual yang benar


Satu-satunya pemenuhan terhadap naluri seksual (hubungan seksual dan juga
aktivitas lain terkait) yang diperbolehkan (dihalalkan) dalam Islam adalah yang
terbingkai/dilakukan dalam sebuah lembaga pernikahan. Yakni aktivitas seksual yang
dilakukan oleh pasangan suami istri. Hal ini mencakup segala segala aktivitas yang
bersifat pribadi dan merupakan interaksi yang bersifat seksual (antara pria dan
wanita), mulai dari sayang-sayangan, mesra-mesraan, rayu-rayuan, bercengkerama dan
ungkapan kasih sayang lainnya. Dan tidak diperbolehkannya model interaksi yang
bersifat demikian ini secara mutlak kalau di luar lembaga pernikahan.
Berkaitan dengan hal ini, sangat dianjurkan oleh Islam bagi seseorang yang sudah
memiliki kemampuan (kesiapan) menikah untuk segera menikah, dan sebaliknya
menjadikan hidup membujang (tabattul) sebagai hal yang tidak dianjurkan (berhukum
makruh). Dan merupakan kewajiban bagi wali dan juga Negara untuk memudahkan proses
pernikahan ini dan bukannya malah mempersulitnya (ketika tidak ada alasan yang
dibenarkan oleh syariat untuk mempersulit pernikahan tersebut)
”Hai sekalian generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah memiliki kemampuan
(menanggung beban dan tuntutan pernikahan), maka hendaklah menikah. Karena hal itu
lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu,
maka hendaklah berpuasa karena puasa adalah perisai baginya.” (HR. Muttafaq alaih)
“Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk menikah akan tetapi tidak melakukannya,
maka tidak termasuk golongan kami.” (HR. Ad Darimiy)
7. Pahamkan bahwa tujuan penciptaan naluri seksual adalah reproduksi bukanlah
rekreasi
Islam memandang bahwa proses reproduksi adalah suatu proses yang penting untuk
menjaga kelangsungan generasi manusia. Lahirnya manusia-manusia baru –yang siap
mengabdi kepada-Nya- ke dunia ini dipandang oleh Islam sebagai sesuatu yang
membanggakan, patut disyukuri sekaligus tercakup di dalamnya amanah (beban hukum
baru) bagi orang-orang di sekitarnya. Hukum-hukum berkaitan dengan kewajiban
memberi nafkah, pengasuhan, persusuan, pendidikan, perwalian dan sejumlah hukum
lainnya senantiasa mengiringi suatu proses reproduksi manusia. Sehingga proses
reproduksi itu sendiri dipandang oleh Islam tidaklah boleh dilakukan sembarangan.
Ada beban tanggung jawab lain yang harus disempurnakan berkaitan dengan lahirnya
manusia baru di muka bumi ini. Tanggung jawab tersebut kelak akan ditanyakan dan
dihisab oleh Dzat Sang Maha Pencipta manusia -dari tidak adanya menjadi ada-, dan
yang menciptakan keberadaan naluri seksual pada manusia sehingga manusia tetap
bisa menjaga kelestarian jenisnya. Islam menetapkan bahwa sebuah proses reproduksi
adalah sebuah interaksi antara laki-laki dan wanita yang haruslah dilakukan dalam
bingkai sebuah pernikahan. Ketika seseorang melakukannya, maka dipandang oleh
Islam telah melakukan ketaatan kepada anjuran Islam yang akan diganjar dengan
pahala dan keridhaan dari Allah SWT. Sebaliknya Islam telah menetapkan bahwa
sebuah proses reproduksi (hubungan seksual) yang dilakukan di luar lembaga
pernikahan adalah sebuah dosa besar yang layak diganjar hukuman yang paling keras.
Dari sini bisa dipahami juga, bahwa Islam tidak pernah meletakkan kenikmatan yang
didapatkan dalam sebuah proses reproduksi (hubungan seksual) -yang dikenal saat
ini sebagai fungsi rekreasi dari hubungan seksual- sebagai tujuan dilakukannya
sebuah hubungan seksual. Islam meletakkan kenikmatan/kelezatan (fungsi rekreasi)
dalam sebuah hubungan seksual adalah satu anugerah/rezeki halal lain yang
diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya ketika hal itu dilakukan dengan
cara yang benar (sesuai dengan aturan-Nya). Sebaliknya, Islam menjadikan segala
upaya mencari kenikmatan (fungsi rekreasi) hubungan seksual di luar cara yang
dibenarkan oleh Islam (apakah itu dilakukan bukan dengan suami/istrinya, atau
dilakukan dengan sesama jenisnya/homoseks, ataukah dilakukan dengan tidak pada
tempatnya/sodomi) sebagai sebuah kemaksiatan, yang hanya akan menimbulkan
ketidaktenangan dan kehinaan bagi kemuliaan hidup manusia.

8. Kenalkan perilaku seksual yang benar


Perilaku seksual yang benar adalah semua perilaku seksual yang sesuai dengan
tuntunan syara’ (hukum Allah). Perilaku seksual yang sesuai dengan tuntunan syara’
haruslah memenuhi beberapa hal berikut ini:

a. Dilakukan dalam lembaga pernikahan


Satu-satunya pemenuhan terhadap naluri seksual apakah itu berupa hubungan seksual
(persetubuhan) ataupun aktivitas lain terkait yang menjadi ’mukaddimah’nya (segala
aktivitas yang bersifat pribadi dan merupakan interaksi yang bersifat seksual
antara pria dan wanita; mulai dari ciuman, usapan, belaian, rayuan, sayang-
sayangan, mesra-mesraan, bercengkerama dan ungkapan kasih sayang lainnya), yang
diperbolehkan (dihalalkan) dalam Islam adalah yang terbingkai/dilakukan dalam
sebuah lembaga pernikahan
Allah berfirman:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS An Nur 30)
Dan tidak diperbolehkan model interaksi yang bersifat demikian ini (seksual)
secara mutlak kalau di luar lembaga pernikahan. Tidak ada seks sebelum pernikahan.
Dan dianggap aktivitas seksual yang dilakukan di luar pernikahan adalah sebuah
kemaksiatan yang berhak dijatuhi hukuman yang setimpal.

Allah SWT berfirman:


Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (QS Al Isra 32)

b. Dengan orientasi seksual (sebagai tempat pemenuhan) yang benar, yakni


dengan lawan jenis
Allah telah menciptakan laki-laki sebagai pasangan dari perempuan, dan sebaliknya,
sebagai pasangan suami-istri yang dengannya manusia akan menemukan kecenderungan
dan ketentraman
Sebaliknya, Islam memandang upaya mencari kepuasan seksual selain dari/kepada
lawan jenisnya (suami/istri) adalah sebuah pelanggaran dan kemaksiatan yang akan
mengantarkan pada adzab Allah di akhirat nanti dan juga kerusakan kehidupan di
dunia ini. Seperti mencari kepuasan seksual dan melakukan aktivitas seksual dengan
sesamanya (homoseks/lesbian), dengan anak kecil (pedofilia), dengan mayat
(nekrofilia), dengan binatang (bestialitas), dengan pantat/badan wanita
berpakaian di tempat umum yang penuh sesak dengan manusia
(froterisme/friksionisme), dan obyek/tempat pemuasan lainnya selain istri/suami
pasangannya.
Allah SWT berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar Rum
21)

Rasulullah SAW bersabda,


”Ada tujuh golongan yang tidak akan dilihat (dengan rahmat) di hari kiamat dan
tidak Dia sucikan. Dia berfirman kepada mereka, ’Masuklah ke neraka bersama
penghuninya yaitu pelaku homoseks, pelaku onani, orang yang menyetubuhi binatang,
bersetubuh dengan wanita di lubang belakangnya, lelaki yang bersetubuh dengan
seorang wanita dan sekaligus anak wanitanya (incest), orang yang berzina dengan
istri tetangganya, dan orang yang menyakiti tetangganya sehingga dia melaknatnya.”
(HR. Ath Thabrani)

c. Dilakukan dengan ma’ruf dan sesuai dengan tuntunan Syara’.


Ketika aktivitas seksual sudah terbingkai dalam sebuah pernikahan dan dilakukan
dengan tempat pemenuhan yang benar (pasangan/lawan jenisnya), maka merupakan suatu
kewajiban bagi suami – istri tersebut untuk juga senantiasa menyandarkan pada
syara’ (hukum Allah) segala aktivitas lain berkaitan dengan kehidupan seksual
mereka. Diantaranya adalah gaya/teknik bersetubuh yang boleh dilakukan. Seorang
suami diperbolehkan ’mendekati’ istrinya dengan cara apapun, dari sisi dan tempat
manapun selama dalam farji (kemaluan wanita; lubang vagina).
Islam, sebaliknya telah mengharamkan bagi seorang suami yang ’mendekati’ istrinya
melalui dubur (lubang belakang). Termasuk cara /teknik mendapatkan kepuasan
seksual yang terlarang di sini (selain sodomi) adalah yang membahayakan diri
sendiri atau pasangan (suami/istri) nya. Seperti dengan melakukan tindakan
kekerasan seperti pada Sado-Masokisme yang hanya akan memperoleh kepuasan ketika
melakukan aktivitas seksualnya dengan melakukan kesadisan/kekerasan atau dengan
menjadi korban kesadisan/kekerasan, atau dengan melakukan hal yang membahayakan
(dharar) lainnya

”Tidak (boleh) menimpakan bahaya pada diri sendiri dan kepada orang lain” (HR.
Ibnu Majah)

Bahwa larangan itu merupakan larangan yang bersifat jazim (tegas dan pasti) yang
melahirkan hukum haram, dipertegas oleh hadits lain. Dari Abu Shirmah Malik bin
Qais Al Anshoriy, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Barang siapa yang membahayakan, maka Allah akan mendatangkan bahaya, dan barang
siapa ysng menyusahkan, maka Allah akan menyusahkan atasnya.” (HR. Abu daud An
Nasa’iy dan Tirmidzi)

9. Kenalkan perilaku seksual yang Salah


Sebaliknya perilaku seksual yang salah/menyimpang adalah semua perilaku seksual
yang melanggar dan tidak sesuai dengan tuntunan syara’ (hukum Allah). Semua
perilaku seksual yang salah ini idak hanya akan mengantarkan kerusakan kehidupan
manusia, lebih lanjut akan menuai kemurkaan dan adzab Allah SWT di akhirat nanti.
Rasulullah SAW bersabda,
”Ada tujuh golongan yang tidak akan dilihat (dengan rahmat) di hari kiamat dan
tidak Dia sucikan. Dia berfirman kepada mereka, ’Masuklah ke neraka bersama
penghuninya yaitu pelaku homoseks, pelaku onani, orang yang menyetubuhi binatang,
bersetubuh dengan wanita di lubang belakangnya, lelaki yang bersetubuh dengan
seorang wanita dan sekaligus anak wanitanya (incest), orang yang berzina dengan
istri tetangganya, dan orang yang menyakiti tetangganya sehingga dia melaknatnya.”
(HR. Ath Thabrani)
Termasuk di dalam perilaku seksual yang salah tersebut diantaranya adalah:
a. sex before married, dilakukan tanpa/diluar lembaga pernikahan
b. Bebas orientasi seksual/tempat pemenuhan, tidak hanya dengan lawan jenisnya,
seperti:
Homoseksual/lesbian: mencari dan mendapatkan pemuasan seksual dari jenis
kelamin yang sama; sesama pria (homo) atau sesama wanita (lesbian)
Fetihisme: mencari dan mendapatkan pemuasan seksual dengan memakai sebuah
benda kepunyaan seks (jenis kelamin) lain, misal pakaian dalamnya, rambutnya,
sepatu, dsb.
Pedofilia: untuk mencapai pemuasan seksual harus memakai obyek seorang anak.
Bestialitas: mencari pemuasan seksual dengan binatang
Nekrofilia: mencari pemuasan seksual dengan mayat
c. Bebas teknik pemuasan, dengan cara sodomi, menggunakan kekerasan, pesta seks
dengan lebih dari satu cewek atau cowok sekaligus, dll
d. Perilaku seksual lainnya yang bertentangan dengan tuntunan syara (Islam),
misal:
Transvetitisme: mencari rangsangan dan pemuasan seksual dengan memakai
pakaian dan berperan sebagai seorang dari jenis kelamin yang berlainan.
koprofilia: didefekasi, mendefekasi partner, atau memakan feses/kotoran
manusia untuk mendapatkan pemuasan seksual
urolagnia: sama dengan koprofilia tetapi menggunakan urine/air kencing
sadisme: untuk mencapai rangsangan dan pemuasan seksual harus dengan
menyakiti (secara fisik dan psikologik) obyek seksualnya.
Masokisme: terangsang dan terpuaskan kalau disakiti oleh obyek seksualnya.
Sado-masokisme: Sadist yang juga menjadi masokist

10. Pahamkan resiko perilaku seksual yang salah/menyimpang


Memahami akibat dari melakukan suatu kesalahan bisa menjadi pelajaran bagi remaja
untuk mencegahnya melakukan kesalahan tersebut. Diantara akibat/resiko melakukan
seks bebas (seks pranikah) yang dilakukan oleh remaja adalah terjadinya kehamilan
yang tidak diharapkan/diinginkan (KTD), dan tertularnya penyakit menular seksual
(PMS) atau terkena infeksi menular seksual (IMS) seperti AIDS, Sifilis, jengger
ayam, dsb.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang
tua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak direncanakan sebelumnya bisa merampas
"kenikmatan" masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh setiap remaja, lelaki
maupun perempuan. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh remaja jika
mengalami KTD:
1. mempertahankan kehamilan atau
2. mengakhiri kehamilan (aborsi).
Semua tindakan tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun sosial.
Mulai dari terbebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui
rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis, menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yang merupakan
masa-masa terbaik dan terindah, terkena stigma/cap buruk karena melahirkan anak
"di luar nikah", ketidaksiapan ekonomi remaja untuk merawat kehamilan, melahirkan
dan membesarkan bayi/anak hingga resiko kehilangan kesempatan untuk punya anak
lagi karena rusaknya organ reproduksi atau bahkan kematian.

11. Kenalkan organ-organ reproduksi pria/wanita, fungsinya dan bagaimana


perawatannya.
Agar seorang remaja –kelak- bisa menjalankan fungsi reproduksinya dengan tepat,
tentu saja dia harus mengenali organ-organ reproduksinya , fungsi yang bakal
dijalankannya dalam proses reproduksi tersebut dan tentu saja hal itu tidak akan
bisa dilakukan kalau organ-organ reproduksi tersebut tidak terawat sejak awal.
Sehingga informasi tentang semua hal ini juga harus diberikan.
Alat reproduksi laki-laki terdapat di bagian luar dan di bagian dalam tubuh. Alat
reproduksi laki-laki bagian luar, dapat dilihat karena berada di bagian permukaan
tubuh yang terdiri dari:
1. Zakar/Penis. Penis mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melakukan sanggama,
untuk mengeluarkan air kencing dan sebagai alat reproduksi ketika mengeluarkan
sperma. Penis akan menegang dan membesar karena terisi darah, bila terangsang
(disebut ereksi).
2. Kepala Zakar/Glans Penis, adalah bagian ujung penis yang mempunyai lubang
untuk menyalurkan air kencing dan sperma. Kepala Penis merupakan bagian yang
sangat sensitif dan bagian yang paling mudah terangsang karena mengandung banyak
pembuluh darah dan syaraf.
3. Kantong Pelir/Skrotum. Kantung Pelir adalah tempat dua biji pelir atau
testis. Terletak di bawah pangkal penis.
Gambar 1. Organ reproduksi laki-laki bagian luar

Alat reproduksi laki-laki bagian dalam, tidak terlihat karena terletak di dalam
tubuh di perut bagian bawah. Terdiri dari:
1. Testis/biji pelir/buah zakar berfungsi memproduksi sel kelamin laki-laki
(sperma) setiap hari dengan bantuan hormon testosteron. Terletak di dalam kantung
zakar. Sperma, adalah sel yang berbentuk seperti berudu berekor. Sperma dapat
membuahi sel telur yang matang dalam tubuh perempuan dan menyebabkan perempuan
tersebut hamil.
2. Saluran Kemih/urethra, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga
saluran air mani yang mengandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur
oleh sebuah katup sehingga tidak bisa keluar secara bersamaan.
3. Epididimis, berfungsi mematangkan sperma yang dihasilkan oleh testis.
Setelah matang, sperma akan masuk dalam saluran sperma. Epididimis berbentuk
saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok.
4. Saluran Sperma/Vas Deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma dari testis
menuju ke prostat. Kelenjar prostat, berfungsi untuk menghasilkan cairan mani yang
ikut mempengaruhi kesuburan sperma.
Gambar 2. Organ reproduksi laki-laki bagian dalam
4

Alat reproduksi perempuan terdapat di bagian luar dan di bagian dalam tubuh. Alat
reproduksi perempuan bagian luar, dapat dilihat karena berada di bagian permukaan
tubuh yang terdiri dari:
1. Bibir Kemaluan (Labia), berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir
besar (labia mayora, 1a) dan bibir kecil (labia minora, 1b). Bibir besar adalah
bagian yang paling luar yang biasanya ditumbuhi bulu. Bibir kecil terletak di
belakang bibir besar dan banyak mengandung syaraf/pembuluh darah.
2. Kelentit (clitoris), berada di bagian atas di antara bibir kemaluan.
Bentuknya seperti kacang. Kelentit mempunyai syaraf yang sangat banyak sehingga
sangat peka terhadap rangsangan. Kelentit bagi perempuan mirip kepala zakar/penis
pada laki-laki.
3. Saluran Kemih, berguna untuk mengeluarkan air kencing, terletak di antara
kelentit dan mulut vagina
4. Vagina/Liang Kemaluan, adalah lubang tempat masuknya penis saat bersanggama.
Vagina juga merupakan jalan keluar darah haid dan bayi yang dilahirkan. Dalam
vagina terdapat mikro organisma yang sangat bermanfaat kalau keseimbangannya tidak
terganggu. Keseimbangannya terganggu bila perempuan terlalu sering mencuci vagina
dengan antiseptik, makan obat antibiotika yang membunuh kuman, atau terlalu sering
berhubungan seks berganti pasangan. Keputihan adalah salah satu akibat dari
terganggunya keseimbangan organisme tersebut dalam vagina.
5. Selaput Dara (Hymen), adalah lapisan tipis yang berada dalam liang kemaluan,
tidak jauh dari mulut vagina. Ada selaput dara yang sangat tipis dan mudah robek
dan ada selaput dara yang kaku dan tidak mudah robek. Selaput dara yang tipis
tidak hanya akan robek karena hubungan seks, tetapi bisa robek karena hal lain
seperti kecelakaan, jatuh, olah raga, dll.
Gambar 2. Organ reproduksi perempuan bagian luar
3

1a

1b

4,5
Alat reproduksi perempuan bagian dalam, tidak terlihat karena berada di bagian
permukaan tubuh yang terdiri dari:
1. Indung Telur (Ovarium), berfungsi mengeluarkan sel telur satu bulan satu
kali. Organ ini ada dalam rongga pinggul, terletak di kiri dan kanan rahim.
2. Saluran Indung Telur (Tuba Faloppi), berfungsi untuk menyalurkan sel telur
setelah keluar dari indung telur (proses ovulasi) dan tempat dimana terjadi
pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma.
3. Saluran vagina, merupakan jalan keluar bagi darah haid, bersifat sangat
lentur sehingga bayi dapat keluar melalui vagina.
4. Leher rahim/Cervix, merupakan penghubung vagina dengan rahim.
5. Rahim (Uterus), berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya
seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar
rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dindingnya terdiri dari lapisan
parametrium, lapisan miometrium dan lapisan endometrium. Otot-otot ini adalah otot
terkuat dari semua otot manusia dan sanggup mendorong bayi menuju jalan lahir.
Gambar 3. Organ reproduksi perempuan bagian dalam

12. Jelaskan terjadinya proses menstruasi, ovulasi (pembuahan), ereksi dan


ejakulasi
Proses menstruasi adalah proses alami yang tidak semua remaja putri mengerti apa
artinya dan apa kaitannya dengan proses ovulasi (pembuahan), dan bagaimana
bersikap yang benar terhadapnya. Termasuk apa yang harus dilakukannya ketika
sedang mengalami haid. Demikian pula, tidak semua remaja laki-laki mengerti apa
itu ereksi, apa makna dan fungsinya serta apa pula ejakulasi itu. Sehingga
seringkali pula, ketidaktahuan tersebut kalau dibiarkan hingga saatnya remaja
tersebut menjalani kehidupan pernikahan dan mulai menjalankan fungsi
reproduksinya, mereka juga tidak mengerti bagaimana seharusnya berperilaku dengan
tepat.
Masa pubertas pada perempuan ditandai dengan adanya haid satu bulan satu kali.
Hormon estrogenlah yang menyebabkan sel telur dalam indung telur matang. Setiap
bulan satu sel telur tersebut dilepaskan. Pelepasan sel telur tersebut disebut
ovulasi yang berasal dari kata ovum artinya telur. Sel telur yang dilepas itu
diraih masuk ke dalam saluran indung telur untuk selanjutnya melakukan perjalanan
menuju rahim.
Apabila dalam perjalanan di saluran indung telur, sel telur tidak bertemu
(dibuahi) dengan sperma yang berasal dari laki-laki, maka sel telur akan sampai di
rahim tanpa dibuahi. Bersama lapisan dinding rahim, sel telur yang tidak dibuahi
akan pecah dan keluar bersama dengan darah yang berasal dari dinding rahim. Sel
telur yang luruh bersama darah itulah yang disebut dengan haid. Masa haid biasanya
berkisar kurang lebih 5-7 hari. Tetapi kisaran lama haid tersebut sangatlah
bervariasi antara satu perempuan dengan perempuan yang lain, meski bisa jadi sama-
sama normal/tidak ada kelainan.

13. Jelaskan terjadinya proses konsepsi (terbentuknya janin), kehamilan dan


kelahiran.
Ada banyak mitos dan persepsi keliru tentang terjadinya konsepsi, kehamilan dan
kelahiran yang dipahami oleh remaja yang mengakibatkan remaja tersebut melakukan
tindakan-tindakan ’salah’ dan membahayakan kehidupan reproduksinya, sementara dia
mengira semua tindakan tersebut adalah ’aman’, boleh atau harus dia lakukan.
Sekitar dua minggu setelah haid, remaja perempuan mengalami masa subur yaitu masa
di mana sel telur yang baru dilepas dari indung telur, masuk ke dalam saluran
indung telur. Sel telur yang sudah matang itu siap dibuahi dan menjadi janin
(calon bayi) bila dibuahi oleh sperma dari laki-laki. Bila pada saat itu penis
laki-laki yang tegang (ereksi) masuk dalam vagina perempuan dan melepaskan sperma
(ejakulasi) di dalam vagina, maka sperma laki-laki dapat masuk sampai ke saluran
indung telur dan membuahi sel telur perempuan. Bila ini terjadi maka perempuan
bisa menjadi hamil. Sel telur yang dibuahi sperma pelan-pelan akan menuju rahim
dan menempel di dinding rahim selama masa kehamilan sembilan bulan.
Karena pada saat pubertas, laki-laki sudah bisa menghamili dan perempuan bisa
dihamili, maka itulah saat-saat remaja untuk lebih hati-hati menggunakan organ-
organ reproduksi. Sekali saja melakukan hubungan seks pada saat remaja perempuan
dalam keadaan masa subur dan tanpa pencegah kehamilan, maka remaja perempuan bisa
hamil.
Asumsi beberapa remaja bahwa melakukan hubungan seksual hanya sekali, Mr P (penis)
yang tidak masuk seluruhnya, Mrs V (vagina) segera dibasuh setelah ‘ML’
(bersetubuh), segera loncat-loncat pasca berhubungan seksual, Segera minum
sebanyak-banyaknya minuman bersoda, dan beberapa asumsi lain yang mereka katakan
tidak akan mungkin menghasilkan kehamilan atau bisa mencegah terjadinya kehamilan
(sementara yang mereka lakukan –dengan berhubungan seksual-memang membuka peluang
bertemunya sel sperma dan sel telur mereka) adalah asumsi-asumsi salah yang
berangkat dari ketidaktahuan remaja akan realitas pembuahan dan kehamilan itu
sendiri.
Kehamilan dan melahirkan pada usia remaja seringkali bisa menyulitkan bahkan
berbahaya karena remaja biasanya belum siap secara fisik (organ belum cukup
matang); sosial (harus cuti/berhenti sekolah, dll); dan secara mental (stress,
konflik, dll)..

Khatimah
Demikianlah, ketika kita ingin merumuskan apa dan bagaimana pendidikan kesehatan
reproduksi kepada remaja, maka hal mendasar yang harus kita pastikan terlebih
dahulu difahami oleh seorang remaja adalah pemahaman tentang siapa jati dirinya
(bahwa hakekatnya dia adalah seorang makhluk/hamba bagi Penciptanya), apa tujuan
hidupnya (bahwa dia diciptakan adalah semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya), dan
bagaimana caranya meraih tujuannya (adalah dengan cara menjalani hidup dalam
seluruh aspeknya dengan syariat-Nya). Pemahaman ini betul-betul ditancapkan kepada
diri seorang remaja hingga menjadi jati diri yang senantiasa lekat pada setiap
langkahnya menjalani kehidupan. Berikutnya, pendidikan yang kita lakukan haruslah
bisa membuat seorang remaja mengenal dan mengetahui bagaimanakah gambaran sistem
aturan hidup (syariat-Nya) yang harus senantiasa dia gunakan untuk mengatur segala
aktivitasnya dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani maupun nalurinya. Dalam hal
ini terutama bagaimana gambaran sistem pergaulan dalam Islam. Pendidikan tersebut
sekaligus harus bisa menjadi pendorong bagi seorang remaja untuk berusaha
mengaplikasikan aturan/hukum-hukum yang sudah dia ketahui tersebut. Dalam hal ini,
pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sebagai sekolah pertama yang bertugas
mengantarkan seorang anak siap menuju taklif haruslah betul-betul disempurnakan,
kalau kita ingin pendidikan ini benar-benar berhasil. Berikutnya, ketika seorang
remaja sudah tahu apa hakekat naluri seksual, bagaimana cara pengendalian dan
pemenuhannya dengan benar, bagaimana perilaku seksual yang benar dan menyimpang,
barulah kita memberikan informasi-informasi lebih detil tentang organ-organ
reproduksi, fungsinya dan beberapa proses/hal-hal lain dalam sebuah proses
reproduksi yang sekiranya mereka butuhkan kelak ketika harus menjaga organ-organ
reproduksinya dan melakukan proses reproduksinya dengan cara yang benar. Sementara
pendidikan dan pembiasaan tentang hygiene pribadi –termasuk bagaimana memelihara
kesehatan dan kebersihan organ-organ intim- sudah mulai dibiasakan seiring dengan
perkembangan kemandirian anak.
Dengan model pendidikan kesehatan reproduksi seperti demikian, maka akan
terwujudlah suatu perilaku seksual remaja yang bertanggung jawab, dalam arti
sebuah perilaku seksual yang bisa dipertanggungjawabkan seorang remaja kepada Sang
Penciptanya dan Sang Pencipta naluri seksual yang ada padanya. Lebih lanjut, akan
tercipta suatu sistem yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
seksual generasi muda kita. Sehingga problematika perilaku seksual remaja seperti
yang saat ini terjadi bisa kita cegah sejak dini..
Wallahu A’lam bish Shawab. []

Bahan bacaan:
1. Abdullah, Muhammad Husain, “Mafahim Islamiyah: Menajamkan Pemahaman Islam”;
penerjemah, M.Romli, Al-Izzah, Bangil, 2002
2. An-Nabhani, Taqiyuddin., “An-Nidham al-ijtima’I fi al-islam/ Sistem
Pergaulan dalam Islam”, penerjemah: M. Nashir, Pustaka Thariqul ‘Izzah, Jakarta,
2001
3. An-Nabhani, Taqiyuddin., “Nidham al Islam”, Hizbut Tahrir
4. Ditjen, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
(PPM & PLP). HIV/AIDS Prevention Project (HAPP)/USAID. “Alat kelamin dan semua
yang perlu kita ketahui tentang Penyakit Menular Seksual. Buku Saku Penjangkau
Masyarakat”.
5. LD-FE-UI & BKKBN (1999). “Baseline Survey of Young Adult Reproductive
Welfare in Indonesia 1998/1999”. Demographic Institute Faculty of Economics-
University of Indonesia (LD-UI) Jakarta, Indonesia.
6. Rosyidah, Faizatul., ”Pendidikan Kesehatan Reproduksi remaja (perspektif
Islam)”, Fia Pustaka, Surabaya, 2006
7. Situmorang, Augustina (April 2001). “Adolescent Reproductive Health and
Premarital Sex in Medan”, Dissertation submitted for the Doctor of Philosophy
Demography Program, Australian University.
8. Submit PMS & AIDS Ditjen PPM&PL.Depkes RI
9. World Health Organization (WHO) (1990), “Abortion. A Tabulation of Available
Data on the Frequency of Modality of Unsafe Abortion”, Document WHO/ MCH/ 90.14,
Maternal and Child Health & Family Planning, Division of Family Health, Geneva
10. Yayasan Kusuma Buana, 1993 dalam Situmorang, 2001. Adolescent Reproductive
Health and Premarital Sex in Medan”, April 2001. Dissertation submitted for the
Doctor of Philosophy Demography Program, Australian University.

Sekilas Tentang Penulis

Faizatul Rosyidah (32 tahun), penulis buku ini adalah seorang dokter alumnus
fakultas kedokteran Universitas Airlangga pada tahun 2001, yang kini sehari-hari
bertugas di Kinik IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selain dikenal sebagai seorang
dokter, Faizah juga dikenal sebagai seorang aktivis dakwah dan penulis sejak masih
di bangku sekolah/kuliah.

Pernah dipercaya menjadi pengasuh tetap “Rubrik Keluarga Sakinah” di Radio Colours
Surabaya, program “Mutiara Subuh” RRI Programa I, pengasuh “Syiar Pagi” Radio El
Victor, “Mitra Religi” Radio Suara Mitra Polda Jatim dan menjadi pengasuh Majelis
Ta’lim Dosen dan karyawati di beberapa kampus di Surabaya, penulis mendapatkan
kesempatan untuk mengasah dan memperluas ilmu serta pemahamannya tentang Islam
sebagai way of life serta problem solver atas segala permasalahan kehidupan,
termasuk di dalamnya tentang rumah tangga dan pendidikan anak.

Buklet yang merupakan ringkasan dari versi asli buku “Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja (Perspektif Islam)” ini, yang ditulisnya pada tahun 2006,
merupakan buku keempat dari lima buku yang ditulisnya sebagai upaya untuk
melakukan counter terhadap pendidikan kesehatan reproduksi/seksual remaja ala
sekulerisme-liberalisme. Sebelumnya, perhatiannya pada kehidupan remaja telah
menggerakkannya untuk menulis beberapa buku berkaitan dengan kehidupan remaja.
Beberapa buku yang sudah ditulisnya: “Islam Ngomongin Narkoba dan Perilaku Seksual
remaja” (2001), “Sobat, Temukanlah Hidupmu” (2002). Ketika menikah di tahun 2002
dengan M. Ali Tamam (35 tahun) penulis sempat membuat satu risalah sederhana yang
dibukukan berjudul “Bingkisan untuk Pernikahan-pernikahan yang Barakah” sebagai
souvenir pernikahannya. Pada tahun 2008, sebagai ungkapan syukur atas karunia
Allah SWT yang telah memberi amanah putra tercinta yang menginjak usia 5 tahun
dituangkannya dalam buku kelimanya: ”5 Tahun Pertama; Teriring Doa dan Harapan
untuk Anakku”

Hingga sekarang penulis tetap aktif sebagai pemerhati dan konsultan masalah anak,
remaja, dan keluarga, di samping melakukan berbagai aktivitas dakwah lain baik
lisan maupun tulisan yang diyakininya sebagai kewajiban yang harus
disempurnakannya. Penulis tinggal bersama suami dan seorang putranya di Sidoarjo.
Kritik dan saran bisa disampaikan melalui Email: faizah.rosyidah@gmail.com, atau
Website: http://www.faizatulrosyidahblog.blogspot.com []

Untuk para remaja


yang ingin hidup lebih baik di jalan-Nya

Untuk para orang tua, pendidik, pengemban dakwah yang ingin mempersiapkan
kehidupan seksual para remaja menuju jalan yang benar

Dan untuk siapa saja yang berkeinginan memperbaiki kualitas generasi muda

Risalah sederhana ini saya persembahkan

PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
(Perspektif Islam)

Penulis:
dr. Faizatul Rosyidah

Cetakan I: 2006
Cetakan II: 2009

Email:
faizah.rosyidah@gmail.com

Website: http://www.faizatulrosyidahblog.blogspot.com

You might also like