You are on page 1of 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tipe Wajah Penentuan tipe wajah merupakan salah satu prosedur penting dalam menentukan diagnosis ortodonti walaupun tidak memberikan keterangan secara lengkap mengenai tulang kraniofasial. Analisa tipe wajah dapat memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi lebih mudah untuk mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang terjadi.8,9 Secara umum morfologi tipe wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin, dan usia.3,6 Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang mampu mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang, dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal satu sama lain. Bagianbagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, hidung, rahang atas, rahang bawah, mulut, dagu, mata, dahi, dan supraorbital.6 Perubahan tipe wajah menurut usia terbagi dalam tiga tahap, yakni pada usia 5-10 tahun, 10-15 tahun, dan 15-25 tahun. Usia 5-10 tahun wajah mengalami perubahan sebesar 40%. Usia 10-15 tahun terjadi perubahan sebesar 40%. Pada usia 15-25 terjadi proses pencarian keseimbangan sampai akhirnya wajah menjadi matur.9 Perubahan tipe wajah pada perempuan terjadi lebih cepat dibanding laki-laki pada masa pubertas karena dipengaruhi oleh perbedaan percepatan pertumbuhan antara laki-laki dan perempuan.9 Pertambahan ukuran pertumbuhan terus berjalan dengan kecepatan yang bervariasi. Ukuran tinggi wajah anak perempuan umur 4-5 tahun lebih besar daripada anak laki-laki, karena anak perempuan lebih cepat masa pertumbuhannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia tersebut, anak lakilaki biasanya lebih aktif daripada anak perempuan, sehingga masukan zat gizi untuk pertumbuhan dipakai sebagai bahan untuk pembentukan energi.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Martin dan Saller menentukan tipe wajah berdasarkan indeks morfologi wajah. Indeks tersebut merupakan hasil pengukuran pada tinggi wajah total (Na-Me) dibagi dengan lebar wajah (Zy-Zy). Dari perhitungan tersebut beliau mengklasifikan tipe wajah ke dalam beberapa bentuk yaitu: hipereuryprosopic dengan indeks X-78.9, euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9, leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks 93.0-x. Tipe wajah rata-rata yang dimiliki manusia adalah euryprosopic, mesoprosopic dan leptoprosopic. (cit, Singh G 2007)3 2.1.1 Tipe Wajah Leptoprosopic Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga (tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal yang lebar. Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin Australia.6.7 Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.3 Tipe wajah leptoprosopic dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.

Tipe wajah leptoprosopic3

Tipe wajah leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan hidung terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas menjadi sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol. Tipe wajah juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang sempit dan panjang akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit, dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung.6 2.1.2 Tipe Wajah Euryprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan kurang protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat lebih menonjol daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki lengkung maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung.6 Tipe wajah euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.3 Tipe wajah euryprosopic dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Tipe wajah euryprosopic3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.3 Tipe Wajah Mesoprosopic Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain, kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus auditory external membulat. Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid. Tipe wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9.7 Tipe wajah mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe wajah leptoprosopic .6 Tipe wajah mesoprosopic dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tipe wajah mesoprosopic3

2.2

Analisis Tipe Wajah Menggunakan Fotografi Ekstra Oral

Fotografi ekstraoral dianggap sebagai suatu catatan penting dan harus dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah menyelesaikan perawatan. Informasi yang didapatkan dari fotografi ekstraoral ini dapat membantu para ortodontis dalam menentukan rencana perawatan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.1 Kegunaan Fotografi Ekstra Oral Fotografi ekstra oral pada bidang ortodonti digunakan untuk: a. Mengevaluasi hubungan kraniofasial serta proporsi wajah sebelum dan sesudah perawatan. Wajah yang proporsional dinilai dari keharmonisan tinggi wajah bagian bawah (lower facial) dengan jarak glabela ke subnasal. Jika sepertiga wajah bawah lebih pendek, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang dalam. Jika sepertiga wajah bawah lebih tinggi, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang terbuka.3 b. Penentuan morfologi tipe wajah. Pada foto frontal wajah, pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai rumus, salah satunya rumus facial index.10 c. Pemeriksaan kesimetrisan wajah. Pemeriksaan kesimetrisan wajah dilakukan dengan membagi wajah menjadi dua bagian secara vertikal sama besar.3 Maloklusi gigi dapat menyebabkan wajah menjadi asimetri. Asimetri wajah yang nyata dapat disebabkan oleh trauma ataupun penyakit, misalnya hemifasial hipertrofi/ atrofi, cacat kongenital, kondilus hyperplasia unilateral, ankilosis unilateral, dan lainlain.7 d. Pemeriksaan keadaan bibir pasien. Bibir diklasifikasikan menjadi tiga, yakni bibir kompeten, bibir inkompeten, dan bibir kompeten potensial. Bibir kompeten merupakan bibir yang dapat menutup tanpa perlu kontraksi dan memiliki freeway space saat otot-otot dalam keadaan istirahat. Bibir inkompeten merupakan bibir yang tidak tertutup saat otot-otot dalam keadaan istirahat namun bisa menutup bila otot diberi kontraksi. Bibir inkompeten terjadi karena bentuk bibir yang pendek. Bibir kompeten potensial merupakan bibir yang tidak bisa menutup karena terhalang oleh gigi insisivus maksila yang protrusif.3 e. Media untuk memonitor perkembangan perawatan. Selama perawatan berlangsung, foto frontal wajah dapat membantu mengingatkan keadaan pasien sebelum dilakukan perawatan. Kemudian dalam hal melihat kemajuan perawatan, foto frontal wajah dapat dipakai sebagai pembanding selain dengan model studi.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.2 Teknik Pengambilan Fotografi Ekstra Oral yang Baik Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengambilan fotografi ekstra oral, diantaranya adalah: a. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat. Merupakan foto yang pertama kali diambil dan termudah dalam teknik fotografi ekstra oral. Namun, pengambilannya tetap harus memperhatikan beberapa panduan penting agar tercipta hasil yang baik pada saat proses foto.11 Teknik pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Teknik pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat. (a) Pengaturan tepi foto, (b) Garis median pasien dalam keadaan lurus, (c) Garis khayal interpupil disejajarkan, (d) Foto frontal dengan bibir dalam keadaan istirahat11

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: kamera berada dalam posisi yang tegak serta memiliki tinggi yang sama dengan kepala pasien. Pengaturan jarak antara lensa kamera ke pasien adalah 1,50 m. Warna latar belakang yang baik adalah warna putih atau warna gelap seperti kain biru tua. Ukuran kain latar belakang adalah dengan lebar 0,95 m dan tinggi 1,10 m. Jarak antara pasien dengan latar belakang kurang lebih 0,75 m untuk mencegah terbentuknya bayangan.10,11 Kemudian pasien duduk di kursi dengan posisi tubuh yang tegak dan mata menatap lurus ke lensa kamera sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head position (NHP). Keadaan natural head position (NHP) adalah suatu orientasi kepala yang dibutuhkan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

keperluan fotografi ekstra oral, yang akan terbentuk apabila tubuh pasien berada dalam posisi tegak dan menatap ke satu titik yang cukup jauh dan tingginya sejajar dengan mata pasien.10 Pasien diinstruksikan untuk memberi ekspresi serius dan bibir dikatupkan ringan (posisi istirahat). Garis inter-pupil pasien berada dalam garis yang sejajar. Garis median pasien juga harus berada dalam keadaan yang lurus. Bagian yang harus diambil adalah bagian wajah dan leher pasien dengan tepi sekitarnya yang dapat disesuaikan.10,11 b. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum. Teknik pengambilan foto ini hampir sama dengan teknik foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat, hanya saja pasien diinstruksikan untuk tersenyum secara alami dan gigi terlihat. Foto ini bertujuan untuk memperlihatkan keadaan proporsi jaringan lunak wajah selama tersenyum.11 Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum.11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

c. Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat. Foto ini disebut juga foto profil. Setelah melakukan pengambilan foto frontal wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar badannya ke sebelah kiri, sehingga profil wajah sebelah kanan pasien dapat menghadap ke operator. Di hadapan pasien diletakkan cermin dengan jarak 1,10 m. Tubuh dalam posisi tegak dan pasien melihat kedua pupil matanya di cermin sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head position (NHP). Posisi kepala yang salah dapat memberikan informasi yang salah mengenai pola skeletal pasien.
11

Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan

istirahat dapat dilihat pada gambar 6.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Foto lateral wajah. (a) Posisi ideal, (b) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas III, (c) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas II10

d. Foto oblique wajah dengan posisi pasien miring 45 dan bibir tersenyum. Posisi pengambilan foto lateral wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar kepalanya ke kanan (kurang lebih putaran dari posisi awal). Kemudian pasien diinstruksikan untuk tersenyum hingga giginya terlihat.11 Foto oblique wajah dengan posisi pasien miring 45 dan bibir tersenyum dapat dilihat pada gambar 7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 7. Foto oblique wajah (miring 450) dan bibir tersenyum.11

2.2.3 Pengukuran Tipe Wajah Menggunakan Facial Index Pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan menggunakan foto frontal wajah dan foto lateral wajah. Foto frontal wajah merupakan foto wajah pasien yang diambil dari arah frontal, sedangkan foto lateral wajah merupakan foto wajah pasien yang diambil dari arah lateral.10 Titik-titik pengukuran foto frontal wajah dapat dilihat pada gambar 8. Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menganalisis tipe wajah, salah satunya adalah dengan menggunakan Facial Index. Analisa tipe wajah dengan Facial Index menggunakan beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu. Titik-titik yang dibutuhkan dalam pengukuran dapat dilihat pada gambar 8. Titik-titik tersebut adalah: 10 a. Na (Soft tissue nasion), yaitu titik tengah dari pangkal hidung pada sutura nasofrontal, yang merupakan aspek paling cekung. b. Me (Soft tissue menton), yaitu titik paling bawah dari bagian tengah dagu. c. Zy (Zygomaticum), yaitu titik paling pinggir pada setiap lengkung zygomaticum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 8. Titik-titik yang diperlukan dalam pengukuran tipe wajah (foto frontal).10

Morfologi bentuk wajah pertama sekali diperkenalkan oleh Martin dan Saller dengan cara mengukur facial index.3,7,10 I = Panjang wajah (nasion-menton) X 100 Lebar bizygomaticum

Nilai indeks: a. Hypereuryprosopic : b. Euryprosopic c. Mesoprosopic d. Leptoprosopic X 78,9 83,9 87,9 92,9 X3.10

: 79,0 : 84,0 : 88,0 -

e. Hyperleptoprosopic : 93,0 -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3 Lengkung Gigi Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi. Moyers menyatakan bahwa lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah (cit, Arthadini 2008) .12 Bentuk lengkung gigi awalnya dibentuk oleh konfigurasi tulang pendukung dan diikuti dengan erupsi gigi oleh otot-otot sirkum oral dan tekanan fungsional intraoral. Peneliti pada zaman dulu mendeskripsikan bentuk lengkung gigi dalam bentuk qualitatif sederhana seperti elips, parabola dan bentuk U.13,14 Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan mempertahankan bentuk lengkung gigi.12 Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis. Setiap orang memiliki variasi lengkung gigi oleh sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam merawat semua kasus.2 Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi stabil setelah perawatan selesai.15 2.4 Klasifikasi Bentuk Lengkung Gigi Penelitian mengenai bentuk lengkung gigi telah dimulai sejak awal berkembangnya ilmu ortodontik itu sendiri. Berbagai metode dan formulasi dikembangkan untuk dapat memprediksi bentuk lengkung gigi individual, tetapi belum ada diantara formulasi tersebut yang dapat mewakili variasi bentuk lengkung gigi pada seluruh populasi dan ras. Ada beberapa formulasi yang dahulu cukup popular dalam menentukan bentuk lengkung gigi, yaitu:16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4.1 Lengkung Gigi Bonwill Pada tahun 1885, Bonwill menjadi perintis dalam mengemukakan suatu postulat untuk memprediksi bentuk lengkung gigi individual. Beliau mengatakan bahwa bentuk tripod dari mandibula merupakan suatu segitiga yang sama sisi dengan jarak antar kondilus sebagai dasar segitiga dan titik kontak insisif sentral sebagai puncaknya. Panjang rata-rata tiap sisinya adalah 4 inci dengan variasi tidak lebih dari inci (cit, Arthadini 2008).12 Bentuk lengkung gigi Bonwill dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Bentuk lengkung gigi Bonwill.13

2.4.2 Lengkung Gigi Hawley Tahun 1994, Hawley memodifikasi postulat Bonwill yang dikenal sebagai Bonwill-Hawley Chart. Chart ini menggunakan jumlah lebar enam gigi anterior sebagai radius lingkaran, lalu gigi disusun pada lingkaran tersebut. Dari lingkaran ini dibuat segitiga yang seimbang dengan lebar interkondil sebagai dasar. Konstruksi ini dapat membantu untuk memprediksi bentuk lengkung gigi normal.13,17 Bentuk lengkung gigi Hawley dapat dilihat pada gambar 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 10. Bentuk Lengkung Gigi Bonwill-Hawley.16

2.4.3 Lengkung Gigi Catenary Tahun 1949, MacConail dan Scher memperkenalkan disain Catenary. Kurva ini ditentukan berdasarkan lebar intermolar yang diukur dari sentral fossa molar pertama kanan dan kiri. Kurva Catenary adalah kurva yang terbentuk dari lengkung kawat halus yang ditekan pada kedua ujungnya. Graber menambahkan bahwa bentuk kurva hanya tepat pada sekitar 27% dari total subyek penelitiannya (cit, Arthadini 2008).13,14 Bentuk lengkung gigi Catenary dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kurva Catenary Graber.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4.4 Lengkung Gigi Brader Tahun 1972 dipopulerkan suatu disain lengkung gigi Brader yang dikenal dengan tripocal ellipses. Bentuk lengkung gigi ditentukan berdasarkan jarak antar molar kedua terhadap permukaan bidang fasial dan gingival. Kekurangan dari disain elips ini adalah kurang memperhatikan region kaninus yang seringkali menjadi sangat lebar (cit, Arthadini 2008).13,14 Bentuk lengkung gigi Brader dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Lengkung gigi Brader.13

2.4.5 Lengkung Gigi Raberin Beberapa klinisi membuat klasifikasi bentuk lengkung gigi guna memudahkan pekerjaannya untuk mengatasi banyaksnya variasi lengkung gigi. Raberin misalnya, dengan melakukan penelitian pada subyek tanpa perawatan ortodontik,

mengklasifikasikan lima bentuk lengkung gigi pentamorphic yaitu : narrow, wide, mid, pointed dan flat. Titik referensi pada system pentamorphic ini adalah titik tengah insisal gigi insisivus sentral, puncak tonjol gigi kaninus, puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama, puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua .18 Lengkung gigi Raberin dapat dilihat pada gambar 13.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 13. Lengkung gigi Raberin.17

2.5 Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi Bentuk lengkung gigi menggambarkan posisi dan hubungan dari satu gigi ke gigi yang lainnya dalam bentuk 3 dimensi yang merupakan hasil dari morfologi skeletal, jaringan lunak sekitarnya dan efek dari lingkungan.8 Pendeskripsian dari bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, mulai dari bentuk geometri sampai ke fungsi matematika. Setiap metode penentuan bentuk lengkung gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode konvensional mudah dilakukan namun kurang memiliki bukti matematika dan terdiri dari faktor-faktor yang selalu mengarah pada pemahaman yang beragam karena tergantung pada pemeriksaan visual pribadi. Sedangkan metode kuantitaf banyak menggunakan evaluasi matematika yang melibatkan pengukuran titik referensi tertentu dan menganalisis berbagai fungsi aljabar dengan menetapkan 4 sampai 5 jenis bentuk lengkung gigi. Metode ini mengembangkan data yang banyak serta membutuhkan kaliberasi rumit dengan peralatan tertentu.8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6 Orthoform Template Chunk pada tahun 1932 mengklasifikasikan bentuk lengkung ke dalam 3 bentuk yaitu square, ovoid dan tapered (cit, Arthadini 2008).12 Kemudian pada tahun 1987 Felton mencoba untuk mengevaluasi perbedaan lebar bentuk lengkung kawat gigi pada arch wire yang digunakan untuk perawatan ortodonti dari sebuah perusahaan ortodonti. Dari penelitiannya tersebut, Felton menemukan orthoform template yaitu sebuah template transparan yang di atasnya digambar 3 bentuk lengkung gigi yang berbeda yaitu bentuk lengkung gigi square,ovoid dan tapered (cit, Othman 2012).19 Orthoform template digunakan untuk menentukan bentuk lengkung gigi secara kualitatif. Orthoform template diletakkan pada bagian atas midline lengkung gigi pada model cetakan baik pada rahang atas dan rahang bawah. Bentuk lengkung gigi dipilih disesuaikan dengan template yang paling cocok dengan model cetakan gigi.19 Orthoform template dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 14. Orthoform template bentuk tapered.19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 15. Orthoform template bentuk ovoid.19

Gambar 16. Orthoform template bentuk square.19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.20 Menurut Van der Linden faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung gigi antara lain : a. Fungsi Rongga Mulut Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan matur.6 b. Kebiasaan Oral Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas, dan lama durasi. Aktifitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktifitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai gigi, rahang dan skeletal fasial.6 c. Otot Rongga Mulut Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter lengkung gigi adalah otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

You might also like