You are on page 1of 10

Sains Akuatik Vol. 8.

(2), November 2005 : 66-74


Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Fak Perikanan dan Kelautan, UMP, Purwokerto

KERAGAMAN, KEPADATAN, DAN BIOMASSA POLYCHAETA


PADA TAMBAK DENGAN TINGKAT PRODUKSI YANG BERBEDA
DI PENGARADAN BREBES

Oleh :
Asrul Sahri * dan Edy Yuwono *
ABSTRACT
Natural food represents the single food source for fish and prawn in traditional
estuarine pond (tambak) in Pengaradan Countryside of Tanjung District of Brebes Regency.
The prawn production among estuarine pond varies between < 125 ind/ha, 150 – 200 ind/ha,
and 250 – 300 ind/ha per period of crop (3,5 – 4 month). This might be due to the
occurrence of natural food in the pond. One of natural food of prawn is Polychaeta. The aim
of the research is to find out the diversity, density, and biomass of Polychaeta in the pond
with different production level. The research was conducted during June – August 2004. A
survey was done by stratified random sampling. Research location is divided into three
stations according to level of prawn production of the pond. Station I, II, and III represent
pond with the highest, moderate, and low prawn production respectively. The sample size
was 5% of total pond in each station. Sample was collected by using core sampler 12,5 cm
in diameter. Data was analyzed by using index of diversity, F test, and 50% rule. The result
shows that there are two species in the estuarine pond area studied including Nereis spp and
Platynereis spp. Density of Polychaeta at stations I, II, and III was 118, 61, and 31 ind/m3
respectively. Biomass of Polychaeta at station I, II, and III was 43,26; 17,59; and 10 g/m3
respectively. The higher the prawn production of the pond is the higher the density and the
biomass of Polychaeta. Density and biomass in station I and II was highly significantly
different from that in station I and III. According to 50% rule, the density and biomass of
station I was different from that of station II, and that of station I and III.
Key words: diversity, abundance, biomass, polychaeta.

*) Staf Pengajar Fakultas Biologi UNSOED Purwokerto


I. PENDAHULUAN
Keragaman merupakan sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat
keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya, sedangkan jumlah individu
dalam suatu ukuran petak tertentu disebut kepadatan, dan bobot individu dalam suatu
ukuran petak tertentu disebut biomassa. Informasi mengenai keragaman, kepadatan, dan
biomassa jenis organisme dapat digunakan untuk mengenali kehidupan di suatu ekosistem
atau menjawab fenomena yang terjadi di dalamnya seperti kekayaan spesies dan
produktivitas suatu lingkungan. Salah satu ekosistem yang menarik untuk diteliti adalah
daerah estuarin khususnya pertambakan di Desa Pengaradan Kecamatan Tanjung
Kabupaten Brebes, karena mempunyai potensi yang besar dan belum banyak penelitian
dilakukan di daerah tersebut.
Di Desa Pengaradan terdapat 746 petak tambak dengan luas 932 hektar dengan
luas petakan berkisar 5.000 – 15.000 m2 dengan kedalaman ±1,5 m. Sumber air yang
digunakan untuk aktivitas pertambakan berasal dari air hujan, air dari Sungai Buyutan, air
sungai dari Sungai Sibrogan, dan air sungai Sungai Sinung. Air dari ketiga sungai tersebut
memberikan konstribusi terhadap pemasukan bahan-bahan organik ke dalam tambak yang
pada gilirannya dapat mempengaruhi keragaman, kepadatan, dan biomassa pakan alami
ikan dan udang. Pakan alami merupakan satu-satunya sumber pakan bagi ikan dan udang
dalam sistem budidaya tambak tradisional yang dikembangkan oleh petani tambak di
daerah tersebut. Terdapat variasi tingkat produksi antar petak tambak yang diduga
berkaitan dengan keberadaan pakan alami dalam tambak yaitu < 125 kg/ha, 150 – 200
kg/ha, dan 250 – 300 kg/ha tiap satu kali masa panen yaitu 3,5 – 4 bulan.
Salah satu pakan alami dalam tambak adalah cacing Polychaeta yang hidupnya
bersifat bentik. Pada umumnya cacing ini hidup di daerah estuarin dengan kondisi
substrat berlumpur atau berpasir. Sesuai dengan tempat hidupnya, cacing ini merupakan
tipe pemakan endapan (deposit feeder).
Jenis cacing Polychaeta banyak dijumpai di pantai utara Jawa (Abdurrahman et al.
dalam Yuwono et al., 1994). Penelitian dan studi dalam rangka budidaya cacing lur sudah
dilakukan antara lain oleh Yuwono et al. (1998; 2002), dan Yuwono (2003) yang
mengambil sampel pada area tambak pantai Brebes. Penelitian mengenai Nereis sp. dari
kelas Polychaeta juga sudah pernah dilakukan oleh Widagdo (1996), dan Yuwono et al.
(1999) pada tambak di daerah Randusanga Kabupaten Brebes, namun informasi
mengenai keragaman, kepadatan, dan biomassa Polychaeta pada tambak di Desa
Pengaradan Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes masih sangat terbatas.
Keragaman, kepadatan, dan biomassa cacing Polychaeta sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungannya, baik faktor fisik maupun kimia substrat dan perairan tambak.
Faktor fisik air tambak antara lain suhu, salinitas, kekeruhan dan tekstur substrat, dan
faktor kimia air tambak antara lain pH, oksigen terlarut, BOD, COD, DMA, TOC dan
amonia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai keragaman,
kepadatan, dan biomassa cacing polychaeta pada tambak dengan tingkat produksi yang
berbeda dianggap perlu. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada
petani tambak mengenai potensi pakan alami udang dan kesuburan tambak, sehingga
dapat dilakukan pengelolaan yang lebih baik untuk meningkatkan hasil produksinya.
Menurut Yusron (1985), kesuburan suatu perairan secara tidak langsung dapat
diperkirakan dengan mengukur kepadatan, komposisi jenis, dan biomassa dari cacing
Polychaeta.
Penelitian mengenai keragaman, kepadatan, dan biomassa Polychaeta di tambak
Tanjung Kabupaten Brebes ini bertujuan untuk mengetahui keragaman, kepadatan, dan

2
biomassa Polychaeta pada tambak dengan tingkat produksi yang berbeda di Desa
Pengaradan Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes.

3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2004. Sampel diambil dari tambak
di Desa Pengaradan Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes, sedangkan identifikasi
cacing Polychaeta, analisis beberapa kualitas air dilakukan di Laboratorium Biologi
Akuatik Fakultas Biologi dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Teknik Pengambilan Sampel
Metoda pengambilan sampel adalah stratified random sampling berdasarkan
perbedaan tingkat produksi. Lokasi penelitian dibedakan menjadi tiga stasiun, yaitu
stasiun I tambak dengan produksi 250 – 300 kg/ha/panen sebanyak 209 petak, stasiun II
tambak dengan produksi 150 – 200 kg/ha/panen sebanyak 357 petak, dan stasiun III
tambak dengan produksi < 125 kg/ha/panen sebanyak 180 petak.
Jumlah tambak yang ditentukan untuk penelitian sebanyak 5% dari total tambak
masing-masing stasiun, yaitu stasiun I sebanyak 10 petak, stasiun II sebanyak 18 petak,
dan stasiun III sebanyak 9 tambak (Parel et al.,1973).
Penentuan petak tambak dilakukan secara acak. Setiap petak tambak diambil
sampelnya satu kali sebanyak sembilan titik tiap petak tambak yaitu pada pinggir, tengah,
dan area diantaranya yang dilakukan pada pagi dan sore hari pukul 06.00 - 09.00 dan
15.00 – 18.00 WIB.
Prosedur Penelitian
Pengambilan dan pengawetan cacing Polychaeta
Sampel cacing diambil dengan core method menggunakan silinder dengan ukuran
12,5 x 50 cm. Substrat diambil dengan cara menancapkan silinder ke dasar tambak
sedalam ± 40 cm atau sampai menyentuh lapisan tanah yang keras. Penentuan titik
pengambilan sampel (sampling site) dilakukan secara acak sejumlah 9 titik tiap petak
tambak. Cacing yang tertangkap diambil. Sampel cacing yang tertangkap dimasukkan ke
dalam kantong plastik berdasarkan stasiun, kemudian ditambah larutan formalin 4%.
Identifikasi, perhitungan kepadatan, dan biomassa cacing Polychaeta.
Cacing diidentifikasi dengan buku Invertebrate Zoology (Barnes, 1987),
Microscopic Anatomy of Invertebrates (Harrison and Gardiner, 1992), dan The
Invertebrata (Borradaile and Potts, 1963) menggunakan kaca pembesar. Perhitungan
kepadatan cacing Polychaeta dilakukan menurut modifikasi rumus kepadatan hewan
makrobenthos (Brower dan Zar, 1977) yaitu:
x
D=
m

keterangan :
D = kepadatan jenis Polychaeta (individu/m3)
x = jumlah Polychaeta pada luas yang diambil (individu)
m = volume substrat dalam paralon (m3)
Penentuan biomassa cacing Polychaeta dengan cara penimbangan dengan satuan g/m3.

4
Pengambilan dan pengawetan sampel air dan substrat
Sampel air diambil dengan botol Winkler, lalu dimasukkan ke dalam ice box.
Sampel substrat diambil dengan core method dengan silinder sampai menyentuh lapisan
tanah yang keras, lalu sampelnya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dianalisis di
Laboratorium Kimia dan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Air serta Substrat Tambak
Analisis parameter fisik dan kimia air dan substrat meliputi yaitu suhu, salinitas,
kekeruhan, oksigen terlarut, pH, DMA, TOC, COD, BOD, amonia dan tekstur substrat.
Analisis Data
Uji F, untuk mengetahui perbedaan kepadatan Polychaeta antar stasiun, sedangkan Aturan
50 %, untuk mengetahui perbedaan struktur komunitas Polychaeta antar stasiun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Polychaeta
Polychaeta yang ditemukan pada tambak di Desa Pengaradan Kecamatan Tanjung
Brebes ada 2 spesies (Nereis spp dan Platynereis spp) yang termasuk dalam famili
Nereidae. Nereis spp memiliki bentuk tubuh silindris memipih, panjang tubuh antara 2 –
12 cm. Prostomium memiliki dua antena, dan segmen pada peristomium tidak memiliki
parapodia. Parapodia pada bagian anterior uniramus, sedangkan pada bagian lain biramus.
Genus ini memiliki kemampuan menyerap bahan organik terlarut, bersifat omnivor,
bergerak aktif, dan mencari makan di permukaan substrat (Junardi, 2001). Platynereis spp
memiliki bentuk tubuh memipih dengan panjang tubuh antara 3 – 10,5 cm. Prostomium
memiliki dua antena dan parapodia biramus. Genera ini bersifat karnivor dengan cara
menggali substrat dalam memperoleh makanannya (Junardi, 2001).
Keragaman Polychaeta pada tiga stasiun diperoleh hasil yang sama. Hal ini diduga
berkaitan dengan kondisi substrat yang juga sama. Letak tambak yang jauh dari pantai
juga memungkinkan bagi Nereis spp dan Platynereis spp yang merupakan Polychaeta
jenis Errantia yang aktif bergerak untuk mencari makan dan berkembang biak.
Kepadatan Polychaeta
Kepadatan Polychaeta pada stasiun I, II, dan III secara berturut-turut sebanyak
118; 61; dan 31 ind/m3. Data tersebut diplotkan pada Gambar 1.

250
kepadatan (ind/m

bc
)
3

200
c
150

100

50

0
I II III

stasiun

5
Gambar 1. Kepadatan Polychaeta (ind/m3) pada tambak di Desa Pengaradan Kecamatan
Tanjung Kabupaten Brebes
Gambar 1 menunjukkan bahwa stasiun I memiliki kepadatan Polychaeta tertinggi.
Kepadatan Polychaeta pada masing-masing stasiun dipengaruhi oleh kondisi substrat dan
perairan tambak. Tekstur substrat pada stasiun I sangat cocok bagi Polychaeta untuk
mendapatkan makanan karena mempunyai tekstur liat berdebu yang banyak mengandung
bahan organik dan memudahkan mereka dalam mencari makanan di atas permukaan
substrat. Menurut Sanders dalam Pujanarko (2000), partikel tanah liat mempunyai
permukaan yang jauh lebih luas untuk mengikat materi organik yang merupakan sumber
makanan bagi Polychaeta dan jenis tanah liat memiliki ikatan yang kuat untuk
mendukung berdirinya tabung tempat tinggal cacing tersebut. Tekstur lempung (lumpur)
yang lunak merupakan habitat yang sangat disukai Nereis (Widagdo, 1996).
Pada stasiun I juga mengandung C – organik yang tinggi yang sangat disukai oleh
Polychaeta. Menurut Junardi (2001), kandungan karbon organik pada substrat memiliki
korelasi positif terhadap kepadatan dan biomassa genera. Karbon organik tinggi secara
langsung akan memicu adanya spesies atau genus yang melimpah dan dominan.
Pada stasiun I juga memiliki salinitas yang cocok bagi Nereis spp maupun
Platynereis spp yaitu berkisar 9 – 20 ‰ dan tidak terlalu fluktuatif. Hasil penelitian
Yuwono, et al. (1999), menunjukkan bahwa kondisi yang optimal adalah 15 ‰, dari tiga
media dengan salinitas yang berbeda yaitu 15, 17, dan 20 ‰.
Kandungan terendah pada stasiun I dan masih di bawah ambang batas, sedangkan
pada stasiun III ada beberapa petak tambak yang lebih tinggi dari ambang batas yaitu > 1
mg/L (Suyanto dan Mujiman, 2001). Hal ini memberikan pengaruh terhadap kepadatan
Polychaeta tiap petak. Menurut Suyanto dan Mujiman (2001), amonia yang tinggi dalam
air akan meningkatkan kadar amonia dalam darah dan jaringan organisme air. Amonia
dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan penurunan darah untuk mengikat oksigen.
Perbedaan kepadatan Polychaeta antar stasiun ditunjukkan pula dari hasil uji F
yaitu adanya perbedaan kepadatan Polychaeta yang sangat nyata antar stasiun. Lalu uji
BNT menunujukkan bahwa ternyata terdapat perbedaan kepadatan Polychaeta yang
sangat signifikan antara stasiun I dengan II dan III, sedangkan antara stasiun II dan III
tidak signifikan. Hal ini karena kondisi habitat antara stasiun II dan III hampir sama.
Hasil ini juga didukung oleh analisis aturan 50%, yaitu terdapat perbedaan antara
stasiun I dengan II dan III, sedangkan stasiun II dan III tidak perbedaan nyata.
Kepadatan Nereis spp dan Platynereis spp pada stasiun I, II, dan III secara
berturut-turut sebanyak 91 dan 27 ind/m3, 31 dan 30 ind/m3, serta 13 dan 18 ind/m3. Data
tersebut diplotkan pada Gambar 3.
kepadatan (ind/m

250
Nereis
)
3

200
Platynereis
150

100

50

0
I II III
stasiun

6
Gambar 2. Kepadatan Nereis spp dan Platynereis spp (ind/m3) pada tambak di Desa
Pengaradan Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
Berdasarkan Gambar 2, terlihat terjadi perbedaan kepadatan Nereis spp yang
cukup menyolok antar stasiun. Kepadatan Nereis spp pada stasiun I tujuh kali lebih
banyak daripada stasiun III. Hal ini diduga akibat perbedaan kondisi substrat dan perairan
tambak. Substrat pada stasiun I lebih banyak terdiri atas lumpur (fraksi debu) dan liat
yang lunak yang sangat disukai oleh Nereis (Widagdo, 1996). Kepadatan yang hampir
seragam pada Platynereis spp disebabkan oleh kemampuannya untuk menggali substrat
dalam mencari makan sehingga pada substrat liat dapat hidup dengan baik. Meskipun
demikian, tetap lebih menyukai substrat berdebu karena lebih lunak dan mudah dicerna.
Biomassa Polychaeta
Hasil perhitungan biomassa Polychaeta pada stasiun I, II, dan III secara berturut-
turut sebesar 43,26; 17,59; dan 10 g/m3. Data tersebut diplotkan pada Gambar 3.

100 a
bc
biomassa (g/m
)

80 c
3

60
40
20

0
I II III

stasiun

Gambar 3. Biomassa Polychaeta (g/m3) pada tambak di Desa Pengaradan


Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes

Gambar 3 menunjukkan biomassa Polychaeta semakin menurun dari stasiun I, II,


sampai III. Pola grafik biomassa Polychaeta sama dengan pola grafik kepadatan
Polychaeta (Gambar 1), yaitu semakin menurun dari stasiun I ke stasiun III. Tingkat
produksi udang windu juga semakin menurun dari stasiun I, II, sampai III. Hal tersebut
memperkuat dugaan bahwa tingginya kepadatan dan biomassa Polychaeta mempengaruhi
tingkat produksi udang windu, yaitu semakin meningkat kepadatan dan biomassa
Polychaeta maka tingkat produksi udang juga semakin meningkat dan demikian juga
sebaliknya.
Pola biomassa dan kepadatan Polychaeta relatif sama antar stasiun, sehingga hasil
uji F berdasarkan biomassa juga menunjukkan hasil yang sama dengan hasil uji F
berdasarkan kepadatan. Hasil uji F menunjukkan perbedaan biomassa Polychaeta sangat
nyata (signifikan) antar stasiun pengambilan sampel.

7
Uji pembanding ganda menggunakan uji BNT dilakukan untuk mengetahui
perbedaan biomassa Polychaeta antar stasiun. Hasilnya terdapat perbedaan biomassa
Polychaeta yang sangat signifikan antara stasiun I dan II, serta stasiun I dan III,
sedangkan perbedaan biomassa antara stasiun II dan III tidak signifikan. Hal tersebut
disebabkan kondisi habitat antara stasiun II dan III hampir sama.
Biomassa Nereis spp dan Platynereis spp pada stasiun I, II, dan III secara berturut-
turut sebesar 30,86 dan 12,4 g/m3; 9,07 dan 8,53 g/m3; serta 6,47 g/m3 dan 3,53 g/m3.
Hasil tersebut diplotkan pada Gambar 4.

80
70 Nereis
biomassa (g/m
)

60
3

Platynereis
50
40
30
20
10
0
I II III
stasiun

Gambar 4. Biomassa Nereis spp dan Platynereis spp (g/m3) pada tambak di Desa
Pengaradan Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
Berdasarkan Gambar 4, terlihat adanya pola yang sama antara biomassa Nereis
spp dan Platynereis spp. Pola tersebut yaitu semakin menurun dari stasiun I, II, sampai
III. Pola biomassa Nereis spp dan Platynereis spp antar stasiun sama dengan pola
biomassa Polychaeta. Hal tersebut disebabkan kondisi substrat dan perairan yang berbeda
antar stasiun seperti tekstur substrat, kandungan karbon organik, salinitas dan amonia.
Kondisi pada stasiun I secara umum lebih cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan
Polychaeta seperti tekstur substrat yang lunak, kandungan karbon organik tinggi, salinitas
optimal dan kadar amonia rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa keragaman spesies
Polychaeta pada daerah tersebut relatif sedikit yaitu 2 genera, terdiri atas Nereis spp dan
Platynereis spp. Nilai tertinggi kepadatan Polychaeta yaitu 118 ind/m3 dan biomassa
Polychaeta yaitu 43,26 g/m3 terdapat pada tambak yang memiliki nilai produksi udang
windu tertinggi. Kepadatan dan biomassa Polychaeta berbeda sangat nyata antar petak
tambak (stasiun) yang memiliki perbedaan tingkat produksi udang Windu.
Saran
Diperlukan pengelolaan terhadap pakan alami khususnya Polychaeta pada tambak
yang dikelola secara tradisional misalnya melakukan pemupukan organik dan penggunaan

8
obat pembasmi hama (ikan liar) yaitu saponin yang tepat guna dan dosis. Hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan keragaman, kepadatan dan biomassa Polychaeta yang
pada akhirnya akan meningkatkan produksi udang Windu pada masa yang akan akan
datang.

9
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R.D. 1987. Invertebrate Zoology, 5th edition. CBS Collage Publishing, New
York.
Borradaile, L.A. dan F.A. Potts. 1963. The Invertebrata. Cambridge University Press,
London.
Brower, J.E. dan J.H. Zar. 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology.
WM-C Brown, Dubuque.
Harrison, F.W. and S.L. Gardiner. 1992. Microscopic Anatomy Invertebrates. Volume 7
Annelida. Wiley-Liss, New York.
Junardi. 2001. Keanekaragaman, Pola Penyebaran dan Ciri-ciri substrat Polikaeta (Filum:
Annelida) di Perairan Pantai Timur Lampung Selatan. Tesis. Program Pasca
Sarjana IPB, Bogor. 85 hal.
Pujanarko, E. 2000. Kepadatan Cacing Diopatra sp. di Perairan Sekitar Sungai Sapuregel
Kabupaten Cilacap. Skripsi. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.
Suyanto, S.R. dan A. Mujiman. 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta
Widagdo, H.K. 1996. Dinamika Populasi Makrobentik Cacing Lur (Nereis spp) pada
Berbagai Lapisan Substrat Dasar Perairan Tambak di Randusanga Brebes.
Laporan Kerja Praktek. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.
Yusron, E. 1985. Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta). Oceana X (4):
122 – 127.
Yuwono, E. 2003. Studi Aspek Fisiologi untuk Aplikasi dalam Budidaya Cacing Lur
(Nereis spp.). Sains Akuatik 6 (2) : 66 – 74.
Yuwono, E. dan A. Sahri. 1999. Kultur Cacing Lur dan Pemanfaatannya untuk Pakan
Udang. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto. 64 hal.
Yuwono, E., A. Sahri, dan N. R. Nganro. 1998. Aktivitas Neuroendokrin dan Kontrol
Endokrin Reproduksi Nereis spp. Biosfera 9: 1 – 8.
Yuwono, E., B. Hariyadi, U. Susilo, A. Sahri, dan Sugiharto. 2002. Fertilisasi serta
Pemeliharaan Larva dan Juvenil sebagai Upaya Pengambangan Teknik Budidaya
Cacing Lur. Biosfera 19 (3): 20 – 26.
Yuwono, E., N.R. Nganro, dan A. Sahri. 1999. Kultur Cacing Lur dan Pemanfaatannya
untuk Pakan Udang. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Unsoed,
Purwokerto. 39 hal.
Yuwono, E., U. Susilo, dan A. Chaeri. 1994. Gametogenesis pada Cacing Lur Nereis spp.
(Polychaeta, Nereidae) dalam Kondisi Alami. Majalah Ilmiah UNSOED. No. 2 Th
XX: 64 – 73.

10

You might also like