You are on page 1of 8

AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA KERANG DARAH (Anadara granosa)

TUGAS MAKALAH MATAKULIAH EKOTOKSIOLOGI

Oleh : HERIANSYAH HIDAYAT 08101005009

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2013

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polusi dari sektor industri yang dihadapi Indonesia secara langsung berhubungan dengan pertumbuhan industri. Pertumbuhan industri Indonesia mempunyai konsekuensi pada degradasi lingkungan terutama di Pulau Jawa dimana sekitar 75 % industri terse but berada. Oegradasi lingkungan cenderung meningkat yang dibuktikan oleh terkontaminasinya air, udara dan tanah yang berdampak pada kesehatan, 'kerusakan di daerah hilir dan tentu saja ekosistem perairan laut. Secara luas pulutan yang berasal dari sektor industri terdiri dari 3 jenis yaitu polutan tradisional di air (antara lain BODs dan padatan terlarut), polutan tradisional di udara (seperti partikulat, belerang dan nitrogen oksida serta karbon monoksida) dan polutan yang berasal dari zat beracun dan berbahaya (seperti logam berat yang dapat terakumulasi) (Umbara dan Suseno, 2006). Logam berat Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn banyak digunakan dalam kegiatan industri seperti pabrik tekstil, cat farmasi dan kimia, pestisida, detergen, percetakan, alat-alat besar dan limbah dari kegiatan manusia lainnya. Beberapa jenis industri dan kegiatan yang potensial sebagai sumber pencemar logam berat dijumpai di pesisir pantai Bitung seperti galangan kapal, percetakan, farmasi dan kimia, cat, pelapisan logam, baterai, pabrik seng, pengantongan semen, stasiun BBM Pertamina, pasar dan pengalengan ikan. Buangan limbah pabrik dan kegiatan tersebut ke perairan umumnya tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu (Mokoagouw, 2008). Logam berat sebagai salah satu komponen yang terdapat dalam limbah industri yang dapat menimbulkan masalah tersendiri karena tidak terdegradasi dalam lingkungan dan bersifat racun terhadap makhluk hidup. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd) dan kromium (Cr). Logam berat merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Organisme perairan dapat mengakumulasi merkuri (Hg) dari air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi oleh organisme tersebut (Fauziyah et al., 2012). Darmono (1995) dalam Mokoagouw (2008) mengatakan bahwa walaupun dilakukan pengolahan limbah, umumnya tidak memadai sehingga menyebabkan pencemaran perairan bahan kimia tersebut. Pembuangan air industri dan kegiatan secara terus menerus bukan saja mencemari badan air tetapi menyebabkan pula terkumpulnya logam berat di sedimen dan biota perairan bahkan dapat sampai pada manusia. Suatu proses produksi dalam industri memerlukan suhu tinggi seperti pertambangan, pemurnian minyak, pembangkit tenaga listrik dan energi minyak, pengecoran logam. Proses tersebut banyak mengeluarkan limbah pencemar, terutama pada logam-logam yang relatif mudah menguap dan larut dalam air seperti Hg, Pb, dan Cd. Salah satu biota taut yang mampu mengakumulasi logam berat seperti timbal adalah kerang darah (Anadara granosa) yang hidupnya dengan eara membenamkan diri dalam lumpur berpasir di daerah pasang surut. Hewan ini banyak ditemukan di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Sumatera, di sebelah utara Timor, Lombok, Teluk Bima, Selat Buton dan Sulawesi. Andara granosa merupakan kelas bivalva, family Arcidae dari genus Anadara. Bentuknya bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama (simetris), mempunyai garis palial pada cangkang sebelah dalam yang lengkap dan garis palial bagian luar beralur (Umbara dan Suseno, 2006).

1.2. Tujuan 1. Mengetahui pengertian logam berat terutama Timbal (Pb) 2. Mengetahui sumber logam berat Timbal (Pb) 3. Mengetahui proses Masuk Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa). 4. Mengetahui dampak dari Logam Berat Timbal (Pb) 5. Dapat memberikan solusi yang bermanfaat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Apa Itu Logam Berat ? Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria - kriteria yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaan terletak pada dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini masuk atau diberikan ke dalam tubuh organisme hidup. Istilah logam berat sebetulnya sudah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan ilmiah, sebagai unsur yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Karakteristik dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut: 1. Memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (lebih dari 4). 2. Mempunyai nomor atom 22 - 23 dan 40 - 50 serta unsur laktanida danaktinida. 3. Mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) pada organisme hidup (Sudarwin, 2008). Salah satu logam berat yang berbahaya tersebut adalah Timbal, (Pb) dimana Timbal merupakan logam berat dengan nomor atom 82 pada table periodic, yang sangat beracun, dan dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis peraian laut (Umbara dan Suseno, 2006). Semua logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang akan meracuni makhluk hidup. Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr). Namun demikian, meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam logam berat tersebut dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit. Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan yang sangat dipentingkan maka logam - logam tersebut juga dinamakan sebagai logam - logam esensial tubuh. Bila logam logam esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan, maka berubah fungsi menjadi racun. Contoh dari logam berat esensial ini adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni) (Sudarwin, 2008). 2.2. Sumber logam berat Timbal (Pb) Keberadaan logam - logam dalam badan perairan dapat berasal dari sumber alamiah dan dari aktifitas manusia. Sumber alamiah masuk ke dalam perairan bisa dari pengikisan batuan mineral. Di samping itu partikel logam yang ada di udara, karena adanya hujan dapat menjadi sumber logam dalam perairan. Adapun logam yang berasal dari aktifitas manusia dapat berupa buangan industri ataupun buangan dari rumah tangga. Keadaan logam di perairan juga dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi antara air dengan sedimen. Keadaan ini terutama sekali terjadi pada bagian dasar perairan. Pada dasar sungai ion - ion logam dan kompleksnya yang terlarut dengan cepat akan membentuk partikel partikel yang lebih besar apabila terjadi kontak dengan partikulat yang melayang - layang dalam badan perairan. Umumnya logam - logam yang terdapat dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, oksida, karbonat dan sulfide. Kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan perairan dikontrol oleh derajat keasaman air, jenis dan konsentrasi logam dan khelat serta keadaan komponen mineral teroksidasi dan sistem yang berlingkungan redok (Sudarwin, 2008). Sumber utama dari polutan timbal adalah berasal dari komponen gugus alkyl timbale yang digunakan sebagai bahan additive bensin, limbah dari sektor industri dan deposisi pembakaran batu bara (Umbara dan Seno 2006).

Prasetyo (1992) dalam Siswanti (2009) mengatakan bahwa luasnya penggunaan timbal (Pb) oleh manusia seperti dalam bahan bakar bensin, baterai, cat dan sebagainya menyebabkan kemungkinan tercemarnya perairan oleh logam Pb juga tinggi. Plumbum/ timbal menunjukkan beracun pada system syaraf, hometologic, dan mempengaruhi kinerja ginjal. Pencemaran lingkungan oleh kontaminan logam berat ini seperti cadmium, chromium, mercuri dan lainnya, masuk ke lingkungan melalui limbah industri, pertambangan, buangan dari proses electroplating, pembakaran bahan bakar minyak dan sebagainya. Ion-ion logam berat tersebut mencemari lingkungan, sebagian besar terbawa melalui jalur air. Umumnya logam - logam yang terdapat dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, oksida, karbonat dan sulfida. Senyawa - senyawa ini sangat mudah larut dalam air. Namun pada perairan yang mempunyai derajat keasaman mendekati normal atau pada kisaran pH 7 8, kelarutan dari senyawa ini cenderung stabil. Kenaikan derajat asam pada badan perairan biasanya diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa - senyawa logam tersebut. Perubahan tingkat kestabilan dari larutan tersebut biasanya terlihat dalam bentuk pergeseran senyawa. Umumnya pada derajat keasaman yang semakin tinggi, maka kestabilan akan bergeser dari karbonat ke hidroksida. Hidroksida ini mudah sekali membentuk ikatan permukaan dengan partikel yang berada pada badan perairan. Lama - kelamaan persenyawaan yang terjadi antara hidroksida dengan partikel yang berada dalam badan perairan akan mengendap dan membentuk lumpur (Sudarwin, 2008). 2.3. Proses Masuk Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa). Salah satu biota taut yang mampu mengakumulasi timbal adalah kerang darah (Anadara granosa) yang hidupnya dengan eara membenamkan diri dalam lumpur berpasir di daerah pasang surut. Hewan ini banyak ditemukan di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Sumatera, di sebelah utara Timor, Lombok, Teluk Bima, Selat Buton dan Sulawesi. Andara granosa merupakan kelas bivalva, family Arcidae dari genus Anadara. Bentuknya bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama (simetris), mempunyai garis palial pada eangkang sebelah dalam yang lengkap dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna putih mengkilat. Warna dasar kerang putih kemerahan (merah darah) dan bagian dagingnya merah.dan ukuran lebar eangkang dapat meneapai 4 em. Studi bioakumulasi timbal pada Anadara granosa menggunakan perunut (Umbara dan Suseno, 2006). Kerang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan antara lain sebagai bahan makanan sumber protein. Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap dan menyaring makanannya (filter feeder) serta lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Oleh karena itu, jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran logam dalam lingkungan perairan.Ukuran kerang dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam tubuhnya. ukuran cangkang yang besar berkorelasi positif dengan meningkatnya umur dan meningkatnya umur juga berkorelasi positif dengan meningkatnya konsentrasi logam berat pada tubuh. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui korelasi ukuran kerang darah (Anadara granosa) (Umbara dan Suseno, 2006).

2.4. Dampak Logam Berat Timbal (Pb) Risiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan keracunan. Hal ini tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi, lama dan seringnya pemaparan, juga cara masuk dalam tubuh, serta gejala keracunan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran/polusi. Pencemaran merupakan keadaan yang berubah menjadi lebih buruk, keadaan yang berubah karena akibat masuknya bahan - bahan pencemar. Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Sudarwin, 2008). Timbal menyebabkan racun pada sistem saraf hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi ke~a ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 J.lg/kgberat badan dan untuk bayi atau anak-anak 25 J.lg/kgberat badan. Sedangkan gejala keraeunan kronis ditandai dengan rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut dapat menyebabkan kelumpuhan. Depkes RI membatasi Pb maksimum dalam makanan 4 ppm, sedangkan FAa membatasi maksimum 2 ppm (Umbara dan Suseno, 2006). Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran adalah terganggunya aktivitas kehidupan makhluk hidup, terlebih apabila organisme tersebut tidak mampu mendegradasi bahan pencemar tersebut, sehingga bahan tersebut terakumulasi dalam tubuhnya. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan terjadinya biomagnifikasi dari organisme satu ke organisme yang lain yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi (Sudarwin, 2008). Timbal menyebabkan raeun pada sistem saraf hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi ke~a ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 J.lg/kgberat badan dan untuk bayi atau anak-anak 25 J.lg/kgberat badan. Sedangkan gejala keraeunan kronis ditandai dengan rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut dapat menyebabkan kelumpuhan. Depkes RI membatasi Pb maksimum dalam makanan 4 ppm, sedangkan FAa membatasi maksimum 2 ppm (Umbara dan Suseno, 2006). 2.5. Solusi Volesky (2004) dalam Siswanti (2009). Untuk mengontrol pencemaran lingkungan oleh logam berat, perlu dibatasi kandungan maksimum logam dalam suatu limbah yang boleh dibuang ke lingkungan, Berdasar atas resiko logam Pb pada manusia, maka harus diadakan suatu perbaikan terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam tersebut. Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme. Saat ini pengolahan secara biologis untuk mengurangi logam berat dalam air limbah merupakan alternative yang berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan proses kimia, yang umumnya pada akhir pengolahan limbah masih ditemukan permasalahan penanganan pembuangan limbah logam yang telah diolah. Kapasitas pemungutan atau penyerapan logam beberapa biomassa tersebut bahkan terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan penukar ion komersial. Dan juga harus ada ketegasan dari pemerintah terhadap industry-industri penghasil limbah berbahaya seperti limbah Timbal (Pb) tentang peraturan pembuangan limbah pada lingkungan yang tidak membuat kondisi lingkungan tersebut kandungan polutan Timbalnya melebihi baku mutu lingkungan.

III KESIMPULAN 1. Karakteristik dari kelompok logam berat adalah sebagai memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (lebih dari 4), mempunyai nomor atom 22 - 23 dan 40 - 50 serta unsur laktanida danaktinida, mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) pada organisme hidup. 2. Sumber utama dari polutan timbal adalah berasal dari komponen gugus alkyl timbale yang digunakan sebagai bahan additive bensin, limbah dari sektor industri dan deposisi pembakaran batu bara. 3. Salah satu biota taut yang mampu mengakumulasi timbal adalah kerang darah (Anadara granosa) yang hidupnya dengan eara membenamkan diri dalam lumpur berpasir di daerah pasang surut. Oleh karena itu, jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran logam dalam lingkungan perairan.Ukuran kerang dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam tubuhnya. 4. Timbal menyebabkan raeun pada sistem saraf hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi ke~a ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 J.lg/kgberat badan dan untuk bayi atau anak-anak 25 J.lg/kgberat badan. Sedangkan gejala keraeunan kronis ditandai dengan rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut dapat menyebabkan kelumpuhan. Depkes RI membatasi Pb maksimum dalam makanan 4 ppm, sedangkan FAa membatasi maksimum 2 ppm. 5. Untuk mengontrol pencemaran lingkungan oleh logam berat, perlu dibatasi kandungan maksimum logam dalam suatu limbah yang boleh dibuang ke lingkungan, Berdasar atas resiko logam Pb pada manusia, maka harus diadakan suatu perbaikan terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam tersebut. Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA Fauziyah AR, Rahardja BS, Cahyoko Y. 2012. Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara Granosa) Dengan Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Di Muara Sungai Ketingan, Sidoarjo, Jawa Timur. Journal of Marine and Coastal Science, 1(1), hal 34 44. Mokoagouw D. 2008. Indeks Keanekaragaman Biota Perairan Sebagai Indikator Biologis Pencemaran Logam Berat di Perairan Pantai Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Vol. 8 No.2:31-40 ISSN 1412-3487. Siswanti ND, Indrawati T, Rahmah M. 2009. Biosorpsi Logam Berat Plumbum (Pb) Menggunakan Biomassa Phanerochaete chrisosporium. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol .1 No. 2. Sudarwin. 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Sedimen Aliran Sungai Dari Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jatibarang Semarang [Tesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Umbara H, Suseno H. 2006. Faktor Bioakumulasi Pb Oleh Kerang Darah (Anadara granosa). Jurnal penelitian dan kegiatan PTLR ISSN 0852 2979.

You might also like