Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Sebagian besar dari tulisan ini merupakan substansi makalah pada pertemuan berkala
Pengda IM Surabayapadatanggal l6 Juni 2007 dantelah dimuuf Oi vt.Oia Notariat, edisi
!, Juni 2008, yang diedit kembali. Adapun yang merupakan Das Sein adalahkeadaan yang
dihadapi para notaris berkaitan dengan kewenangan pembuatan Keterangan 11ak *aris
(KHW) yang "membingungkan"didasarkan atas perbedaan golongan dan agama.
Pembedaan golongan penduduk tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, yang
antara lain diatur dalam:
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945:
"Segala warga negarabersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada fecualinya";
Pasal 28D ayat (l) Undang-Undang Dasar 1945:
"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum".
Di dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009. salah satu
sasaran pembangunan di bidang hukum adalah Penghapusan Diskiriminasi Dalam
Berbagai Bentuk (Bab 10). Ruang lingkup pembangunan (dibidang hukum) meliputi
oenyempurnaan (membuat sesuatu yang lebih baik), perubahan (agar menjadi lebih
baik
dan modern) mengadakan sesuafu yang sebelumnya belum uOa;'a:tuu peniadaan
sesuatu
yang terdapat dalam sistem lama, karena tidak diperlukan dan tidak
cocok dengan sistem
baru 1' oleh karena itu yang merupakan Das Silten adalah sumbangan pemikiran dari
para notaris Indonesia dalam rangka pembangunan hukum yakni
dengin pembuatan bukti
ahli waris yang u1]form walaupun berlaku huku- *u.i, yang b-erbeda-beda 2 yung
didasari spirit unifikasi hukum dan kesatuan bangsa Oatam rangka penghapusan
pembedaan golongan, suku, ras, etnis, dan agama akan
dikemukakan dal-am tulisan singkat
ini.
3Emest.Renan
, Qu est ce qu une nation?, Pidato Dies Sorbonne, 1882 (diterjemahkan prof.Mr. Sunario, Apakah
bangsa iru ? (ed. C.F.G. Sunaryati Hartono)), Bandung t994,hlm
5l_54.
4G'J' Schohen, Y.
Scholten dan M.H Bregstein (penyusun), verzamelde Geschriften van
wijlen prof. Mr. paul
Scholten, Jilid I, Zwolle 1949,h1m.73.
sPenjelasan Pasal
2 uUKewNI:"Yang dimaksud dengan "orang-orang bangsa Indonesia
asli,,adalah orang Indonesia
yang menjadi Warga Negara indonesia sejak kelahirannya
dan tidak pirnah menerima kewarganegaraan lain atas
kehendaknya".
Dengan berlakunya UUKeWNI yang hanya membedakan antara Warga Negera Indonesia
dan Warga Negara Asing, seyogyanya pembedaan alas golongan penduduk tidak boleh
terjadi. Demikian pula telah dihapuskan diskriminasi dengan mencabut peraturan
administasi staatsblad yang membedakan penduduk berdasarkan suku, ras, etnis, agama
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan (UuAdmKepend).
Undang-undang tersebut mencabut:
Peraturan Pencatatan Sipil untuk akta Kelahiran yang berlaku sebelumnya adalah:
Peraturan Pencatatan Sipil untuk akta-akta Kematian, Pengakuan dan pengesahan anak
dan Perkawinan/Perceraian adalah sama dengan Pencatatan Sipil untuk akta Kelahiran,
ditambah S. I 904 : 27 9 untukperkawinan Campuran.
Berdasarkan Pasal 66 UUPerk dinyatakan bahwa untuk perkawinan dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atis Undang-Undang ini, maka
dengan berlakunya Undang-Undang ini ketentuan-ketentuan yung diatur dalam
"peraturan-peraturan lama" 7 dan peraturan-perafuran lain yang mengatur tentang
perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku.
Untuk sebagian hukum keluarga dan hukum waris yang belurn mendapat pengaturan
dalam undang-undang khusus (UUPerk) maka Kitab Undang-Undang Hukum perdata
(KUHPerd) masih diberlakukan yaitu bagi golongan Eropa dan Timuiating Tionghoa.
Walaupun penggolongan penduduk telah dihapuskan oleh Instruksi presidium Kabinet
tersebut, namun di dalam prakteknya "penggolongan penduduk" untuk bidang hukum
tertentu tidak dapat dihindari.
Instruksi Presidium Kabinet Nomor 3|rullN/l211966 tersebut juga menyatakan, bahwa
penghapusan golongan-golongan penduduk tersebut tidak -m-engurangi berlakunya
TYung dimaksudkan
adalah: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),ordonansi perkawinan
Indonesia Kristen (Huwelijksordonantie Chritt", Indonesi€rs S.1933 No.74), peraturan perkawinan
Campuran
(Regeling op de Gemengde Huwelijken S.lg9g No.l5g).
ketentuan-ketentuan mengenai perkawinan, warisan dan ketentuan-ketentuan hukum
perdata lainnya.
Dengan lain perkataan, dan Pasal 66 UUPerk jo. Instruksi tersebut dapat disimpulkan,
bahwa mengenai sebagian ketentuan hukum perdata di bidang perkawinan (kecuali yang
telah diatur dalam UUPerk), dan warisan masih diberlakukan KUHPerd bagi sebagian
penduduk Indonesia 8.
Pemikiran ke arah unifikasi di bidang hukum waris, telah dimulai sejak 1960 sebagaimana
telah ditetapkan di dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor
IIiI\4PRS/1960 mengenai perlu adanya undang-undang tentang Hukum Waris, namun
sampai saat ini hukum waris nasional yang berlaku untuk seluruh bangsa Indonesia belum
terbentuk. Dalam pengaturan kewarisan masih terjadi pluralisme, yuitu terdapat 3 (tiga)
sistem hukum waris yang berlaku di Indonesia:
- Sistem Hukum Waris Barut;
- Sistem Hukum Waris Adat;
- Sistem Hukum Waris Islam.
Dalam rangka Simposium Hukum Waris Nasional oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN 1989), Ikatan Notaris Indonesia pada waktu itu diwakili oleh R. Soerojo
Wongsowidjojo menyampaikan bahwa di dalam praktek notaris sehari-hari cukup banyak
permasalahan hukum waris yang timbul disebabkan oleh antara lain:
"1. Berbeda-bedanya Hukum waris bagi bangsa Indonesia (pluralisme):
a. adanyaHukum Waris Islam yang berlatcu untuk segolongan penduduk Indonesia;
b. adanya Hukum Waris menurut Hukum Perdata Barat yung berlaku untuk
golongan penduduk yang tunduk pada Hukum perdata Barat;
c. adanya Hukum Adat yang di sana-sini berbeda-beda tergantung pada daerah
masing-masing, yang berlaku bagi orang-orang yang tunduk kJpada Hukum Adat.
SSunarjati Hartono,
Dari Hukum Antar Golongan ke Hukum Antar Adat, pr citra Aditya Bakti, Bandung 1991, hlm
44.
Mcngingat akan sifat peka dari bidang hukum waris yang hubungannya dengan agama dan
kebudayaan, serta agar tidak menimbulkan keresahutr duiu* masyarakat,
usaha dari Badan
]-t* *:-*: wongsowidjojo, Inventarisasi Masalah Hukum Waris Dalam prakrek, Makalah pada
Hukum Waris Nasional, BpHN l9g9,hlm.
Simposium
li2.
l2 R' Subekti, Kaitan Undang-Undang Perkawinan Dengan Penyusunan Hukum
waris, Makalah pada
l3Mochtar Kusumaatmadj4
Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung 1975,
hlm.6.
l4sudatgo Gautama,
Aneka Masalah dalam Praktek Pembaharuan Hukum di Indonesia, pT Citra Aditya Bakti,
Bandmg 1990, hlm 2.
Pasal 111 ayat I huruf c angka 4 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
l6 gpHN-pepartemen Kehakiman, Simposium
Hukum WarisNasional, BpHN, Jakartal9g9,hlm.24l .
l8 Disebut pula dengan istilah Surat Bukti Waris, Keterangan Ahli Waris, Surat Keterangan
Waris.
e?
Pertanahan Negara (PMNA/KBPN) Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahan 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah.. Penjelasan Pasal 42 ayat (1) PP Nomor 2411997 Tentang Pendaftaran Tanah
untuk keperluan peralihan hak atas tanah karena pewarisan menyatakan bahwa:
"Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak
yang bersangkutan meninggal dunia. Dalam arti bahwa sejak itu para ahli waris
menjadi pemegang haknya yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahliwaris
diatur dalam Hukum Perdata yang berlaku bagi pewaris. (...)".
Berdasarkan Pasal lll I
ayat huruf c angka 4 PMNA/I(BPN Nomor 3 Tahun 1997
tersebut yang merupakan petunjuk bagi pendaftaran tanah apabila hendak melakukan
pendaftaran peralihan hak karena warisan, terdapat tiga bentuk dan tiga institusi yang
membuat bukti/surat keterangan waris, yaitu:
"4)- bagi warganegara Indonesia penduduk asli: surat keterangan ahli waris yang
dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan
dikuatkan oleh Kepala Desa/I(elurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada
waktu meninggal dunia;
- bagi wargangara Indonesia keturunan Tionghoa: akta keterangan hak mewaris
dari notaris;
- bagi warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya: surat keterangan
waris dari Balai Harta Peninggalan."
Pembuatan KHW oleh instansi yang berbeda-beda merupakan salah satu konsekuensi
akibat masih berlakunya pluralisme sistem hukum waris dan terdap atnya perbedaan
kebutuhan keperdataan masing-masing "golongan penduduk".
2lwtt.nung Camat diatur dalam ayat(2)yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
sebagian
wewenang bupati atu walikota untuk menangani sebagian urusan oton6mi iaerah;
ayat (3)'Camat menyelenggarakan
tugas umum pemerintah meliputi: mengkoordinasikan kegiatan pemberdayuun rnuryurukat;
mengkoordinasifin upaya
penyelenggara ketentuan dan ketertiban umum; mengooidinasikan pen"rapan
dan penegakkan peraturan
perundangan-undangan; mengkoordinasikan pemelharaan prasarana dan raiititas
p"iuyu,iun umum;
mengkoordinasikan penyel,enggaraan kegiatan pemerintah di tingkat kecamatan; membina penyelenggaraan
pemerintah desa dan /atau kelurahan; melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi
ruang lingkup tugasnya
dan atau 1'ang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa atau kelurahan.
8
(Lurah) 22, sedangkan wewenang Desa diatur Pasal 2A6 danPasal 207 23.
Lurah/tr(epala Desa dan Camat tunduk pada kaidah-kaidah dan berada dalam ruang
lingkup Hukum Administrasi sebagai Badan atau PejabatTata Usaha Negara tidak tepat
jika bukti ahliwaris yang berada dalam ruang lingkup Hukum Perdata harus
disaksikan/diketahui dan dibenarkan serta ditandatangani oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara 24.
Ada kalanya:
- Pengadilan Agama menerbitkan penetapan waris dengan judul Pemisahan dan
Pembagian Warisan Diluar Sengketa (Pasal 236a Herziene Indonesisch Reglement)
sebagaimana juga disebutkan di dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
1990 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama (SEMA 211990), meskipun isinya sama sekali tidak mengatur
Pemisahan Pembagian Warisan Diluar Sengketa, melainkan murni merupakan
penetapan/fatwa wari s.
Adapun SEMA 211990 memberi petunjuk bahwa di dalam perkara antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang kewarisan berkaitan dengan masalah pilihan hukum,
berlaku bagi mereka yang hukum warisnya tunduk pada hukum adat dan/atau hukum
Islam atau tunduk pada hukum perdata barat dan/atau hukum Islam, dimana mereka boleh
memilih hukum adat atau hukum perdata barat yang menjadi wewenang Pengadilan
Negeri atau memilih hukum Islam yang menjadi wewenang pengadilan Agama.
- Mahkamah Agung (MA) menggunakan penafsiran berkenaan dengan ketentuan Pasal 2
ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman 25 yungmengatur bahwa disamping tugas dibidan g contentieuse jurisdictiedapat pula
diberikan tugas lain yaita voluntaire jurisdictie kepada peradilan asal berdasarkan peraturan perundangan. Misalnya,
23w"*en*g Desa diatw Pasal 206: urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengatumnnya
kepada desa; tugas
pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/araupemerintah iabupatenlkotu;
*urun pemerintah lainnya
yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepadi desa; Pasal 207 yalsitugas pembantuan
dari
pemerintah, pemerintah provinsi, dan/ataupemerintah kabupaten/kota kepada
desa Oii=ertai dengan pembiayaan,
sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
9
Pengadilan Negeri berwenang menetapkan pengangkatan wali untuk anak dibawah umur sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 300-301 KUHPerd.
Oleh karena tidak terdapat undang-undang yang secara tegas memberi kewenangan
kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan/fatwa diluar sengketa, maka harus
dianggap bahwa pengadilan negeilagama tidak berwenang untuk menerbitkan
penetapan/fatwa waris diluar sengketa (22-I-1992 No. 0I/PK/AG/I991 yang
membatalkan Penetapan Ahliwaris yang telah diterbitkan oleh Pengadilan Agama
Pandeglang 14-4-1990 (lS Romadhon l4l0 H) No. 13.Ai 1990).
Pasal 14 ayat(l):
"Para ahliwaris atau dalam hal seseorang sesuai dengan pasal 524 BW (Ned)
dengan keputusan pengadilan dinyatakan diduga meninggal, yang diduga ahliwaris
daripadanya, yang mempunyai suatu hak terdaftar dalam buku-buku besar
utang-utang nasional, harus membuktikan hak mereka dengan suatu keterangan hak
waris setelah kematian atau diduga meninggalnyapewaris dibuktikan" 26;
27"Indi,n de na.aenschaP hier te lande is opengevallen zal de verklaring van erfrecht worden afgelegd door eenen
notaris. de ,-;o r ii: verHaring op te maken akte zal in originals worden uitgegeven,,.
llf- TIrq Ki'e- Studi )iotariar dan Serba-Serbi Praktek Notaris, P.T. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 1994,h1m
361"
10
pendapat dari Ting Swan Tiong 2e dan Oe Siang Djie 30.. Akibatnya di dalam praktek
ditemukan bermacam-macam bentuk KHW.
Bagi warganegara Indonesia keturunan Tionghoa bentuk KHW selama ini dibuat dalam
bentuk suatu keterangan di bawah tangan yang dibuat oleh notaris, namun ada sejumlah
notaris membuat dalam bentuk minuta dari keterangan yang diberikan oleh para saksi
sedangkan KHW dalam bentuk keterangan dibawah tangan yang dibuat notaris. Bentuk
surat keterangan sedemikian tidak masuk dalam golongan akta otentik menurut ketentuan
Pasal 1868 KUHPerd dimana akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan
pejabat yang berwenang untuk itu dalam bentuk yang ditetapkan oleh Undang-Undang
dan dalam wilayah kewenangannya. Lagipula kekuatan pembuktiannya tetap sebagai akta
di bawah tangan.
Adapula notaris yang membuat KHW dengan minuta yang isinya adalahketerangan yang
diberikan oleh saksi dan kesimpulan berupa siapa ahli waris dan bagian **irnyu
diberikan oleh notaris dengan alasan untuk memudahkan pemegang protokol untuk
membuat salinan jika di kemudian hari adayangmemintanya 31.
11
pembuatan KHW oleh notaris. Pembuatan KHW didasarkan pada Pasal 14 ayat I dan ayat
3 Grootboeken der Nationale Schuld sebagaimana disebutkan di atas.
Dengan berlakunya Notariswet 1999 tersebut, disebutkan di dalam Pasal 2 ayat (l)
mengenai kewenangan notaris pada umumnya yang sama dengan kewenangan notaris di
Indonesia sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 15 ayat I Undang Undang Republik
Indonesia nomor 30 Tahun 20a4 &ntang labatanNotaris (uuJN):
Pasal 2 ayat (l):
"(Mengemban) jabatan notaris berarti memiliki kewenangan untuk pembuatan akta
otentik dalam hal undang-undang memerintahkan hal itu kepadanya atau
sebagaimana dihendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam
akta otentik, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain sebagaimana diperintahkan
undang-undang (Het ambt van notaris houdt de bevoegdheid in om authentieke
akten te verliiden in de gevallen waarin de wet dit aan hem opdraagt of een partij
zulks van hem verlangt en andere in de wet aan hem opgedrigen werkzaamheden
te verrichten)".
Den-san kata lain. khusus untuk pembuatan KHW para notaris di Nederland dengan
mendasarkan pada Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 47 Notariswet 1999 disamping dibuat dalam
A4
l/
bentuk akta otentik dapat pula dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan yang dianggap
sebagai mempunyai kekuatan pembuktian suatu akta otentik.
Pada waktu pembentukan Notariswet sempat dibicarakan apakah tidak sebaiknya KHW
dibuat dalam bentuk minuta (saja) yang mempunyai kekuatan otentik 3a.Haltersebut oleh
L'C.A Verstappen dipertanyakan pula mengapa tidak sejak dulu membuat KHW dalam
bentuk otentik sehingga memiliki kekuatan pembuktian menurut Notariswet seperti
sekarang 35 . Dimaksudkan disini, tidak perlu adanya bentuk di bawah tangan yang
dianggap sebagai mempunyai kekuatan pembuktian suatu akta otentik.
KHW dalam bentuk dibawah tangan tidak mempunyai titel eksekutorial walaupun KHW
dengan bentuk "baru" dipersamakan kekuatan pembuktian dengan akta otentik 36.
34P'Blokland, Teksten
en toelichting op de wet op het Notarisambt, Koninklijke vermande
.Lelystad 1999, hlm. 63
35l.C'A.V.rstappen- De $onderbaarlijke
kracht van de verklaring van erfrecht, WPNR sg. lll9g0,hlm.522.
t!" o." verHaring ran erfrechr hoefl immers geen verrichtingen of waarnemingen van de notaris bevalen, anders
dan
dat de notaris daarin heef verkloard, zoals iit ttuk tnhoudt. yoir wat betreft
de in de onderhavige verklaringen
vem'afte-feitelijke gev'ogtrekkingen en rechtskundige oordelen van
de notaris is de hier bedoeldi bewijskraiht
eyemcel niet van belang,
L/
Indonesia adalah bukan pada tempatnya jika diuraikan di dalam tulisan ini 37.
Para notaris selama ini telah mendasarkan kewenangan pembuatan KHW diantaranya
pada PMNA/I(BPN Nomor 3 Tahun 1997 dalam Pasal lll
ayat huruf c angka 4 I
Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 2411997 jo. PP Nomor 2411997 Tentang
Pendaftaran Tanah sebagaimana telah disebutkan di atas.
Keputusan Menteri adalah salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang setingkat
lebih rendah dari Keputusan Presiden. Kewenangan Menteri untuk membentuk suatu
Keputusan Menteri bersumber dari Pasal 17 UUD 1945, di mana Menteri Negara adalah
pembantu Presiden yang menangani bidang-bidang tugas yang diberikan kepadanya.
Menteri-menteri yang dapat membentuk suatu Keputusan Menteri adalahMenteri-menteri
yang memegang suatu departemen, sedangkan Menteri Koodinator dan Menteri Negara
hanya dapat membentuk suatu Keputusan yang berlaku secara intern. dalam arti keputusan
yang tidak mengikat umum 38-
PMNA/BPN nomor 3 Tahun 1997 tersebut tergolong pada keputusan yang berlaku secara
intem dan tidak mengikat umum dan pada dasarnya, merupakan petunjuk bagi pend aftann
tanah apabila hendak melakukan pendaftaran peralihan hak karenu *uiirun.
Menurut Bagir Manan dan Kuntara Magnar, pengertian perundang-undangan adalah setiap
putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembugu dun atau pejabat
negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang
berlaku 40.. Oleh karena itu, Peraturan Menteri Negara Agraria teisebut tidak duput
memberi wewenang kepada notaris sebagai dasar pembuatan KHW sebagaimana
dimaksud Pasal 15 ayat (3) UUJN yaitu sebagaimana yang dimaksud bahwa "Selain
3TDapatdibaca uraian
mengenai politik hulium, kesadaran hukum dan filsafat hukum tersebut dalam Herlien
Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum Perjanjian
Berlandaskan Asas-Asas Wigati
Indonesia, PT.Citra Aditya Bakri. 2006.
4oBa-sr }fanan
'lan Kuntara Magnar, Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam pembianaan Hukum Nasional,
Armico- Bandung 1987, hlm. 13.
14
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2), Notaris mempunyai
kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan", mengingat Peraturan
Menteri Negara Agraria tersebut hanya berlaku intern dan tidak mengikat umum.
" Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,
dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse,
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang".
Bentuk KHW dibawah tangan yang dibuatkan oleh notaris adalah bukan bentuk yang
diatur di dalam Pasal 15 ayat I UUJN. Kelemahan atas bentuk KHW dibawah tangan
diantaranya jika ada kesalahan atas isi KHW tidak mungkin dicabut kembali oleh Notaris
yang telah membuatnya sendiri 4t .. KHW yang dibuat dalam bentuk otentik atas
pernyataan para pihak, jika ada kesalahan keterangan yang diberikan adalah merupakan
tanggung jawab para pihak sendiri. Lagipula bentuk KHW dibawah tangan tidak
mempunyai nilai pembuktian sebagaimana halnya dengan kekuatan pembuktian akta
otentik.
Atas dasar Pasal 15 ayat I notaris benvenang untuk membuat KHW dalam bentuk akta
otentik tidak saja untuk "mereka yang tunduk pada KUHPerd" namun juga bagi seluruh
bangsa Indonesia. Pembagian warisnya sebelum adanya unifikasi hukum waris dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku bagi "golongan penduduk" pewaris. Bentuk akta
otentik yang mana yang paling sesuai dengan IIUJN sebagai ruutu penemuan hukum
dapat dikaji bersama. Terlampir sebuah contoh (kerangka dasar) akta Keterangan Ahli
waris dalam bentuk otentik bagi seluruh bangsa Indonesia,
Den ifikasi dan
Sebagai perbandingan, sebuah contoh KHw yang dibuat oleh notaris di Nederland
dalam
bentuk akta otentik yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. perlu diketahui
bahwa di Nederland akta notaris tidak memakai nomor akta lagipula tidak dihadiri
saksi-saksi, kecuali dalam hal pembuatan wasiat, pencabutan surat wasiat, penyimpanan
dan pemgembalian rvasiat atau dalam hal notaris menganggap perlu akan kehadirun puru
saksi (Pasal 39 a1'at (2) Notariswet 1999)
t
] ffuuit {djie- Sanksi Perdata dan Adminishatif terhadap Notaris sebagai pejabat publik, pT Refika Aditama,
Bardung l0{rt.6-{8-
lt
Kesimpulan:
l. Masih adanya pluralisme sistem hukum waris, yaitu terdapat 3 (tiga) sistem hukum
waris yang berlaku: Sistem Hukum Waris Barat; Sistem Hukum Waris Adat; Sistem
Hukum Waris Islam.
2. Pembuatan Keterangan Hak Waris oleh instansi yang berbeda-beda merupakan salah
satu konsekuensi akibat masih berlakunya pluralisme sistern hukum waris dan terdap atnya
perbedaan kebufuhan keperdataan masing-masing "golongan penduduk".
3. Tidak lengkapnya pengaturan instansi mana yang diberi wewenang untuk rnembuat
ketetapanlketerangan hak waris.
4. Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006
Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang hanya membedakan antara Warga
Negera Indonesia dan Warga Negara Asing. seyogyanya pembedaan atas golongin
penduduk tidak boleh terjadi. Demikian pula telah dihapuskan diskriminasi dengan
mencabut peraturan administasi staatsblad yang membedakan penduduk berdat*kun
suku, ras, etnis, agama berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan.
5. Pembuatan keterangan waris dalam bentuk di bawah tangan tidak mempunyai dasar
dalam undang-undang di Indonesia baik berdasarkan pJN maupun uuJN.
6.-Jenis akta yang merupakan wewenang notaris adalah akta pihak
Qtartij) yang dibuat
dihadapan notaris dan akta berita aeara (relaas) yang dibuat oGn notaris dengan
syarat-syarat untuk kedua jenis akta tersebut telah ditentukan di dalam pasal 38 UUJN.
7. Dalam rangka menuju unifikasi untuk menyatukan pendapat mengenai bentuk dan
wewenang notaris dalam pembuatan bukti sebagai ahli waris untuk seluruh bangsa
Indonesia diusulkan akta Keterangan Ahli Waris daiam bentuk akta Notaris.
-0-
t-
Lampiran
Contoh Kerangan Ahli Waris
42sesuaikan
penyebutan "Kantor Catatan Sipil", ada kalanya "Kepala Dinas Kependudukan,,, ,,Kepala
le18an Suku
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil" dsb
17
tindakan pengurusan maupun tindakan pemilikan atas segala sesuafu dalam har:ta
peninggalan "Pewaris".
DEMIKIAN AKTA INI:
Dst
1B
Terjematran KHW yang dibuat oleh notaris di Nederland
a
Pada tanggal dua puluh empat Maret dual ribu enam di Bandung (Indonesia)
telah meninggal Tuan A, selanjutnya disebut "pewaris".
a
Pewaris mempunyai kewarganegaraan Nederland.
o
Pewaris dilahirkan di.,.. padatanggal ...
a
Alamat terakhir pewaris adalah Kabupaten Bandung, Kecamatan ... , Desa
.... , Indonesia.
o pewaris telah menikah denganharta campur dengan Nyonya
B lahir di ....
yang untuk kedua orang ini merupakan pernikahan mereka satu-satunya.
Pemikahan tersebut berakhir karena meninggalnya istri di tahun .... .
' Sewaktu meninggal status pewaris adalah tidak menikah dan tidak tercatat
sebagai teman hidup.
Dari pernikahan A-B telah lahir empat orang anak yang kini rnasih hidup,
yaitu:
1. Tuan c lahir di Bandung (Indonesia) pada tanggal ,... , tinggal di ... menikah,
2. Nyonya D lahir di Jakarta (Indonesia) pada tanggal ....
,tinggal di ... menikah,
3. Tuan E lahir di .... padatanggdl .... ,tinggal di .... tidak menikah,
4: Tuan F lahir di .... pada tangg?1.... ,tinggal di .... tidak menikah.
Pewaris tidak meninggalkan orang-orang lain yang berhak atas harta pen-
inggalannya.
Peraturan wasiat
Terakhir pewaris mengafur harta peninggalanhya dengan surat wasiat tertanggal .... yang
dibuat di hadapan Notaris .... di Bandung (Indonesia), dan dalam surat wasiat tersebut
pewaris:
' menunjuk sebagai para ahli waris satu-satunya anak-anaknya yang disebut di
butir 2 dan butir 3;
' menunjuk anak laki-lakinya yang disebut di butir 3 sebagai pelaksana wasiat
atas harta peninggalannya.
L
Menurut hak waris ini, dengan syarat mereka menuntut diberlakukannya hak waris yang
sah, maka para ahli waris dari pewaris yang disebut di butir-butir 2 dan 3 masing-masing
berhak atas lima per enam belas (5116) bagian dan anak-anak yang disebut di butir-butir I
dan4 masing-masing berhak atas tiga per enam belas (3/16) bagian.
Tuntutan legal
Tuan C dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri, mengadakan tuntutan
atas bagian yang legal dan bersama-sama dengan saudara perempuannya, Nyonya D
sebagai pengurus bersama atas harta benda Tuan F tersebut di atas, mengadakan tuntutan
atas bagian yanglegal dari F.
DEMIKIANLAH.AKTA ini dibuat sebagai minuta dan ditandatangani oleh saya, notaris
di Veghel pada tanggal yang disebut diawal akta ini.
(kemudian terdapat tanda tangan notaris)
SEBAGAI SALINAN.
(stempel,, tanda tangan)
Telah dilihat untuk mengesahkan tanda tangan dari Mr. .... notaris, bertempat
tinggal di
Veehel- Nederland, oleh saya, Ketua Pengadilan Negeri di 's-Hertogenbosch,
Nederland,
pada hari ini, tanggal .....
(tanda tangan)
2A