You are on page 1of 11

ANALISIS PENERAPAN MAKSIM KESOPANAN

DALAM PERCAKAPAN MASYARAKAT DESA BENDUNGAN


KECAMATAN PAGADEN BARAT KABUPATEN SUBANG

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pragmatik
dari Drs. Aceng Ruchendi M.Hum
Andika Dutha Bachari, S.Pd.

oleh

ULFIYATUS SHOLIHAH
0603553

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2009

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................... i

Pendahuluan ............................................................................................. 1

Kerangka Teori .......................................................................................... 2

Deskripsi Data ........................................................................................... 4

Analisis Data ............................................................................................. 6

Simpulan.................................................................................................... 8

Daftar Rujukan .......................................................................................... 9


PENDAHULUAN

Tuhan YME menciptakan bahasa sebagai sarana bagi manusia


dalam berkomunikasi dengan sesamanya, karena dengan
berkomunikasi manusia dapat menyalurkan ide maupun pendapatnya
tentang suatu hal. Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri baik dari
sudut internal bahasa itu sendiri mapun dari sudut eksternal bahasa.
Salah satu cabang ilmu bahasa yang memfokuskan pembahasannya
terhadap sudut eksternal bahasa ini yaitu Pragmatik, kehadiran
pragmatik sebagai wujud perkembangan linguistik yang berangsur-
angsur, mulai dari disiplin ilmu yang menangani data fisik tuturan
menjadi disiplin ilmu yang menangani data fisik tuturan menjadi
disiplin ilmu yang luas bersangkutan dengan bentuk, makna, dan
konteks.
Permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini yakni
bagaimana penggunaan prinsip kesopanan pada tuturan masyarakat
desa Pagaden Barat-Subang. Potret sederhana masyarakat desa di
Indonesia yaitu masyarakat yang ramah, saling tolong menolong, dan
menghormati tradisi lokal budayanya termasuk penggunaan bahasa
yang selalu memperhatikan siapa yang diajak bicara dan dalam
konteks apa mereka mempergunakan bahasa tersebut. Sampai
sejauhmanakah masyarakat Desa Pagaden menerapkan prinsip
kesopanan dalam setiap tuturannya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Secara deskriptif penelitian ini
dilakukan semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada atau
fenomena yang memang secara empiris dilakukan oleh penuturnya,
sedangkan secara kualitatif dengan pendekatan studi kasus bertujuan
untuk mengungkapkan suatu kebenaran secara mendalam terhadap
perkembangan tertentu dengan harapan akan dapat membuat suatu
kesimpulan.
Data yang akan dianalisis adalah tuturan yang dituturkan oleh

3
penutur asli Sunda dialek Pagaden Barat, Subang. Data diperoleh
dengan cara melakukan observasi, pencatatan, dan perekaman ketika
peneliti sedang berkomunikasi dengan penutur. Data yang terkumpul
dianalisis dengan cara menyeleksi rekaman, mentranskripsi rekaman
peristiwa percakapan, mengklasifikasikan jenis tuturan, serta
menganalisis jenis tuturan tersebut.

KERANGKA TEORI
Pragmatik merupakan bidang kajian linguistik yang mempelajari
dan menguak bahasa dalam hal ini tuturan seseorang dari segi
eksternal atau konteks tuturan dalam berkomunikasi. Keberhasilan
suatu komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat ditentukan oleh
terlaksananya prinsip-prinsip yang terdapat pada pragmatik, di
antaranya yaitu penerapan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.
Prisip kesopanan (kesantunan) ini akan terfokus pada tuturan dari dua
peserta tuturan, yaitu diri sendiri (self) dan orang lain (other) Karena di
dalam berkomunikasi akan selalu melibatkan banyak aspek di luar
bahasa termasuk aspek interpersonal para penuturnya.
Prinsip kesopanan sebagai salah satu kajian dalam pragmatik
membahas enam maksim (Leech, 1993) di antaranya yaitu:

Maksim Kebijaksanaan Kurangi cacian pada


Kurangi kerugian orang orang lain
lain Tambahi pujian orang
Tambahi keuntungan lain
orang lain Maksim Kerendahan Hati
Maksim Penerimaan Kurangi pujian pada diri
Kurangi keuntungan diri sendiri
sendiri Tambahi cacian pada diri
Tambahi kerugian diri sendiri
sendiri Maksim Kecocokan
Maksim Kemurahan Kurangi ketidakcocokan
anatar diri sendiri Maksim Simpati
dengan orang lain Kurangi antipati antara
Tingkatkan kecocokan diri sendiri dengan
antara diri sendiri orang lain
dengan orang lain Perbesar simpati antara
diri sendiri dengan
orang lain.

5
Leech mengemukakan skala kesopanan (kesantunan) yang
dapat menentukan peringkat kesopanan sebuah tuturan. Skala
kesopanan tersebut yaitu:
Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk
pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan
oleh sebuah tindak tutur pada sebuah tuturan. Semakin tuturan
tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap sopanlah
tuturan itu.
Optional scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau
sedikitnya pilihan yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur
di dalam kegiatan bertutur. Semakin tuturan itu memungkinkan
penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan
leluasa akan dianggap semakin santunlah tuturan itu.
Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada
peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah
tuturan. Semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan maka
akan dianggap semakin santun tuturan itu.
Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan
status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam
pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur
dan mitra tutur maka tuturan yang digunakan cenderung menjadi
semakin santun.
Sosial distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada
peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang
terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa
semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya maka
akan semakin kurang santunlah tuturan.

DESKRIPSI DATA
Pada bagian deskripsi data ini, peneliti mengungkapkan hasil
temuan tuturan dari para penutur di desa Bendungan kecamatan
Pagaden, Subang. Dari hasil observasi dan pencatatan peristiwa tutur,
peneliti mendapatkan data sebagai berikut:
No.Data: 1
Hari/Tanggal: 2 Mei 2009
Tempat: Di dapur pemilik rumah
KONTEKS DATA (TUTURAN)
Pemilik rumah yang Peneliti: Ibu punteun ieu ditaruh dimana?
meminta tamunya untuk (Bu, yang ini ditaruh di mana?)
tidak membantu dalam Pemilik rumah : Sawios neng, teu nanaon,
membereskan peralatan jadi ngerepotken tamu, wios ibu wae.
memasak. (Sudah neng tidak apa-apa, biarin ibu
saja yang bawa. Eneng kan tamu tidak
usah repot-repot membantu ibu. Biar ibu
saja yang bawa).
ANALISIS
Mematuhi prinsip kesopanan dengan menerapkan maksim
kebijaksanaan, karena pemilik rumah telah meminimalkan kerugian
orang lain dan memaksimalan keuntungan orang lain.

No.Data: 2
Hari/Tanggal: 2 Mei 2009
Tempat: Di salah satu rumah warga
KONTEKS DATA (TUTURAN)
Pemilik rumah yang Tamu: Bapak hatur nuhun entos diizinkan
meminta tamunya untuk linggih didieu, punteun pak entos
tidak membantu dalam ngarepotken.
membereskan peralatan (Ibu dan Bapak, terimakasih sudah
memasak. memperbolehkan kami menginap di sini,
udah dijamu juga. Maaf pak sudah
merepotkan).
Pemilik rumah : Sawios neng, di kampung

7
mah teu aya nanaon. Saayana neng.
(ah, tidak apa-apa neng, maaf kita gak
bisa ngasih apa-apa, kalau orang
kampung mah seadanya saja).

ANALISIS
Mematuhi prinsip kesopanan dengan menerapkan maksim
kerendahan hati, karena pemilik rumah meminimalkan pujian pada
diri sendiri dan memaksimalkan cacian pada diri sendiri.

No.Data: 3
Hari/Tanggal: 3 Mei 2009
Tempat: Di salah satu rumah warga
KONTEKS DATA (TUTURAN)
Percakapan terjadi saat Tamu: Ibu, bumina di palih mana?
peneliti sedang jalan-jalan (Ibu rumahnya di sebelah mana?)
pagi dan bertemu dengan Pemilik rumah : ah, ibu mah teu gaduh bumi
salah satu masyarakat neg, aya ogeh saung alitan.
desa. (Ibu sih tidak memiliki rumah neng, yang
ada hanya gubuk kecil).
ANALISIS
Mematuhi prinsip kesopanan dengan menerapkan maksim maksim
kerendahan hati, karena pemilik rumah meminimalkan pujian pada diri
sendiri dan memaksimalkan cacian pada diri sendiri.

ANALISIS DATA
Berdasarkan analisis data, diperoleh temuan penelitian berikut:
Secara umum penutur menerapkan prinsip-prinsip kesopanan yaitu
maksim kebijaksanan dan maksim kerendahan hati. Masyarakat desa
Bendungan sangat memperhatikan siapa yang diajak bertutur dengan
menerapkan prinsip kesopanan dan skala kesopanan (Leech)
Pada data nomor 1 dalam deskripsi data, tempat-waktu tuturan
yaitu bertempat di rumah penduduk yang peneliti dan kawan-kawan
Dik 4 C singgahi, di desa Bendungan Kecamatan Pagaden Barat,
Subang, tanggal 2 Mei 2009, dengan situasi penutur dan peneliti
sedang membereskan peralatan makan di dapur. Maksud dan tujuan
tuturan tersebut yaitu menyuruh peneliti sendiri untuk tidak usah
membantu penutur (pemilik rumah) membereskan peralatan makan di
dapur. Pada kasus tuturan ini penutur bermaksud untuk mengurangi
kerugian pada peneliti karena peneliti adalah tamu yang sangat
dihormati sehingga penutur menginginkan agar peneliti tidak usah
membantunya. Skala yang digunakan penutur yakni cost benefit scale
di mana semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan
semakin dianggap sopanlah tuturan itu. Tingkat kesopanan tuturan
dari penutur juga dipengaruhi oleh skala sosial distance scale yang
menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra
tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan, karena jauhnya jarak
sosial antara penutur dan peneliti mengakibatkan suasana
percakapan cenderung kaku dan formal.
Peneliti mengkategorikan tuturan data nomor 1 sebagai tuturan
yang mematuhi maksim kebijaksanaan, karena tuturan tersebut
mengindikasikan keinginan penutur untuk memaksimalkan
keuntungan bagi mitra tuturnya.
Pada data nomor 2 tempat-waktu tuturan masih sama dengan
data nomor 1 yaitu bertempat di rumah penduduk, tempat peneliti dan
kawan-kawan Dik 4 C menginap, di desa Bendungan Kecamatan
Pagaden Barat, Subang, tanggal 2 Mei 2009, dengan situasi peneliti
sedang meminta izin untuk kembali pulang ke Bandung. Maksud dan
tujuan tuturan tersebut yaitu merendahkan diri penutur karena penutur
merasa tidak dapat menjamu dengan baik tamunya karena mereka
hanyalah orang-orang desa yang menjamu tamu seadanya. Pada
kasus tuturan ini penutur bermaksud untuk mengurangi pujian pada

9
diri sendiri dan menambahi cacian pada diri sendiri. Tentu skala yang
diterapkan oleh penutur yakni cost benefit scale di mana semakin
tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap
sopanlah tuturan itu. Serta skala indirectness scale atau skala
ketidaklangsungan, karena secara tidak langsung penutur ingin
mengungkapkan kata maaf karena tidak dapat menjamu peneliti dan
kawan-kawan dengan optimal. Hal ini menyiratkan bahwa semakin
tidak langsung maksud sebuah tuturan maka akan dianggap semakin
sopan tuturan itu.
Tuturan pada data nomor 2 mematuhi maksim kerendahan hati,
karena tuturan tersebut mengurangi pujian pada diri penutur. Tuturan
tersebut merupakan pemaparan mengenai latar belakang orang desa
yang sederhana dan menghormati tamunya.
Selanjutnya pada data nomor 3 tempat-waktu tuturan terjadi di
di jalan saat peneliti sedang jalan-jalan pagi, di desa Bendungan
Kecamatan Pagaden Barat, Subang, tanggal 3 Mei 2009, dengan
situasi penutur sedang berjalan untuk membeli sarapan pagi di
warung nasi terdekat untuk sesaat penutur bercakap-cakap dengan
peneliti. Maksud dan tujuan tuturan tersebut yaitu merendahkan diri
penutur dengan mengungkapkan bahwa penutur belum mempeunyai
rumah sebaliknya yang ada hanyalah gubuk kecil tidak seperti di
perkotaan yang mayoritas penduduknya memiliki rumah yang besar
dan mewah. Pada kasus tuturan ini penutur bermaksud untuk
mengurangi pujian pada diri sendiri dan menambahi cacian pada diri
sendiri. Dari tuturan penutur dapat disimpulkan bahwa penutr
menerapkan skala Cost benefit scale di mana semakin tuturan
tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap sopanlah
tuturan itu. Selain itu, dalam tuturan penutur terungkap penggunaan
skala sosial distance scale atau skala jarak sosial. Hal ini merujuk
pada tuturan penutur yang mengisyaratkan adanya jarak peringkat
sosial antara penduduk desa dengan penduduk kota, dalam hal ini
penutur merendahkan dirinya karena beliau merupakan orang desa
yang hanya memiliki gubuk sederhana.
Tuturan pada data nomor 3 ini juga mengindikasikan bahwa
penutur mematuhi maksim kerendahan hati, karena tuturan tersebut
mengurangi pujian pada diri penutur.

SIMPULAN
Setelah melakukan analisis terhadap tuturan pada para
penduduk di Desa Bendungan Kecamatan Pagaden Barat, Subang,
peneliti menarik beberapa simpulan sebagai berikut:
Secara umum tuturan yang ada di Desa Bendungan yang dituturkan
oleh bapak dan ibu pemilik rumah dan ibu tetangga semuanya
mematuhi prinsip kesopanan. Pematuhan prinsip kesopanan yang
dituturkan para penutur yakni dengan menerapkan maksim
kebijaksanaan dan kerendahan hati.
Berdasarkan skala kesopanan (Leech), para penutur memenuhi
skala cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan,
indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, sosial distance
scale atau skala jarak sosial.
Dengan terpenuhinya beberapa maksim dalam prinsip kesopanan
serta penerapan skala kesopanan Leech maka tuturan
masyarakat Desa Bendungan dapat diklasifikasikan ke dalam
bentuk tuturan sopan.

DAFTAR RUJUKAN

Geoffrey, Leech. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarata:


Universitas Indonesia.

Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

11

You might also like