You are on page 1of 5

A.

Pandangan Calvin Tentang Gereja


Dalam memahami gereja, maka Calvin mencoba mengulangi perkataanperkataan Cyprianus, maka Calvin mengatakan bahwa gereja adalah ibu semua orang percaya. Yang tidak memiliki gereja sebagai ibu tidak dapat memiliki Allah sebagai Bapa dan di luar gereja tidak ada keselamatan.1[25] Dan dalam hal inilah dapat dilihat bahwa gereja sebagai sarana keselamatan karena firman (jadi ajaran, bukan jabatan rasuli) dan sakramen-sakrasmen. Menurut Calvin, Gereja adalah alat utama yang diberikan Allah kepada orang-orang yang percaya untuk mewujudkan persekutuan dengan Kristus.2 [26] Menurut Calvin, bahwa pemerintahan Gereja merupakan pemerintahan yang letaknya di dalam jiwa atau batin manusia yang menyangkut kehidupan kekal. Ia bersifat Rohani, dan mengajar hati nurani supaya saleh dan mengabdi kepada Allah.3[27] Sehingga Calvin mengidentifikasikan gereja sebagai suatu lembaga atau badan yang dibangun secara ilahi yang di dalamnya Allah melakukan penyucian umatnya.4[28] Namun, perlu juga diketahui bahwa bagi Calvin Gereja yang benar dapat ditemukan ketika Injil secara benar diberitakan dan sakramen-sakramen secara benar dilayankan sama seperti pandangan Luther.5[29] Dan hal ini juga didukung olen pendapat J.L.Ch. Abineno yang menjelaskan bahwa Kehadiran Gereja di dunia ini menunjukkan dua bentuk permunculannya. Di mana di satu sisi sebagai perhimpunan manusia yang mempunyai kesamaan tertentu dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya (yaitu menciptakan keadilan, kebenaran, perdamaian dan keutuhan seluruh ciptaan). Dan di pihak lain, merupakan persekutuan rohani dengan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja.6[30

B.
1 2 3 4 5 6

Pandangan Calvin Tentang Negara

Negara adalah sebuah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Atau dengan kata lain Negara juga diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisir di bawah sebuah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik yang berdaulat, sehingga Negara berhak menentukan tujuan nasionalnya. Lalu bagaimana pandangan Calvin tentang negara? Bagi Johannes Calvin menurut uraiannya dalam bukunya yang berjudul Institutio pemerintahan Negara ialah pemerintahan yang hanya bermaksud untuk mentapkan tata kehidupan yang benar dari segi sipil serta lahiriah. 7[31] Menurut Calvin, tugas pemerintah sipil itu ialah mendukung dan melindungi penyembahan kepada Allah dari sudut lahiriah, mempertahankan ajaran yang sehat tentang agama dan membela kedudukan gereja, mengatur kehidupan dengan berpedoman pada pergaulan masyarakat, membina kesusilaan sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh undang-undang negara, menumbuhkan dan memupuk perdamaian serta ketentraman umum.8[32] Selain daripada itu, Calvin juga membrikan penghargaan terhadap pemerintah negara 9[33] dengan menjelaskan bahwa kekuasaan politis itu suatu panggilan, yang tidak hanya suci dan sah di hadapan Allah, tetapi yang paling kudus dan yang paling terhormat di antara semua panggilan dalam seluruh lingkungan hidup orang-orang fana. 10[34] Hal ini disebabkan oleh karena peran negara sebagai pelindung bagi Gereja dan abdi Allah yang memperjuangkan keadilan.11[35] Lebih lagi Calvin menambahkan bahwa bahwa bentuk pemerintahan negara yang lebih baik menurutnya ialah pemerintahan yang aristokrasi, ataupun bentuk pemerintahan yang terdiri dari campuran tepat pemerintah aristokrasi dengan pemerintah oleh para warga seluruhnya.12[36] Dan dalam hal ini Calvin memberikan alasan mengapa ia lebih memilih pemerintahan yang bersifat aristokrasi, yaitu bukan disebabkan oleh karena bentuknya, melainkan karena jarang sekali terjadi bahwa raja-raja menahan diri sedemikian rupa, hingga kemauan mereka tidak pernah menyimpang dari yang yang adil dan lurus, dan jarang sekali terjadi bahwa mereka diperlengkapi dengan kecerdasan serta kebijaksanaan yang begitu besar sehingga mereka sendiri sudah tahu batas-batas untuk bertindak. Jadi, mengingat kejahatan atau kekurangan orang, lebih aman keadaannya dan lebih ringan bebannya bila lebih dari satu orang 7 8 9 10 11 12

yang memegang kemudi, supaya mereka dapat saling membantu, saling mengajar dan memberi peringatan, dan supaya bila ada seseorang yang mengangkat dirinya lebih dari yang sepatutnya, terdapat sejumlah orang yang dapat mengawasi dan mengingatkan dia sehingga ambisinya mereka kendalikan. 13[37] Jadi, bagi Calvin pemerintahan Kristen menyatakan ketaatannya kepada Allah terutama dalam kesetiannya dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Allah kepadanya, bukan dalam upaya untuk mengkristenakan masyarakat. Karena tugas menjadikan warga masyarakat orang Kristen yang baik adalah tugas Gereja, yang harus didukung oleh pemerintah tetapi tidak boleh diambil alih. 14[38] Dari uraian di atas jelas bahwa Calvin menganggap pemerintah sipil sebagai suatu karunia besar yang diberi Allah kepada manusia, termasuk orang Kristen, untuk memelihara keadilan, damai dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, IA menekankan bahwa bahwa semua orang, apa lagi orang Kristen, harus taat kepada pemerintah, bahkan harus menghormatinya sebagai hamba Allah (Rm.13; 1 Ptr. 2:17).15[39]

C. Hubungan Gereja dan Negara Menurut Calvin.


Menurut Christiaan de Jonge dalam bukunya Apa itu Calvinisme? Menjelaskan bahwa pemahaman Calvin mengenai negara dan hubungan antara gereja dan pemerintah pertama-tama menjadi tampak dari penolakkannya terhadap penganut reformasi radikal yang menganggap pemerintahan itu jahat. 16[40] Menurut Calvin pemerintah dunia tidak berhak dalam urusan perkara-perkara yang semata-mata mengenai hidup Gereja sendiri berdasarkan pada uraian latarbelakang di atas. Namun meskipun demikian, Calvin juga tidak menyetujui pendapat para reformasi radikal yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak memerlukan lagi negara, yang adalah bagian dari dunia.17[41] Karena dunia lama belum berlalu, pemerintah perlu, bahkan merupakan anugerah Allah untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Sehingga menurut Calvin, orang yang meniadakan pemerintah dan negara tidak memahami keadaan dunia, yang masih dikuasai oleh dosa. Mereka 13 14 15 16 17

juga tidak menghargai apa yang dibuat Allah untuk melindungi orang baik terhadap yang jahat.18[42] Walaupun Calvin menganggap negara perlu selama gereja masih berada di dunia ini, itu tidak berarti bahwa ia menyerahkan segala-galanya kepada pemerintah. dengan tegas ia menetapkan batas antara gereja dan negara atau, untyuk memakai peristilahan yang lazim dipergunakan pada waktu itu, antara pemerintahan rohani dan duniawi atau politik (dalam arti yang menyangkut polis, yaitu kota atau lebih umum masyarakat). Berkaitan dengan itu, Calvin menekankan bahwa gereja dan negara menerima dari Allah tugas yang berbeda. Pembagian tugas ini seharusnya menjegah bahaya konflik antara gereja dan negara mengenai agama. Biarapun kemajuan agama adalah kepentingan negara, kepada negara tidak diberi tugas untuk mengatur apa yang terjadi di dalam gereja. Hak bahkan kewajiban pemerintah untuk menentukan undang-undangn terbatas pada bidang kehidupan lahiriah.19[43] Hubungan gereja dan negara dalam teologi Calvin sangat erat dan dapat disimpulkan bahwa kedua lembaga ini saling berdampingan, sama-sama bertugas melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatannya. 20[44] Namun bukan dalam arti Negara boleh saja mengambil alih semua apa yang menjadi bagian gereja, dan juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh karena Calvin yang mencita-citakan suatu pemerintahan yang teokrasi. 21[45] Sehingga dalam mewujud nyatakan cita-cita teokrasi tidak cukup kalau hanya melalui pemberitaan firman yang dilakukan oleh Gereja, tetapi seluruh kehidupan, baik hidup perorangan, maupun hidup masyarakat, harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Dan dalam hal inilah pun pemerintah mempunyai tugas untuk mendukung gereja. Ini disebabkan karena Johannes Calvin memiliki pandangan positif kepada Negara. Ia menolak gereja sebagai subordinasi (di bawah) Negara, atau dengan subordinasi gereja, tetapi iuxtaposisi (kesetaraan yang berdampingan) dan kooperatif (mitra kerjasama).

D.

Analisa

Menurut Calvin berdasarkan uraian di atas bahwa Gereja dan Negara adalah dua lembaga yang berdampingan, sama-sama bertugas melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatannya. Lalu sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana hubungan gereja dan negara pada saat sekarang ini khusunya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia? Apakah prakteknya sama seperti yang 18 19 20 21

dikatakan oleh Johannes Calvin? Apakah negara sudah menjadi pelindung bagi Gereja? Indonesia memang telah memberikan jaminan kebebasan beragama dalam konstitusi Indonesia yakni UUD 1945. Lalu yang menjadi pertanyaan ialah apakah jaminan ini telah didapatkan oleh gereja? Adnan Buyung Nasution menyatakan bahwa meskipun telah ada jaminan hukum yang cukup memadai, namun jaminan kebebasan beragama di Indonesia justru semakin rentan. 22[46] Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman atas jaminan kebebasan beragama di Indonesia mulai terjadi dengan adanya berbagai tindakan baik yang dilakukan oleh Negara, institusi sipil, dan berbagai kelompok masyarakat. Setidaknya tercatat, berbagai peristiwa yang terkait dengan masalah kebebasan beragama di antaranya penutupan gereja di Jawa Barat.23[47] Oleh karena itu, maka menurut penulis bahwa gagasan Calvin ini penting untuk diterapkan guna memelihara hubungan antara pemerintah dan gereja-gereja. Yang ada di Indonesia.

E.

Penutup

Dari seluruh uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan gereja dan Negara menurut Johannes Calvin ialah bersifat sejajar, maksudnya gereja bukan sebagai subordinasi (di bawah) Negara, atau dengan subordinasi gereja, tetapi iuxtaposisi (kesetaraan yang berdampingan) dan kooperatif (mitra kerjasama).

22 23

You might also like