You are on page 1of 37

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Reaksi organik dengan kimia aldehida dan keton adalah senyawa yang sangat penting. Dua golongan senyawa ini mengandung gugus karbonil dengan atom hidrogen oksigen berikatan rangkap dengan karbon. Pada aldehida sedikitnya satu atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil, sdangkan pada keton atom karbon pada gugus karbonil terikat pada gugus hidrokarbon. Beberapa senyawa tersebut seperti aseton (CH3COCH3) dan metal etil karbon (CHCOCH2CH3) dipakai dalam sejumlah besar sebagai pelarut. Larutan pekat formaldehida (HCh6) biasanya dibuat dan disimpan dalam air (untuk mengurangi kosentrasi). Cairan yang baunya agak tidak enak ini digunakan sebagai bahan dasar dalam penelitian biologi. Namun kebanyakan formaldehida dimanfaatkan dalam industri plastik. Keton biasanya kurang reaktif dibandingkan aldehida. Keton yang paling sederhana adalah aseton, suatu campuran berbau sedap dan dapat bercampur sempurna dengan air yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa organik seperti cat, resin, zat warna, dan pembersih kuku. Yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui reaksi dari sampel glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, aseton, ekstrak mangga, ekstrak tebu, ekstrak pepaya, ekstrak pisang, ekstrak tebu, ekstrak naga, bila direaksikan dengan fehling A+B dan pereaksi tollens (NH4OH+AGNO3) serta mengetahui endapan yang terjadi bila larutan tersebut dipanaskan. Selain itu, pratikan juga dapat mengetahui gugus yang terkandung dalam sampel yang digunakan. Oleh karena itu pratikum ini dilaksanakan agar dapat mengetahui senyawa atau sampel yang mengandung senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan larutan fehling dan tollens. Dan yang

melatarbelakangi percobaan ini yaitu untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan ini mengandung aldehid. Untuk mengetahuinya didalam percobaan

yang akan dilakukan akan menggunakan reagen tollens dan fehling AB. Setelah mereaksikan pratikan diharapkan dapat mengetahui apakah sampel yang diuji mengandung aldehid atau tidak. 1.2 Tujuan Percobaan Mengetahui hasil reaksi antara fehling AB + Aseton Mengetahui sampel yang tidak bereaksi setelah ditambahkan tollens dan fehling Mengetahui bahan-bahan yang mengandung gugus keton

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Struktur Aldehida dan Keton Aldehida adalah senyawa organik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan paling sedikit satu hidrogen. Rumus umum aldehida yaitu :

Gugus karbonilnya

Rumus ini sering disingkat RCOH Keton adalah senyawa organik yang karbon-karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain. Rumus umum keton adalah sebagai berikut :

Gugus karbonilnya

Rumus ini sering disingkat RCOR Cara penamaan aldehida dan keton. Sistem IUPAC dapat digunakan untuk menamai aldehida dan keton. Untuk kedua golongan ini, mula-mula harus ditentukan rantai hidrokarbon terpanjang yang mengandung karbonil. Akhiran -a dari hidrokarbon diganti dengan -al. untuk menyatakan aldehida dengan sistem IUPAC, nama aldehida berantai harus lurus ialah methanol, etanol, propanol, butanol, dan seterusnya. Keton dinamai dengan mengubah akhiran nama rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus karbonil dari -a menjadi -on. Jika ada beberapa gugus karbonil dalam rantai, kedudukannya dinyatakan dengan nomor terkecil. Misalnya ada dua pentanon yang berbeda

H3C

2 - pentanon (titik didih 102oC)

3 - pentanon (titik didih 101,7 oC)


Kedua pentanon, C5H10O adalah isomer struktur. Nama biasa aldehida dan keton sering digunakan. Nama biasa untuk metanol adalah fermaldehida, sedangkan untuk etanol adalah asetil dehida. Nama biasa untuk keton adalah dengan menamai kedua gugus alkyl yang melekat pada karbon-karbonilnya ditambah kata keton. Satu-satunya kekecualian ialah dimetil keton, yang sering disebut aseton. Suatu pelarut serba guna. (Antony C wibraham, 1992). Aldehida dan keton karena mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama, maka sifat kimianya hampir sama. Tetapi sifat fisikanya berlainan. Formaldehida adalah suatu gas yang baunya sangat merangsang. Asetaldehida berupa cairan yang baunya juga merangsang, tetapi aldehida dengan atom akrbon lebih dari dua baunya sangat tidak enak, kebanyakan terdapat dalam bunga yang

dikenal sebagai minyak aerates (minyak terbang atau minyak yang mudah menguap). Keton dengan atom karbon 13 kebawah berupa larutan yang baunya enak. Sedangkan yang beratom karbon yang lebih dari 13 berupa zat padat yang tidak berwarna dan tidak berbau hanya aldehida dan keton dengan rantai pendek sedikit larut dalam air, sedangkan yang berantai karbon panjang larut dalam pelarut organik (ismail berasi, 1982). Aldehida dan keton tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul karena tidak adanya gugus hidroksil (-OH). Dengan demikian titik didihnya lebih rendah disbanding alcohol, tetapi aldehida dan keton dapat saling tarik melalui antaraksi polar-polar, sehingga titik didihnya lebih tinggi dibandingkan alkana padanannya. Gaya tarik tersebut menjelaskan bahwa beberapa aldehida dan keton berwujud cair atau padat pada suhu kamar. Kecuali formaldehida yaitu gas yang berbau menyengat. Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah yaitu, formaldehida, asetadehida, aseton, bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Semakin panjang rantai karbon kelarutan dalam air semakin menurun, bila rantai karbon melebihi lima atau enam karbon, kelarutan aldehida dan keton dalam air sangat rendah, sebagaimana kita duga, aldehida dan keton dalam pelarut non polar. (Ridwan.1989).

Oksidasi alkohol primer dengan oksidator lemah

C2H5OH

oksidasi (O)

H3C

C H

+ H2O

asetaldehida

Uap alkohol dilakukan pada temperatur panas.

C2H5OH

oksidasi. Cu 200o- 250o H2

H3C

C H

Nama aldehida berasal dari reaksi ini karena aldehida merupakan alkohol yang kekurangan hidrogen. Dari pemanasan kalsium asetal dan kalsium forsiat.
O H3C C O Ca H3C C O O H C O H C O Ca O O

2 CaCO3 + 2 H3C

C H

Secara industri diperoleh asetilena direaksikan dengan asam sulfat dan katalisator merkuri sulfat.
HC H3C CH + H2SO4

HgSO4

H3C

CH (OSO 3H) 2 C

CH(OSO 3H) 2 +H 2O

2H2SO4 + H3C

Metanol (formaldehida) terbentuk pula sebagai hasil antara pada pembentuk karbohidrat secara fotosintesa didalam eluen.
O CO2 + H2O

sm

O2 + H

(metanol)

(Ismail Besari. 1982)

PEMBUATAN KETON Keton dapat dibentuk seperti cara 1,2 dan 3 pada pembentukan aldehida: Oksidasi alkohol sekunder

oksidasi
H3C CH OH CH 3

(O)

H3C

C O

CH 3 +

H2O

- dari hasil pemanasan kalsium karbonat.


O H3C C O Ca H3C C O O

CaCO3 + H3C

H2C

C O

CH 3

Reaksi-reaksi aldehida dan keton. Senyawa aldehida dan keton mempunyai gugus fungsional yang sama, dimana hanya berbeda pada aldehida gugus karbonilnya mengikat atom hidrogen, sedang pada keton gugus karbonil sudah tidak mengikat atom hidrogen, maka terdapat reaksi-reaksi yang sama yaitu : 1. oksidasi - oksidasi aldehida, karena gugus karbonil masih mengikat atom hidrogen maka dapat teroksidasi, misalnya oleh larutan tollen, larutan fehling (campuran cupri sulfat, kalium, natrium tetrat dan basa kuat) atau larutan benedik (campuran cupri sulfat, kalium titrat dan basa kuat) reaksi.
O H3C C H

+ 2Ag(NH3)2+ + 3OH-

2Ag

+ CH3COO- + 4NH3 + 2H2O

- oksidasi keton, karena gugus karbonil sudah tidak mengikat atom hidrogen maka keton tidak atau sukar beroksidasi dengan larutan fehling, tollens maupun benedik. Keton hanya dapat teroksidasi oleh oksidator kuat, akan membentuk asam-asam karboksilat dengan rantai karbon lebih pendek dari rantai karbon keton tersebut, misalnya :

H3CH2C

CH3

+ 3I2 + 4KOH

CHI2 + H3C

H2 C

C OK

+ 3KI + 3H2O

O H3C H2 C

Oks. kuat
C CH 3

1. H3C

H2 C

C O OH

+ HC
OH

(O) 2. 2H3C
C OH

2. reduksi Reduksi aldehida dan keton bergantug pada reduktor yang kita gunakan, bila reduktor lemah, misalnya H2 katalisator Ni atau Li4IH4 dihasilkan alkohol, misalnya :
O

Aldehida : H3C Keton :

C O C

+ H2

Ni

H3C

CH 2OH OH

(alkohol primer)

Ni
H3C CH 3 + H2 H3C CH CH 2 (alkohol sekunder)

Apabila dipergunakan reduktor kuat misalnya Zn (Mg) dalam asam halida pekat akan terbentuk alkana misalnya

O H3C C H + Zn + HCl H3C CH 3 + ZnCl2 + H2O

O H3C C CH 3 + Zn + HCl H3C H2 C CH 3 + ZnCl2 + H2O

Polimerisasi Baik pada aldehida maupun keton dapat mengadakan polimerisasi tetapi

tidak semua dilakukan polimerisasi. Salah satu contoh polimrisasi aldehida yaitu berpolimerisasi dari 6 molekul formaldehida terbentuklah glukosa. Polimerisasi ini terjadi pada daun (Ismail besari, 1982). Proses yang menyebabkan berpindahnya sebuah atom hidrogen yang terikat pada atom -karbon sebuah senyawa karbonil ke atom oksigen - karbonil dikenal sebagai pengenalan atau tautomerisasi ke-enol. Istilah keto-enol meskipun sudah bisa dipakai. Tak tepat karena aldehid dan gugus lain mengandung gugus karbonil dapat mengalami proses ini. Karbonil isomer dan struktur enol adalah tautomerisasi. Reaksinya mencapai keadaan simbang. Dengan posisi yang dinyatakan dengan tetapan keseimbangan untuk tautomerisasi, K T letak kesetimbangan untuk tautomerisasi bergantung pada struktur molekul, biasanya bentuk karbonil lebih disukai akan tetapi faktor struktur dengan nyata mempengaruhi KT. senyawa 1,3 - dikarbonil nibsi mengandung bentuk enol dalam konsentrasi besar pada keadaan seimbang 2,4 - sikloheksadienon hanya terdapat dalam bentuk anol (fenol) karena kemantapan penting yang berkaitan dengan sistem aromatik (keenan, 1996).

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1

Alat dan Bahan 3.1.1 3.1.2 Alat Gelas ukur Hotplate Rak Tabung Tabung Reaksi Penjepit Tabung Pipet Tetes Sikat Tabung Bahan Fehling A Fehling B AgNO3 NH4OH Glukosa Galaktosa Fruktosa Sukrosa Aseton Ekstrak Pepaya Ekstrak Pisang Ekstrak Mangga Ekstrak Apel Ekstrak Naga Ekstrak Tebu SabunCair Tissue Aquades

3.2

Ekstrak Melon

Prosedur Percobaan 3.2.1 Uji Fehling

3.2.1.1 Uji Fehling + Glukosa Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet glukosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.2 Uji Fehling + Fruktosa Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet Fruktosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.3 Uji Fehling + Galaktosa Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet galaktosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.4 Uji Fehling + Sukrosa Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet sukrosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.5 Uji Fehling + Aseton Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet aseton Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.6 Uji Fehling + ekstrak mangga Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak mangga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.7 Uji Fehling + ekstrak pepaya Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak pepaya Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.8 Uji Fehling + ekstrak melon Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak melon Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.9 Uji Fehling + ekstrak tebu Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B

Ditambah 1 pipet ekstrak tebu Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.10 Uji Fehling + ekstrak pisang Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak pisang Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.1.11 Uji Fehling + ekstrak buah naga 3.2.2 Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak buah naga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens

3.2.2.1 Uji Tollens + Glukosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet Glukosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.2 Uji Tollens + fruktosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet fruktosa Dikocok

Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.3 Uji Tollens + Galaktosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet Galaktosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.4 Uji Tollens + sukrosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet sukrosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.5 Uji Tollens + aseton Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet aseton Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.6 Uji Tollens + ekstrak mangga Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak mangga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.7 Uji Tollens + ekstrak pepaya

Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak pepaya Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.8 Uji Tollens + ekstrak melon Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak melon Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.9 Uji Tollens + ekstrak tebu Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak tebu Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.10 Uji Tollens + ekstrak pisang Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak pisang Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2.11 Uji Tollens + ekstrak buah naga Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak buah naga

Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

Prosedur Uji Fehling Fehling AB + Glukosa - Dimasukkan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi - Ditambah 5 tetes fehling B - Ditambah 1 pipet glukosa - Dikocok - Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate - Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + Fruktosa - Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 5 tetes fehling B - Ditambah 1 pipet Fruktosa - Dikocok - Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate - Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + Galaktosa - Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 5 tetes fehling B - Ditambah 1 pipet galaktosa - Dikocok - Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate - Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + Sukrosa - Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi - Ditambahkan 5 tetes fehling B - Ditambah 1 pipet sukrosa - Dikocok - Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate - Diamati perubahan yang terjadi

- Larutan berwarna biru - Larutan berwarna bening - Larutan membentuk 2 fasa, bening dan biru - Larutan berwarna coklat tua

- Larutan berwarna biru - Larutan berwarna bening - Larutan menjadi bening dan biru - Larutan berwarna coklat dan bening

Larutan berwarna biru Larutan bewarna bening Larutan membentuk 2 fase bening dan biru Larutan berwarna coklat kemerahan

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan membentuk 2 fase bening dan biru Larutan berwarna coklat dan keruh

Uji Fehling + ekstrak apel Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak apel Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + Aseton Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet aseton Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + ekstrak mangga Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak mangga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + ekstrak pepaya Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak pepaya Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + ekstrak melon Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak melon Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning keruh Larutan berubah menjadi warna coklat tua

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan membentuk 2 fase bening dan biru Aseton menguap jadi yang tersisa hanya fehling AB berwarna biru tua Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan berwarna hijau toska keruh Larutan berwarna kuning bata dan keruh

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning kehijauan Larutan berwarna coklat kehitamhitaman dan terdapat endapan

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan berwarna biru keruh Larutan berwarna coklat keruh

Uji Fehling + ekstrak tebu Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak tebu Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + ekstrak pisang Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak pisang Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Fehling + ekstrak buah naga Dimasukan 5 tetes fehling A kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes fehling B Ditambah 1 pipet ekstrak buah naga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + sampel Uji Tollens + Glukosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet Glukosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + fruktosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet fruktosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan berwarna hijau kebiruan keruh Larutan berwarna coklat kehitaman keruh

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan coklat endapan hijau Larutan berwarna kemerahan dan terdapat endapan

Larutan berwarna biru Larutan berwarna bening Larutan hijau kecoklatan berendapan Larutan berwarna kemerahan berendapan coklat

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna keabu-abuan terdapat cermin perak

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna putih

hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + Galaktosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet Galaktosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + sukrosa Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet sukrosa Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + aseton Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet aseton Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak mangga Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak mangga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak pepaya Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak pepaya Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate

kekuningan keruh terdapat cermin perak Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna putih keruh terdapat cermin perak

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna coklat tua keruh

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan tetap berwarna bening

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning keruh Larutan berwarna coklat tua keruh

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna coklat tua kehitaman Larutan berwarna hijau kehitaman dan terbentuk cermin perak

Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak melon Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak melon Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak tebu Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak tebu Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak pisang Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak pisang Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak buah naga Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak buah naga Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate Diamati perubahan yang terjadi Uji Tollens + ekstrak apel Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes NH4OH Ditambah 1 pipet ekstrak apel Dikocok Dipanaskan selama 5 menit diatas -

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning muda

Larutan kehitaman

berwarna

merah

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning muda Larutan tetap berwarna kuning tapi agak pekat

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning kecoklatan Larutan berwarna kehitaman terbentuk cermin perak

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna ungu

Larutan berwarna kehitaman terbentuk cermin perak

Larutan berwarna bening Larutan berwarna bening Larutan berwarna hijau keruh Larutan berwarna abu-abu

4.2

hotplate Diamati perubahan yang terjadi Reaksi 4.2.1 Reaksi fehling + sampel Reksi fehling A + fehling B
O
C H C C C O ONa OH

kehitaman keruh

O
C H C C C O ONa O

2
H OH OK

+ Cu(OH)2

2
H O OK

Cu + 2H2O

Reaksi fehling AB + glukosa


O
C ONa O H

O
C C C C C H OH

O O
C C H H C C C O CH 2OH ONa H C C C C OH H OH OH OH OH

C C C O

2
H O OK

Cu + 2H2O +
HO H H H OH OH

+
OH

HO H

OK H

CH 2OH

Reaksi fehling AB + fruktosa


O
C ONa O HO

CH2OH
C C C C C O H OH OH OH HO

CHOH
C C C C OH H OH OH

C C C O

2
H O OK

Cu + 2H2O +

H H H

+2H2O

H H

CH 2OH

CH 2OH

O
C ONa O

O
C ONa O

O
C H OH H OH OH

2 H
H

C C C O

Cu
O OK

+2H2O

H H

C C C O

+ H Cu
OH H H

C C C C

+ 2H2O

O OK

CH 2OH

O
C H HO H H C C C C OH OH H OH OH

O
C H C C C O ONa OH OH OK

+2

+ Cu2O

CH 2OH

O
C H H C C C O

Reaksi fehling AB + galaktosa


O
ONa O H C C C C C H OH H H OH H HO HO H

O
C C C C C OH OH H H OH

O
C H C C C O ONa OH

Cu +
O OK HO HO H

+
H OH OK

+Cu2O

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi fehling AB + sukrosa


O
C ONa O H CH 2OH O OH O H OH H OH H H OH H CH 2OH

H H

C C C O

OH

Cu +
O OK OH

H CH2C
OH

Reaksi fehling AB + ekstrak tebu


O
C ONa O HO

O
C C C C C H OH

O
C H H C C C O ONa H

O
C C C C C OH OH H OH OH

C C C O

2
H O OK

Cu + 2H2O +
HO H H H OH OH

OH

+
OH

HO H

OK H

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi fehling AB + ekstrak pisang


O
C ONa OH HO

O
C C C C C H OH H OH OH

O
C H H C C C O ONa OH OH OK H

O
C C C C C H OH H OH OH

C C C O

2
H OH OK

+ Cu(OH)2 +
HO H H

+
HO H H

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi fehling AB + ekstrak apel


O
C ONa O H

O
C C C C C CH 2OH OH H OH OH

CHOH
C HO H H C C C OH H OH OH

C C C O

2
H O OK

Cu + 2H2O +
HO H H

CH 2OH

CH 2OH

4.2.2 Reaks Tollens + sampel Reaksi Tollens + glukosa


O
C H C C C C H OH H OH OH H HO H H

O
C C C C C H OH H OH OH

2Ag(NH3)2OH + HO
H H

+ 4NH + 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi Tollens + fruktosa


O CHOH
C HO C C C C H C H H OH H H OH CH 2OH CH 2OH C OH OH H H C C OH H OH

2Ag(NH3)2OH +

2Ag(NH3)2OH +

2Ag(NH3)2OH +

O
C H HO H H C C C C H OH H OH OH H HO HO H

O
C C C C C OH OH H H OH

+ 4NH3 + 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi Tollens + galaktosa


O
C H C C C C H OH H H OH H HO HO H

O
C C C C C OH OH H H OH

2Ag(NH3)2OH + HO
HO H

+ 4NH2 + 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

H C

Reaksi Tollens + sukrosa


CH 2OH O H C OH C O CH 2OH O C H C OH H C CH 2OH

H HO C OH H

+ 2Ag(NH3)2OH

AgNO3 + NH4OH 2[Ag(NH3)]OH


O
H OH H OH OH H HO H H C C C C C H OH H OH OH

2AgNO3 + 2NH4OH Ag2O +H2O + 2NH4NO3 Ag2O + 4NH3 + H2O Reaksi Tollens + ekstrak tebu
O
C H C C C C

2Ag(NH3)2OH +

HO H H

+ 4NH + 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi Tollens + ekstrak pisang


O
C H C C C C H OH H OH OH H HO H H

O
C C C C C H OH H OH OH

2Ag(NH3)2OH +

HO H H

+ 4NH + 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

Reaksi Tollens + ekstrak apel


O
C H C C C C CH 2OH OH H OH OH HO

CHOH
C C C C OH H OH OH

2Ag(NH3)2OH + HO
H H

2Ag(NH3)2OH +

H H

CH 2OH

CH 2OH

O
C H HO H H C C C C H OH H OH OH H HO HO H

O
C C C C C OH OH H H OH

2Ag(NH3)2OH +

+ 4NH 3+ 2Ag + H2O

CH 2OH

CH 2OH

4.3 Pembahasan Aldehida adalah senyawa organik yang karbonil-karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan paling sedikit satu hidrogen. Rumus Aldehida yaitu:
O Gugus Karbonilnya H

Rumus ini sering disingkat RCOH Keton adalah senyawa organik yang karbonil-karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain. Rumus umum keton adalah sebagai berikut:
O Gugus Karbonilnya R

Rumus ini sering disingkat dengan RCOR

Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan gugus yang mempunyai aldehida dan keton bebas. Senyawasenyawa yang mengoksidasi atau sifat reduktor adalah logam-logam oksidator yaitu seperti Cu. Contoh yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa dan maltosa. Prinsip pecobaan aldehida adalah senyawa yang memiliki gugus (-CHO) bebas yang dapat mereduksi fehling dan tollens yang merupakan oksidator lemah. Prinsip percobaan keton adalah senyawa yang memiliki gugus (-CO) bebas yang tidak bisa mereduksi fehling dan tollens yang merupakan oksidator lemah dan pada akhirnya keton mengalami tautomerisasi seperti campuran fehling dan fruktosa. Pereaksi tollens merupakan larutan perak nitrat dalam amonia yang dibuat dengan cara menetesi larutan sedikit demi sedikit. Pereaksi tollens mengoksidasi ringan yang digunakan dalam mengenali aldehida adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutan jernih tak berwarna, aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens sehingga dibebaskan unsur perak Ag disebut cermin perak. Fehling AB terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah CuSO4 yang dicampurkan dengan NaOH. Sedangkan fehling B adalah campuran dari larutan NaOH dengan kalium natrium tetrat. Pereaksi

fehling A yang dicampurkan fehling B akan menghasilkan fehling AB yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gugus aldehida. Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi fehling maka akan diperoleh endapan tembaga oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata. Tutomerisasi yaitu penyusunan kembali senyawa keton menjadi aldehida. Salah satu contohnya adalah fruktosa. Secara teori fruktosa merupakan ketosa, sehingga tidak dapat bereaksi dengan fehling AB. Hal ini dikarenakan fruktosa dapat mengalami tautomerisasi membentuk enadiol lalu membentuk didosa sehingga fruktosa dapat bereaksi dengan fehling AB dan membentuk endapan merah bata. Pembuatan senyawa aldehida, aldehida dapat dibuat melalui reaksi oksidasi alkohol primer dengan pereaksi oksidator, seperti KMnO4 dan K2Cr2O7 dalam larutan asam. Dalam industri, aldehida dibuat menggunakan oksidator dengan dibantu katalis Pt atau Cu. Reaksi oksidasi alkohol primer secara umum sebagai berikut
O CH 2 OH R Alkohol Primer

[O]

+ H2O

Aldehida

Agar tidak terjadi reaksi oksidasi lanjutan menghasilkan asam karboksilat, aldehida harus langsung didestilasi keluar dari larutan alkohol. Terdapat beberapa metode untuk pembuatan keton dalam laboratorium: a. Keton dapat dihasilkan dengan oksidasi alkohol sekunder. Proses ini memerlukan oksidator kuat seperti kalium permanganat, kalium dikromat atau senyawa lain yang mengandung Cr(VI) alkohol dioksidasi dengan pemanasan refluks pada larutan asam sebagai contoh, 2-propanol dioksidasi
H3C CH(OH) CH3

dengan
CH3 CO CH3

aseton

b. c.

Keton juga dihasilkan dari hidrolisis halida Alkuna dapat diubah menjadi enol melalui reaksi hidrasi engan keberadaan asam dan HgSO4. Tautomerisme enol-keto enol yang dihasilkan akan

menghasilkan keton. Reaksi ini akan selalu menghasilkan keton, bahkan untuk alkuna termiral dan sia2BH diperlukan apabila diinginkan aldehida d. Keton aromatik dapat dibuat dengan reaksi fridel-crafts, reaksi HoubenHoesch dan penataan ulang fries. e. Pda penataan ulang kambium. Delamare keton dibuat dari asam dikarboksilat peroksida dan basa f. g. h. Pada siklisasi ruzicka, keton sikuk dibuat dari asam dikarboksilat Pada reaksi Nef, keton terbentuk dari hidrolisis garam dari senyawa nitro Pada penggandengan fukuyama, keton terbentuk dari tioster dengan sebuah senyawa organ seng i. Keton yang dibuat dari reaksi asil klorida dengan senyawa organolitium atau senyawa organotembaga. Pada percobaan dengan menggunakan Fehling AB yang direaksikan dengan sampel Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan glukosa. Pada saat memasukkan fehlingA, fehling B dan ditambah 1 pipet glukosa menghasilkan larutan yang membentuk 2 fasa, bening dan biru. Dan setelah dipanaskan larutan berwarna coklat tua.seharusnya larutan berwarna merah bata dan berendapan. Dan dapat diketahui larutan mengandung aldehida. Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan fruktosa. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ditambah 1 pipet fruktosa larutan membentuk 2 fasa bening dan biru kemudian setelah dipanaskan larutan menjadi warna coklat dan bening yang seharusnya berwarna merah bata karena fruktosa mengandung aldehida. Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan galaktosa. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ditambah 1 pipet galaktosa, larutan membentuk 2 fasa bening dan biru, kemudian setelah dipanaskan larutan berwarna coklat kemerahan, seharusnya warna merah bata karena galaktosa mengandung aldehida.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan sukrosa. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ditambah 1 pipet sukrosa, larutan membentuk 2 fasa bening dan biru. Kemudian setelah dipanaskan larutan menjadi coklat dan keruh.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan aseton. Pada saat dimasukkan fehling A, fehling B, dan ditambah 1 pipet aseton larutan membentuk 2 fasa bening dan biru. Setelah dipanaskan larutan aseton menguap, jadi yang tersisa hanya fehling AB yang berwarna biru tua.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak mangga. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak mangga larutan menjadi hijau toska dan keruh, setelah dipanaskan larutan menjadi warna kuning kemerahan bata dan keruh. Berarti ekstrak mangga mengandung aldehida.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak pepaya. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak pepaya larutan menjadi kuning kehijauan dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman dan terdapat endapan merah bata. Jadi ekstrak pepaya mengandung aldehida.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak melon. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak melon larutan yang dihasilkan berwarna biru keruh. Dan setelah dipanaskan larutan menjadi coklat keruh (merah bata) berarti larutan ini mengandung aldehida.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak tebu. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak tebu larutan berwarna hijau kebiruan keruh dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi coklat kehitaman keruh (merah bata) berarti larutan ini mengandung aldehida.

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak pisang. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak pisang larutan yang dihasilkan berwarna coklat endapan hijau. Setelah larutan dipanaskan, larutan menjadi berwarna kemerahan dan terdapat endapan, berarti larutan ini mengandung aldehida

Percobaan fehling AB yang direaksikan dengan ekstrak buah naga. Pada saat memasukkan fehling A, fehling B dan ekstrak buah naga larutan yang dihasilkan hijau kecoklatan dan berendapan, setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna coklat kemerahan (merah bata) berendapan. Berarti larutan ini mengandung aldehida. Pada percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan

sampel Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan glukosa. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet glukosa larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan larutan menjadi berwarna keabu-abuan dan terdapat cermin perak. Berarti larutan ini mengandung keton. Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan fruktosa. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet fruktosa larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan larutan berubah manjadi berwarna putih kekuning-kuningan keruh, terdapat cermin perak. Berarti larutan ini mengandung aldehid. Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan galaktosa. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet galaktosa larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan larutan berubah menjadi larutan berwarna putih keruh terdapat cermin perak. Berarti galaktosa mengandung aldehid. Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan sukrosa. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet sukrosa larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi coklat tua keruh tidak terbentuk cermin perak. Berarti tidak mengandung aldehida dan keton. Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan aseton. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet aseton larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening dan setelah dipanaskan larutan tetap berwara bening atau tidak bereaksi

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak mangga. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak mangga larutan yang dihasilkan larutan berwarna kuning keruh dan setelah dipanaskan larutan berwarna coklat keruh.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak pepaya. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak pepaya larutan yang dihasilkan larutan berwarna coklat tua kehitaman dan setelah dipanaskan larutan berwarna hijau kehitaman dan terbentuk cermin perak berarti larutan ini mengandung aldehida.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak melon. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak melon larutan yang dihasilkan larutan berwarna bening kekuning-kuningan dan setelah dipanaskan larutan berwarna merah kehitaman.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak tebu. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak tebu larutan yang dihasilkan larutan berwarna kuning muda dan setelah dipanaskan larutan menjadi kunimg agak pekat.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak pisang. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak pisang larutan yang dihasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan dan setelah dipanaskan larutan berwarna coklat kehitaman.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak buah naga. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak buah naga larutan yang dihasilkan larutan berwarna ungu dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi berwarna kehitaman dan terbentuk cermin perak berarti larutan ini mengandung aldehid dan keton.

Percobaan dengan menggunakan tollens yang direaksikan dengan ekstrak apel. Setelah penambahan AgNO3, NH4OH dan 1 pipet ekstrak apel larutan yang dihasilkan larutan berwarna hijau keruh dan setelah dipanaskan larutan berwarna abu-abu kehitaman keruh.

Didalam pengamatan terdapat kesalahan yang dilakukan pratikan yaitu pada saat mengamati perubahan warna dan endapan pada percobaan yang menggunakan fehling AB dan begitu pula pada saat pengamatan cermin perak pada percobaan yang menggunakan tollens. Seharusnya yang menghasilkan warna merah bata pada larutan (menggunakan fehling AB) dan yang seharusnya menghasilkan cermin perak(yang menggunakan tollens) adalah semua sampel kecuali sukrosa dan aseton. Karena semua sampel mengandung aldehda dan sukrosa dan aseton tidak mengandung aldehida. Adapun fungsi-fungsi perlakuan yang dilakukan adalah Pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi pada sampel dan reagen yang telah direaksikan Pengocokan adalah agar bahan-bahan atau reagen-reagen yang

dicampurkan dapat tercampur secara merata Pencucian tabung, agar tabung reaksi bersih sehingga pada saat digunakan lagi reagen dan bahan yang dimasukkan tidak rusak Tabung dijepit agar memudahkan pada saat pengambilan tabung yang sudah panas. Faktor kesalahan yang mungkin terjadi adalah Pencucian tabung reaksi yang kurang bersih. Pemanasan yang kurang maksimal. Kurang teliti dalam pengamatan dari hasil atau perubahan yang terjadi Fungsi reagen Fehling AB berfungsi sebagai oksidator lemah yang dapat mengoksidasi sampel Tollens sebagai oksidator lemah yang dapat mengoksidasi sampel Fehling A dan fehling B digunakan untuk membuat fehling AB

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan Pada saat dimasukkan fehling A, fehling B dan ditambah 1 pipet aseton, larutan membentuk 2 fase yaitu bening dan biru. Setelah dipanaskan larutan aseton menguap, sehingga yang tersisa hanya fehling AB yang berwarna biru tua. Sampel yang direaksikan dengan tollens dan fehling AB, ada sampel yang tidak bereaksi dengan kedua reagen tersebut. Sampel yang tidak bereaksi yaitu tollns dan fehling AB Berdasarkan prinsip percobaan pada penambahan Fehling AB dan penambahan tollens, maka bahan-bahan yang mengandung gugus keton adalah aseton. 5.2 Saran Sebaiknya pada pratikum selanjutnya digunakan sampel yang bebeda dengan pratikum ini misalnya menggunakan ekstrak sayur-sayuran misalnya tomat agar pratikan dapat mengetahui dan melakukan pebandingan hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA

Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas. Bandung: Armico Fessenden. 1991. Kimia Organik jilid 2. Jakarta: Erlangga Keenan, dkk. 1996. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Matta, Michael. S, Antony, C. Wiloraham. 1992. Pengantar Kimia Organik. Bandung: ITB Ridwan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta: Bira Rupa Aksara

You might also like