Professional Documents
Culture Documents
.:KOROSI:.
OLEH :
AGUS KURNIAWAN 208131002
CANDRA BILLY AGAM 208131006
DIKRI FADILAH 208131008
EBIN 208131009
IMAM IBRAHIM 208131013
ROBBI RAHMAN F 208131020
TAUFIK NASRUL A 208131023
YOGI TRIGUNA Y 208131024
1 MEA
TEKNIK MANUFAKTUR
Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA
Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman.com, E-mail :
polman@melsa.net.id
Abstrak
Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan – peralatan
industri diperlukan melalui pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis berpengaruh
terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir, pH dan kadar oksigen memberikan
batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi.
PENDAHULUAN
Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat
aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan
telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas
mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga
pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai
contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada
permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu,
korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri,
industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun
1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut,
banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian
untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan
perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan
orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam
pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan
tanah di sekitar kita.
MIKROBA KOROSI
Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada
habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang
panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta
nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain
bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material
di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya
berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam
bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan
tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik
dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya
membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di
permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit
mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau
logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan
berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-
jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan
klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-
daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini
mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau
Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen
dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi
hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit
atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik
dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral
dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ atau Fe3+ dimana deposit
berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle
(gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja.
Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-
variabel yaitu :
1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung
karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang
berlainan
2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan
kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat
3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme
4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada
Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah
metabolismenya menjadi bakteri anaerob
5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini
menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel
diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan
depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses
inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi
mikroba tidak terjadi dengan absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local
lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi
aktifitas korosi.
Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dihubungkan
dengan korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme
mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316, umumnya
mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, hanya melihat indikasi produksi asam
atau serangan sulfide terlihat pada Gambar
KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang
korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau
secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada
bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang sistim
elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia
antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang
ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen.
Pada umumnya suatu peralatan elektronik mengandung komponen logam yang
mempunyai waktu hidup atau masa pakai tertentu. Korosi pada komponen-komponen
tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat berkurangnya masa produktif peralatan
elektronik. Korosi bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya
hubungan pendek (konsluiting) yang dapat mengarah kepada terjadinya kecelakaan. Masalah
korosi peralatan elektronik merupakan salah satu sumber yang dapat memicu kegagaan
operasional serta keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh sebab itu, masalah ini sudah
selayaknya mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis
logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam
seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini.
Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak
dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi
rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada perkakas logam ukuran
besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik
peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer, serta peralatan-peralatan
canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan
industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju
sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan
masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi
juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga
menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian
suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan
setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-
mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan
lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara
yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari
GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5
persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung
seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran
udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.
Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam,
baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses
korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi
peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta
persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini
umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan
kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal,
bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam
kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku
di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana
penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan
pelepasan bahan ini ke udara.
Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas
asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila
dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan
penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx)
dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah
menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel
kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan
bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas
tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab
itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut
di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk
komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses
korosi tidak dapat dihindari lagi.
Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat
mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik
komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan
sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor
pada komponen elektronik. Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran
tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin
mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang
terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang
menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi
juga korban nyawa.
MEKANISME KOROSI
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia
melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi
redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi
anodik di daerah anodik. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi
atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :
M --> Mn+ + ne
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam
pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :
Fe-->Fe2+ + 2e
Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi katodik diindikasikan melalui
penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.
Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi selama
proses korosi logam yaitu :
Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka. Reaksi korosi
tersebut sebagai berikut :
NaCl.H2O
2 Fe + O2 -------------------> Fe2O3
KLASIFIKASI KOROSI
Korosi Atmosferik.
Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat pada
pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil
interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan
oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam
yang terkandung di udara.
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi :
• Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan,
dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2.
• Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi
kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.
• Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang
dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat.
• Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya
mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.
Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki
timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau
gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif
berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi
atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat
berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja,
misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos, atau tangga tangki timbun yang
berkarat.
PENANGGULANGAN KOROSI
Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk
melindungi logam digunakan banyak cara, yang semuanya ditujukan agar logam tidak cepat
rusak karena korosi. Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih cepat pada
logam dibandingkan karena pengaruh yang lain. Karena itu timbul berbagai penelitian untuk
melindungi logam ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya
dengan melapis permukaan logam dengan mengecat sampai cara cara yang paling modern
dengan membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
Cara cara penanggulangan korosi antara lain:
1. Melapis permukaan logam dengan cat.
2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.
3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant.
4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.
5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan
kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi
paling cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang
paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan
untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi
getas seperti baja dan sebagainya.
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun
dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak
negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik
menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk
memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat
banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu
kegiatan industri.
sgu2008.wordpress.com/2008/02/12/korosi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
JURNAL
MASALAH –MASALAH DI LAPANGAN
Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan
oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :
a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)
menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama
instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi katodik
dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun
dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5,
hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu
adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi
katodik yang berlebihan terekspos.
Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan
mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit
berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47
mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan karakter bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar