Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
1
perkiraan biaya investasi, Studi Kelayakan untuk menilai kelayakan
suatu kegiatan atau program penanganan sampah dari segi teknis,
ekonomis dan layak lingkungan serta Perencanaan Detail yang
mempersiapkan rencana pelaksanaan teknis.
2. TAHAPAN PERENCANAAN
Master Plan
Identifikasi perumusan masalah
Prioritas penanganan
Skenario pengembangan (teknis, institusi dan finansial)
Proyeksi kebutuhan
Usulan program ( jangka pendek, menengah dan jangka
panjang)
Kriteria desain
Studi Kelayakan
Review Skenario pengembangan
Analisis (kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan dan
kelembagaan)
Alternatif terpilih
Rencana pengembangan
2
3. KRITERIA PERENCANAAN
1) Aspek Institusi
Bentuk institusi adalah Perusahaan Daerah kebersihan, Dinas
Kebersihan atau minimal Seksi Kebersihan.
Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas
yang memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas,
wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit,
komponen, antar institusi dan kerjasama antar kota (untuk
kegiatan yang bersifat regional). Tata laksana kerja harus
memperhatikan pengendalian otomatis, tingkat pembebanan yang
merata, pendelegasian wewenang yang proporsional dan
berimbang, birokrasi yang pendek dan penugasan yang jelas /
terukur.
Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik,
jumlah personil 1 : 1000 jiwa yang dilayani
3
dan kualitas pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan
yang tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang tetap dan dapat
dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
Pengolahan sampah dilakukan dengan composting dan daur ulang
yang diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang
ke TPA minimal 10-20 %. Penggunaan incinerator harus
mempertimbangkan aspek lingkungan dan kontinuitas operasional.
Pembuangan akhir sampah di lokasi yang sesuai dengan standar
(SNI No03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA)
dilakukan minimal controlled landfill dengan fasilitas yang terdiri
dari jalan masuk (tipe jalan kelas 1 dengan lebar 6 m), saluran
drainase (keliling TPA, dimensi disesuaikan dengan curah hujan dan
luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga (berfungsi sebagai kantor
pengendali dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA, dilengkapi
dengan kamar mandi / WC), pagar (berupa pagar hidup atau
menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan berdaun rimbun
seperti angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung
tebal 30 cm kali 2 atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan
pengumpul leachate (terletak didasar TPA, pipa berlubang yang
dilindungi gravel), ventilasi gas (pipa berlubang dengan casing
atau beronjong bambu dan dipasang secara bertahap sesuai
ketebalan lapisan sampah, radius pipa gas 50 m), pengolahan
leachate (terdiri dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land
treatment serta kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku
yaitu nilai BOD 30 - 150 ppm), sumur uji (minimal 3 unit, sebelum
lokasi penimbunan, di lokasi penimbunan dan sesudah lokasi
penimbunan), alat berat (buldozer, exavator, wheel / track loader ),
tanah penutup (tebal lapisan tanah penutup 20 - 30 cm dan
penutup akhir 50 cm - 100 cm), sarana pendukung (air bersih,
bengkel untuk perbaikan ringan dll). Masa pakai TPA minimal 5 - 10
tahun.
3) Aspek Pembiayaan
Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang
digunakan dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan,
40 % pengangkutan dan 20 % pembaunangan akhir.
Tarif retribusi dihitung berdasarkan besarnya biya pengelolaan
pertahun (investasi dan O/M), kemampuan subsidi pemerintah
kota/kabupaten, kemampuan masyarakat membayar (willingness
to pay,) subsidi silang, volume sampah setiap sumber atau wajib
retribusi dan prinsip cost recovery. Peninjauan tarif dilaksanakan
setiap 5 tahun.
Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem pengendalian
yang efektif, pembagian wilayah penagihan, target, penagihan
dilaksanakan setelah pelayanan diberikan secara teratur,
menghindari terjadinya kesan double tarif dan struktur tarif
disosialisasikan kepada masyarakat.
4) Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai
pembentukan institusi pengelola, ketentuan penanganan sampah dari
4
sumber sampai TPA termasuk mengenai penanganan sampai medis
dan B3. Peraturan Daerah tersebut harus mempunyai jangka waktu
berlaku yang terbatas, kesiapan terhadap upaya penegakannya
termasuk pemberian insentif dan disinsentif serta mempunyai
keluwesan tetapi tegas (tidak bermakna ganda).
4. PROSES PERENCANAAN
2) Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan
sampah adalah sebagai berikut :
5
Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan,
kepadatan penduduk administrasi, kepadatan penduduk
urban, mata pencaharian, budaya masyarakat dan lain-lain.
Dilengkapi peta kepadatan penduduk
Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan
anggaran kebersihan (3 tahun terakhir), data PDRB atau income
penduduk (Rp/kk/bulan) dan lain-lain
6
Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
persampahan meliputi :
Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota
dalam hal penentuan metode pengumpulan dan pembuangan
akhir sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan rute
pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal
penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan
sampah, demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan
timbulan sampah, pendapatan per kapita dalam hal penentuan
kemampuan masyarakat membayar retribusi, APBD dalam hal
kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan
penentuan tarif retribusi, dan lain-lain.
Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan
rencana pengembangan daerah pelayanan, penentuan lokasi TPA,
rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain.
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu
berkaitan dengan kemungkinan peningkatan institusi pengelola
sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi,
peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang
aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan metode operasi
penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan
tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat
mencapai cost recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap
dapat melaksanakan minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan
peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-
lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti
pendekatan sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat,
analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga diproyeksikan
jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk
proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.
a. Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap
kondisi yang ada dan sedapat mungkin mengacu pada kriteria
perencanaan. Bentuk institusi Perusahaan Daerah dinilai cukup
memadai untuk kota-kota yang memiliki permasalahan
persampahan kompleks. Bentuk institusi lainnya disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku dengan tetap mengacu pada
kriteria perencanaan
7
proyeksi). Pengembangan daerah pelayanan ini dilengkapi
dengan peta (skala 1: 10.000)
Rencana Kebutuhan Sarana / Prasarana, dengan
memperkirakan timbulan sampah dan tipikal daerah pelayanan
serta pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai
TPA terpilih. Sarana / prasarana tersebut meliputi jumlah dan
jenis pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan,
pengangkutan dan pembuangan akhir.
Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi
pewadahan komunal maupun individual (wadah individual
disediakan oleh masyarakat). Disain wadah sedemikian rupa
(higienis, bertutup, tidak permanen, dengan volume
disesuaikan volume sampah yang harus diwadahi untuk periode
pengumpulan tertentu). Contoh disain wadah terlampir.
Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan
(pengumpulan individual langsung / tidak langsung dan
komunal) untuk setiap daerah pelayanan sesuai dengan kriteria
perencanaan. Disain gerobak / becak pengumpul sampah
sedemikian rupa agar mudah mengoperasikannya serta sesuai
dengan budaya masyarakat setempat. Disain / spesifikasi teknis
peralatan tersebut terlampir
Rencana Pemindahan, meliputi rencana lokasi di daerah
pelayanan , daerah layanan, tipikal transfer depo dan gambar
disain / spesifikasi teknis.
Rencana Pengolahan, meliputi jenis pengolahan terpilih
berdasarkan kelayakan dan komposisi/karakteristik sampah.
UDPK (usaha daur ulang dan produksi kompos) skala kawasan
(kapasitas 15 m3/hari) dapat menjadi salah satu pilihan.
Sedangkan pilihan insinerator skala kota diprioritaskan untuk
daerah yang tidak lagi memiliki lahan untuk TPA serta teknologi
yang ramah lingkungan (bebas SOx, NOx, COx dan dioxin) serta
memanfaatkan heat recovery. Pengurangan volume sampah
secara keseluruhan minimal 10 - 20 %.
Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah
(door to door truck dan pengangkutan dari transfer depo ke
TPA), jumlah dan jenis truck. Selain itu juga dilengkapi peta rute
pengangkutan sampah dari hasil time motion study (gambar
dan spesifikasi truck dilampirkan).
Rencana Pembuangan Akhir, meliputi rencana lokasi sesuai
dengan ketentuan teknis (SNI tentang Tata Cara Pemilihan
Lokasi TPA) dengan luas yang dapat menampung sampah untuk
masa 10 tahun dan fasilitas Sanitary Landfill (SLF) dan rencana
pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain fasilitas SLF tersebut
meliputi jalan masuk, drainase, pagar (tanaman hidup berdaun
rimbun, contoh angsana), pos jaga (kantor), zone pembuangan
yang terdiri dari lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul
lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan
lindi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air
bersih, tanah penutup, alat berat (buldozer, landfill compactor,
loader dan exavator) dan bengkel untuk perbaikan ringan.
8
Disain masing2 fasilitas dilengkapi gambar (skala 1 : 500) dan
spesifikasi teknis. Selain itu Disain TPA juga dilengkapi dengan
SOP (standard operation procedure) untuk pembuangan sistem
sel. Pasca TPA disesuaikan dengan rencana peruntukan lahan
dan rekomendasi teknis
9
dan kerja sama dengan swasta dan masyarakat (materi sesuai
kriteria perencanaan)
Perda Ketentuan Umum dan Teknis Penanganan Sampah,
meliputi ketentuan pengaturan penanganan sampah dari
sumber sampai TPA termasuk ketentuan larangan pembakaran
sampah secara terbuka, pembuangan ke bantaran sungai atau
TPA liar. Selain itu juga adanya ketentuan yang jelas mengenai
penyapuan jalan dan pembersihan saluran yang harus
dilaksanakan oleh masyarakat serta ketentuan 3 R (reduksi
sampah) dan metode pembuangan akhir sampah secara SLF
atau CLF serta ketentuan mengenai peruntukan lahan pasca
TPA
Perda Retribusi, meliputi ketentuan struktur tarif dan cara
perhitungan serta metode penarikannya (kerjasama dengan
instansi lain seperti PLN atau masyarakat atau swasta)
Perda Kemitraan, meliputi ketentuan pola kerjasama dengan
swasta
Rencana penerapan perda yang didahului dengan sosialisasi
dan uji coba dikawasan tertentu yang secara perlahan
dikembangkan ke wilayah lain serta mempersiapkan
pelaksanaan law enforcement
5. PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11
8. Syed R. Qasim, Walter Chiang. Sanitary Landfill Leachate. Technomic
Publishing Company, Inc, USA, 1994
12