You are on page 1of 38

40 tahun penambangan pasir ilegal dibiarkan pemerintah. Lingkungan rusak, banyak nyawa melayang.

M Soleh, 30-an, menggerak-gerakkan stik di tangannya ke kanan ke kiri. Dia berdiri di atas rakit, mengendalikan mesin penyedot pasir yang bunyinya meraung-raung. Senin (7/6) itu, ia mencari endapan pasir, di kedalaman 4 meter, yang masih bisa disedot.

Stik yang ia pegang berupa tongkat kayu yang dikaitkan pada pipa. Seperti belalai gajah, pipa itu menyedot tanpa ampun apapun yang ada di depannya. Butuh keahlian khusus untuk mengendalikan stik tersebut. Mulut pipa harus benar-benar mengarah ke endapan pasir. Jika tidak, bisa-bisa cuma dapat lumpur dan air.

Kalau sedang tak bagus, yang kami dapat hanya air, katanya.

Soleh hanyalah buruh di penambangan pasir itu. Ia bertugas sebagai penjaga mesin. Tugasnya bukan hanya menghidupkan atau mematikan mesin, tapi harus pandai-pandai mencari pasir di kedalaman 2 hingga 5 meter dari permukaan air. Pekerjaan itu sudah dilakoninya sepanjang empat tahun.

Bersama Soleh ada dua orang lainnya. Tugasnya menjaga bak. Pasir yang disedot dialirkan melalui pipa sepanjang kira-kira 100 meter ke bak penampungan. Dua orang itulah yang bertugas menjaga bak agar pasir yang tersedot tak mengalir lagi ke kubangan. Selain mereka ada juga tukang sekop. Tugasnya mengangkut pasir ke dalam truk.

Mereka bekerja di lahan milik H Anas Jarek, 50, warga Kampung Panglong, Batubesar, Nongsa. Lahan itu awalnya dikeruk dengan alat berat. Namun lamalama kerukan makin dalam. Air tanah muncrat, menggenangi kawasan pertambangan. Kini bentuknya menyerupai danau, seluas kira-kira 4 hektare.

Di Kampung Panglong itu H Anas tak sendiri. Ada 73 titik penambangan pasir di kawasan itu. Tim Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam, yang melakukan survei bulan lalu, menemukan ada 64 pelaku usaha

penambangan pasir di 73 titik tersebut. Luas penambangan 83 hektare. Semuanya tak berizin.

Penambangan tak lagi menggunakan sekop atau alat berat. Namun menggunakan mesin penyedot pasir. Dengan pipa berbelalai, mesin itu menyedot hingga ke kedalaman 5 meter. Setiap hari para penambang pasir mengeruk 800 meterkubik pasir. Jika dihitung, setiap bulan Kota Batam kehilangan lahan seluas lapangan sepak bola.

Kampung Panglong termasuk yang paling parah kondisinya. Lahan yang dulunya berupa kebun yang ditumbuhi kelapa dan karet berubah jadi danau. Pertambangan tak hanya dilakukan di pinggir kampung, tapi juga di tengahtengah perkampungan.

Kampung Panglong dikeruk mulai tahun 1970-an. Mulanya lahan yang dikeruk hanya di dua titik. Namun lama-lama makin luas, merembet ke kampung sekitarnya. Kawasan Kampung Jabi ataupun di Teluk Mata Ikan, juga menjadi tempat penambangan pasir. Semuanya di kawasan Nongsa.

Hampir semua kebutuhan pasir di Batam dipasok dari tempat ini. Pembangunan perumahan maupun jalan raya dan jembatan di Batam pasirnya berasal dari Nongsa. Padahal semua penambangan itu tak memiliki izin. Pemko Batam maupun Otorita Batam tak melegalkan penambangan karena dalam Rancangan Tata Ruang dan Wilayah Batam tak ada kawasan penambangan.

Pasir Nongsa sangat cocok untuk pengecoran dan memasang bata merah. Sejumlah perusahaan galangan kapal juga menggunakan pasir di kawasan itu untuk keperluan sand blasting. Namun banyak penambang lebih suka menjual langsung pasir yang dikeruk tanpa proses pengayakan dan pengeringan seperti jika pasir itu digunakan untuk keperluan galangan kapal.

Pelaku usaha penambangan pasir sebagian besar bukan pemilik lahan. Mereka hanya menyewa lahan dengan memberi kompensasi pada pemiliknya. Sebagian lainnya pemilik sekaligus pelaku usaha.

Penambangan makin menjadi-jadi seiring dengan cepatnya pembangunan di Batam. Survei tim Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam menemukan, penambangan tak hanya dilakukan di lahan-lahan milik

penduduk. Namun sudah merambah ke pinggir pantai. Beberapa di antaranya merusak kawasan bakau.

Rawa-rawa di kawasan Nongsa juga tak luput dari pengerukan. Habitat buaya yang dulunya biasa terlihat di Nongsa, kini sudah tak ada lagi. Pencari kepiting juga makin kesulitan karena bakau banyak yang ditebang.

Setelah hampir 40 tahun dikeruk, luas daratan Kampung Panglong makin mengecil. Lahan yang dikeruk pasirnya saya perkirakan lebih luas dibandingkan Kampung Panglong itu sendiri, kata Lurah Batubesar, Harsyim.

Selain merusak lingkungan, kata Harsyim, penambangan pasir juga membahayakan penduduk. Danau-danau bekas galian yang bertebaran di seantero kampung bak kuburan bagi warga sekitar. Banyak anak-anak yang tewas tenggelam, ungkap Harsyim. Juga tak pernah ada kontribusi apapun dari pengusaha pasir itu kepada penduduk sekitar, ia menambahkan.

Namun Harsyim mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Selain karena penambangan pasir lebih banyak dilakukan di lahan milik warga, Pemko Batam juga tak pernah tegas menindak penambangan liar tersebut. Kalau tak ada perintah dari atas, saya tak enak ikut campur, ujarnya.

Menurut Ketua RW XI Batubesar, Ligiono, para pekerja di penambangan pasir tersebut rata-rata bukan warga Kampung Panglong. Sebagian besar didatangkan dari luar Batam. Kampung Panglong sendiri ditempati 350 kepala keluarga. Selain pemilik lahan, warga kami di sini tak kerja pasir. Mereka kerja lain, tuturnya.

Kalau memang Pemko Batam berencana menutup penambangan pasir di Kampung Panglong dan kawasan Nongsa lainnya, kata Ligiono, warga pasti menyambut baik. Kalau benar mau tutup, kami senang, katanya.

***

H Anas Jarek, 50, tak pernah berpikir bakal jadi pengusaha pasir. Semasa mudanya ia pelaut. Ia biasa berlayar berbulan-bulan di tengah lautan. Hampir

semua kawasan di Asia pernah disinggahinya. Vietnam, Singapura, Thailand, Jepang, dan Filipina hanyalah beberapa negara di Asia yang pernah ia datangi.

Setiap kali singgah di sebuah negara ia punya hobi jalan-jalan. Dengan taksi ia meluncur keliling kota. Saya tak suka main wanita. Hobi saya jalan-jalan saja, tuturnya.

Anas berhenti berlayar sejak ayahnya sakit-sakitan dan meninggal. Ia memilih mengelola lahan ayahnya bersama saudara-saudaranya. Saat itu lahan tersebut disewakan kepada pengusaha pasir. Dari penyewaan lahan itulah mereka menyandarkan hidup.

Karena saya sudah tua, tak bisa berlayar lagi maka lahan tersebut kami kelola sendiri, katanya.

Anas memang tak lagi gesit. Badannya tambun. Berkaca mata minus, Senin itu ia mengenakan topi bertuliskan Nasional Demokrat. Tak seperti pemilik lahan lain yang irit bicara, Anas orangnya terbuka. Terserah pemerintah mau diapakan penambangan pasir di sini, katanya.

Lahan keluarga Anas sudah dikeruk sejak tahun 1973 atau bersamaan dengan pembangunan Batam. Ada pengusaha di kawasan Nagoya, pusat bisnis Batam, yang menawari untuk mengeruk pasir di lahan ayahnya. Dengan iming-iming mendapatkan kompensasi dari setiap pasir yang dikeruk, keluarganya mengizinkannya.

Namun sejak tahun 2005, Anas menambang sendiri lahan milik keluarganya. Ia pernah menggunakan alat berat, kemudian beralih menggunakan mesin penyedot. Modalnya kira-kira Rp20 juta. Modal tersebut untuk membeli dua mesin penyedot dan pipa.

Ia mempekerjakan seorang penjaga mesin dan dua penjaga bak. Selain itu, ia juga mempekerjakan para penyekop. Para penyekop ini jumlahnya tak pasti, tergantung hasil penyedotan pasir di hari itu.

Anas menyedot pasir di lahan empat hektare. Ia mengaku membatasi lahan penambangan pasir itu agar tak merambat ke rumah-rumah di sekitarnya. Dulu, ia pernah mengorbankan satu rumahnya, yang digunakan sebagai tempat tinggal pekerja, untuk dijadikan penambangan pasir.

Dalam sehari, ia bisa menjual lima atau enam truk pasir. Tapi pernah juga tak mendapatkan pasir sama sekali. Tergantung nasib. Cari pasir sudah susah, mesin kadang cuma nyedot air sama lumpur, katanya.

Satu truk pasir biasanya dihargai Rp200 ribu hingga Rp250 ribu. Setelah dikurangi ongkos penjaga mesin, penjaga bak dan tukang sekop, Anas biasanya mendapatkan uang Rp30 ribu per lori. Nambang pasir sekarang tak akan bisa kaya, katanya.

Anas mengaku sudah lama mendengar rencana Pemko Batam hendak menutup penambangan pasir di Batam. Namun rencana itu tak pernah terealisasi. Tahun ini rencana itu kini digembor-gemborkan lagi. Mau ditutup atau tidak, terserah. Kan mereka yang punya kuasa. Kalau mau ditutup, harus ditutup semua. Jangan pilih kasih, katanya.

Namun sebelum ditutup, kata Anas, Pemko Batam harus memikirkan nasib ribuan orang yang hidupnya bergantung pada penambangan pasir di Batam. Tukang sekop saja jumlahnya ribuan, tuturnya.

Tanpa ada solusi, kata Anas, penambangan pasir di Nongsa tak akan pernah berhenti. Pasalnya, hampir semua kebutuhan pasir dipasok dari tempat itu. Dulu pernah berhenti selama dua bulan, tapi malah para kontraktor dan developer yang pusing tak dapat pasir, ujarnya.

Jika Pemko Batam mendatangkan pasir dari luar Batam, kata Anas, juga harus dipikirkan pelaku usaha seperti dirinya. Saya pengusaha kecil, jual pasir karena punya lahan. Kalau mendatangkan pasir dari luar, mana punya modal, ujarnya. *** ---BATAM, METRO: Dampak penambangan pasir darat dan pemangkasan bukit atau cut and fill mulai dirasakan warga. Pemko Batam pun mempertanyakan perizinan para penambang itu, sehingga mengagendakan akan menggelar pertemukan dengan para penambang.

Hari Selasa depan kita akan panggil semua pengusaha tambang, kita akan tegas masalah pertambangan ini, kata Rudi SE, Wakil Walikota (Wawako) kepada POSMETRO, Minggu (7/4) pagi. Dikatakannya, pihaknya kerap dikomplain warga akibat dampak negatif pertambangan seperti yang terjadi di Mukakuning, tepatnya di depan Rusunawa. Setiap hujan datang, jalanan di daerah itu selalu terjadi tergenang air. Belum lagi masalah banjir lainnya. Saya sudah pelajari selama ini, faktor penyebab utama terjadinya banjir akibat jangka panjang dari suatu pembangunan. Dan adanya cut and fill lahan termasuk salah satu penyebab utama terjadinya banjir, katanya. Selain itu, ia berharap warga juga harus peduli pada lingkungan sekitar, terutama kelancaran saluran drainase. Gotong royong warga juga bisa mencegah banjir, karena jika drainase lancar maka kemungkinan banjir juga berkurang, paparnya. Untuk pengusaha yang melakukan cut and fill, ia menegaskan, jangan hanya memperhitungkan nilai keuntungan bisnis saja, tapi dampak lingkungan yang ada juga harus diperhatikan. Saya tidak menyalahkan pihak manapun, hanya saja untuk perizinan cut and fill akan kami kaji lagi. Apakah ada izin Amdal dari Pemko Batam atau tidak. Kedepannya akan diperketat masalah izin Amdal dan izin lingkungannya, tegasnya. Ia juga berjanji membereskan masalah banjir yang saat ini sudah meresahkan warga. Apapun alasanya persoalan banjir ini, akan ada jawaban tentang solusinya setelah rapat besok, ujarnya. Sementara itu, terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi I DPRD dengan para sopir lori pasir, Jumat (5/4), bila Pemko Batam bisa mengeluarkan izin tambang khusus untuk tempat yang ada potensi pasirnya. Seperti di Palm Spring. Karena lokasi tersebut merupakan daerah pariwisata dan bukan daerah pertambangan, sehingga pemko melalui Dinas Disperindag dan Bapedal Kota Batam bisa mengeluarkan izin seperti pendalaman kolam. Yang menandatangani (izinnya) Walikota ( melalui Disperindag dan Bapedal) ujar Amjaya dan Rudi yang mewakili Disperindag dan diamini Ki Agus Rozali dari Bapedal saat menghadiri RDP tersebut.(waw/leo)

Selanjutnya Besok, Wawako Panggil Penambang Pasir Posmetro Batam | Koran Posmetro http://posmetrobatam.com/2013/04/besok-wawako-panggilpenambang-pasir/#ixzz2eLPoat9k Jangan Lupa Bantu Klik Iklan Ya :) Follow us: @posmetrobatam on Twitter | posmetrobatam on Facebook ----

PROSES PENAMBANGAN PASIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN Diposkan oleh Dadan muhamad ramdan | Label: Sains Jun/27 PROSES PENAMBANGAN PASIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN DI DESA CIKEUSIK KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

Makalah ini mempunyai latar belakang masalah tentang proses penambangan pasir yang menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif terhadap lingkungan. Masalah pokok yang dibahas adalah: Bagaimanakah proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dan bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka? Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dan untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Hasil pembahasan makalah ini menyimpulkan bahwa proses penambangan pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka desa, dilakukan dengan cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat setempat sejak tahun 1990. Dampak penambangan pasir ini meliputi dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan. dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya terdiri dari meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air.

PENDAHULUAN

Bukti Ketergantungan bangsa Indonesia kepada alam dapat dilihat dari pemanfaatan sumber daya alam yang besar-besaran tanpa melihat kelanjutan fungsinya. Pada masa sentralisasi pemerintahan, kegiatan exploitasi terhadap sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada pemanfaatan wilayah-wilayah yang strategis saja, namun dewasa ini setiap daerah saling belomba-lomba mengeksploitasi dan memanfaatkan kekayaan alam masing-masing. Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di Indonesia. Penambangan pasir memang dianggap memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Majalengka, hal ini dapat terlihat dari begitu banyaknya aktivitas penggalian pasir yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah di Kabupaten Majalengka. Kegiatan penambangan pasir sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan, hal itu dapat terjadi apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar maka setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Meskipun demikian besarnya permintaan pasar terhadap pasir turut mendorong berkembangnya kegiatan ini dengan pesat. Akibatnya, munculah berbagai masalah terhadap lingkungan. Dengan melihat latar belakang diatas yang dapat memberikan sedikit gambaran mengenai demikian besarnya kegiatan eksploitasi terhadap bahan galian seperti pasir, maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah dengan tujuan untuk memudahkan dalam penulisan makalah. Adapun masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. 2. Untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

Kegunaan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk menambah wawasan dan konsep keilmuan mengenai kajian tentang kegiatan eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. 2. Secara teoritis kegunaan makalah ini akan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuaan dalam kajian lingkungan khususnya mengenai ekploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Secara praktis diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat menjadi rekomendasi/pemikiran/konsep/saran untuk digunakan para pihak yang berkepentingan mengenai eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

PEMBAHASAN

Kegiatan penambangan khususnya pasir dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. walaupun pernyataan ini tidak selamnya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya. Akan tetapi perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik,dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan

penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan didaerah tersebut. A. Proses Penambangan Pasir

Proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka yaitu dilakukan dengan cara tradisional. Penambangan pasir yang dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti: cangkul, pengeruk pasir, dan karung sebagai tempat penyimpanan pasir. Namun, apabila penggalian dengan jumlah pasir yang cukup besar, biasanya kendaraan pengangkut pasir ini langsung dimasukan ke lokasi penambangan, guna mempermudah proses penggaliannya. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penambangan pasir diantaranya adalah: 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai jenis peralatan tambang, dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan untuk proses pengangkutan. Dalam hal pengangkutan peralatan tambang yang perlu diperhatikan adalah jalan yang akan dilalui. Hal ini perlu diperhitungkan secara matang agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan dilalui, baik terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri. Pada tahap ini dilakukan pengamatan, dimana saja biasanya pasir akan terkumpul banyak, maka setelah diketahui lokasinya, maka masyarakat akan langsung melakukan penggalian. 2. Tahap Eksploitasi/Penggalian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa penambangan/penggalian pasir. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan, walaupun jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di dalam alur sungai. pada tahap eksploitasi dalam kaitannya dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Penggalian biasanya dilakukan dengan alat pengeruk yang sederhana, namun, sekali-kali apabila kedaan sungai kering biasanya alat berat seperti beko bisa langsung masuk ke lokasi penambangan. 3. Pengangkutan

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah ketika alat-alat berat mulai masuk ke lokasi penambangan untuk mengangkut pasir. Pengangkutan pasir ini biasanya dilakukan dengan menggunakan truk, untuk mencapai kawasan penambangan secara mudah, maka dilakukan pembukaan jalan dengan

menebang pohon-pohon disekitar kawasan penambangan, sehingga lingkungan menjadi gersang dan berdebu.

B.

Dampak yang Ditimbulkan dari Adanya Kegiatan Penambangan Pasir

Kerusakan lingkungan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan penambangan khususnya pasir dan lainlain dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya terdiri dari meningkatnya polusi udara, dan kerusakan pada tanggul sungai. 1. a. Dampak Positif Meningkatkan pendapatan masyarakat

Kegiatan penambangan pasir memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat, hal ini terlihat pada masyarakat pengangguran mengakui bahwa adanya kegiatan penambang pasir memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. b. Membuka lapangan pekerjaan

Pada dasarnya tingkat kehidupan ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha. Namun pada kenyataannya masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Desa Cikeusik semakin terbuka setelah adanya kegiatan penambangan pasir yang memberikan dampak positif bagi warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. c. Meningkatkan daya kreativitas masyarakat

Penambangan pasir sangatlah menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di dekat tempat penambagan tersebut. Salah satu nya meningkatkat daya kreativitas masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan pasir hasil galian untuk di buat kerajinan tangan, bahan bangunan, dan masih banyak lagi. 2. a. Dampak Negatif Meningkatnya polusi udara

Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara disekitar kawasan penambangan menurun, sebagai akibat dari kendaraan truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin jika di lokasi tambang tersebut tidak ada vegetasi yang cukup. Kara vegetasi yang berada di sekitar penambangan telah mati baik itu yang di tebang ataupun mati karena polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan berat yang digunakan di penambangan pasir b. Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh aktivitas kendaraan truk, padahal sebelum adanya penambangan pasir suasana dilokasi tersebut jauh dari kebisingan, dan masyarakat masih dapat menghirup udara segar karena arus lalau lintas yang tidak begitu ramai. Sama halnya dengan hewan - hewan yang sebelumnya berada di sekitar tempat penambanagn, hewan tersebut mati karena kehabisan bahan makan yang. Sebagian hewan ada yang melarikan diri mencari tempat baru untuk mencari makanan demi mempertahankan keturunan dan juga kelangsungan hidupnya c. Penurunan kualitas air

Terjadinya penurunan kualitas air akibat dari pencucian pasir-pasir maupun karena akibat dari lahan yang telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup, sehingga air dapat mengalir dengan bebas ke badan-badan air. Debit air tanah juga akan menurun karena vegetasi/pepohonan yang dapat menampung air telah ikut di tebang dalam system penamabangan pasir. d. Rusaknya Jalan

Para penambang yang telah mendapatkan pasir biasanya meggunakan alat atau mesin mesin berat seperti mobil pengangkut. Mobil yang mengangkut pasir tersebut tentu menggunakan alternatif jalan raya yang tentunya akan membuat jalan raya semakin rusak di karenakan berat beban pada kendaraan angkut tersebut melebihi kapasitas yang di tentukan. Selain itu juga pengankutan bobot beban yang berlebihan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama di jalur utama. Kendaraan yang melintas di jalur utama biasa menggunakan kecepatan diatas 60 km/jam untuk menempuh waktu yang di targetkan. Itulah kenapa di jalan utama kendaraan tidak di izinkan untuk membawa beban yang melebihi kapasitas seperti truk pembawa pasir. Selain itu juga kendaraan yang membawa beban berat bisa menimbulkan kemacetan yang cukup parah.

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Dalam bagian ini akan membahas kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai proses penmbangan pasir dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. 1. Proses penambangan pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka, dilakukan dengan cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat setempat. 2. Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya yaitu meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air. B. Saran

1. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sebaiknya tidak boleh hanya untuk kesejahteraan generasi sekarang, melainkan juga untuk kesejahteraan generasi mendatang. Oleh karena itu, kelestarian sumber daya alam dan lingkungan harus tetap diperhatikan. 2. Pemerintah harus berupaya membuat kebijakan yang mengatur masalah eksploitasi pasir. Kebijakan itu tentu tidak hanya terkait dengan perdagangan melainkan juga kebijakan seperti izin penambangan dan pengawasan terhadap penambangan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press ----DAMPAK NEGATIF PENAMBANGAN PASIR BESI. September 3, 2013 at 2:25pm

DAMPAK NEGATIF PENAMBANGAN PASIR BESI. (Studi kasus Dermaga Linau Kecamatan Maje Kabupaten Kaur) September 22, 2011

Abstrak

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu. Idealnya, suatu perusahaan berkewajiban untuk menyejahterakan masyarakat sekitar. Caranya? Dengan merekrut mereka menjadi pegawai tetap di perusahaan itu. Jika mereka belum memenuhi kriteria sebagai seorang pegawai, maka menjadi kewajiban perusahaan untuk melatihnya sampai mereka memenuhi kriteria. Dengan cara ini, perusahaan akan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Akan tetapi, banyak perusahaan yang tidak mau memenuhi kewajibannya karena hal itu akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Akibatnya, tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih sedikit.

Dalam jangka pendek mungkin hal itu benar. Akan tetapi jika mereka berpikir jangka panjang akan lain jadinya. Sebenarnya, menyejahterakan masyarakat sekitar merupakan investasi sosial yang amat diperlukan bagi perusahaan. Jika masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan itu amat menguntungkan mereka, mereka pasti akan berusaha melindungi perusahaan itu dari berbagai ancaman. Mereka akan berusaha menjaga dengan segala kemampuan mereka agar perusahaan itu maju dan tersu maju. Sebab kemajuan perusahaan itu berarti juga peningkatan kesejahteraan bagi mereka. Dalam makalah ini dikemukakan beberapa hal tentang dampak penambangan pasir besi, upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambangan pasir besi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua, sehingga akan dapat menjaga alam dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar penambangan.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitic volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. (www.tekmiraesdm.go.id/ /pasirbesi/ulasan.asp?)

Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi bahwa sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat merubah total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tanbang dari batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air atau sungai dan lingkungan.

Pada pertambangan bawah (underground mining) kerusakan lingkungan umumnya diakibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada proses pemurnian bijih. Baik tambang dalam maupun tambang terbuka menyebabkan terlepasnya unsur-unsur kimia tertentu seperti Fe dan S dari senyawa pirit (Fe2S) menghasilkan air buangan bersifat asam (Acid Mine Drainage / Acid Rock Drainage) yang dapat hanyut terbawa aliran permukaan pada saat hujan, dan masuk ke lahan pertanian di bagian hilir pertambangan, sehingga menyebabkan kemasamam tanahnya lebih tinggi. Tanah dan air asam tambang tersebut sangat masam dengan pH berkisar antara 2,5 3,5 yang berpotensi mencemari lahan pertanian.

1. 2 Kabupaten Kaur Secara Umum

a..Letak Geografis Kabupaten Kaur.

Secara astronomis (geografis), Kabupaten Kaur terletak pada posisi derajad 15 menit 8,21 detik sampai 4 derajat 55 menit 27,77 detik Lintang selatan dan 103 derajat 4 menit 8,76 detik sampai 103 derajat 46 menit 50,12 detik Bujur Timur. Luas wilayah daratan mencapai 2556 km2 dengan garis pantai sepanjang 89 km, memanjang dari perbatasan Kabupaten Bengkulu Selatan sampai ke perbatasan Propinsi Lampung. Adapun batas wilayah Kabupaten Kaur adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. (BPS. 2007)

b. Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca,dimana factor pembentuk cuaca antara lain curah hujan,kelembaban,kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan sebagainya.fakor iklim atau cuaca yang sering di gunakan untuk beberapa aplikasi hidrologi adalah curah hujan,karena disamping mudah dalam hal pengukurannya juga mempunyainya pengaruh secara langsung pada kehidupan manusia ,tumbuhan dan hewan.curah hujan digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena hidrologis yang sering terjadi seperti banjir, longsor dan lain-lain.selain itu juga untuk menggambarkan potensi ketersediaan air (kelembaban tanah) untuk pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan kondisi tersebut, analisis iklim yang akan di jelaskan lebih kepada kondisi curah hujan yaitu dalam hal distribusinya dalam ruang dan waktu.Stasiun penakar yang ada di Kabupaten Kaur ada tiga, yaitu: di Muara Tetap,Linau dan Tanjung Harapan.

c. Perkebunan

Luas panen perkebunan rakyat di Kabupaten Kaur cenderung mengalami penurunan pada periode 2004-2007. Pada tahun 2004, luas panen perkebunan

rakyat mencapai 14.862,5 hektar. Tahun berikutnya meningkat menjadi 23.950,5 hektar dan turun menjadi 17.468,87 hektar pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 200, luas panen perkebunan rakyat kembali mengalami penurunamenjadi 14.156,1 hektar.

Pada tahun 2007, peroduksi perkebunan rakyat di Kabupaten Kaur adalah 32.121,29 ton. Komoditi yang paling banyak diproduksi adalah kelapa sawit yang mencapai 23.652 ton. Sedangkan yang paling sedikit diperoduksi adalah kasiavera, yaitu 0,18 ton.Total peroduksi perkebunan rakyat ini mengalami peningkatkan dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 46.670,36 ton. (BPS.2007)

d. Penduduk

Data kependudukan yang ada pada publikasi kaur Dalam angka 2007 ini berdasarkan estimasi dari Survei penduduk Antara Sensus yang diadakan BPS.jumlah Penduduk Kabupaten Kaur pada tahun 2007 adalah 112.528 jiwa, yangt terdiri dari 57.319 jiwa laki-laki dan 55.209 jiwa perempuan. Jumlah ini meningkat dari pada tahun 2006 yang berjumlah 107.473 jiwa (BPS. 2007).

1.3 Dampak Pertambangan Pasir Besi

U Santoso (2008) Beberapa dampak negatif akibat pertambangan jika tidak terkendali antara lain sebagai berikut:

1). Kerusakan lahan bekas tambang.

2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.

3). Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.

4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.

5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi dll.

6). Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.

7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.

. Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.

9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.

10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.

11). Dan lain-lain.

Mengapa bisa terjadi? Karena:

1). Adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan lingkungan vs kepentingan ekonomi, politik dll.

2). Penegakkan hokum yang belum baik.

3). Aturan yang dibuat seringkali mengakomodasi beberapa kepentingan dengan bahkan mengabaikan unsur lingkungan.

4). Aturan yang tidak dilaksanakan dengan konsisten.

5). Dalam prakteknya otonomi daerah menyebabkan pertambangan maju pesat dan nyaris tidak terkendali. Banyak kasus di beberapa daerah justru terjadi

konversi hutan lindung menjadi kawasan produksi. Illegal logging justru dilakukan oleh oknum-oknum yang seharusnya melindungi hutan.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kaur Nomor. 245 Tahun 2008 tanggal 15 September 2008, PT. Selomoro Banyu Arto memperoleh Kuasa Pertambangan eksplorasi pasir besi di Kecamatan Maje dengan kode wilayah KW. 08 PKR 004 dengan luas kuasa wilayah pertambangan eksplorasi pasir besi 179,36 Hektar.

Dampak penambangan pasir besi di Kecamatan Maje Kabupaten Kaur (Anonim 2011):

1. Menurunnya kualitas udara

Pada tahap prakonstruksi tambang akibat kegiatan mobilisasi alat berat diperkirakan perusahaan akan mengoperasikan 44 unit alat berat. Pada tahap ini aktifitas yang dilakukan meliputi pembersihan lahan, pembuatan jalan tambang , pembangunan sarana tambang, pembangunan pengelolaan instalasi pasir besi, dipastikan akan meningkatkan kadar debu di lingkungan sekitar. Intensitas ini dipastikan akan bertambah pada tahap operasi tambang akibat pengupasan tanah pucuk . perusahaan memasang target akan mengelola dan mengangkut 1500 s/d 2000 ton per hari dengan volume angkut 75 s/d 100 rit per hari. hal ini tentu akan meningkatkan sebaran debu di sekitar tambang dan akan mencapai ke pemukiman penduduk Desa Sukamenanti, Way Hawang dan Linau akibat angkutan pasir besi. Lamanya dampak debu ini diperkirakan oleh perusahaan selama 15 s/d 18 tahun (selama tambang masih aktif beroperasi) tingkat polusi debu akan semakin tinggi pada saat siang hari dimana angin bertiup dari laut ke arah daratan (pemukiman warga, Desa Sukamenanti dan Way Hawang) Hal ini tentu saja akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat, mereka terancam penyakit ISPA (Infeksi saluran Pernafasan Akut) TBC, dan lain-lain.

2. Kebisingan

Kegiatan tambang pasir besi pada tahap prakonstruksi berupa mobilisasi alatalat berat berjumlah 44 unit. Dipastikan ini akan meningkatkan kebisingan di areal tambang dan pemukiman masyarakat di jalan Way Hawang Sukamenanti. Tingkat kebisingan akan semakin bertambah ketika operasional pertambangan mulai berjalan normal. Lama kebisingan berlangsung sebanyak 150 s/d 200 kali setiap hari sesuai volume yang direncanakan perusahaan sebanyak 1500 s/d

2000 ton per hari. Dengan volume angkut 75 s/d 100 rit per hari. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi ketenangan warga pada saat tidur.

3. Perubahan Bentuk Danau Kembar

Sebagian wilayah penambangan merupakan perairan Sungai Air Numan (Danau Kembar) kondisi awal seluas 16,02 hektar dan daratan seluas 163,34 hektar. Kegiatan penggalian tentu saja akan memperluas bentuk dan struktur danau, diperkirakan akan meluas sebesar 28 hektar. Begitu juga dengan kedalaman, saat ini kedalaman danau berkisar 0,2 meter s/d 0,8 meter. Dengan adanya penggalian pasir besi dapat dipastikan kedalaman danau akan menjadi 7 hingga 8 meter. Hal ini sangat membahayakan warga, dan debit air akan mengalami perubahan struktur, ancaman terhadap kekeringan dan banjir yang mendadak akibat iklim yang tidak menentu, merupakan ancaman utama bagi warga.

4. Abrasi Pantai

Harus diakui aktifitas pertambangan juga akan mempengaruhi struktur pantai Way Hawang, ancaman akan meningkat khususnya pada saat air laut pasang dan gelombang besar serta tinggi akan membuat bentuk pantai berubah. Kondisi ini diakui oleh perusahaan sulit dipulihkan karena membutuhkan biaya besar. Masyarakat yang terkena dampak langsung adalah Desa Sukamenanti dan Desa Way Hawang. Lamanya dampak akan terjadi selama perusahaan masih beroperasi hingga pada tahap pasca operasi tambang. (UPL 2008: IV-3)

Hasil analisa dalam laporan UPL dikatakan, kegiatan tambang pasir besi PT. Selo Moro Banyu Arto berdampak negative terhadap morfologi lahan karena dapat menimbulkan dampak turunan berupa abrasi yang merugikan masyarakat. (UPL 2008: IV-4)

5. Menurunnya Kualitas Air

Kegiatan pertambangan dipastikan akan mengurangi kualitas air tanah (sumur) dan kualitas air permukaan Danau Kembar dan Air Way Hawang pengolaan pasir besi membutuhkan banyak air untuk diolah di Magnetic Separator, yang menghasilkan pasir besi dan limbah dengan kapasitas air 225 m3/ jam. Limbah dari pengolaan ini tentu akan mempengaruhi kadar air yang ada di sekitar pemukiman warga. Sumber negatif lainnya adalah pengoperasian bengkel.

Perawatan alat berat tambang pasir besi dipastikan akan menghasilkan pelumas bekas sebanyak 58,49 liter per hari. Sisa oli bekas ini jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mencemari danau kembar dan sumur warga, serta air laut di lingkungan tambang. Hal ini terbukti dibanyak pertambangan yang dengan ceroboh membuang begitu saja pelumas bekas mereka ke sungai atau berceceran di tanah.

6. Kerusakan Jalan

Jalur angkut perusahaan meliputi jalan Raya Desa Sukamenanti Desa Way Hawang hingga Pelabuhan Linau. Jalan ini merupakan jalan negara dengan spesifikasi III A atau dapat dilalui kendaraan dengan muatan maksimal 8 ton. Pada tahap pengoperasian tambang setiap hari direncanakan 1500 2000 ton pasir besi diangkut menggunakan truck penganggkut dengan kapasitas 20 ton per unit. Kondisi ini akan dapat merusak jalan di sepanjang route pengangkutan sebab, maksimal berat jalan route tersebut adalah 10 ton.

7. Aspek biologi

Kegiatan penambangan dipastikan merubah tipe vegetasi seluas 46,03 hektar (total) dari vegetasi daratan seluas 16,02 hektar dan perairan Danau Kembar seluas 30,01 hektar kehilangan vegetasi penutup dipastikan akan menimbulkan abrasi. Disamping itu pendapatan masyarakat dari berkebun, seperti kelapa, kelapa sawit, tanaman padi juga ikut hilang.

8. Biota Air

Dampak terhadap biota air merupakan dampak tak langsung akibat kegiatan tambang pasir besi. Sumber dampak berasal dari perubahan kulitas air akibat limbah pengolahan pasir. Sumber lainnya adalah karena tirisan penumpukan pasir besi, air limbah bekas pelumas dari kegiatan bengkel. Indeks keanekaragaman Danau Kembar akan menurun dari kondisi awal 0,8 s/d 2, 48 untuk plankton dan 1,90 s/d 2,98 untuk biota benthos. Kondisi ini akan menurunkan jumlah ikan, udang, kepiting, yang merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat selain bertani. Lama dampak berlangsung selama 15 s/d 18 tahun.

9. Pendapatan Masyarakat

Perusahaan mengklaim aktifitas pertambangan mereka dapat merekrut tenaga kerja dari warga lokal, selanjutnya masyarakat sekitar tambang dapat membuka warung dan sebagainya. Namun, perlu diingat sedikit sekali, jika tidak mau dikatakan tidak ada, warga setempat yang memiliki keahlian di bidang pertambangan artinya, mereka akan dijadikan buruh kasar saja, yang sewaktuwaktu dapat mereka PHK dengan beragam alasan. Selain itu, proses ini akan membuat masyarakat meninggalkan profesi asal mereka yang mungkin awalnya petani, nelayan, menjadi pekerja buruh di perusahaan yang biasanya mereka tidak memiliki posisi tawar tinggi. Ini banyak terjadi di pertambanganpertambangan lain.

Reaksi air asam tambang (Acid Mine Drainage/AMD) berdampak secara langsung terhadap kualitas tanah dan air karena pH menurun sangat tajam. Menurunnya, pH tanah akan mengganggu keseimbangan unsur hara pada lahan tersebut, unsur hara makro menjadi tidak tersedia karena terikat oleh logam sedangkan unsur hara mikro kelarutannya meningkat (Tan, 1993 dalam Widyati, 2010). Menurut Hards and Higgins (2004) dalam Widyati (2010) turunnya pH secara drastis akan meningkatkan kelarutan logam-logam berat pada lingkungan tersebut.

Dampak yang dirasakan akibat AMD tersebut bagi perusahaan adalah alat-alat yang terbuat dari besi atau baja menjadi sangat cepat terkorosi sehingga menyebabkan inefisiensi baik pada kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan alat-alat berat. Terhadap makhluk hidup, AMD dapat mengganggu kehidupan flora dan fauna pada lahan bekas tambang maupun hidupan yang berada di sepanjang aliran sungai yang terkena dampak dari aktivitas pertambangan. Hal ini menyebabkan kegiatan revegetasi lahan bekas tambang menjadi sangat mahal dengan hasil yang kurang memuaskan. Disamping itu, kualitas air yang ada dapat mengganggu kesehatan manusia.

Luas permukaan daratan Indonesia yang telah diijinkan untuk kegiatan pertambangan relatif kecil (1,336 juta ha atau 0,7% dari area daratan total), dan bahkan luas total areal penambangan yang masih aktif dan yang sudah selesai ditambang lebih kecil lagi (36.743 ha, atau 0,019% dari area daratan total) (Anonim, 2006). Sekalipun areal total yang terusik secara nasional relatif kecil, kebanyakan kegiatan penambangan menerapkan teknik penambangan di permukaan (surface mining) yang dengan sendirinya mengakibatkan usikan terhadap lansekap setempat; areal areal vegetasi yang ada dan habitat fauna menjadi rusak, dan pemindahan lapisan atas tanah yang menutupi cadangan mineral menghasilkan perubahan yang tegas dalam topografi, hidrologi, dan kestabilan lansekap. Apabila pengelolaan lingkungan tidak efektif, pengaruh

lokal (on-site) ini dapat mengakibatkan usikan lanjutan di luar areal penambangan (off-site), yang bersumber dari erosi air dan angin terhadap sisa galian yang belum terstabilkan atau bahan sisa yang berasal dari pengolahan mineral. Pengaruh-pengaruh ini dapat pula meliputi sedimentasi sungai-sungai, dan penurunan kualitas air akibat meningkatnya salinitas, keasaman, dan muatan unsur-unsur beracun dalam air sungai tersebut.

1.3 Definisi Bioremediasi

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun (Wikipedia, 2010).

Menurut Anonim (2010) menyatakan bahwa bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Bioremediasi pada lahan terkontaminasi logam berat didefinisikan sebagai proses membersihkan (clean up) lahan dari bahan-bahan pencemar (pollutant) secara biologi atau dengan menggunakan organisme hidup, baik mikroorganisme (mikrofauna dan mikroflora) maupun makroorganisme (tumbuhan) (Onrizal, 2005).

Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenisjenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan

bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.

Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.

1.4 Jenis Bioremediasi

Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:

Biostimulasi

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.

Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.

Bioremediasi Intrinsik

Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.

Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat menyediakan cara yang efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di lingkungan kita. Bagaimanapun, pendekatan itu membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan dengan mikroorganisme rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi polutan, dan apakah aman saat mikroorganisme itu dilepaskan ke lingkungan.

II. PENANGANAN MASALAH

2.1 Pencegahan abrasi pantai

(Adegustara, F 2011) Abrasi pantai sudah menjadi ancaman serius bagi kawasan pantai pesisir Sumatera Barat, solusinya :

Penanaman bakau secara terpadu Pemasangan pemecah ombak Pembuatan tanggul penahan ombak

Penanaman Mangrove dan pohon-pohon pada hutan untuk mencegah terjadinya abrasi pantai. Definisi Abrasi atau Pengertian Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia. Tindakan manusia yang mendorong terjadinya abrasi adalah pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan. Selain itu penebangan pohon-pohon pada hutan pantai atau hutan mangrove memacu terjadinya abrasi pantai lebih cepat. Hutan Pantai yang tidak terjadi abrasi mempunyai beberapa zonasi yang jelas, yaitu zone Ipomea pescaprae dan zone Barringtonia. Zone Ipomea pescaprae biasanya didominasi oleh Ipomea pescaprae dan Spinifex littoreus (rumput angin). Sedangkan zone Barringtonia sering terdapat jenis-jenis pohon Barringtonia asiatica, Pongamia pinnata Merr, Cordia subcordata L, Calophyllum

inophyllum L, Terminalia cattapa L, dll. Untuk mencegah terjadinya abrasi pantai perlu dilakukan penanaman mangrove dan pohon-pohon pada hutan pantai serta memelihara pohon-pohon tersebut dari gangguan manusia. (http: // pengertiandefinisi.blogspot.com/2010/pengertian-abrasi-pantai.html

2.2 Penanggulangan Acid Mine Drainage/AMD

Sudah banyak teknologi yang ditujukan untuk menanggulangi acid mine drainage (AMD). Teknologi yang diterapkan baik yang berdasarkan prinsip kimia maupun biologi belum memberikan hasil yang dapat mengatasi AMD secara menyeluruh. Teknik yang didasarkan atas prinsip-prinsip kimia, misalnya pengapuran, meskipun memerlukan biaya yang mahal akan tetapi hasilnya hanya dapat meningkatkan pH dan bersifat sementara. Teknik pembuatan saluran anoksik (anoxic lime drain) yang menggabungkan antara prinsip fisika dan kimia juga sangat mahal dan hasilnya belum menggembirakan. Teknik bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri pereduksi sulfat memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Hasil seleksi Widyati (2007) dalam Widyati (2010) menunjukkan bahwa BPS dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7,1 pada air asam tambang Galian Pit Timur dalam waktu 2 hari dan menurunkan Fe dan Mn dengan efisiensi > 80% dalam waktu 10 hari.

Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut dilakukan pada air sedangkan sumber-sumber yang menjadi pangkal terjadinya AMD belum tersentuh. Hal yang sangat penting sesungguhnya adalah upaya pencegahan terbentuknya AMD. Bagaimana mencegah kontak mineral sulfide dengan oksigen dan menghambat pertumbuhan bakteri pengoksidasi sulfur (BOS) adalah hal yang paling menentukan dalam menangani AMD. Bakteri ini tergolong kemo-ototrof, sehingga penambahan bahan organik akan membunuh mikrob tersebut. Bagaimana menyediakan bahan organik pada lahan yang begitu luas? Penanaman lahan yang baik adalah jawaban yang tepat. Bagaimana melakukan penanaman pada lahan yang begitu berat? Jawaban yang tepat juga penambahan bahan organik. Sebab bahan organik dapat berperan sebagai buffer sehingga dapat meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara, dapat meningkatkan water holding capacity, meningkatkan KTK dan dapat mengkelat logam-logam (Stevenson, 1997 dalam Widyati, 2010) yang banyak terdapat pada lahan bekas tambang. Revegetasi pada lahan bekas tambang yang berhasil dengan baik akan memasok bahan organik ke dalam tanah baik melalui produksi serasah maupun eksudat akar.

2.2 Bakteri Thiobacillus Ferrooxidans Sebagai Penanganan Limbah Penambangan pasir besi

Kelompok bahan galian metalliferous antara lain adalah emas, besi, tembaga, timbal, seng, timah, mangan. Sedangkan bahan galian nonmetalliferous terdiri dari batubara, kwarsa, bauksit, trona, borak, asbes, talk, feldspar dan batuan pospat. Bahan galian untuk bahan bangunan dan batuan ornamen termasuk didalamnya slate, marmer, kapur, traprock, travertine, dan granite.

Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting.

Alternatif yang paling aman dan ramah terhadap lingkungan untuk desulfurisasi pasir besi adalah secara mikrobiologi menggunakan bakteri Thiobacillus ferrooxidans dan Thiobacillus thiooxidans. Penggunaan kombinasi kedua bakteri ini ditujukan untuk lebih mengoptimalkan desulfurisasi. Thiobacillus ferooxidans memiliki kemampuan untuk mengoksidasi besi dan sulfur, sedangkan Thiobacillus thiooxidans tidak mampu mengoksidasi sulfur dengan sendirinya, namun tumbuh pada sulfur yang dilepaskan setelah besi teroksidasi.

2.4 Pemanfaatan Sludge Untuk Memacu Revegetasi Lahan Pasca Tambang pasir besi

Umumnya, perusahaan tambang menggunakan top (tanah lapisan atas) atau kompos untuk mengembalikan kesuburan tanah. Rata-rata dibutuhkan 5.000 ton per hektar kompos atau top soil. Metode konvensional ini kurang tepat diterapkan pada bekas lahan tambang yang luas. Pemanfaatan sludge limbah industri kertas bisa menjadi alternatif pilihan. Industri kertas menghasilkan 10 persen sludge dari total pulp yang mengandung N dan P (Anonim, 2006a).

Percobaan menunjukkan sludge paper dosis 50 persen dapat memperbaiki sifatsifat tanah lebih efektif dibandingkan perlakuan top soil. Sludge kertas ini berperan ganda dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang batubara yaitu sebagai sumber bahan organik tanah (BOT) dan sumber inokulum bakteri pereduksi sulfat (BPS). Pemberian sludge pada bekas tambang batubara menimbulkan 2 proses yakni perbaikan lingkungan (soil amendment) dan inokulasi mikroba yang efektif.

Pemberian sludge paper 50 persen ke dalam tanah bekas tambang batubara mampu menurunkan ketersediaan Fe tanah 98.8 persen, Mn 48 persen, Zn 78 persen dan Cu 63 persen. BPS mampu mereduksi sulfat menjadi senyawa sulfdalogam yang tidak tersedia.

2.5 Bioremediasi Tanah Tercemar

Pencemaran lingkungan tanah belakangan ini mendapat perhatian yang cukup besar, karena globalisasi perdagangan menerapkan peraturan ekolabel yang ketat. Sumber pencemar tanah umumnya adalah logam berat dan senyawa aromatik beracun yang dihasilkan melalui kegiatan pertambangan dan industri. Senyawa-senyawa ini umumnya bersifat mutagenik dan karsinogenik yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Joner dan Leyval, 2001 dalam Madjid, 2009).

Bioremidiasi tanah tercemar logam berat sudah banyak dilakukan dengan menggunakan bakteri pereduksi logam berat sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan memiliki kontribusi yang lebih besar dari bakteri, dan kontribusinya makin meningkat dengan meningkatnya kadar logam berat (Fleibach, et al, 1994 dalam Madjid, 2009)..

Cendawan ektomikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam beracun dengan melalui akumulasi logam-logam dalam hifa ekstramatrik dan extrahyphae slime (Aggangan et al, 1997 dalam Madjid, 2009). sehingga mengurangi serapannya ke dalam tanaman inang. Namun demikian, tidak semua mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman inang terhadap logam beracun, karena masing-masing mikoriza memiliki pengaruh yang berbeda. Pemanfaatan cendawan mikoriza dalam bioremidiasi tanah tercemar, disamping dengan akumulasi bahan tersebut dalam hifa, juga dapat melalui mekanisme pengkomplekan logam tersebut oleh sekresi hifa ekternal.

Polusi logam berat pada ekosistem hutan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman hutan khususnya perkembangan dan pertumbuhan bibit tanaman hutan (Khan, 1993 dalam Madjid, 2009). Hal semacam ini sangat sering terjadi disekitar areal pertambangan (tailing dan sekitarnya). Kontaminasi tanah dengan logam berat akan meningkatkan kematian bibit dan menggagalkan prgram reboisasi. Penelitian Aggangan et al (1997) dalam Madjid (2009) pada tegakan Eucalyptus menunjukkan bahwa Ni lebih berbahaya dari Cr. Gejala keracunan Ni tampak pada konsentrasi 80 umol/l pada tanah yang tidak dinokulasi dengan mikoriza sedangkan tanah yang diinokulasi dengan Pisolithus

sp., gejala keracunan terjadi pada konsentrasi 160 umol/l. Isolat Pisolithus yang diambil dari residu pertambangan Ni jauh lebih tahan terhadap kadar Ni yang tinggi dibandingkan dengan Pisolithus yang diambil dari tegakan Eucalyptus yang tidak tercemar logam berat.

Upaya bioremediasi lahan basah yang tercemar oleh limbah industri (polutan organik, sedimen pH tinggi atau rendah pada jalur aliran maupun kolam pengendapan) juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman semi akuatik seperti Phragmites australis. Oliveira et al, 2001 dalam Madjid, 2009) menunjukkan bahwa Phragmites australis dapat berasosiasi dengan cendawan mikoriza melalui pengeringan secara gradual dalam jangka waktu yang pendek. Hal ini dapat dijadikan strategi pengelolaan lahan terpolusi (phytostabilisation) dengan meningkatkan laju perkembangan spesies mikotropik. Penelitian Joner dan Leyval (2001) dalam Madjid (2009) menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza pada tanah yang tercemar oleh polysiklik aromatic hydrocarbon (PAH) dari limbah industri berpengaruh terhadap pertumbuhan clover, tapi tidak terhadap pertumbuhan reygrass. Dengan mikoriza laju penurunan hasil clover karena PAH dapat ditekan. Tapi bila penambahan mikoriza dibarengi dengan penambahan surfaktan, zat yang melarutkan PAH, maka laju penurunan hasil clover meningkat.

Tanaman yang tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti Rani et al (1991) dalam Madjid (2009) menunjukkan bahwa dari 18 spesies tanaman setempat yang diteliti, 12 diantaranya bermikoriza. Tanaman yang berkembang dengan baik di lahan limbah batubara tersebut, ditemukan adanya oil droplets dalam vesikel akar mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi, sehingga bahan beracun tersebut tidak sampai diserap oleh tanaman.

Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam berat (Killham, 1994 dalam Madjid dan Novriani : 2009). Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hifa cendawan. Khan (1993) dalam Madjid dan Novriani (2009) menyatakan bahwa vesikel arbuskular mikoriza (VAM) dapat terjadi secara alami pada tanaman pioner di lahan buangan limbah industri, tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan inokulan yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah tercemar unsur toksik.

2.6 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Terhadap Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Penambangan Pasir Besi

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang pasir dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan pasir besi sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh pasir (coal dust).

2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan pasir besi dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah pasir besi dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place). Penanaman bakau dan mangrove secara terpadu untuk mencegah terjadinya abrasi pantai.

3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan pasir besi tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)

4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.

III. KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.

Dampak negatif Penambangan Pasir Besi di Kecamatan Maje Kabupaten Kaur :

Menurunnya kualitas air Kebisingan Perubahan bentuk danau kembar Abrasi pantai Menurunnya kualitas air Kerusakan jalan Aspek biologi Biota air Pendapatan masyarakat

Jika dilakukan penelitian secara mendalam, akan banyak sekali dampak buruk dari daya rusak yang disebabkan oleh pertambangan ini. Jika kita banyak belajar dari kasus-kasus pertambangan yang ada di Bengkulu seperti Batubara, pasir besi di Seluma, dan lain-lain.

Mengandalkan pengerukan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah satu bentuk pemerintahan daerah yang tidak kreatif dan solutif. Sebab pertambangan tidak saja membawa berkah bagi sipemiliknya namun juga bencana besar akibat daya rusak yang diakibatkan, baik kerusakan lingkungan, kerusakan sosial, budaya masyarakat menjadi lebih konsumtif dan masih banyak lagi.

Filed under: SDA & LH Urip Santoso @ 12:59 am Tags: Kabupaten Kaur, Kecamatan Maje, Pasir besi Oleh: ELLINDA NOVIANA ---PROSES PENAMBANGAN PASIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN DI DESA CIKEUSIK KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

Makalah ini mempunyai latar belakang masalah tentang proses penambangan pasir yang menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif terhadap lingkungan. Masalah pokok yang dibahas adalah: Bagaimanakah proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dan bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka? Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dan untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Hasil pembahasan makalah ini menyimpulkan bahwa proses penambangan pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka desa, dilakukan dengan cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat setempat sejak tahun 1990. Dampak penambangan pasir ini meliputi dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan. dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya terdiri dari meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air.

PENDAHULUAN

Bukti Ketergantungan bangsa Indonesia kepada alam dapat dilihat dari pemanfaatan sumber daya alam yang besar-besaran tanpa melihat kelanjutan fungsinya. Pada masa sentralisasi pemerintahan, kegiatan exploitasi terhadap sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada pemanfaatan wilayah-wilayah yang strategis saja, namun dewasa ini setiap daerah saling belomba-lomba mengeksploitasi dan memanfaatkan kekayaan alam masing-masing.

Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di Indonesia. Penambangan pasir memang dianggap memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Majalengka, hal ini dapat terlihat dari begitu banyaknya aktivitas penggalian pasir yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah di Kabupaten Majalengka. Kegiatan penambangan pasir sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan, hal itu dapat terjadi apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar maka setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Meskipun demikian besarnya permintaan pasar terhadap pasir turut mendorong berkembangnya kegiatan ini dengan pesat. Akibatnya, munculah berbagai masalah terhadap lingkungan. Dengan melihat latar belakang diatas yang dapat memberikan sedikit gambaran mengenai demikian besarnya kegiatan eksploitasi terhadap bahan galian seperti pasir, maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah dengan tujuan untuk memudahkan dalam penulisan makalah. Adapun masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. 2. Untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

Kegunaan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan dan konsep keilmuan mengenai kajian tentang kegiatan eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. 2. Secara teoritis kegunaan makalah ini akan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuaan dalam kajian lingkungan khususnya mengenai ekploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Secara praktis diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat menjadi rekomendasi/pemikiran/konsep/saran untuk digunakan para pihak yang berkepentingan mengenai eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

PEMBAHASAN

Kegiatan penambangan khususnya pasir dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. walaupun pernyataan ini tidak selamnya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya. Akan tetapi perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik,dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan didaerah tersebut. A. Proses Penambangan Pasir

Proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka yaitu dilakukan dengan cara tradisional. Penambangan pasir yang dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat yang sederhana

seperti: cangkul, pengeruk pasir, dan karung sebagai tempat penyimpanan pasir. Namun, apabila penggalian dengan jumlah pasir yang cukup besar, biasanya kendaraan pengangkut pasir ini langsung dimasukan ke lokasi penambangan, guna mempermudah proses penggaliannya. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penambangan pasir diantaranya adalah: 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai jenis peralatan tambang, dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan untuk proses pengangkutan. Dalam hal pengangkutan peralatan tambang yang perlu diperhatikan adalah jalan yang akan dilalui. Hal ini perlu diperhitungkan secara matang agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan dilalui, baik terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri. Pada tahap ini dilakukan pengamatan, dimana saja biasanya pasir akan terkumpul banyak, maka setelah diketahui lokasinya, maka masyarakat akan langsung melakukan penggalian. 2. Tahap Eksploitasi/Penggalian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa penambangan/penggalian pasir. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan, walaupun jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di dalam alur sungai. pada tahap eksploitasi dalam kaitannya dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Penggalian biasanya dilakukan dengan alat pengeruk yang sederhana, namun, sekali-kali apabila kedaan sungai kering biasanya alat berat seperti beko bisa langsung masuk ke lokasi penambangan. 3. Pengangkutan

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah ketika alat-alat berat mulai masuk ke lokasi penambangan untuk mengangkut pasir. Pengangkutan pasir ini biasanya dilakukan dengan menggunakan truk, untuk mencapai kawasan penambangan secara mudah, maka dilakukan pembukaan jalan dengan menebang pohon-pohon disekitar kawasan penambangan, sehingga lingkungan menjadi gersang dan berdebu.

B.

Dampak yang Ditimbulkan dari Adanya Kegiatan Penambangan Pasir

Kerusakan lingkungan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan penambangan khususnya pasir dan lainlain dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun

pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya terdiri dari meningkatnya polusi udara, dan kerusakan pada tanggul sungai. 1. a. Dampak Positif Meningkatkan pendapatan masyarakat

Kegiatan penambangan pasir memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat, hal ini terlihat pada masyarakat pengangguran mengakui bahwa adanya kegiatan penambang pasir memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. b. Membuka lapangan pekerjaan

Pada dasarnya tingkat kehidupan ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha. Namun pada kenyataannya masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Desa Cikeusik semakin terbuka setelah adanya kegiatan penambangan pasir yang memberikan dampak positif bagi warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. c. Meningkatkan daya kreativitas masyarakat

Penambangan pasir sangatlah menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di dekat tempat penambagan tersebut. Salah satu nya meningkatkat daya kreativitas masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan pasir hasil galian untuk di buat kerajinan tangan, bahan bangunan, dan masih banyak lagi. 2. a. Dampak Negatif Meningkatnya polusi udara

Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara disekitar kawasan penambangan menurun, sebagai akibat dari kendaraan truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin jika di lokasi tambang tersebut tidak ada

vegetasi yang cukup. Kara vegetasi yang berada di sekitar penambangan telah mati baik itu yang di tebang ataupun mati karena polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan berat yang digunakan di penambangan pasir b. Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh aktivitas kendaraan truk, padahal sebelum adanya penambangan pasir suasana dilokasi tersebut jauh dari kebisingan, dan masyarakat masih dapat menghirup udara segar karena arus lalau lintas yang tidak begitu ramai. Sama halnya dengan hewan - hewan yang sebelumnya berada di sekitar tempat penambanagn, hewan tersebut mati karena kehabisan bahan makan yang. Sebagian hewan ada yang melarikan diri mencari tempat baru untuk mencari makanan demi mempertahankan keturunan dan juga kelangsungan hidupnya c. Penurunan kualitas air

Terjadinya penurunan kualitas air akibat dari pencucian pasir-pasir maupun karena akibat dari lahan yang telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup, sehingga air dapat mengalir dengan bebas ke badan-badan air. Debit air tanah juga akan menurun karena vegetasi/pepohonan yang dapat menampung air telah ikut di tebang dalam system penamabangan pasir. d. Rusaknya Jalan

Para penambang yang telah mendapatkan pasir biasanya meggunakan alat atau mesin mesin berat seperti mobil pengangkut. Mobil yang mengangkut pasir tersebut tentu menggunakan alternatif jalan raya yang tentunya akan membuat jalan raya semakin rusak di karenakan berat beban pada kendaraan angkut tersebut melebihi kapasitas yang di tentukan. Selain itu juga pengankutan bobot beban yang berlebihan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama di jalur utama. Kendaraan yang melintas di jalur utama biasa menggunakan kecepatan diatas 60 km/jam untuk menempuh waktu yang di targetkan. Itulah kenapa di jalan utama kendaraan tidak di izinkan untuk membawa beban yang melebihi kapasitas seperti truk pembawa pasir. Selain itu juga kendaraan yang membawa beban berat bisa menimbulkan kemacetan yang cukup parah.

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Dalam bagian ini akan membahas kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai proses penmbangan pasir dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

1. Proses penambangan pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka, dilakukan dengan cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat setempat. 2. Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya yaitu meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air. B. Saran

1. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sebaiknya tidak boleh hanya untuk kesejahteraan generasi sekarang, melainkan juga untuk kesejahteraan generasi mendatang. Oleh karena itu, kelestarian sumber daya alam dan lingkungan harus tetap diperhatikan. 2. Pemerintah harus berupaya membuat kebijakan yang mengatur masalah eksploitasi pasir. Kebijakan itu tentu tidak hanya terkait dengan perdagangan melainkan juga kebijakan seperti izin penambangan dan pengawasan terhadap penambangan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

You might also like