You are on page 1of 38

MASALAH ETIKA MORAL DALAM

PELAYANAN KEPERAWATAN

ASEP RAHMADIANA, SKEP. NERS.


STIKes MITRA KENCANA
PENGERTIAN ETIKA MORAL

 Etika adalah ilmu ttg kesusilaan yg


bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalam masyarakat yg melibatkan aturan
atau prinsip yg menentukan tingkah laku
yang benar.
 Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yg merupakan “standar
perilaku” dan “nilai” yang harus
diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat tempat ia tinggal.
 Etiket atau adat merupakan sesuatu
yang dikenal, diketahui, diulang serta
menjadi suatu kebiasaan di dalam
suatu masyarakat baik berupa kata-
kata maupun bentuk perbuatan yang
nyata.
Etika, moral dan etiket sulit dibedakan,
hanya dapat dilihat bahwa etika lebih
dititikberatkan pada aturan, prinsip
yang melandasi perilaku yang
mendasar dan mendekati aturan,
hukum dan undang2 yang
membedakan benar atau salah secara
moralitas
nilai-nilai moral yang ada dalam kode
etik keperawatan Indonesia (2000),
diantaranya:
 Menghargai hak klien sebagai individu
yg bermartabat dan unik
 Menghormati nilai-nilai yang diyakini
klien
 Bertanggung jawab terhadap klien

 confidentiality
Metoda pendekatan pembahasan
masalah etika
Dari Ladd J (1978), dikutip oleh Frell
(1990) menyatakan ada empat
metoda utama membahas masalah
etika:
 Otoritas

 Consensum hominum

 Pendekatan intuisi atau self evidence

 Metode argumentasi
Metode otoritas

Menyatakan bahwa dasar setiap


tindakan atau keputusan adalah
otoritas. Otoritas dapat berasal dari
manusia atau kepercayaan
supernatural, kelompok manusia,
atau suatu institusi seperti majelis
ulama, dewan gereja atau
pemerintah.
Metode Consensum Hominum

Menggunakan pendekatan berdasarkan


persetujuan masyarakat luas atau
sekelompok manusia yang terlibat
dalam pengkajian suatu masalah.
Segala sesuatu yang diyakini bijak dan
secara etika dapat diterima,
dimasukkan dalam keyakinan.
Metode Pendekatan Intuisi/Self-
evidence

Metode ini dinyatakan oleh para ahli


filsafat berdasarkan pada apa yang
mereka kenal sebagai konsep teknik
intuisi.
Metode ini terbatas hanya pada orang-
orang yang mempunyai intuisi tajam
Metode Argumentasi atau Metode
Sokratik

Menggunakan pendekatan dengan


mengajukan pertanyaan atau mencari
jawaban dengan alasan yang tepat.
Metode ini digunakan untuk memahami
fenomena etika
Masalah Etika Keperawatan

Bandman (1990) menjelaskan bahwa


masxalah etika keperawatan pada
dasarnya terdiri atas lima jenis.
Kelima masalah tersebut akan
diuraikan dl rangka perawat
“mempertimbangkan prinsip etika
yang bertentangan”.
Lima masalah dasar etika
keperawatan
 Kuantitas versus kualitas hidup
 Kebebasan versus penanganan dan
pencegahan bahaya
 Berkata jujur versus berkata bohong
 Keinginan terhadap pengetahuan yg
bertentangan dg falsafah, agama,
politik, ekonomi, dan ideologi
 Terapi ilmiah konvensional versus
terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Lima faktor yg harus
dipertimbangkan dl penanganan
masalah etika
 Pernyataan dari klien yg pernah
diucapkan kpd anggota keluarga,
teman2nya dan petugas kesehatan
 Agama dan kepercayaan klien
 Pengaruh terhadap anggota klg klien
 Kemungkinan akibat sampingan yang
tidak dikehendaki
 Prognosis dengan atau tanpa
pengobatan
Beauchamp dan Childress (2000) mereka
mengusulkan bahwa apabila ada
pertentangan antaraa dua prinsip, kedua
prinsip yang bertentangan itu harus
dianggap sebagai suatu titik permulaan.
Dilihat dari sudut ini, prinsip tersebut tidak
dianggap lagi sbg suatu yg mutlak, tetapi
harus dipertimbangkan dan salah satu
harus mengalah jika berhadapan dg prinsip
yang lebih penting.
Sebagai contoh:
Seorang perawat berhadapan dengan
suatu pilihan antara pulang ke rumah
karena sudah berjanji dg anaknya
untuk pergi ke suatu tempat atau
tetap berada di rumah sakit untuk
menolong klien memenuhi
kebutuhannya dalam keadaan gawat.
Lima masalah dasar etika keperawatan yg
berhubungan dg “pertimbangan prinsip
etika yg bertentangan”.

Kuantitas versus kualitas hidup


Contoh: Seorang ibu meminta perawat
untuk melepas semua selang yg
diapsang pada anaknya yg telah
koma delapan hari. Keadaan seperti
ini, perawat menghadapi masalah
posisinya dalam menentukan
keputusan secara moral
Kebebasan versus penanganan dan
pencegahan bahaya

Contoh adalah seorang klien berusia


lanjut yang menolak untuk
mengenakan sabuk pengaman waktu
berjalan, ia ingin berjalan dengan
bebas.
Pada situasi ini perawat menghadapi
masalah upaya menjaga keselamatan
klien yang bertentangan dengan
kebebasan klien
Berkata jujur versus berkata
bohong

Contoh: seorang perawat yg mendapati


teman kerjanya menggunakan
narkotika.
Dalam posisi ini perawat tersebut
berada dalam pilihan apakah akan
mengatakan hal ini secara terbuka
atau diam karena diancam akan
dibuka rahasia yg dimilikinya bila
melaporkan pada orang lain
Keinginan tarhadap pengetahuan yg
bertentangan dg falsafah agama,
politik, ekonomi dan ideologi

Beberapa masalah yg dapat diangkat


sebagai contoh seorang klien memilih
ke dukun daripada ke dokter.
Kampanye anti rokok demi keselamatan
bertentangan dengan kebijakan
ekonomi
Alokasi dana untuk kepentingan militer
lebih besar daripada untuk
kepentingan kesehatan
Terapi ilmiah konvensional versus
terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Hampir semua suku bangsa di Indonesia
memiliki praktek terapi konvensional
yang masih dianggap sebagai
tindakan yang dapat dipercaya.
Secara ilmiah tindakan tsb sulit
dibuktikan kebenarannya, namum
sebagian masyarakat
mempercayainya.
Masalah etika dl praktik
keperawatan

Dlm praktik keperawatan banyak


menimbulkan konflik antara
kebutuhan klien dg harapan perawat
dan falsafah perawatan. Masalah
etika keperawatan pada dasarnya
masalah etika kesehatan dl kaitan ini
dikenal istilah etika biomedis atau
bioetis.
Bioetis mengandung arti ilmu yg
mempelajari masalah yang timbul
akibat kemajuan ilmu pengetahuan,
terutama di bidang biologi dan
kedokteran.
Masalah bioetis tersebut berkata jujur,
AIDS, abortus, menghentikan
pengobatan, cairan dan makanan,
eutanasia, transplantasi organ, dll.
Berkata jujur

Dalam konteks berkata jujur ada suatu istilah


yg disebut desepsi, berasal dari kata
decieve yang berarti membuat orang
percaya terhadap suatu hal yang tidak
benar, meniru, atau membohongi.
Desepsi meliputi berkata bohong mengingkari
atau menolak, tidak memberikan informasi
dan memberikan jawaban tidak sesuai
dengan pertanyaan atau tidak memberikan
penjelasan sewaktu informasi dibutuhkan
Tindakan desepsi secara etik tidak
dibenarkan. Konsep kejujuran
merupakan prinsip etis yg mendasari
berkata jujur.
Berkata jujur bersifat prima facia (tidak
mutlak) sehingga desepsi pada
keadaan tertentu diperbolehkan.
Menurut Free, alasan yang mendukung
tindakan desepsi termasuk berkata bohong,
mencakup bahwa klien tidak mungkin
dapat menerima kenyataan.
Mis, klien menghendaki u/ tidak diberi tahu
bila hal tsb menyakitkan.
Perawat profesional mempunyai kewajiban
tidak melakukan hal yg merugikan klien
dan desepsi mungkin mempunyai manfaat
untuk meningkatkan kerjasama klien
(McCloskey, 1990)
AIDS (Aquired Immune Deficiency
Syndrome)

AIDS hampir ditemukan di setiap


negara. Pada awalnya ditemukan
pada masyarakat gay, muncul
anggapan yg tidak tepat bahwa AIDS
merupakan gay disease.
Menurut Forrester, pada kenyataannya
AIDS juga mengenai biseksual,
heteroseksual, kaum pengguna obat
dan prostitusi (McCloskey, 1990)
AIDS menimbulkan dampak pada
penatalaksanaan klinis, dampak
sosial, kekhawatiran masyarakat
serta masalah hukum dan etika.
Virus HIV dapat menularkan pada orang
lain maka muncul ketakutan
masyarakat untuk berhubungan dg
klien AIDS, sering diperlakukan tidak
adil dan diskriminasi.
Pernyataan profesional bagi perawat yg
mempunyai tugas merawat klien yg
terinfeksi virus HIV, membutuhkan
klasifikasi nilai2 yg diyakini perawat ttg
hubungan homoseksual dan
penyalahgunaan obat (Phipps, long, 1991)
Perawat sangat berperan dl perawatan klien,
sepanjang infeksi HIV masih ada dengan
berbagvai komplikasi sampai kematian tiba.
Abortus

Abortus telah menjadi salah satu


perdebatan internasional mengenai
masalah etika
Abortus secara umum dp diartikan
sebagai penghentian kehamilan
secara spontan atau rekayasa.
Dalam membahas abortus biasanya
dilihat dari dua sudut pandang yaitu
moral dan hukum
Ada tiga pandangan yg dp dipakai dl memberi
tanggapan thd abortus yaitu pandangan
konservatif, moderat, dan liberal (Megan,
1991):
 Pandangan konservatif, abortus secara

moral jelas salah dan dalam situasi apapun


abortus tidak boleh dilakukan, termasuk dg
alasan penyelamatan (misal bila kehamilan
dilanjutkan akan menyebabkan ibu
meninggal)
 Pandangan moderat, abortus hanya
merupakan suatu prima facia,
kesalahan moral dan hambatan
penentangan abortus dapat diabaikan
dg pertimbangan moral yg kuat.
Contoh: abortus dapat dilakukan bila
kehamilan merupakan hasil
pemerkosaan atau kegagalan
kontrasepsi.
 Pandangan liberal, abortus secara
moral diperbolehkan atas dasar
permintaan. Secara umum pandagan
ini menganggap bahwa fetus belum
menjadi manusia. Fetus hanyalah
sekelompok sel yg menempel di
dinding rahim. Menurut pandangan
ini, secara genetik fetus dapat
dianggap sbg bakal manusia, tapi
secara moral fetus bukan manusia.
Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi
perawat bila ia harus terlibat dl tindakan
abortus.
Di beberapa negara spt USA, Inggris, atau
Australia dikenal hukum Conscience
clauses, yg memperbolehkan dokter,
perawat atau petugas rumah sakit untuk
menolak membantu pelaksanaan abortus.
Di Indonesia tindakan abortus dilarang
sejak tahun 1918 sesuai dg pasal 346
s.d. 3349 KUHP, dinyatakan bahwa
“barang siapa melakukan sesuatu
dengan sengaja yg menyebabkan
keguguran atau matinya kandungan,
dapat dikenai penjara”.
Eutanasia

Eutanasia merupakan masalah bioetik


yg juga menjadi perdebatan utama di
dunia barat. Eutanasia berasal dari
bahasa Yunani eu (berarti mudah,
bahagia atau baik) dan thanatos
(berarti meninggal dunia). Jadi bila
dipadukan berarti meninggal dunia dg
baik atau bahagia.
Dilihat dari aspek bioetis eutanasia terdiri dari
eutanasia volunter, involunter, aktif dan
pasif.
 Eutanasia volunter, klien secara sukarela

dan bebas memilih untuk meninggal dunia


 Eutanasia involunter, tindakan yg

menyebabkan kematian dilakukan bukan


atas dasar persetujuan klien dan seringkali
melanggar keinginan klien
 Eutanasia aktif melibatkan suatu
tindakan disengaja yang
menyebabkan klien meninggal,
misalnya dg menyuntikkan suatu
obat.
Eutanasia aktif merupakan tindakan yg
melanggar hukum dan dinyatakan dl
KUHP pasal 338, 339, 345, dan 359.
 Eutanasia pasif dilakukan dengan
menghentikan pengobatan atau perawatan
suportif yg mempertahankan hidup
(mis:antibiotika, nutrisi, cairan, respirator
yg tidak diperlukan lagi oleh klien).
Eutanasia pasif sering disebut sebagai
eutanasia negatif, dapat dikerjakan sesuai
dengan fatwa IDI

You might also like