Professional Documents
Culture Documents
Sosialisme muncul sebagai faham ekonomi dan kemasyarakaratan pada akhir abad ke18 dan awal abad
ke19 masehi di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah memunculkan kelas baru dalam
masyarakat, yaitu kaum borjuis yang menguasai sarana produksi karena penguasaan modal bertimbun
di tangan mereka. Di sebelahnya sebagian besar masyarakat kota hidup sebagai buruh yang tenaga
kerjanya diperas dan semakin miskin. Kekayaan yang dihasilkan karena kerja keras kaum pekerja ini
hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis kapitalis yang jumlahnya tidak besar. Dari waktu ke waktu
kesenjangan sosial dan ekonomi semakin kentara. Ketika itulah individualisme tumbuh.
Gereja sebagai lembaga sosial keagamaan yang masih berpengaruh ketika itu bersekutu pula dengan
kaum kapitalis dalam mengeruk kekayaan yang sebenarnya merupakan hak rakyat banyak, karena
mereka yang sebenarnya bekerja keras. Sebagai akibat dari pesatnya perkembangan individualisme dan
kapitalisme ini hukum yang berlaku hanyalah hukum rimba. UndangUndang dibuat sematamata demi
kepentingan golongan borjuis (bandingkan dengan undangundang yang dibuat VOC dan pemerintah
HindiaBelanda di Indonesia, dan juga dengan keadaan sekarang). Secara ringkas, sosialisme
merupakan reaksi terhadap keadaan ini.
Sosialisme seperti telah dikemukakan, mulamula muncul sebagai reaksi terhadap kondisi buruk yang
dialami rakyat dibawah sisitem kapitalisme liberal yang tamak dan murtad. Kondisi buruk terutama
dialamai kaum pekerja atau buruh yang bekerja di pabrikpabrik dan pusatpusat sarana produksi dan
transportasi. Sejumlah kaum cendikiawan muncul untuk membela hakhak kaum buruh dan
menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan, dan kelas masyarakat dalam menikmati
kesejahteraan, kekayaan dankemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi.
Diantara tokohtokoh awal penganjur sosialisme dapat disebut antara lain: St. Simon (17691873),
Fourie (17701837), Robert Owen (17711858) dan Louise Blanc (18131882). Setelah itu baru muncul
tokohtokoh seperti Proudhon, Marx, Engels, Bakunin dan lain sebagainya.
St. Simon dipandang sebagai bapak sosialisme karena dialah orang pertama yang menyerukan perlunya
saranasarana produksi dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah/negara. Gagasannya merupakan benih
awal lahirnya sistem kapitalisme negara (state capitalism).
Fourie, tokoh sosialis berikutnya, adalah orang pertama di Eropa yang merasa prihatin melihat
pertarungan tersembunyi antara kaum kapitalis dan buruh. Dia mengusulkan kepada pemerintah
Prancis agar membangun kompleks perumahan yang memisahkan kelompokkelompok politik dan
ekonomi, yang dapat menampung empat hingga lima ratus kepala keluarga. Ia menganjurkan hal ini
untuk menghentikan pertarungan dan pertentangan ekonomi antara kaum kapitalis dan buruh.
Pandangan ini tidak mendapat tanggapan positif, sednagkan ajaran St. Simon banyak mendapat
pengikut serta mendorong lahirnya Marxisme di kemudian hari.
Robert Owen, seorang ahli ekonomi yang berpandangan sam adengan Fouriee. Tetapi pandangan
kurang bulat dibanding pandangan para pendahulunya. Ia mengajarkan pentingnya perbaikan ekonomi
seluruh lapisan masyarakat dan penyelesaian masalah yang timbul antara kaum kapitalis dan buruh.
Caranya melalui berbagai kebijakan yang dapat mengendalikan timbulnya kesenjangan ekonomi dan
kecemburuan sosial. Ia sendiri pernah menjadi manajer sebuah pabrik. Pengalamannya sebagai manajer
sangat mempengaruhi pemikiran ekonominya. Sekali pun demikian ideidenya dianut banyak orang di
Inggris.
Louis Blanc adalah tokoh yang revolusioner dan ikut membidangi meletusnya revolusi Prancis.
Manurutnya salah satu kewajiban negara ialah mendirikan pabrikpabrik yang dilengkapi dengan segala
sarana dan bahan produksi , termasuk peraturanperaturan yang mengikat. Elanjutnya jika pabrik itu
telah berjalan dengan baik diserahkan kepengurusannya kepada buruh dan pegawainya untuk mengatur
dan mengembangkan secara bebas. Organisasi dan manajemen pabrik sepenuhnya dibebankan kepada
buruh, begitu pula kewenangan memajukan produksi, mencari pasar dan pembagian keuntungan.
Sosialisme yang diajurkan Louis Blanc disebut sosialisme kooperatif. Manurutnya kapitalisme akan
hilang dengan sendirinya apabila gagasangagasannya itu diwujudkan. Sayang, seruannya itu kurang
mendapat tanggapan khalayak. Bahkan ia ditentang keras oleh para politisi dan ekonom. Pada tahun
1882 di Inggris berdiri kelompok Fabian Society yang menganjurkan sosialisme berdasarkan gilde.
Tetapi pada akhir abad ke19 sosialisme dan berbagai alirannya yang berbedabeda mulai mendapat
penerimaan luas di Eropa. Ini disebabkan karena mereka tidak hanya melontarkan ideide dan
mengembangkan wacana di kalangan intelektual dan kelas menengah, tetapi juga terutama karena
mengorganisir gerakangerakan bawah tanah yang radikal dan bahkan revolusioner.
Pierre J. Proudhon (18091865) adalah penganjur sosialisme generasi kedua di Prancis setelah
generasi St. Simon dan louis Blanc. Tetapi berbeda dengan para penganjur sosialisme lain yang
cenderung menghapuskan hakhak individual atas saranasarana produksi, termasuk hak petani untuk
memiliki tanah garapan. Proudhon justru bersikeras memperjuangkan dipertahankan hakhak individual
secara terbatas, termasuk hak petani untuk mengembangkan usahanya. Jadi ia menolak ide
kolektivisme penuh dari kaum sosialis radikal seperti Marx. Bagi Marx hak individual harus dihapus,
termasuk hak kepemilikan tanah. Di samping itu kaum tani bukan golongan yang penting dalam
masyarakat yang bergerak menuju masyarakat sosialis sejati.
Marx berpendapat demikian karena faham dialekti materialismenya, yang menganggap bahwa sejarah
bisa berubah hanya disebabkan oleh faktorfaktor produksi dan penguasaan sarana produksi oleh kaum
proletar yang selama ini diperas oleh kaum kapitalis. Perbedaan pandangan antara Proudhon dan Marx
inilah yang membuat gerakan sosialis internasional mengalami perpecahan pada akhir abad ke19, dan
sosialisme pun pecah kedalam berbagai aliran seperti sosialisme demokrat, komunisme ala Marx,
sosialisme anarkis ala Bakunin, MarxismeLeninisme, sosialisme ala Kautsky, sosialisme Kristen, dan
lainlain.
Kecuali itu ketidak berhasilan sosialisme memperoleh pengikut yang signifikan pada masa awal, tidak
pula berhasil melakukan perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat terutama disebabkan
karena para penganjurnya berkampanye dikalangan elite dan intelektual. Khususnya dengan cara
mengubah sentimen moral mereka, padahal merekakhususnya kaum borjuis kapitalisdengan semangat
individualismenya yang tinggi tidak mengacuhkan masalahmasalah moral dan implikasi moral bagi
tindakantindakan mereka. Rasa keadilan jauh dari pandangan hidup mereka. Yang penting menimbun
kekayaan sebanyakbanyaknya dengan “menghalalkan segala cara”.
Karl Marx berbeda dengan penganjur sosialisme lain sebelumnya. Ia tidak membangun gerakan. Ia
tidak memberi ampun sama sekali terhadap hakhak individual dalam pemilikan sarana produksi. Ia
berpendapat bahwa kekayaan individual bukan sesuatu yang terhormat dan dapat mengangkat martabat
atau harkat seseorang. Karena dalam kenyataannya ia diperoleh dengan cara memeas habis tenaga dan
menindas hakhak kolektif rakyat, terutama kaum yang merupakan lapisan terbesar dalam masyarakat
industrial. Kekayaan individual itu justru membuat jatuhnya martabat dan kehormatan seseorang.
Karena ia diperoleh dengan jalan tidak bermoral, tanpa rasa malu dan rasa bersalah. Melalui korupsi,
penipuan dan berbagai penyelewengan terhadap hukum.
Dehumanisasi yang dilakukan oleh kaum borjuis dan kapitalisme mencapai puncaknya pada akhir abad
ke19. Marx lantas menulis bukunya Manifesto Komunis, Das Kapital, dan lainlain. Dia menyerukan
gar kaum buruh sedunia bersatu dibawah panjipanji perjuangan 'menghapus kelas'. Ia yakin bahwa
kedudukan seorang buruh sebenarnya jauh lebih mulia dibanding seorang kapitalis. Alasannya karena
buruhlah yang secara langsung memproduksi kekayaan bagi semua orang.
Melalui seruannya Karl Marx berhasil membangkitkan semangat kaum buruh untuk berjuang. Kini
mereka sadar bahwa upah yang mereka terima sebagai imbalan jerih payahnya itu lebih mulia
dibanding penghasilan kaum kapitalis yang diperoleh dengan caracara yang jahat dan tidak
berperikemanusiaan. Di tangan Marx, sosialisme menjadi semacam 'kepastian sejarah' dan pisau kritik
yang tajam terhadap perkembangan masyarakat industrial dan kapitalisme liberal yang menghalalkan
segala cara. Kemunculan gagasannya yang sangat tepat waktu, yaitu ketika wabah kapitalisme sedang
merajalela di Eropa dan imperialisme Eropa menguasai negerinegeri Asia dan Afrika. Wabah ini
menimbulkan penyakit dimanamana berupa tatanan sosial, kehidupan moral dan keagamaan,
kezaliman, dan kedurjanaan. Dengan demikian sosialisme revolusioner dan komunisme yang lahir dari
ajaran Karl Marx adalah buah simalakama dari perkembangan kapitalisme sendiri.
Tetapi ada pula bentuk sosialisme lain yang sangat radikal. Seandainya saja tidak muncul ajaran
sosialisme yang dikemukakan oleh Karl Marx dan para pengikutnya, tentulah sosialisme yang lain
inilah yang merajalela. Sosialisme yang terakhir ini berasal dari ajaran Bakunin, tokoh sosialis yang
pernah bersahabat dengan Karl Marx dan samasama berguru kepada Proudhon. Bakunin (18141876)
mengajarkan faham sosialisme yang tidak kalah radikal dengan berasaskan pengacauan dan anarkisme.
Dia menyerukan kepada rakyat yang tertindas melakukan tindakkan apa saja untuk membuat
perubahan. Baginya setiap orang memiliki kebebasan untuk berbuat seperti itu. Manusia tidak perlu
tunduk pada normanorma sosial, undangundang serta hukum positif yang berlaku dalam masyarakat.
Gerakan anarkis terutama berkembang di Rusia pada abad ke19, tanah kelahiran pencetusnya. Dari
faham ini tumbuh berbagai gerakan radikal dan atheis revolusioner yang menghalalkan segala cara.
Novelnovel Dostoyevski seperti Notes from the Underground, Devil atau The Possessed, Maramasov
Brothers, dll banyak memberikan gambaran tentang gerakan dan kejiwaan kaum anarkis dan sosialis
revolusioner Rusia abad ke19.
SOSIALISME MARX
Sosialisme Marx pada mulanya merupakan sebuah aliran pemikiran ekonomi, namun kemudian
disebabkan oleh tuntutan sejarah lantas berkembang menjadi aliran pemikiran kemasyarakatan dan
ideologi politik yang revolusioner. Pada mulanya pula, dibanding dengan ajaran yang dikemukakan oleh
Robert Owen dan Bakunin, ia dipandang sayap moderat dari sosialisme. Namun ia segera menjadi
revolusioner setelah daripadanya timbul gerakangerakan buruh dan sosialisme internasional.
Sebagai aliran pemikiran ekonomi Marxisme menggariskan tatanan kehidupan ekonomi tanpa kelas,
yang didalamnya kepemilikan sarana produksi bersifat kolektif. Tujuan itu bisa dicapai dengan
menghapuskan pemilikan pribadi dan mendistribusikan kekayaan beserta sumbersumbernya kepada
rakyat banyak secara merata. Pandangan ini kemudian diperluas menjadi sistem nilai yang mencakup
semua aspek kehidupan. Apabila tidak, maka kemudia perubahan sosial dan ekonomi tidak bisa
digerakkan. Ajaran Marx berubah secara dramatik menjadi ideologi politik dan kenegaraan yang
revolusioner pada akhir abad ke19, dan mencetuskan timbulnya gerakangerakan revolusioner,
khususnya di Rusia. Apalagi setelah diolah oleh Lenin yang mengharuskan adanya sebuah partai yang
memperjuangkan ideide komunisme Marx.
Karena pertimbanganpertimbangan untuk mencetuskan revolusi itulah Karl Marx menyusun suatu
falsafah kehidupan untuk menopang faham sosialismenya di bidang ekonomi dan politik. Sebagaimana
telah diketahui, sosialisme Marx menumpukkan pertahian pada masalah kebendaan dan perut. Dengan
demikian ajarannya termasuk ke dalam faham materialisme dengan memasukkan masalah sosial
ekonomi, yaitu masalah pertarungan kelas dan nilai tambah ke dalamnya. Masalah yang bersifat
kerohanian tersingkir jauh dari ajarannya. Pandangannya itu kemudian dikenal sebagai faham
materialisme historis atau materialisme dialektik (dialectical materialism).
Arah kebendaan dan kecenderungan sosialis pemikiran tokoh ini sangat dipengaruhi oleh perjalanan
dan pengalaman hidupnya yang pahit, khususnya semenjak ia menyelesaikan kuliah di Unversitas
Berlin. Ia mendalami pemikiranpemikiran falsafah yang sedang naik daun pada masanya, khususnya
falsafah Hegel. Ia mendalami teoriteori ekonomi David Ricardo dan Adam Smith, serta pemikiran
politik Voltaire dan Rousseau. Ia tertarik dengan pemikiran sosialisme yang berkembang di Prancis.
Semua itu mempengaruhi jalan pikirannya yang radikal. Jika hendak dirumuskan ada unsur pokok
dalam kehidupan ekonomi yang begitu menarik perhatian Marx untuk dipecahkan: (1) Materialisme
dialektik yang menggerakkan perubahan sosial dalam sejarah umat manusia; (2) Pertarungan kelas
antara kaum kapitalis dan kaum buruh atau proletar; (3) Nilai tambah dalam ekonomi.
Ia pernah tinggah di Prancis dan berguru pada Proudhon. Dia pernah menjalin persahabatan dengan
Bakunin di kota ini, walau pun kemudian bartikai disebabkan perbedaan pandangan dalam menyusun
strategi perjuangan. Tetapi ia juga bertemu dengan pemuda bernama Engels, seorang anak pengusaha
besar, yang mengagumi ideidenya dan sekaligus menjadi sahabat seperjuangan daam mengembangkan
sosialisme. Ia menyusun buku bersama Engels, yang membantu membiayai hidupnya selama tinggal di
Inggris dan menyususn bukubukunya yang monumental seperti Manifesto Komunis. Karya
monumentalnya Das Kapital ditulis dalam bahasa Jerman.
Materialisme dialektik (dialectical materialism) adalah faham yang meyakini bahwa asa kehidupan
sepenuhnya bersifat kebendaan. Karena itu sejarah juga berkembang dan berubah disebabkan faktor
faktor dialektik dari halhal yang bersifat kebendaan. Karena itu teori Marx juga disebut teori
kebendaan sejarah (historical materialism).
Katakata dialectics atau dialectical berasal dari kata Yunani dialeces, yang artinya mematahkan
argumentasi lawan dengan menggunakan pendapat atau hakekat dari suatu kebenaran. Kaum sosialis
menggunakan istilah ini untuk memahami rahasia alam dan kekuatankekuatan yang tersembunyi di
dalamnya serta saling bertentangan. Di masa modern, untuk pertama kalinya istilah dialektik digunakan
kembali oleh Hegel untuk menguraikan faham “idealisme dialektik”nya.
Dalam pandangan Hegel, wujud alam ini merupakan akibat dari adanya gerakkan evolusi dari ideide
yang saling bertentangan (thesa dan antithesa), tetapi dalam perkembangan puncaknya kedua hal yang
saling bertentangan itu berpadu menjadi satu (sinthesa). Dalam pemikiran bendabenda atau segala
sesuatu yang tampak di atas dunia ini tidak mempunyai eksistensi yang sebenarnya, sebab semua itu
hanyalah bayangan atau gambaran dari ideide yang tersembunyi. Semua itu disebabkan proses
dialektik dari ideide yang bekerja di belakang realitas.
Walau pun Marx mendasarkan falfasafahnya pada idealisme Hegel, tetapi ia membalikkannya menjadi
materialisme dialektik. Manurut Marx yang hakiki bersifat kebendaan, bukan yang bersifat kerohanian
seperti ide. Perarungan dua unsur kekuatan dalam diri benda ditafsir oleh Marx sebagai gambaran
pertarungan benda untuk mempertahankan kekekalannya dalam alam. Marx mengingkari kadasar dasar
dari segala kehidupan. Disini ia mengikuti pandangan Lametrie d Feurbach, dua filosof materialis yang
hidup pada masa Hegel.
Berdasarkan faham materialisme dialektiknya itu dia menganalisa kejadiankejadian sejarah. Dia
menganggap benda sebagai asalusul terjadinya sesuatu. Dari sinilah lahir thesisnya tentang
“pertarungan kelas” (class struggle) dalam masyarakat industrial di Eropa pada abad ke19. Menurut
Marx, dalam setiap tatanan ekonomi, apabila perkembangan dan kemajuannya telah sampai pad afase
tertentu, maka akan muncul kekuatan produksi. Kekuatan baru ini akan bertarung melawan kekuatan
produksi yang lain, yang muncul bersamaan dengannya. Perkembangan tersebut pada saatnya akan
melahirkan suatu kelas baru dalam masyarakat, yaitu setelah tatanan ekonomi yang sedang berjalan itu
lenyap. Setelah itu akan terjadi perubahan yang bersifat integral, yaitu munculnya peraturan baru
tentang kepemilikan yang menghambat kemajuan yang dicapai sebelumnya. Sudah dapat dipastikan
bahwa perubahan ini akan menamatkan riwayat golongan yang sebelumnya menguasai sarana produksi
dan kekayaan yang ditimbulkan bekerjanya saranasarana produksi. Golongan ini, yaitu golongan
borjuis dan kapitalis, telah ditakdirkan oleh sejarah dialektik kebendaan untuk menguasai dan
manikmati kekayaan yang dihasilkan oleh kelas pekerja yang teraniaya, tertipu dan tertindas.
Dibayangi oleh rasa takut akan lahirnya revolusi atau perubahan radikal yang membalikkan nasib
mereka, maka mereka membuat tipu muslihat dengan segala macam cara agar tidak muncul perlawanan
dari kaum yang selama ini mereka jadikan sapi perahan untuk menimbun harta. Kaum penindas
diwakili oleh pemilik modal atau kapitalis borjuis (thesa), sedang lawannya (antithesa) ialah kaum
buruh yang disebut sebagai proletar (rakyat gembel, atau rakyat jelata). Pertempuran atau pertarungan
tersebut akan meletus jika kaum proletar mulai menjadi hakhaknya terampas, dan menyadari pula
bahwa sejarah dapat bergerak ke arah berlawanan malalui gerakkan revolusioner. Ia akan terus
berkembang apabila mampu mendorong masyarakat memilih kepada kekuatan yang mana mereka akan
memihak. Kemenangan akan diraih oleh pemenangnya tidak lain merupakan akibat dari tatanan
ekonomi yang berlaku pada masa itu. Jadi munculnya suatu masyarakat baru yang bercorak sosialis
merupakan sinthesa dari pertarungan kelas kaum kapitalis borjuis vs kaum proletar.
Demikianlah secara ringkas dapat dikatakan bahwa sosialisme bagi Marx adalah buah yang tumbuh
dari perkembangan masyarakat dalam sejarah dibawah pengaruh hukum dialektik. Ia tidak dicipta,
tetapi merupakan kejadian yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat pertentangan dua kelas yang
dilahirkan sejarah, yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Dalam beberapa risalahnya dia menjelaskan
bahwa sosialisme yang dikemukakan tidaklah membuat suatu konstruksi masyarakat dalam suatu
sistem yang bentuknya sudah selesai, melainkan menyediliki suatu perkembangan sejarah yang
menimbulkan kelas saling bertentangan dan kemudian mempelajari faktorfaktor yang menyebabkan
pertarungan itu lenyap. Engels mengatakan bahwa komunisme yang diajarkan Marx berisi uraian
tentang syaratsyarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh.
Marx sebenarnya lebih merupakan peletak dasar komunisme dan ajarannya diberikan tafsir yang
beragam oleh para pengikutnya. Setidaktidaknya ada tiga macam aliran sosialisme yang berkembang
setelah Marx meninggal: (1) Aliran yang mau memperbaharui teori dan pendangan politiknya, dengan
menyesuaikan prinsipprinsip ajaran itu dengan kenyataan. Aliran ini disebut revisionisme dan
reformisme. Penganjurnya ialah Bernstein. Ia berusaha mempengaruhi teori Marx dan menganjurkan
agar dalam menempuh jalan ke sosialisme dilakukan reformasi, bukan revolusi. Reformasi yang
dimaksud adalah perubahan berangsurangsur dengan mengutamakan perjuangan dalam parlemen.
Mereka percaya bahwa pelaksanaan demokrasi kaum buruh lambat laun akan mencapai suara terbesar
dalam parlemen; (2) Aliran yang berpegang teguh pada ajaran Marx, disebut aliran dogmatik, yang
mulanya dipimpin oleh Karl Kautsky; (3) Aliran yang tetap berpegang pada teori Marx, tetapi dalam
politik menempuh jalan yang revolusioner. Aliran ini dipimpin oleh Lenin. Karena itu kemudian aliran
ini disebut MarxismeLeninisme atau Leninisme saja.
Menurut Lenin, untuk melaksanakan peralihan dari kapitalisme ke sosialisme, orang tidak perlu
menungguh sapai kapitalisme matang, tetapi setiap ada kesempatan bagi kaum buruh untuk merebut
kekuasaan, kesempatan itu dipergunakan sepenuhpenuhnya. Aliran yang pertama dan kedua tetap
berada di gerakkan partai sosial demokrat. Sebagai sayap kanan dan sayap kiri dari sosialisme,
sedangkan Lenin memisahkan diri, mendirikan organisasi sendiri yang kemudian menjelma menjadi
partai Komunis. Bagi Lenin, untuk mencapai tujuan tidak perlu ada partai massa. Aksinya didasarkan
kepada anggota inti yang sedikit jumlahnya, tetapi bertekad dan berdisiplin baja. Stalin mendefinisikan
MarxismeLeninisme sebagai “Marxisme pada masa imperialisme dan revolusi proletar”. Leninisme
adalah teori dan taktik dari sebuah revolusi besar, teori dan taktik menuju tercapai kediktaktoran
proletar.
KRITIK
Kritik dan pertanyaan terhadap Marxisme dan komunisme, telah banyak dikemukakan orang semenjak
awal lagi. Setidaktidaknya ada empat pokok persoalan dari ajaran Marx dan para pengikutnya yang
mendapat sorotan tajam.
Pertama, Marx mengemukakan bahwa perubahan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya mengikuti
hukum dialektik kebendaan yang berlangsung tanpa henti dalam sejarah. Demikianlah di Eropa kaum
feodal yang berkuasa dalam masyarakat praindustri, dengan tumbuhnya masyarakat industri digantikan
kedudukannya oleh kaum kapitalis sebagai penguasa ekonomi. Ketika kapitalisme matang, maka
muncul kelas baru yang tertindas, yaitu kaum proletar. Ketika proletar menang, masyarakat sosialis
tanpa kelas muncul. Pertanyaannya setelah itu kelas apa lagi yang dilahirkan dalam masyarakat sosialis?
Marx tidak memberi jawaban jelas.
Kedua, Marx berpendapat bahwa kontradiksikontradiksi yang ada dalam masyarakat disebabkan
adanya perbedaan kepentingan hidup. Ini akan mengakibatkan terjadinya pertarungan yang sengit
antara kelas yang menindas (kapitalis) dan kelas yang ditindas (proletar) di seluruh dunia. Jadfi di masa
depan (abad ke20 dan abad ke21) menurut Marx, konflik yang terjadi di dunia ini akan lebih banyak
ditimbulkan oleh pertarungan kelas. Ramalan ini ternyata meleset. Perang yang berkesinambungan
sejak awal abad ke20 hingga kini, khususnya perang dunia 1 dan 2, banyak didorong masalah
kepentingan nasional dan ideologi dibandingkan karena motivasi pertarungan kelas. Cina dan Vietnam,
sesama negara komunis pernah terjun ke kancah peperangan pada akhir 1970an bukan disebabkan
masalah pertarungan kelas, melainkan disebabkan oleh dorongan nasionalisme yang sempit.
Ketiga, Marx meramalkan bahwa apabila tidak berjuang dengan gigih nasib kaum buruh akan menjadi
snagat buruk. Kenyataannya tidfak selalu demikian. Di negaranegara maju kaum buruh mengalami
perbaikan nasib yang sangat mencengangkan sebagai akibat adanya revisi terhadap kapitalisme liberal
itu sendiri. Di Inggris dan bekas negara penjajah lain malah kaum buruh bersekutu dengan kapitalis
dalam melakukan praktek penindasan di negeri jajahan mereka atas nama imperialisme dan perluasan
kapitalisme.
Keempat, berhasilnya revolusi Bolsyewik (komunis Rusia yang berfaham MarxismeLaininisme) di
Rusi pada tahun 1917 tidak mampu memperbaiki nasib kaum proletar seperti yang dijanjikan. Diktaktor
proletariat dijalankan oleh panguasa partai komunis untuk menindas rakyat jelata. Hal yang sama
terjadi di Cina dan bekas negara komunis yang lain. Kecuali di negaranegara kapitalis sendiri terdapat
kecenderungan untuk mempraktekkan sosialisme yang lebih manusiawi, dibanding di negara yang
dahulunya berjuang untuk menciptakan masyarakat sosialisme ala Marx, Lenin, Stalin dan Mao.
Sumber: Tulisan ini adalah bentuk penyalinan dari sumber yang tidak diketahui yang tidak ditambahkan
mau pun dikurangi isinya.