You are on page 1of 20

AGAMA ISLAM

KELOMPOK 3
ALPIN ALPIANSYAH EDWIN DWI C IRFAN BAYU P BRILLY APRINT G P WINNA ELVIA ARIANSYAH KHAMDANI MUHAMMAD KADRY Z RACHMAT HAKIM T

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Sebelum berakhlak dengan orang lain, seorang mumin harus dapat mencerminkan akhlaqul karimah terhadap dirinya sendiri. Sebab seorang mumin adalah pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum menjadi pemimpin bagi orang lain. Oleh karenanya, ia akan berakhlak dengan baik terhadapat dirinya sendiri. Berakhlak terhadap dirinya sendiri adalah bagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan Al-Quran dan Assunah. Ia menunaikan hak-hak dirinya, tidak mendzaliminya, dan berbuat adil terhadapnya.

Secara umum akhlak terhadap diri sendiri terbagi menjadi 3 bagian :

Fisik

Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akal

Ruhiyah

1. Akhlak Terhadap Fisik

Dalam jasad insan terdapat hak-hak dan hal-hal yang perlu diperhatikan serta dipenuhi oleh setiap mumin. Seorang mumin perlu merawat dan menjaga aktivitas sebagaimana yang diharapkan.

Kemudian bahwa jasad merupakan amanah yang Allah titipkan pada dirinya. Oleh karena itulah, ia perlu menjaga titipan Allah tersebut dengan baik.

A. Seimbang Dalam Mengkomsumsi Makanan


Diantara akhlak terhadap fisik adalah memberikan makan dan minum kepada fisik sesuai dengan kebutuhannya dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan.

B. Melatih Fisik Agar Kuat & Sehat

Seorang mumin kendatipun senantiasa sehat, karena tidak melakukan sesuatu yang merusakkan dirinya seperti begadang, memakan makanan dan minuman yang merusak fisiknya, namun bersamaan dengan itu, senantiasa melakukan kegiatan yang menambah kekuatan fisiknya. Diantaranya adalah dengan cara olahraga. Kendatipun istilah olahraga tidak dikenal dalam bahasa Al-Quran maupun hadits, namun rambu-rambu umum mengenai hal tersebut telah terdapat dalam Al-Quran & Sunnah.

C. Tidak Merusak Dirinya Sendiri

Diantara akhlak terhadap dirinya sendiri adalah tidak melakukan satu hal kebiasaan yang dapat merusak diri sendiri:

Diantara hal yang dapat merusak diri sendiri adalah rokok. Ditinjau dari aspek kesehatan, tidak satu pun ahli kesehatan yang mengatakan bahwa rokok itu meningkatkan kesehatan dan menghilangkan penyakit. Justru sebaliknya, rokok sangat buruk bagi kesehatan dan mendatangkan penyakit. Sedangkan dari segi SyarI, rokok Haram ditinjau dari 3 hal: a. Merusak Kesehatan ( Yadhurru Linafsih ) b. Mendzalimi Orang ( Dzalim Li Ghairih ) c. Termasuk Menghamburkan Harta ( Tadzir al-Amwal )

D. Bersih Fisik & Pakaian

Etika lain seorang muslim terhadap dirinya adalah senantiasa bersih fisik dan pakaiannya, yaitu mencakup: Bersih mulut dan gigi Islam sangat menganjurkan kebersihan mulut termasuk di dalam giginya. Dalam sebuah hadits digambarkan:

Bersih Rambut Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

Bersih Badan
Bersih badan merupakan hak yang diberikan pada badan. Dalam sebuah hadits digambarkan:

Bersih Pakaian Fisik memiliki hak berupa dipakaikan pakaian yang bersih dan layak. Dalam sebuah riwayat dikemukakan:

Berpenampilan rapi merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah sangat menganjurkan penampilan rasa ini, hingga suatu saat beliau bersabda pada para sahabatnya yang akan tiba ke tujuan dalam sebuah perjalanan:

2. Akhlak Terhadap Akal


Ketika fisik berhak mendapatkan perlakuan dengan akhlak karimah, maka akal juga sama. Ia memiliki hak yang harus dilaksanakan atau ditunaikan sesuai dengan tuntutan islam. Al-Quran sering menggambarkan tentang teguran bagi orang-orang yang tidak berakal. Allah berfirman ( QS. Yusuf/ 12 : 109 ) :

Sebaliknya Al-Quran memberikan pujian bagi orang yang memaksimalkan fungsi akalnya ( QS. Fathir/ 35 : 28 ) :

B. Kewajiban Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak muslim terhadap akalnya. Muslim yang baik, akan memberikan porsi bagi akalnya berupa penambahan perngetahuan, bahkan sepanjang hayatnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan:

C. Prioritas Ilmu Yang Di Pelajari

Sebagai seorang mumin, terdapat prioritas ilmu yang perlu di pelajari dan diketahui olehnya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam Syakhsiyatul Muslim, yang perlu diprioritaskan seorang muslim adalah mempelajari: 1. Ilmu tentang Al-Quran, mencakup tajwid, tafsir & tadabur serta hukum yang terkandung di dalamnya Al-Quran. 2. Ilmu Hadits, dan yang terkait dengannya. 3. Sirah Nabi & Sejarah Sahabat 4. Fiqih Ibadah ( Terutama yang terkait dengan kehidupan sehari-hari ) Selain yang beliau kemukakan, terdapat hal lain yang perlu dipelajari setiap muslim: 1. Fiqih Muamalah. 2. Tsaqofah Islamiyah hukum-

E. Mengamalkan Ilmunya Dalam Kehidupan

Diantaranya tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam alam nyata. Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya. Allah SWT berfirman:

3. Akhlak Terkait Dengan Ruhiyah

Selain fisik dan akal, ruhiyah juga merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia yang juga memiliki hak yang harus ditunaikan. Jika akal membutuhkan makanan berupa ilmu pengetahuan, fisik membutuhkan makanan berupa makanan pokok, maka ruhiyah juga membutuhkan makanan, sebagaimana fisik dan akal. Diantara makanan ruhiyah adalah ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, tafakur terhadap kebesaran dan keagungan Allah, meminta nasehat kepada orang shaleh, dsb.

Ruhiyah adalah, syuur atau perasaan hati insan yang teduh dan tentram manakala dekat dengan Allah, yang menjadikan hidup memiliki nuansa berbeda, sehingga berimplikasi pada rasa bahwa dunia seakan tiada artinya, dibandingkan dengan keridhaan Allah SWT. Salah satu yang dicontohkan Al-Quran adalah dengan berdzikir:

A. Mengisi Ruhiyahnya Dengan Ibadah


Diantara akhlak seorang muslim terhadap ruhiyahnya adalah memberikan porsi ruhiyahnya berupa ibadah kepada Allah SWT. Karena ibadah merupakan makanan pokok bagi ruhiyah. Ibadah, disamping berfungsi untuk mententramkan dan mengenyangkan ruhiyah, juga dapat menggugurkan dosa-dosa. Dalam sebuah hadits digambarkan:

Diantara ibadah-ibadah yang dapat dirasakan langsung khasiatnya dalam mengisi ruhiyah menurut sebagian ulama adalah:

1. Berusaha Khusyu, dalam melaksanakan sholat, baik yang fardu maupun yang sunnah.
2. Dzikir Bada Sholat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Karena dzikir ini jika dilakukan dengan khusyu dan baik, maka juga akan menambah ketenangan pada ruhiyah. 3. Qiyamul Lail, terutama di tengah keheningan malam pada saat-saat manusia pada umumnya tengah tertidur lelap. 4. Tilawatul Quran, dan lebih baik jika ditargetkan setiap hari harus membaca Al-Quran beberapa halaman. 5. Tadabur Quran, yaitu dengan merenungkan isi dan kandungan ayat-ayat yang dibaca. Pelaksanaannya dapat dibantu dengan terjemahan Al-Quran. 6. Shalat Dhuha, dalam waktu-waktu tertentu yang terkadang manusia merasakan kesengsaraan pada waktu yang produktif ini. 7. Muhasabah, yaitu evaluasi diri terhadap amal perbuatan yang telah dilakukan selama ini. Muhasabah ini dapat dilakukan baik secara pribadi di tengah keheningan dan kesunyian malam bada shalat lail, dan juga dilaksanakan secra berjamaah melalui kegiatan-kegiatan muhasabah di msjid-masjid.

B. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah SWT

Dzikir merupakan sarana penambah ruhiyah yang paling flexibel, karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun pengaruh dzikir begitu luar biasa dalam penempaan ruhiyah seseorang. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah haditsnya:

Akhlak Kepada Diri Sendiri


MENGHINDARI MINUMAN KERAS SHIDIQ VS KIDZIB AMANAH VS KHIANAT ISTIQAMAH VS MUNAFIQ DIRI SENDIRI

AKHLAK

FATHANAH VS JAHIL TAWADLU VS TAKABBUR PEMAAF VS DENDAM KERJA KERAS VS MALAS (KASLAN) DERMAWAN VS BAKHIL TAUBAH, MUQARABAH, MUHASABAH

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

You might also like