Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Hukum humaniter internasional telah ada sejak abad ke-19 yang dibentuk karena
kesadaran dunia internasional akan akibat peperangan yang merugikan warga negara baik
militer maupun sipil. Tujuan dibentuknya hukum humaniter adalah untuk memanusiawikan
perang sehingga dapat meminimalisasi jumlah korban yang berjatuhan dan dana yang harus
dikeluarkan. Sesuai dengan sifat hukum yang dinamis, hukum humaniter internasional
mengalami perubahan-perubahan baik pertambahan maupun pengurangan agar lebih relevan
dengan keadaan pada saat itu. Konvensi hukum humaniter internasional pertama terlaksana di
Den Haag pada 1899 yang berisikan penyelesaian damai persengketaan internasional, hukum
dan kebiasaan perang di darat, serta hukum perang di laut.
Namun, keberadaan hukum humaniter tersebut tidak menjadikan terciptanya dunia yang
aman dan damai di mana perang-perang tidak merugikan kaum sipil. Hal ini dapat terjadi
karena tidak semua negara di dunia berkomitmen dalam menjalankan hukum humaniter
internasional tersebut. Contoh kasus yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan
cluster munition dalam konflik Georgia dan Rusia yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Georgia dan Rusia sama-sama telah meratifikasi Konvensi Den Haag tersebut, namun
keduanya tetap menggunakan cluster munition dalam konflik yang terjadi bulan Agustus 2008
silam. Penggunaan cluster munition tentu saja merupakan salah satu contoh pelanggaran hak
asasi manusia karena bersifat membahayakan dan mematikan dalam jangka waktu panjang.
Meskipun telah dirumuskan suatu Convention on Cluster Munition pada bulan Mei 2008 di
Dublin, Georgia dan Rusia tetap menyimpan bahkan menggunakan cluster munition tersebut
yang menyebabkan banyak nyawa hilang.1
I. 2. Perumusan Masalah
Dalam tulisan ini, penulis membatasi permasalahan pada bagaimana Georgia dan Rusia
mengimplementasikan hukum humaniter internasional dalam konflik Ossetia Selatan 2008,
peranan Uni Eropa dalam konflik tersebut untuk menegakkan hukum humaniter internasional,
serta apakah hukum humaniter internasional berhasil diimplementasikan dalam konflik
tersebut.
1 “Georgia: Russian Cluster Bombs Kill Civilians Stop Using Weapon Banned by 107 Nations”,
diakses dari http://www.hrw.org/en/news/2008/08/13/georgia-russian-cluster-bombs-kill-civilians
20 November 2008 20:10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
7 “Georgia: Russian Cluster Bombs Kill Civilians Stop Using Weapon Banned by 107 Nations”,
diakses dari http://www.hrw.org/en/news/2008/08/13/georgia-russian-cluster-bombs-kill-civilians
20 November 2008 20:10
8 “Georgian Clusters Landed in Villages; Russian and Georgian Duds Still a Threat”, diakses dari
http://www.hrw.org/en/news/2008/11/04/georgia-more-cluster-bomb-damage-reported 20
November 2008 20:15
9 “TV News Footage: Cluster Munition Convention - Oslo signing ceremony”, diakses dari http://
www.icrc.org/Web/Eng/siteeng0.nsf/htmlall/cluster-munitions-tvnews-011208 16 Desember 2008
20:50
10 “Taking Europe into the 21st century”, http://europa.eu/lisbon_treaty/index_en.htm, diakses
pada 17 November 2008 17:33
Uni Eropa. Perjanjian tersebut tidak akan berlaku hingga diratifikasi oleh seluruh 27
anggota.11 Perjanjian ini akan mengamandemen Uni Eropa dan perjanjian-perjanjiannya yang
sekarang dengan framework legal Eropa yang lebih demokratis dan transparan, Eropa yang
lebih efisien, Eropa dengan hak-hak dan nilai-nilai, kebebasan, solidaritas, dan keamanan,
serta Eropa sebagai aktor global.12
Perubahan-perubahan yang diperkenalkan Treaty of Lisbon meliputi voting mayoritas
yang terkualifikasi di Konsil Eropa, keterlibatan Parlemen Eropa yang meningkat dalam
proses legislatif melalui keputusan bersama yang semakin luas dengan Konsil Eropa, reduksi
jumlah Komisioner13 dari 27 menjadi 18, mengeliminasi sistem pilar14, dan pembentukan
Judicial Co-operation in Criminal Matters (PJCC) meliputi kerjasama di bidang perang terhadap
kejahatan
15 Kevin McLoughlin, “Lisbon Treaty ‘No’ vote delivers major shock for political and big
business Establishment”, http://socialistworld.net/eng/2008/06/14irelab.html, diakses pada 18
November 2008 21:40
16 EPP-ED adalah Grup bagi Partai Rakyat Eropa (Kristen Demokrat) dan Demokrat
Eropa di Parlemen Eropa, kelompok politik terbesar di Parlemen Eropa sejak Juli 1999. Lihat http://
www.epp-ed.eu/home/en/aboutus.asp, diakses pada 18 November 2008 21:53
17 “Lack of Lisbon Treaty leaves EU weak on Georgia”,
http://www.euractiv.com/en/future-eu/lack-lisbon-treaty-leaves-eu-weak-georgia/article-175040,
diakses pada 18 November 2008 21:50
BAB III
PEMBAHASAN
18 Jenny Norton, Ossetian Crisis: Who Started it?, diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/757
0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4643010000000000
0100e0010000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000
000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d46000001001803000
01200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d800000017010000000
0000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a000000100000
0000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e00008025
0000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2fffff
f000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c00690062007200690
000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc
751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f
31c4721100cc75110020000000ffffffff1c05d200d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180fffff
fff000000000008000000080000d4fbe50701000000000000002c01000025000000632e900100
08020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061
006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c
38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c7311001c05d20064760
00800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c000000
01000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f00
00000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000
000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c00000047
44494302000000ffffffffffffffff61070000100000000000000046000000140000000800000047
44494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000
000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020
5007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797
374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000
040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff00000000000090010000000004400
02243616c696272690000000000000000000000000000000000000000000000000004000000
2d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00
000001000400000000008002050020210900040000002d010000040000002d0100000300000
00000
7
jam setelah pernyataan presiden tadi, menteri pertahanan Pieter De Crem dengan terpaksa
kembali mengirimkan tentara ke Ossetia Selatan karena kaum separatis di sana terus
melakukan serangan.19 Konflik senjata di Ossetia Selatan pun tidak terelakkan; pesawat-
pesawat perang Georgia dilaporkan melakukan pengeboman di sekitar ibukota Ossetia Selatan
dan daerah sekitarnya.
Masalah internal ini kemudian menjadi konflik antara Georgia dan Rusia ketika Rusia
memutuskan untuk ‘terlibat’ dalam masalah tersebut. Rusia merasa wajib terlibat dalam
masalah itu karena kebanyakan dari penduduk Ossetia Selatan adalah orang Rusia dan ia
harus melindungi penduduknya di manapun mereka berada.20 Pada tanggal 8 Agustus, Rusia
mulai menyalurkan tank dan kendaraan militernya ke Ossetia Selatan, yang jelas dianggap
sebagai bentuk intervensi terhadap wilayah kedaulatan Georgia. Keterlibatan Rusia ini pun
tidak membawa kondisi yang lebih baik dalam upaya penyelesaian masalah tersebut; bahkan
kondisi menjadi semakin buruk dan kompleks.
Georgia, yang pada awalnya mendapat kecaman karena sikap kerasnya dalam
menangani aksi separatis Ossetia Selatan dan Abkhazia, mulai berbalik mendapat dukungan
dari dunia karena telah menjadi korban intervensi dan aksi sepihak militer Rusia. Keputusan
Rusia untuk terlibat dalam masalah ini juga mendapat tanggapan dari berbagai pihak lainnya:
European Union, NATO, Amerika Serikat, Inggris, dll. Walaupun ada ikatan sosial antara
Rusia dan para penduduk di Ossetia Selatan, hal ini tidak bisa dijadikan suatu alasan bagi
suatu negara untuk melakukan intervensi terhadap masalah internal negara lain.
Salah satu fokus aspek kemanusiaan dalam konflik ini adalah ditemukannya bukti
penggunaan cluster munition oleh Human Right Watch, badan independen internasional yang
berfokus pada perlindungan hak asasi manusia. Badan ini menemukan bahwa pesawat Rusia
menjatuhkan bom cluster ke daerah Georgia yang populasinya padat, mengakibatkan
setidaknya 11 orang meninggal dan belasan lainnya terluka.21 Dalam penyelidikan selanjutnya
pada akhir Oktober 2008, HRW menemukan bahwa tidak hanya Rusia yang menggunakan
cluster munition pada enam kota dan desa, tetapi juga Georgia pada sembilan tempat. Namun,
senjata Rusia dinyatakan sebagai penyebab dari kebanyakan korban dan kerusakan yang
terjadi.22 Terlepas dari hal tersebut, kekhawatiran masyarakat internasional pada penggunaan
senjata ini adalah karena senjata ini tidak langsung meledak ketika dijatuhkan; terkadang ada
bom yang jatuh begitu saja tanpa meledak dan bisa sewaktu-waktu meledak jika ada yang
mendekatinya. Jadi, bom ini akan tetap mengancam keselamatan manusia bahkan setelah
perang berakhir. Ironisnya, penggunaan senjata ini terjadi sesaat setelah 107 negara
menyetujui pelarangan penggunaan cluster munition dalam konflik bersenjata pada suatu
pertemuan bulan Mei 2008. Pertemuan ini menghasilkan Convention on Cluster Munition,
yang telah ditandatangani pada 3 Desember lalu.
23 Ibid.
0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4643010000000000
0100e0010000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000
000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d46000001001803000
01200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d800000017010000000
0000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a000000100000
0000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e00008025
0000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2fffff
f000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c00690062007200690
000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc
751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f
31c4721100cc75110020000000ffffffff1c05d200d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180fffff
fff000000000008000000080000d4fbe50701000000000000002c01000025000000632e900100
08020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061
006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c
38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c7311001c05d20064760
00800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c000000
01000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f00
00000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000
000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c00000047
44494302000000ffffffffffffffff61070000100000000000000046000000140000000800000047
44494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000
000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020
5007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797
374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000
040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff00000000000090010000000004400
02243616c696272690000000000000000000000000000000000000000000000000004000000
2d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00
000001000400000000008002050020210900040000002d010000040000002d0100000300000
00000
9
Convention on Cluster Munition. Perjalanan konvensi ini bermula dari konferensi yang
diadakan di Oslo, Norwegia pada tanggal 22-23 Februari 2007 yang dihadiri oleh 46 dari 49
negara yang berkomitmen untuk merumuskan sebuah instrumen hukum yang melarang
penggunaan cluster munition. Konferensi tersebut dikenal dengan nama Oslo Declaration.
Dalam konferensi itu warga sipil yang diwakili oleh Cluster Munition Coalition, PBB, serta
International Committee of the Red Cross (ICRC) turut mengambil bagian dan memberikan
dukungan penuh pada Oslo Declaration tersebut. Tindak lanjut dari Deklarasi Oslo adalah
diadakannya konvensi untuk membahas draft Convention on Cluster Munition yang diadakan
di Lima, Vienna, Wellington dan berakhir di Dublin pada bulam Mei 2008. Di samping itu
juga diadakan konferensi regional yang diadakan di Pnomph Penh, San Jose, Belgrade, Brusel
dan Livingstone dengan agenda yang sama. Hasil yang didapat dalam konferensi regional
tersebut akan didiskusikan di dalam konferensi global di Dublin pada tanggal 19-30 Mei
2008. Pada tanggal 30 Mei 2008 akhirnya disetujuilah suatu draft Convention on Cluster
Munitions yang disetujui oleh 107 negara. Negara-negara tersebut kembali diundang untuk
menandatangani draft tersebut dalam konvensi selanjutnya di Oslo tanggal 3 Desember 2008.
Namun dari 107 negara, hanya 94 negara yang datang dan menandatangi hasil konvensi
tersebut. Diselenggarakannya apa yang disebut Oslo Process ini tidak lepas dari kontribusi
negara-negara yang tergabung dalam core group yang terdiri dari Austria, the Holy See,
Irlandia, Mexico, Selandia Baru, Norwegia, dan Peru.24
Inti dari hasil konvensi tersebut adalah larangan penggunaan, pembuatan, pembangunan,
penyimpanan, dan pemindahan cluster munition.25 Beberapa pasal yang terdapat dalam hasil
konvensi tersebut adalah Pasal 3 tentang penghancuran simpanan cluster munition dalam
jangka waktu 8 tahun dan dalam Pasal 4 dituliskan pembersihan sisa-sisa cluster munition
ditargetkan akan terlaksana dalam kurun waktu 10 tahun. Sementara itu dalam Pasal 5
dipaparkan tentang bantuan bagi korban dan komunitas yang menjadi korban karena
penggunaan cluster munition.26 Dunia internasional mengharapkan negara-negara yang belum
turut andil dalam penandatanganan konvensi ini dapat segera menandatanganinya sehingga
dicapai kebulatan suara yang tidak menghendaki penggunaan cluster munition agar tidak
semakin banyak lagi korban yang berjatuhan karena penggunaan senjata yang tidak tepat ini.
28 Jean-Marie
Henckaerts, “Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan: Sebuah
sumbangan bagi pemahaman dan penghormatan terhadap tertib hukum dalam konflik bersenjata”
dalam International Review of the Red Cross Volume 87 Nomor 857 Maret 2005
perdagangan dengan negara tersebut, tetapi apabila negara tersebut tidak ingin tunduk
terhadap hukum internasional, sedikit sekali yang dapat dilakukan. Hal ini tim penulis
pandang, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada hukum humaniter, khususnya pada
konflik Ossetia Selatan 2008 ini.
0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4643010000000000
0100e0010000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000
000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d46000001001803000
01200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d800000017010000000
0000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a000000100000
0000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e00008025
0000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2fffff
f000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c00690062007200690
000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc
751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f
31c4721100cc75110020000000ffffffff1c05d200d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180fffff
fff000000000008000000080000d4fbe50701000000000000002c01000025000000632e900100
08020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061
006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c
38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c7311001c05d20064760
00800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c000000
01000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f00
00000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000
000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c00000047
44494302000000ffffffffffffffff61070000100000000000000046000000140000000800000047
44494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000
000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020
5007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797
374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000
040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff00000000000090010000000004400
02243616c696272690000000000000000000000000000000000000000000000000004000000
2d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00
000001000400000000008002050020210900040000002d010000040000002d0100000300000
00000
13
BAB IV
KESIMPULAN
Hukum humaniter bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan, apalagi ketika
hukum berada pada level internasional. Hal ini bisa dilihat antara lain dalam kasus konflik
Georgia-Rusia beberapa waktu yang lalu. Adalah sebuah ironi bahwa kedua negara berkonflik
turut meratifikasi Konvensi Jenewa, salah satu konvensi penting yang menjadi pokok-pokok
ketentuan dalam hukum humaniter internasional; sedangkan dalam konflik tersebut kedua
negara menggunakan cluster munition. Penggunaan senjata yang terutama mengakibatkan
kerusakan dan korban yang tidak diperlukan serta keterlibatan warga sipil sebagai korban
jelas menyimpang dari komitmen mereka terhadap Konvensi Jenewa. Di samping itu, Georgia
dan Rusia juga menolak untuk menandatangai Conventions on Cluster Munition, konvensi
pelarangan penggunaan senjata kluster dalam konflik bersenjata. Hal ini semakin
mempertegas inkonsistensi kedua negara dalam hukum internasional.
Uni Eropa sendiri tidak memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk “menekan”,
mempengaruhi kedua negara tetangga strategisnya ini untuk menaati hukum internasional
ataupun untuk menandatangani konvensi bom kluster tadi. Hal ini disebabkan kegagalan UE
mencapai kebulatan suara untuk mengimplementasikan Treaty of Lisbon, perjanjian regional
yang menjadi kunci pelaksanaan Charter of Fundamental Rights.
Pelaksanaan hukum humaniter internasional juga terhambat oleh kedaulatan negara, di
mana negara tidak bisa dipaksakan untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
Kedaulatan memberikan otoritas penuh kepada negara untuk menentukan tindakannya, tanpa
ada campur tangan dari pihak lain. Jadi, pemaksaan kepada negara akan dianggap sebagai
intervensi kedaulatan, walaupun sebenarnya hal tersebut ditujukan pada tercapainya
pelaksanaan hukum dan dengan demikian mencapai keadaan yang lebih baik. Begitu juga
sifat hukum humaniter internasional sebagai suatu perjanjian, di mana hanya negara yang
menyetujui yang terikat pada hukum itu, memberikan hambatan secara ‘alami’ dalam
implementasi hukum ini. Maka, hukum humaniter internasional dalam konflik Georgia-Rusia
pun mengalami kesulitan untuk menjadi tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah
Henckaerts, Jean-Marie. “Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan:
Sebuah sumbangan bagi pemahaman dan penghormatan terhadap tertib hukum dalam
konflik bersenjata.” International Review of the Red Cross Volume 87 Nomor 857
Maret 2005
Wagiman, Wahyu. Seri Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X tahun 2005: Hukum
Humaniter dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat,
2005