You are on page 1of 104

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

GRS

KATA PENGANTAR
Melihat dari tipe dasar bangunan, terdapat dua tantangan terbesar dalam industri desain arsitektur yang pertama adalah bandara dan yang kedua adalah rumah sakit. Dua tipe bangunan tersebut menjadi tantangan besar bagi seorang arsitek dan timnya untuk menyelesaikan sebuah rancangan yang dapat bekerja dengan baik dan benar karena bukan hanya unsur estetika, komposisi, pertimbangan keuntungan dan kerugian materi dari sebuah fungsi namun keberhasilan organisasi ruang dan keselamatan banyak manusia menjadi faktor utama penentu sebuah rancangan rumah sakit yang baik. Fisik Rumah Sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan dan performansi ruang, tata lansekap, dan infrastruktur pendukung mulai didekati dengan indikator kenyamanan, keindahan, serta keberhasilan pada lingkungan yang kesemuanya membangun citra layanan kesehatan dikelasnya. Bangunan yang indah, fungsional, efisien dan bersih memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit. Pada dasarnya, fisik rumah sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Indikator keberhasilan bangunan rumah sakit dapat dilihat dari kenyamanan dalam pemanfaatanya sehingga memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan produktivitas pelaku, prosedurprosedur layanan medik dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, terjaga dengan mudah kebersihanya. Tuntutan terhadap kinerja dan layanan kesehatan rumah sakit pada saat ini semakin tinggi. Kita tahu bahwa kehidupan dapat bermula dirumah sakit dan begitupun dengan akhir, yang umumnya dilewatkan dirumah sakit pula. Dalam perkembangan layanannya, rumah sakit berhubungan dengan konsumen yang memelukan layanan kesehatan dan tidak hanya diperuntukan bagi pasien yang sakit. Fenomena yang telah dijabarkan diatas menjadi dasar pertimbangan penyusunan buku Arsitektur Rumah Sakit. Buku ini diharapkan mampu menjadi referensi tentang perencanaan, perancangan dan pengelolaan fasilitas fisik rumah sakit yang dapat berguna bagi akademis, mahasiswa, penyedia jasa dan praktisi industri bangunan, penyedia jasa dan pengguna pelayanan kesehatan, pengelola fisik dan manajemen fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya. Penyusunan buku ini merupakan respon atas kurangnya referensi buku Arsitektur Rumah Sakit khususnya referensi dalam negeri. Pokok bahasan yang akan ditemukan dalam buku ini adalah berbagai hal yang terkait dengan pedoman dan guidelines perencanaan rumah sakit, perancangan fasilitas, infastruktur bangunan rumah sakit serta strategi pengelolaan dan manajemen fisik perencanaan rumah sakit serta isu-isu kontemporer perencanaan dan perancangan fasilitas fisik rumah sakit. Akhir kata buku ini berhasil disusun tidak lepas dari bantuan bernbagai pihak yang menyumbangkan masukannya baik berupa saran maupun kritikan, dalam forum formal maupun informal. Semoga apa yang ada di dalam buku ini bermanfaat dan memberikan stimulasi yang positif bagi pembaca dimasa yang akan datang. Selamat Membaca! Yogyakarta, Maret 2010 PT. Global Rancang Selaras.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAGIAN 1 PENGANTAR DAN TINJAUAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
BAB 1 PRINSIP DASAR PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Rencana Strategis Organis, Berkembang, Bertahap Kompak Memberikan Harapan Sehat Pengelompokan yang Tepat Sirkulasi yang tepat dan Aksesibel Hemat Energi dan Nyaman Thermal Aman dan Tanggap Keadaan Darurat `Hijau` Mudah dan Murah Perawatan Sesuai Target Konsumen dan Fasilitas yang Tepat Mengakomodasi Kebutuhan dan perilaku Manusia Kenyamanan Visual dan Tanggap Lingkungan Mampu menjadi Aset Properti

i ii

1
1 2 3 3 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 11 12 12 12 14

BAB 2

APA ITU ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Pengertian Komponen

BAB 3

TIPE FASILITAS KESEHATAN


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan Tipologi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

BAB 4

FUNGSI DAN RUANG RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal dan Behavioral Organisasi Ruang dan Program Kegiatan Instalasi Bedah/ Instalasi Radiologi/ Instalasi Rehabilitasi Medik Kamar Mayat/ Instalasi Laboratorium/ Instalasi Gawat Darurat/ Intensive Care Unit/ Poliklinik/ Instalasi Rawat Inap (IRNA) Instalasi Farmasi/ Instalasi Sterilitas (CSSD)/ Instalasi Gigi

ii

BAB 5

SIRKULASI DAN ZONING RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Sirkulasi Kendaraan/ Barang/ Pengunjung/ Pemberi Layanan Kesehatan/ Kegawatdaruratan 21 22

BAB 6

BENTUK DAN KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Karakteristik 23 24 25 25

BAB 7

KONSEP RUMAH SAKIT & EVALUASI PASCA HUNI


Fasilitas kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain Fasilitas Kesehatan

Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik Fasilitas Kesehatan Langkah-langkah Peringkatan Performansi Fasilitas Kesehatan

28 28

BAB 8

PERENCANAAN LAHAN DAN SITEPLANNING RUMAH SAKIT


Kebutuhan vs Ketersediaan Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur danaliran air. 30 31

BAB 9

PERENCANAAN SIRKULASI DAN ZONING KOMPONENBANGUNAN RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi 32

BAGIAN 2 PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT


BAB 10 PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT Prinsip dan Implementasi Fleksibilitas dan Pentahapan Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT Prinsip dan Implementasi Perencanaan Infrastruktur
Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Bersih/ Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Panas/ Kriteria Desain Umum Pengolahan Limbah Cair/ Sistem Drainase dan Pengolahan Air Hujan/ Kriteria Desain Pengolahan Mekanikal Elektrikal/ Kriteria Sistem Pemadam Kebakaran/ Kriteria Sistem Pengandalian Udara/ Kriteria Sistem Telekomunikasi/ Kriteria Sistem Gas Medik/ Kriteria Sistem Tata Surya/ Sistem CCTV (close Circuit Television)/ Pekerjaan Nurse Call/ Kriteria Sistem Elektrikal 34 35 36 37 38

BAB 11

BAB 12

BAB 13

PERENCANAAN FISIK DAN STRATEGIS RUMAH SAKIT Arti Penting Manajemen Rumah Sakit Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik Kerangka dan Konsep Kerja Kriteria Umum Produk KONSEP PERENCANAAN FASILITAS RUMAH SAKIT Pelayanan Pasien Dalam Rumah Sakit/ Inpatient
Instalasi Gawat Darurat/ Instalasi Rawat Inap/ Instalasi Rawat Intensif/ ICU Instalasi Rawat Intensif Koroner/ ICCU Unit Penyakit Jiwa/ Unit Kamar Bersalin (VK)/ Unit Perinatologi Unit Haemodialisis

47 47 48 50 53 54

iii

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Pelayanan Pasien Luar Rumah Sakit/ Outpatient


Instalasi Rawat Jalan

65 65

Pelayanan Penunjang Medik/ Klinik Bantuan


Instalasi BedahInstalasi Laboratorium Radiologi Patologi Mortuary/ Otopsi Dental Gigi Endoscopy

Pelayanan Kesehatan Terapi


Instalasi Rehabilitasi Medik

73 74 75 76 77 78 78 81 82 83 84

Administrasi / Rekam Medik


Rekam Medik

Penyimpanan Obat/ Farmasi Laundry/ Pengelolaan Linen Instalasi Gizi (Dietary Service) Bengkel dan Peralatan (IPSRS) Pengelolaan dan Pembuangan Sampah Pelayanan Penunjang Fasilitas Pembelajaran/ Studi Diagram Pergerakan Pasien Hal yang harus Diperhatikan dalam Desain
Tata Fungsi/ Tata Sirkulasi/ Aspek fisika Bangunan/ Aspek Struktur Bangunan/ Aspek Tata Interior Aspek Keamanan dan Evaluasi

Kesesuaian Besaran Fasilitas terhadap Okupansi Pelayanan Arsitektur Rumah Sakit yang Memiliki Kelas Layanan Performa Fisik Bangunan dan Lingkungan Terhadap Kemudahan Pemeliharaan dan Biaya Arsitektur Rumah Sakit yang merespon Konservasi Cagar Budaya dan Beradaptasi dengan Fungsi Baru Konversi Lahan dan Konversi Energi Arsitektur Rumah Sakit yang Merespon Bencana

93 94 96 96 97 98

iv

DAFTAR PUSTAKA

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 3 ISU KONTEMPORER

BAGIAN 1 I BAB 1

PENGANTAR DAN TINJAUAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT:

14 PRINSIP DASAR PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Dalam merencanakan komponen-komponen fisik rumah sakit yang meliputi perencanaan lahan, bangunan dan infrastruktur, terdapat 14 prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi arahan dasar dalam merencanakan rumah sakit sebagai suatu aset properti.

1. Rencanakan Rumah Sakit Sesuai Rencana Strategis

Komponen-komponen yang terkait dalam penyusunan Masterplan Rumah Sakit, Copyright : PT. Global Rancang Selaras

Sering terjadi beberapa kasus kegagalan disebabkan karena pengembangan lahan dan bangunan yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal perencanaan. Akibat yang ditimbulkan dari kurang matangnya tahap perencanaan antara lain adalah lahan tidak sesuai, bangunan terbengkalai, serta ketidaksesuaian antara aktivitas dengan wadahnya. Melihat kecenderungan diatas pada akhirnya setiap organisasi baik profit maupun non profit mulai mempertimbangkan pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta sebuah bangunan yang mandiri dalam operasional, perawatan, proses tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan berdasarkan rencana bisnis. Suatu perencanaan yang dimulai dari perencanaan aktivitas, sumberdaya manusia, perlengkapan fasilitas, akan membawa implikasi pada lahan, bangunan dan infrastruktur. Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan kegiatan. Dengan kata lain, proses perencanaan strategis akan sangat mempengaruhi perencanaan masterplan keseluruhan aset (serta masterplan masing-masing unit dan perencanaan fasilitas dalam masingmasing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset akan mengikuti proses sebagaimana berikut: Identifikasi aset eksisting (lahan, bangunan, dan infrastruktur) Penentuan visi bagi keseluruhan dan masing-masing asset Perumusan strategi yang harus dilakukan pada keseluruhan dan masing-masing aset.

01

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Rencanakan Rumah Sakit secara Organis, Berkembang dan Bertahap


Setiap rumah sakit pasti akan berkembang dalam proses daur fungsi bangunannya. Dimulai dari tahap embrional, perkembangan awal, perkembangan lanjut, kematangan, dan dapat berlanjut ke penurunan performansi fisik dan fungsi jika tidak segera ditindak-lanjuti dengan tepat. Dalam hal ini, rumah sakit perlu direncanakan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sebagai contoh pada suatu waktu tertentu yang diperlukan dalam proses perkembangan rumah sakit adalah proses pengembangan lahan, kemudian di waktu yang lain diperlukan adalah pembangunan atau peningkatan fisik bangunan. Pada waktu tertentu lainnya, yang dibutuhkan adalah konsolidasi aset-aset. Dalam proses memanfaatkan sumberdaya lahan pun, kita perlu mempertimbangkan pentahapan perkembangan rumah sakit. Ada beberapa kemungkinan perkembangan rumah sakit yang dapat kita pilih sesuai dengan kondisi yang ada seperti perkembangan secara horisontal, interstisial, ataupun vertikal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah masterplan yang baik, yang memberi kesempatan pada bagian-bagian tertentu untuk berkembang secara bertahap.

Masterplan RSUD RAA Soewondo. Pati, Jawa Tengah.


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT Copyright : PT. Global Rancang Selaras

02

Masterplan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram.


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

3. Rencanakan Rumah Sakit yang KOMPAK


Efisiensi dan efektivitas adalah dua parameter mutakhir yang selayaknya menjadi isu utama perencanaan Rumah Sakit. Dibutuhkan harmonisasi dalam mengkomposisikan kebutuhan akan kelengkapan fasilitas fisik, ketersediaan lahan, keterbatasan anggaran, juga isu sosial yang berkembang, maupun isu krusial lainnya. Rule of thumb untuk pengembangan rumah sakit adalah sekitar 50m2 untuk tiap bed. Dengan adanya arahan dasar ini, dapat diperkirakan luasan, kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda-beda antar rumah sakit, sebagai contoh 70 bed x 50m2. Memulai dari sebuah rumah sakit yang kecil namun memiliki efisiensi, efektivitas serta kompak yang tinggi sehingga dapat beroperasi dengan baik akan jauh lebih baik dalam proses perkembangan usaha.

Pemanfaatan Lahan secara Optimal pada MasterPlan Fisik RSAB Muslimat Jombang dan RSAB Muslimat NU Ponorogo
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT Copyright : PT. Global Rancang Selaras

4. Rencanakan Rumah Sakit yang MEMBERI HARAPAN SEHAT


Istilah 'rumah sakit' mungkin memang kurang tepat, karena bukan menyiratkan harapan (isi gelas masih setengah) melainkan justru menyiratkan masalah (isi gelas tinggal setengah). Hal ini tentu saja harus dirubah dengan mengarahkan pada sifat penuh harapan sehat dan optimisme serta kecerahan, mengingat berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sugesti diri dan optimisme akan meningkatkan angka kesembuhan secara mencolok. Arsitektur rumah sakit diharapkan mampu mengubah image masyarakat tentang rumah sakit. Dimulai dari penggunaan warna dan cahaya yang suram yang semestinya digantikan dengan pemanfaatan warna dan cahaya yang lebih cerah (meski tetap bersifat kalem/tenang). Meningkat pada penataan eksterior dan interior yang semata-mata menekankan pada fungsi, dan selayaknya mulai diolah menjadi fungsi dan fiksi (atrau bahkan fungsi dan puisi). Lebih lanjut dapat ditingkatkan pada citra keseluruhan rumah sakit yang harus berubah dari penjara ke resort : pasien bukanlah pesakitan melainkan customer yang terhormat, sementara pemberi layanan kesehatan bukanlah sipir melainkan customer partner menuju sehat.

03

5. Rencanakan Rumah Sakit dengan Pengelompokan yang Tepat


Rumah sakit semestinya direncanakan dengan pengelompokan ruang (kerap juga disebut pemintakatan atau zoning) yang tepat. Pengelompokan ruang yang tepat akan mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan yang berlangsung di dalamnya dan antar ruang.

Pengelompokan yang tepat juga akan memberi kedekatan ruang-ruang yang saling membutuhkan kedekatan, dan memisahkan ruang-ruang yang membutuhkan pemisahan. Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat luas, seperti: layanan gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan administratif untuk umum. Zona Kedua adalah zona yang menerima beban kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi. Zona Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain bagi pasien. Zona Terdalam adalah zona yang membutuhkan tingkat kesterilan tertentu dalam memberikan layanan, seperti misalnya layanan bedah, melahirkan, serta rawat intensif. Terakhir adalah Zona Layanan, yang memberikan layanan pada kegiatan rumah sakit, seperti misalnya dapur, laundry, IPSRS, pool kendaraan, dan kamar jenazah.

6. Rencanakan Rumah Sakit dengan Sirkulasi yang Tepat dan Aksesibel

2
1. Perbedaan Zona Academic Axis dan medic Axis pada Rumah Sakit Pendidikan Copyright : PT. Global Rancang Selaras

2. Contoh Jalur sirkulasi berupa bridge antar fungsi bangunan. Copyright : PT. Global Rancang Selaras

04 Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses rumah sakit. Perlu ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses gawat darurat yang harus dapat dicapai dengan mudah dan tidak terganggu akses yang lain, serta akses layanan dan karyawan. Demikian juga parkir perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga secara kualitatif dan kuantitatif memenuhi persyaratan yang ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap dalam sebuah rumah sakit . Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta sirkulasi pasien dan layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien dan layanan medik perlu dipisahkan secara sempurna dengan sirkulasi umum. Demikian juga pada bangunan bertingkat, adanya pemisahan elevator yang digunakan oleh pasien berbeda dengan yang digunakan pengunjung umum.Pemisahan sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities (utilitas bersih) dibedakan dengan alur dirty utilities (utilitas kotor).

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

7. Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal


Penghematan energi yang paling sederhana namun dapat berdampak sangat besar dapat dilakukan dengan perencanaan sistem penghawaan. Penghematan ini dilakukan dengan cara beberapa ruangan penentuan dari awal tentang beberapa bagian dari rumah sakit direncanakan dengan sistem pengkondisian udara dengan menggunakan AC dan bagian-bagian lain dari rumah sakit direncanakan dengan menggunakan ventilasi alami dan tidak menggunakan AC. Bagian rumah sakit yang direncanakan dengan menggunakan AC akan lebih efisien jika memiliki volume ruang yang lebih kecil dengan jarak lantai dan langit-langit yang tidak terlalu tinggi. Sementara kenyamanan termal yang lebih baik akan dimiliki bangunan berventilasi alami yang memungkinkan ventilasi silang dan dengan volume ruang yang lebih besar dengan jarak lantai dan langit-langit yang lebih tinggi. Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi penghematan energi dan kenyamanan thermal. Untuk mengurangi panas matahari di Indonesia, bangunan diorientasikan membujur timur barat, bagian transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara sehingga lebih menghemat energi pendinginan. Pada kondisi tertentu i kadang tidak dimungkinkan untuk meletakan massa bangunan pada kondisi ideal diatas namun hal-hal ini dapat diatasi dengan penggunaan sunshading serta penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca dan jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian yang terpanaskan).

Penggunaan Sunshading Pada Perencanaan Surabaya International Hospital


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

05

8. Rencanakan Rumah Sakit yang Aman dan Tanggap Keadaan Darurat


Selain keamanan dari pengguna yang selalu diperhatikan oleh pengelola fasilitas kesehatan, masalah keamanan dari keadaan-keadaan darurat yang tidak diharapkan menjadi hal yang patut diperhatikan. Contoh yang paling mudah adalah melihat rumah sakit dari sisi keamanan terhadap bahaya kebakaran. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu keamanan dari bahaya kebakaran, kemudahan memadamkan api, serta kemudahan menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran. Dari hal pertama, perlu direncanakan perletakan sumber api yang dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar (combustible). Penyelamatan diri dari bahaya kebakaran meliputi tangga darurat pada jarak-jarak tertentu, dengan persayaratan dan kemudahan aksesnya. Ramp juga merupakan sarana wajib, mengingat pada waktu kebakaran listrik akan mati. Ramp sebaiknya dirancang dengan memperhatikan lebar, kesejajaran (alignment), serta kemiringan yang memadai. Bukaan ke luar dari tangga-tangga darurat maupun dari akses-akses ke ground floor perlu dilengkapi dengan pintu-pintu yang membuka ke luar (bukan ke dalam) dengan lebar total bukaan disesuaikan dengan jumlah jiwa yang ada dalam bangunan.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Selanjutnya perlu didukung dengan hal yang kedua, yaitu tersedianya pemadam kebakaran dengan berbagai sistem, mulai dari hidrant hingga pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian rumah sakit. Akses mobil pemadam kebakaran meruapakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu dapat diharapkan dalam beberapa kasus darurat.

9. Rencanakan Rumah Sakit yang `Hijau`


Tata lansekap dalam suatu rumah sakit merupakan satu komponen vital yang perlu direncanakan dengan seksama. Komponen tata lansekap antara lain meliputi ruang terbuka hijau, pohon peneduh, pohon pengarah, penutup tanah, serta furnitur lansekap (lampu, bangku, ataupun signage). Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam perletakan massamassa bangunan rumah sakit. Untuk bangunan berlantai banyak, ruang terbuka setidaknya memiliki jarak 10 m antar bangunan untuk dinding dengan dinding, 15 m untuk jendela dengan dinding, serta 20 m untuk jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-pohon peneduh dan pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga memberikan suasana hijau yang nyaman dan membuat suasana penyembuhan lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga lampu yang ada tidak menyilaukan, serta signage (penanda) yang direncanakan dapat tertata teratur dan memudahkan wayfinding.

Masterplan RS Mardi Waluyo. Metro, Lampung


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

06

10. Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatannya


Aspek pemeliharaan kerap kali kurang diperhatikan dalam perencanaan awal rumah sakit. Padahal aspek ini merupakan hal yang nantinya akan ditemui terus sepanjang daur hidup fasilitas fisik rumah sakit. Tata lansekap yang tidak menyulitkan perawatan, kulit bangunan yang tidak menyulitkan pembersihan, serta sistem infrastruktur yang mudah dipantau dan dirawat, adalah beberapa prinsip dalam pemeliharaan. Penggunaan bahan bangunan juga sangat perlu dipertimbangkan, mengingat bahan-bahan tertentu akan mudah kotor ataupun rusak, sementara bahan-bahan yang lain dapat memiliki kualitas yang senantiasa terjaga. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai kenyamanan thermal dan konservasi energi. Hal ini juga berlaku bagi sistem perletakan ruangan, sehingga ruangan yang memungkinkan dapat memanfaatkan ventilasi dan cahaya alami secara maksimal.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

11. Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan Memberi Fasilitas
Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar tersendiri, sehingga fasilitasfasilitas yang dimiliki akan disesuai dengan target pasar yang hendak dilayani tersebut. Survey pasar memungkinkan dapat mengidentifikasi keinginan konsumen saat ini. Lebih lanjut, rencana strategis juga akan mengarahkan target konsumen di masa Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema dengan positioning. Dimana terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diajukan, seperti misalnya Apa business-line anda?, Di mana posisi produk anda?, Siapa pasar produk anda?, Apa citra yang diharapkan?, serta Bagaimana menggubah citra tersebut?. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan tema yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan aktivitas, kuantitatif dan kualitatif, maupun secara positif memberi tanggapan terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan tujuan dan aspirasi sang perancang dan klien. Sebuah rumah sakit dengan target konsumen geriatrik, misalnya, perlu mengakomodasi berbagai keterbatasan mobilitas yang dimilki para lansia tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah sakit) dengan target konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-ruang bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit untuk mereka yang harus menjalani pengobatan terus-menerus (kemoterapi atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra yang lebih membuat pasien merasa at home dan bukannya menjadi preparat.

Masterplan Puskesmas Karangkobar, salah satu contoh pengembangan fasilitas kesehatan tingkat sederhana menuju tingkat yang lebih tinggi
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

07

12. Rencanakan Rumah Sakit yang Mengakomodasi Kebutuhan dan Perilaku Manusia
Beberapa kutipan berikut adalah aspek-aspek kebutuhan dan perilaku yang perlu diperhatikan dalam merencanakan setting makro, meso, hingga mikro dalam sebuah rumah sakit. Pertama, Setting Perilaku, digambarkan sebagai kombinasi yang stabil dari aktivitas dan ruang yang terdiri dari aktivitas rutin, penataan lingkungan yang spesifik, hubungan kongruen antara keduanya, serta periode waktu tertentu (Barker, 1968). Kedua, Antropometrik dan Ergonomik. Antropometri adalah studi terhadap aspek fisik manusia yang meliputi dimensi, kapabilitas, dan batasan (Thieberg, 1970, Croney, 1971), dimana implikasi nyatanya dalam setting fisik RUmah Sakit berupa iluminasi, warna, suara dan kebisingan, serta bebas hambatan. Sementara Ergonomi cenderung terfokus pada 'komunikasi' antara manusia dan mesin/peralatan (Murrell, 1965, Propst, 1970).

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Ketiga, Teori Proksemik: Privasi, Teritorialitas, & Ruang Personal. Dimana Privasi adalah kemampuan mengontrol keberadaan interaksi, untuk selalu memiliki pilihan, yang pada akhirnya menjadi jembatan dalam mencapai interaksi yang diharapkan (Rappoport, 1977). Teritori adalah ruang berbatas yang dipertahankan dan dimanfaatkan keberlangsungannya secara eksklusif oleh seorang maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang sama, melibatkan identifikasi psikologis terhadap ruang, dipaparkan melalui sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang terlibat dalam area tersebut. (Pastalan, 1970). Ruang Personal adalah wilayah dengan batasan visual semu sekeliling lingkungan fisik seseorang dimana penyusup/pengganggu tidak dapat masuk (Sommer, 1969).

13. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan
Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa ini. Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan, seperti misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta penekanan. Pertimbangan lingkungan juga merupakan sesuatu yang penting. Pertimbangan ini akan merupakan dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di lingkungan urban yang padat akan mempunyai nilai tambah jika bisa berperan sebagi suatu oase bagi lingkungan di sekitarnya. Sementara pada kawasan yang sedang berkembang, selain rumah sakit itu perlu menyiapkan perkembangan, adanya peluang sebagai komponen dominan kawasan akan menuntut desain yang cukup berkarakter.

14. Rencanakan Rumah Sakit sebagai Suatu Aset Properti


Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang dimiliki atau disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang meliputi lahan, fasilitas dam komitmen hukum dan finansial pemilik dan pengguna, dengan penekanan pada kumpulan properti dalam portfolio. Manajemen Properti akan melihat berbagai properti sebagai aset tetap perusahaan, dan akan berperan dalam menjaga market value, meningkatkan keuntungan, merancang tindakan strategis, networking informasi mengenai aset tetap, telaah dan kontrol resiko, hingga perencanaan tindakan pembelian, penyewaan, dan berbagai tindakan lain yang menyangkut properti. Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best Use. Dimana prinsip tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada dengan mengupayakan nilai tambah paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan, bangunan, dan infrastruktur, sehingga komponen-komponen yang memiliki nilai produksi ekonomi tinggi tidak akan menjadi tidak produktif. Upaya pengembangan pertambahan modal (capital gain) akan dilakukan dengan menjadikan aset-aset tersebut benar-benar memiliki nilai kompetitif. Prinsip Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana tersebut dapat dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh pasar yang ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna lahan (dulu, kini, yang akan datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan perkembangan lingkungan kini dan yang akan datang.

08

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 1 I BAB 2

APA ITU ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Pengertian dan Komponen

1. Pengertian
Kata rumah sakit berasal dari kata hospital, yakni sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya didirikan berdasarkan wilayah, oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun nonprofit), badan asuransi maupun badan amal, termasuk donator secara langsung, bahkan organisasi keagamaan individu atau yayasan. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri berarti rumah atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

2. Komponen
Rumah sakit memiliki beberapa komponen yang terdiri dari pasien, staf, serta terdiri dari beberapa departemen atau unit, misalnya : Unit Gawat Darurat (UGD), unit rumahsakit yang menangani pasien yang mengalami sakit atau luka cukup serius. Urgent Care, pelayanan dan penanganan yang tidak bisa terjadwalkan. Pasien akan dirawat disini apabila tidak mendapat rujukan atas luka yang dideritanya. Trauma Center, memberikan pelayanan medis gawat darurat kepada pasien yang menderita luka trauma. Termasuk didalamnya terdapat bagian perawatan seperti ruang bedah dan kamar operasi. Intensive Care Unit (ICU), unit rumah sakit dengan spesialis khusus yang menawarkan pengobatan dan perawatan secara intensif. Burn Unit Cancer Center (Pusat Kanker) Coronary Care Unit, biasanya disebut juga ICCU, merupakan unit rumah sakit dengan spesialis khusus yang menangani masalah jantung atau kondisi cardinal berkelanjutan yang membutuhkan pengawasan dan perawatan secara intensif. Surgery, merupakan fasilitas untuk melakukan tindakan bedah. Physical Therapy, lebih mengarah kepada manajemen dan pencegahan perubahan kondisi penyakit yang menyangkut kejiwaan melalui terapi-terapi khusus. Orthopedic Services Behavioral Health Services Psychiatric Hospital, perawatan bagi pasien dalam masa pemulihan/stabilisasi krisis yang menyangkut masalah kejiwaan Labor and Delivery Maternity, merupakan fasilitas untuk pelayanan dan penanganan seputar kehamilan atau kandungan.

09

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Radiology Respiratory Therapy Rehabilitation Services Nursing Unit/Nursing Station, adalah unit bagi paramedik agar dapat melayani pasien yang biasanya telah dikelompokkan dengan klasifikasi tertentu untuk kemudahan pengawasan dan perawatan bagi pasien tersebut. Outpatient Department Laboratory Services Post Anesthesia Care Unit, adalah bagian yang paling penting dari rumah sakit yang meliputi ruang operasi, termasuk tempat perawatan pasien dari proses pembiusan pasien. Medical Records Department (Non-medical Departments) Release of Information (Non-medical Departments), melayani sertifikat rekam medis serta memberikan informasi yang perlu diketahui oleh pasien.

BAGIAN 1 I BAB 3

TIPE FASILITAS KESEHATAN


Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan Tipologi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Fasilitas kesehatan mempunyai klasifikasi atau jenis-jenis tertentu meliputi rumah sakit umum, rumah sakit spesialis khusus, klinik, dan sebagainya. a. Rumah Sakit Umum Merupakan unit pelayanan kesehatan yang melayani berbagai jenis penyakit dan luka, dengan kapasitas dan fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Sebuah kota besar umumnya memiliki banyak rumah sakit yang berbeda ukuran dan fasilitasnya.

10

RS Muhammadiyah Gresik
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

1. Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan

b. Rumah Sakit Khusus Didefinisikan sebagai Unit Pelayanan keseatan yang terfokus pada pelayanan masalah spesifik seperti trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit mata, rumah sakit gigi dan mulut, dan sebagainya. Ada pula rumah sakit akademik yang merupakan sinergi dari lembaga pelayanan kesehatan dengan universitas untuk mengkombinasikan antara pelayanan pasien dan mengajar murid/mahasiswa yang mengambil profesi kedokteran atau farmasi.

1. National Brain Centre Hospital Jakarta


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

2. Puskesmas Karangkobar
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

b. Klinik dan Puskesmas Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit , yang seringkali dikelola oleh pemerintah.

2. Tipologi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa: 1. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. 2. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan berupa Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Gawat Darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. 3. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik. 4. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. 5. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang dpergunakan untuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2, S3. 6. Rujukan Upaya Kesehatan adalah penyelenggarakan pelayanan tempat pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik mengenai masalah kesehatan baik secara vertikal maupun horisontal. 7. Wilayah Rujukan Kesehatan adalah wilayah pelayanan upaya rujukan kesehatan yang didasarkan atas faktor-faktor geografis, komunikasi, sarana infra struktur, dan faktor-faktor sosial, budaya dan pendidikan. 8. Kalsifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan pembedaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan 9. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal yang ditentukan

11

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah


1. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik terbatas. 3. Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurangkurangnya 11 jenis spesialistik. 4. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurangkurangnya spesialistik 4 dasar lengkap. 5. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar. Rumah Sakit Kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan.

BAGIAN 1 I BAB 4

FUNGSI DAN RUANG RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal, Behavioral Organisasi Ruang dan Program Ruang
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

1. Prinsip dan Implementasi


Prinsip-prinsip umum dalam desain ruangan rumah sakit mencakup: 1. Jumlah dari sal (jumlah tempat tidur yang mendapatkan pengawasan langsung dari perawatperawat yang bertugas didalam ruangan). Pada umumnya terdiri dari 22-28 tempat tidur. 2. Kemungkinan paling besar dari jumlah tempat tidur yang seharusnya dapat di observasi dengan mudah oleh pengawas atau staf saat mereka melakukan pemeriksaan rutin ruangan yang sesuai prosedur. 3. Harus tersedia cukup ruangan isolasi yang dikhususkan untuk satu orang untuk alasan klinis dan privasi. 4. Area kerja perawat harus dikelompokkan bersama dan memiliki hubungan langsung dengan area ruang perawatan agar petugas tidak perlu berjalan jauh. Fasilitas kebersihan pasien harus dipusatkan pada suatu area dari ruang perawatan. Dan harus dihubungkan pada kelompok-kelompok ruang pasien.

12

2. Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal, Behavioral


Efisiensi fungsi, aksesibilitas, sirkulasi, dan penataan jalur utilitas menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan atau keterbelangsungan sinergi aktivitas di dalam sebuah Rumah Sakit. Area tempat tidur dibuat berdekatan. Hal yang tidak berhubungan secara langsung dangan tempat tidur, dikelompokkan agar dapat memberikan keuntungan yang memungkinkan individu atau pengguna untuk mengaturnya menjadi lebih besar atau lebih kecil berdasarkan fungsi ruangan.

Pada tahap implementasi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengaturan pengaturan suatu fungsi ruangan di dalam rumah sakit, antara lain: 1. Adanya kebutuhan aksesibilitas visual maupun fisik petugas ruang rawat terhadap situasi dan kondisi ruang rawat. 2. Keberadaan pintu darurat untuk kebakaran pada setiap bagian akhir sal (sal normal menggunakan terminal sub kompartemen untuk kebakaran). Adanya jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat berkomunikasi dengan devisi lain dalam satu ataupun antar wilayah. Alternatif solusi adalah membuat tombol pengaturan ganda, namun hal ini selalu terbentur dengan masalah biaya. Ruang rawat pada katagorisasi pelayanan yang berbeda (konsumenya), akan menuntut perlakuan (treatment) yang berbeda pula, misalnya: 1. Bangsal untuk anak-anak Bagian ini biasanya memiliki ukuran dengan ruang tersendiri yang lebih luas, dimaksudkan agar orang tua dapat menemani dan mengawasi kondisi putra putri secara langsung sepanjang har i . S e b a g a i tambahan disediakan ruang duduk dan pantry yang dibutuhkan oleh orang tua. Pembatasan waktu kunjungan dikurangi demi kenyamanan keluarga yang datang membesuk (apabila jumlahnya lebih dari dua). 2. Bangsal geriatrik ( Lansia) Sal ini biasanya berukuran di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar ditempatkan didalam ruangan perawatan ini. Extra day space, fasilitas wc dan bak mandi serta membutuhkan satu ruangan tambahan untuk fisiotheraphy. Ruangan perawatan (treatment room) secara normal belum terlalu dibutuhkan. 3. Bangsal bersalin Meskipun pada umumnya bayi yang baru lahir selalu ditidurkan disisi ibunya sepanjang hari, tapi kamar anak-anak atau bayi tetap dibutuhkan untuk menghindari terjadinya gangguan pada pasien yang sedang tidur. Ruangan harus menyediakan kurang lebih setengah dari anggaran untuk membuat kamar anak berupa tempat-temat tidur dalam ruangan. Bangsal ibu dan anak seharusnya saling terhhubung dengan jarak yang dekat dan disarankan untuk membuat secara horisontal. Unsur penting lain dari instalasi ini adalah klinik pra kelahiran, dimana klinik pra kelahiran pada umumnya ditempatkan didalam atau berdekatan bagian rawat jalan. 4. Bangsal psychiatric Bangsal ini menekankan pada kenyamanan mental/ psikologis sehingga seringkali muncul penataan berupa kamar-kamar kecil untuk memberikan ruang pribadi bagi setiap pasien. Ruangan perlu dikumpulkan dan didekatkan dengan tempat kunjungan psikiater harian dirumah sakit karena sangat sedikit pasien yang akan menggunakan tempat tidur dan mayoritas akan menghabiskan waktunya diperawatan harian rumah sakit.

13

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

3. Organisasi Ruang dan Program Ruang


Organisasi ruang dan program kegiatan meliputi karakteristik perilaku, layanan medis dan penunjang medis, kisaran jumlah dan besaran ruangan, penempatan dan pengelompokan ruang, serta karakteristik ruang.

14

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

1. Instalasi bedah Saat ini jarang sekali ditemukan penggunaan ruang operasi yang terpisah dari instalasi bedah sentral. Hal ini memberikan peluang untuk pengorganisasian yang lebih baik, pemanfaatan yang lebih ekonomis oleh petugas dan penempatan hal-hal teknis yang terpusat. Yang sering menjadi pengecualian dalam instlasai bedah adalah: - Ruang bedah yang terpisah pada bangsal ibu dan anak yang digunakan untuk keperluan bedah caesar pada situasi darurat. - Ruang bedah darurat pada bagian penanganan kecelakaan/ IGD. -Pembatasan ruang bedah yang terpisah dapat dilakukan juga dengan penempatan instalasi dimana memiliki akses yang cepat dan langsung ke ruang bedah utama. Adanya pemisahan antara sirkulasi yang bersih dan yang kotor di instalasi bedah sentral untuk alasan pengendalian infeksi pada bentuk rancangan instalasi dimana biasanya perlu dibagi menjadi dua sistem koridor terpisah. Selain itu terdapat tiga pola atur pergerakan yaitu pasien, petugas/ dokter dan alur peralatan ruang bedah. Pendingin ruangan keseluruhan dengan menggunakan filter udara yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fungsi ruangan dan berbeda dari bagian-bagian lain dirumah sakit. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menempatkan ruang bedah pada bagian paling atas bangunan. Fungsi utama dari instalasi adalah melayani ruang-ruang perawatan dan perlu adanya kedekatan dengan ruangan tersebut, jika memungkinkan, ada hubungan horisontal dengan ruang yang berkkaitan dengan pembedahan. Dalam hal ini, diperlukan akses yang cepat dari ruangan yang menangani kecelakaan seperti unit gawat darurat, bangsal untuk melahirkan dan ICU. Sebagai tambahan, perlu adanya jalur-jalur yang tepat untuk suplai, serta dibutuhkan untuk unit pasokan bahan-bahan steril untuk memberikan akses bagi pengiriman peralatan-peralatan untuk pemrosesan/ pensterilan alat diantara waktu-waktu proses pengoperasian. 2. Instalasi Radiologi Instalasi ini menggunakan bermacam-macam teknik X-ray untuk memproduksi foto dari berbagai macam bagian tubuh dengan tujuan untuk proses diagnosis. X-ray memiliki kekuatan radiasi yang sangat besar dan dapat membahayakan manusia jika penggunaannya dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, ruang radio-diagnosis diwajibkan memiliki perlindungan khusus untuk mencegah penyebaran radiasi. Salah satu contoh dari perlindungan adalah dengan menggunakan pelapis diding barium. Panduan yang terperinci diberikan dalam peraturan-peraturan praktek yang telah diobservasi secara ketat oleh perancang. Teknik tersebut digunakan juga pada instalasi yang memiliki potensi yang berbeda, misal Thermografi yang menggunakan gelombang panas dan ultrasonik yang menggunakan gelombang suara. Ada dua aliran alur sirkulasi utama dalam instalasi radiologi yaitu: -Pasien -Petugas pemrosesan film X-ray Meskipun instalasi dapat melayani seluruh unit rumah sakit, tetapi harus ada hubungan fungsi yang sangat dekat dengan klinik patah tulang dari bagian rawat jalan dan instalasi rawat darurat menangani kecelakan. Akses langsung dari instalasi rawat darurat ke ruang sinar X ditujukan untuk mengani kecelakaan dan penganan darurat lainnya. 3. Instalasi Rehabilitasi Medik Pada instalasi ini terdapat berbagai macam teknik perawatan secara fisik seperti pelatihan-pelatihan yang aktif maupun yang pasif untuk proses rehabilitasi dan pengembalian fungsi fisik pada kondisi normal.

15

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Ada 4 area fungsional utama unit rehabilitasi medik yaitu: -Fisioterapi dan senam pemulihan, yang terdiri dari perpaduan area latihan besar dan terbuka serta kamar-kamar kecil untuk perawatan secara individual. -Kolam Hidrotherapi yang dipadukan dengan area-area untuk bersantai. -Terapi dengan cara memberikan pekerjaan tertentu, terdiri dari dua atau llebih area workshop meliputi pekerjaan-pekerjaan ringat maupun berat, dan sebuah ruangan untuk melatih berbagai akktifitas hidup sehari-hari.-Area konsultasi dengan sebuah ruangan konsultasi dan ruangan latihan serta kantor. Gymnasium memerlukan ruangan yang besar dan memiliki jarak lantai ke langit-langit ruangan yang cukup tinggi, seringkali digunakan sebagai ruang bangunan yang terpisah dengan bagian belakang yaang dihubungkan dengan instalasi utama oleh sebuah koridor yang tertutup. Bagian hidrotherapi membutuhkan kontrol teknis khusus yang pengaturan temperatur, kelembaban, pemasangan saringan dan lain-lain. Sal ini tidak disediakan bagi setiap program rehabilitasi instalasi. Walaupun instalasi rehabilitasi medik melayani keseluruhan unit rumah sakit, proporsi terbesar terdapat pada fungsi yang melayani pasien rawat jalan dan ditempatkan pada lokasi lantai dasar dengan akses yang terpisah dengan lalu lintas ambulans. Ruang perawatan khusus perlu ditempatkan dan dirancang secara khusus, dimana strecher yang siap setiap saat dengan akses yang memiliki aksesibilitas tinggi karena fungsi ini digunakan oleh pasien yang mengalami kelumpuhan dengan tongkat atau penyagga, pengguna kursi roda, dan alat bantu berjalan lainnya. 4. Kamar Mayat Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan menyimpanya didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil oleh sanak saudara atau oleh pihak yang membutuhkanya, selain itu untuk mengadakan pengujian (forensik) agar mengetahui sebabsebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi yang menangani cacat anatomi pada instalasi laboratorium, walaupun hal ini bukan suatu yang esensial. Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta ventilasi udara diluar ruangan secara langsung untuk mencegah terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi pada saat proses autopsi. Air yang terdapat pada meja-meja berasal dari tubuh mayat tersebut, membutuhkan treatment dan saluran khusus. tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator yang berbentuk komartemen yang biasanya tediri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut diperlukan pada mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini dibutuhkan area lantai dasar dengan akses langsung dari luar untuk kendaraan. 5. Instalasi Laboratorium Instalasi ini menggunakan spesimen yang diambil dari pasien (seperti darah, jaringan, urine, dll) yang akan diperiksa dengan menggunakan berbagai teknik laboratorium untuk mengkonfirmasikan dan memberikan diagnosa. Devisi klinis terbesar dari instalasi ini (kecacatan anatomi, histology, haematology, bacteriology, patology kimia, microbiology, dll) cenderung dilaksanakan pada bagian yang terdiri atas perpaduan area laboratorium yang terbuka dan ruangan yang tidak terlalu besar untuk dapat dijadikan sebagai kantor kepala devisi dan kepala bagian teknis. Pertimbangan utama dalam desain sebuah instalasi adalah kemudahan untuk perkembangan dan perubahan instalasi dimasa mendatang. Meskipun kebutuhan untuk mengadakan perluasan secara fisik harus mereduksi beberapa perluasan dengan menambah sistem otomatik, komputerisasi, dll, instalasi tetap merupakan sesuatu yang mudah untuk terjadi perkembangan secara fisik.

16

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Hubungan fungsi yang sangat erat antara laboratorium dengan unit rawat jalan dan sejak pasien tersebut datang ke laboratorium untuk memberikan spesimen. Penggunaan instalasi juga sangat membutuhkan kuantitas suplai spesimen, oleh karena itu harus ada hubungan yang efisien dengan jalur suplai yang terdapat dirumah sakit. 6. Instalasi Gawat Darurat Instalasi ini membutuhkan ruang penerimaan, penanganan bantuan pernafasan, termasuk penanganan lanjut terhadap pasien yang mengalami kecelakaan dan serangan jantung yang membutuhkan penanganan rumah sakit segera mungkin. Tempat ini tidak diperuntukan untuk pasien rawat inap, seluruh pasien yang membutuhkan perawatan, akan dialihkan ke ruangan untuk perawatan umum atau pada ICU. Kunci kedekatan dalam hal ini telah didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali bentuk instansi ini merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan prioritas utama, dengan jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang digunakan oleh pejalan kaki dan brankar pasien. Didalam rumah sakit, sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus memiliki akses yang cepat menuju ke ruang operasi utama dan ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang berada di tingkat berbeda akan diprioritaskan untuk menggunakan lift. Walaupun beberapa rumah sakit jarang menyediakan ruang operasi kecil, namun pada umumnya fungsi tersebut digantikan oleh ruang penanganan utama yang dilengkapi pipa gas untuk keperluan medis dan penyaring suplai udara untuk beberapa pembedahan yang bersifat emergency. 7. Intensive Care Unit Instalasi ini adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera. Intensive Care Unit adalah ruang perawatan dan pengobatan pasien dengan tingkat kekritisan tertentu. - Fasilitas ini menyediakan keahlian pengobatan klinis lebih intensif, dengan sumber daya teknologi dan pengobatan yang lebih terkordinasi terhadap pasien. -Profil Infrastruktur, peralatan, staf yang klinis dapat memberikan perhatian dan intervensi pengbatan secara kompleks termasuk dukungan secara fisiologi dan psikososial terhadap pasien. ICU menyediakan kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Fungsi utama ruang ICU: - Melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi reversible life thretening organ dysfunction. -Mendukung organ vital pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks atau prosedur intervensi dan resiko tinggi. Komponen spesifik ICU: - Pasien yang dirawat dalam keadaan kritis - Desain ruangan dan sarana yang khusus - Peralatan berteknologi tinggi - Pelayanan dilakukan oleh staf yang profesional dan berpengalaman

17

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

8. Poliklinik Area untuk pasien rawat jalan dan merupakan satu instalasi yang areanya paling luas dalam rumah sakit. Pasien memilih klinik sebagai tempat untuk melakukan konsultasi, latihan-latihan dan pemulihan. Staf paramedis dari hampir seluruh spesialisasi dan disiplin bekerja dalam instalasi ini. Oleh karena itu, untuk tujuan pedeskripsian, pengakomodasian dapat diklasifikasikan ke dalam: - hal-hal yang berkaitan dengan instalasi -tujuan umum klinik -tujuan khusus area-area klinik Hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan, ruang tunggu, dan area-area yang nyaman bagi pasien dan pada umumnya dilengkapi oleh toko makanan kecil, tempat bermain anak, toko kecil, ruang untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor, tempat kursi roda, fasilitas sanitary. Penempatanya tergantung pada perencanaan keseluruhan instalasi. Tujuan umum kamar-kamar klinik. Instalasi yang mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya tergantung pada penaksiran daya tampung pasien untuk kapasitas tertentu. Ada dua tipe dasar dari ruangan untuk berkonsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan antara ruangan untuk konsultasi dan ruang tindakan. Tipe B berupa satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua ruangan tindakan. Tipe A memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih fleksibel untuk ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda dan membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan yang terdiri dari berbagai macam tipe pada klinik. Kecenderungan yang terjadi pada pegolahan kamar tipe A adalah kamar dikelompokan dalam satu garis lurus tanpa sekat dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok kamar klinik dilengkapi dengan perawatan, ruangan kotor dan ruangan bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu. Tujuan khusus akomodasi. Ruangan konsultasi dan latihan mayoritas merupakan spesialisasi klinis, tetapi beberapa akomodasi untuk beberapa spesialis tetap dibutuhkan, tujuannya adalah untuk mengurangi dan meminimalkan proporsi dari ruangan untuk setiap spesialisasi. Sebagai contoh: bedah gigi dan laboratorium, ruangan adiometri, area perawatan dermatology, opthalmic dan ruangan opthoptic, klinik pemeriksaan anak. Instalasi yang menangani pasien rawat jalan, memperlihatkan jumlah lalu lintas dari luar menuju ke rumah sakit yang besar baik dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan. Oleh karena itu diperlukan penataan pintu masuk dan akses yang berasal dari luar dimana tidak menyebabkan kekacauan pada sirkulasi. Oleh karena itu dipilih untuk menempatkan instalasi tersebut pada lantai dasar tetapi bagian yang lain ditempatkan pada lantai atas dengan penyediaan lift yang cukup. 9. Rawat Inap Kelompokkan sesuai dengan golongan penyakit, di Indonesia secara umum diterapkan sebagai berikut: 1. Ibu: obstetri dan ginekologi 2. Anak: infeksi, non infeksi dan bedah anak 3. Bedah 4. Penyakit Dalam: infeksi dan non infeksi 5. Syaraf 6. Umum termasuk: THT, gimul, mata 7. Kejiwaan
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

18

Pengelompokan diatas makin berkembang sesuai dengan jenis pelayanan, unggulan pelayanan seperti: rawat inap infertilitas, rawat inap medical check up dan sebagainya. Kelengkapan jaringan infrastruktur medik. Implementasi fisik antara lain: tersedia gas medik, vacuum, suplai daya listrik medik dan non terjamin kontinu. Mendorong kesembuhan pasien. Implementasi fisik antara lain: ketenangan, kenyamanan menyangkut: pemandangan, sirkulasi udara, thermal. Mencegah infeksi nosokomial. Implementasi fisik antara lain: rencanakan dinding, plafon bahkan lantai yang mudah dibersihkan, bentukan dan material tidak memerangkap debu. Tersedia scrub- up medis atau alkohol cuci tangan. Perencanaan K3. Implementasi fisik antara lain: orientasi pencapaian ruang slob zink yang dekat namun tidak langsung dari nurse station. Tersedia scrub up dan atau alkohol cuci tangan. Terdapat jalur dan pintu khusus untuk barang kotor. Keamanan dan keselamatan. Implementasi fisik antara lain: grib bar untuk pasien di koridor dankamar mandi. Bumper dinding sepanjang koridor pasien. Jalur evakuasi dengan signage yang jelas. Sarana prasarana pengelolaan kebakaran dan sistem deteksi. Sering perencanaan ruang rawat inap harus menyesuaikan dengan strategi manajemen seperti misalnya: perlunya satelit farmasi, administrasi dan kassa. Termasuk dalam penataan aliran ruang. Namun secara prinsip semua harus bertujuan bagi kemudahan pasien. 10.Instalasi farmasi Secara umum perencanaan Farmasi terkait dengan akses sebagai penunjang Rawat Jalan, Rawat Inap, IGD dan Instalasi medik lainnya. Pada umumnya Farmasi pusat berdekatan dengan Rawat Jalan. Sedang pada Instalasi lain bisa menerapkan sistem satelit ataupun pos obat. Kesemua sistem tersebut secara prinsip mempermudah pasien dalam menjangkau sekaligus mempermudah operasionalisasi petugas keperawatan. Pada Farmasi Pusat, inti pelayanan terletak pada ruang-ruang sebagai berikut: a. Ruang racik: meja kerja, suplai daya listrik, kondisi udara yang baik, suplai air steril/bersih b. Ruang simpan obat dipisahkan antara cairan, non dan khusus. Obat khusus direncanakan lemari build in dengan tingkat kelembaban yang terkontrol dan terkunci c. Ruang staf (locker) lengkap dengan lavatory d. Pantry (ruang makan) e. Ruang kepala Instalasi dan ruang tamu f. Apotik dan area distribusi g. Sebagian RS menerapkan manajemen stok obat yang memisahkan antara Gudang Obat IRJA dan non- IRJA. h. Kassa. Sebagian RS dengan beban kerja tinggi, perlu memisahkan kassa Askes dan nonAskes. i. Ruang konsultasi. 11. Instalasi Sterilisasi/ CSSD Kebijakan mengenai peraturan, cakupan, skala dan isi dari instalasi ini, telah berangsur-angsur mengalami banyak perkembangan selama 10-15 tahun, juga prosesnya. Hal ini tercermin pada nama yang berbeda di instalasi ini yaitu CSSD, TSSU, HSSU atau HSDU). Secara keseluruhan ini dari instalsi ini adalah sterilisasi dan penanggulangan infeksi pada peralatan yang dipergunakan di rumah sakit.

19

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Dalam unit pemrosesan dan pemberian pelayanan, instalasi yang bersangkutan dan membutuhkan sarana penguapan untuk autoclaves dan hubungan yang baik dengan rute-rute suplai internal, khususnya untuk bagian kamar operasi. Pemrosesan peralatan-peralatan akan menimbulkan kuantitas hawa panas yang sulit dikontrol. Oleh karena itu seringkali lokasi ditempatkan pada zona industri dimana ada kemudahan dari pengorerasian pipa saluran untuk keperluan proses penguapan alat.

12. Instalasi Gizi Persyaratan Umum: a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak- banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 atau dalam suhu dingin kurang dari 4 C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu 5 C sampai - 1 C d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10 C e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 - 90 % 23 f. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit- langit dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm Jarak bahan makanan dengan langit- langit 60 cm Kelengkapan ruang Instalasi Gizi: a. Ruang penerima b. Persiapan c. Dapur Besar d. Dapur pastry e. Pantry f. Cold storage g. Cold room h. Ruang cuci i. Simpan alat j. Gudang bahan k. Gudang air l. Jalur trolley kotor m. Jalur trolley bersih dan distribusi n. Ruang ganti, Lavatory o. Ruang kepala Instalasi dilengkapi ruang tamu p. Ruang kerja, administrasi, arsip

20

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 1 I BAB 5

TINJAUAN SIRKULASI DAN ZONING RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Sirkulasi

1. Prinsip dan Implementasi


Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem pergerakan/sirkulasi yaitu : 1. Kuantitas dan frekuensi material yang dipindahkan untuk distribusi. 2. Kebutuhan ruang penerimaan. 3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan. 4. Distribusi pengguna masing-masing instalasi. 5. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali. 6. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus). 7. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.

21

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Sirkulasi Kendaraan, Barang, pengunjung, Pemberi Layanan Kesehatan, Kegawatdaruratan


Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentukbentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai keamanan kebakaran. Meskipun faktorfaktor ini penting, tetapi tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan bentuk bangunan : 1. Cara pembagian ruangan 2. Keterkaitan antara instalasi 3. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu 4. Jalur-jalur penyelamatan 5. Jarak tempuh 6. Hubungan eksternal 7. Akses untuk menanggulangi kebakaran

22

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 1 I BAB 6

TINJAUAN BENTUK DAN KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Karakteristik

1. Prinsip dan Implementasi


Rumah sakit adalah bangunan yang memiliki keterpaduan yang mampu mengakomodasi fungsi-fungsi secara luas. Faktor-faktor penting yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan bentuk bangunan yang sesuai adalah : 1. Kemampuan untuk berkembang dan berubah agar mampu merespon kebutuhan-kebutuhan dimasa mendatang, beberapa dapat dilihat pada saat perencanaan tetapi ada beberapa yang tidak dapat diprediksi. 2. Hubungan antara instalasi yang memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan juga mengenai jalur-jalur yang efisien bagi pergerakan orang dan suplai barang. 3. Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien. 4. Ekonomis dalam hal modal dan pembiayaan; kemudahan dan kecepatan konstruksi. 5. Kemampuan untuk membangun secara aktif dalam setiap tahap-tahap pembangunan. 6. Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik dapat dihasilkan dari adanya saling keterkaitan antara bentuk bangunan dengan desain teknis. 7. Respons yang timbul dari hubungan secara fisik antara hal tersebut dengan masyarakat, dapat diciptakan dengan memenuhi syarat estetika. Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan harus bisa mereduksi hambatan-hambatan fisik untuk masa mendatang dan untuk perkembangan-perkembangan yang tidak diduga. Oleh karena itu bentuk bangunan harus open-ended dan dapat diperluas; pada detail, perencanaan dan teknik desain harus membuka kesempatan untuk diadakannya perubahan internal dan penataan kembali ruanganruangan.

23

Rumah Sakit Pendidikan Universitas Udayana


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Karakteristik
Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit juga didasarkan pada kriteria bangunan rumah sakit yang baik. Dimana kriteria yang harus dijawab pada bagian ini antara lain: a. Berarsitektur bagus - Memberikan nilai positif pada komunitas dan konteks sosial - Memperlihatkan komposisi yang baik - Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal b. Sesuai dengan lingkungan - Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan - Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan kota c. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan - Tampak bangunan menarik dengan skala manusia - Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang mudah dilihat - Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah - Ruang dalam yang menentramkandengan pemandangan ke arah luar - Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua bagian ruang - Kenyamanan dan privasi - Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan, dan karya seni untuk membantu penyembuhan - Lansekap yang menarik
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

d. Akses yang Mudah -akses bagi Ambulans, transportasi umum, kendaraan servis, mobil pemadam kebakaran - Kendaraan pengunjung, da karyawan, serta parkir kendaraan yang mencukupi - Akses untuk pejalan khaki - Akses mudah untuk penyandang cacat - Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah e. Memenuhi Standar Bangunan Kesehatan - Berdasar standar ruang yang ada - Memenuhi Panduan Bangunan Rumah Sakit Memenuhi Persyaratan Standar Teknis Bangunan Rumah Sakit f. Memenuhi Standar Bangunan Kesehatan - Hubungan antar fungsi - Pergerakan orang dan distribusi barang - Penggunaan ruang g. Memenuhi Standar Konstruksi - Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar - Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan - Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan yang akan datang

24

BAGIAN 1 I BAB 7

KONSEP RUMAH SAKIT DAN EVALUSAI PASCA HUNI


Fasilitas kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik Langkah-langkah Peringkatan Performansi

1. Fasilitas Kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan


Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan tersebut diharapkan dapat menjangkau lingkup spatial yang cukup ekstensif, sehingga akses masyarakat luas terhadap berbagai layanan kesehatan menjadi lebih baik, dan untuk itu diperlukanlah berbagai macam fasilitas kesehatan dan unit-unit penyelenggara layanan kesehatan pada tingkat komunitas. Penyelenggaraan upaya kesehatan di atas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, yang meliputi kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan tradisional, serta kesehatan mata. Sebagai fasilitas kesehatan dan fasilitas sosial, rumahsakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya termasuk dalam kategori fasilitas publik yang perlu dikelola secara optimal. Proses pengelolaan fasilitas tersebut meliputi perencanaan dan pemrograman, perancangan, konstruksi dan penyediaan fasilitas, penghunian dan pemanfaatan, serta evaluasi pasca huni. Masing-masing tahap dalam proses tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja fasilitas kesehatan,disamping agar lebih memiliki dayatarik bagi masyarakat pada umumnya.

25

2. Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain Fasilitas Kesehatan


Kebanyakan Fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatan. Dan karenanya, sesungguhnya sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang, yang lazim disebut dengan evaluasi pasca huni atau EPH (post occupancy evaluation, POE). Tahap evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk melihat kesesuaian antara apa yang ada sekarang dengan pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya. Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Kegunaan evaluasi pasca huni terbagi dalam 3 jangka waktu: 1. Kegunaan jangka pendek. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: identifikasi masalah dan solusi dalam manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpanbalik terhadap kinerja bangunan, peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif 2. Kegunaan jangka menengah. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kemampuan pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan, akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna. 3. Kegunaan jangka panjang. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kinerja fasilitas dalam jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk perancangan fasilitas, serta perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi Jenis kegiatan dalam evaluasi pasca huni akan tergantung pada interaksi antar komponen dalam proses evalusi pasca huni: 1. Kriteria kinerja a. Teknikal b. Fungsional c. Behavioral 2. Pengguna a. Individu b. Kelompok c. Organisasi 3. Setting a. Ruang b. Bangunan c. Fasilitas Selain itu, evaluasi pasca huni juga memiliki tingkatan kecermatan sesuai kebutuhan penggunanya, yang meliputi: 1. Evaluasi Pasca Huni Indikatif 2. Evaluasi Pasca Huni Investigatif 3. Evaluasi Pasca Huni Diagnostik Bagi fasilitas Fasilitas kesehatan, evaluasi pasca huni perlu dikaitkan dengan state of the art fasilitas Fasilitas kesehatan, yang meliputi beberapa aspek: 1. Dalam kriteria kinerja terdapat beberapa kriteria yang perlu diikuti, antara lain Standar Fasilitas kesehatan, Standar Arsitektural untuk Fasilitas Kesehatan, khususnya Fasilitas kesehatan, maupun hasil-hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan komunitas seperti Fasilitas kesehatan 2. Dalam komponen pengguna meliputi penyedia jasa dalam Fasilitas kesehatan (pengelola, dokter, paramedis, dan manajemen) maupun pengguna jasa Fasilitas kesehatan (individu maupun kelompok masyarakat). 3. Dalam komponen setting perlu ditinjau komponen-komponen setting Fasilitas kesehatan yang terdiri atas berbagai unit, bagian, ataupun kelompok fasilitas tertentu.

26

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Evaluasi pasca huni memiliki beberapa tahapan sebagaimana berikut: 1. Perencanaan Evaluasi Pasca Huni a. Pengenalan Masalah dan Kelayakan - Memahami besaran dan kondisi signifikan aset eksisting. - Memilih tingkatan usaha yang sesuai. - Memilih biaya evaluasi yang sesuai. b. Perencanaan Sumberdaya - Perencanaan SDM - Perencanaan waktu - Perencanaan metoda dan alat c. Perencanaan Riset - Menentukan aspek kritis yang perlu diteliti - Memilih indikator yang dapat merepresentasikan aspek - Mengembangkan ukuran bagi tiap indikator - Menyusun kriteria untuk evaluasi ukuran - Antisipasi hasil dan kesimpulan 2. Pelaksanaan Evaluasi Pasca Huni a. Awal Proses Pengumpulan Data Lapangan - Mobilisasi data, alat, dan SDM. - Antisipasi reaksi - Penguasaan Lapangan dan Pelaksanaan Survey b. Pemantauan dan Manajemen Prosedur Pengumpulan Data - Pemahaman terhadap karakter aktivitas. - Penalaan antar pengamat. - Uji awal instrumen pengumpulan data. c. Analisis Data - Tujuan analisis data: pemerian, interpretasi, dan penjelasan - Macam-macam analisis: berhasil/gagal, peringkat, rerata, persentase, variabilitas, bandingan 2 kelompok, analisis sederhana, chi-square, analisis korelasi - Tahapan analisis: menyusun data mentah, memasukkan dan transfer data, memproses data, mengemas dan komunikasi temuan, interpretasi serta melengkapi analisis data. 3.Penerapan Evaluasi Pasca Huni a. Pelaporan temuan - Pendahuluan, Metodologi, Analisis data, Temuan, Kesimpulan, Apendiks, Pustaka b. Rekomendasi tindakan - Tindakan terkait kebijakan - Tindakan terkait prosedur - Tindakan terkait teknik c. Review Hasil dan Kesimpulan - Rencana jangka pendek - Rencana jangka menengah - Rencana jangka panjang

27

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

3. Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik Fasilitas kesehatan


Dalam bagian kedua, optimalisasi fasilitas kesehatan akan dipandang dari berbagai faset perencanaan fasilitas dan perancangan arsitektur. Berbagai fase ini dapat menjadi hasil keluaran dan rekomendasi dari evaluasi pasca huni yang dilakukan terhadap sebuah fasilitas kesehatan. Dalam hal ini, peningkatan performansi fasilitas kesehatan dapat meliputi peningkatan 5 aspeknya, yaitu fungsi, bentuk dan kelengkapan, lokasi dan ruang, akses dan sirkulasi, serta konteks. Optimalisasi fungsi meliputi peningkatan fungsi yang ada sekarang dengan penyempurnaannya berdasar persepsi dan spirasi pengguna, ataupun penambahan fungsi baru yang sinergis dengan fungsi yang ada. Sebagai contoh misalnya diperlukan adanya integrasi antara fungsi-fungsi kesehatan fasilitas kesehatan dengan fungsi-fungsi pendidikan, rekreatif, bahkan komersial yang akan menghidupkan fasilitas tersebut. Optimalisasi bentuk dan kelengkapan meliputi peningkatan secara fisik fasilitas kesehatan, baik yang berupa bangunan (fixed elements), fasilitas dan perabot (semi-fixed elements) ataupun setting-setting meso dan mikro bagi berbagai aktivitas penggunanya (non-fixed elements). Atau dapat juga dilihat sebagai sistem pewadahan fungsi (ruang dan tata perabot yang ada) serta sistem penunjang fungsi (pencahayaan, penghawaan, serta akustik). Dalam aspek bentuk ini, yang diperlukan adalah adanya pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa depan yang terujud dalam bentuk fisik dan fasilitas serta teknik komunikasi yang digunakan. Optimalisasi lokasi dan ruang meliputi peningkatan dan pengkayaan nilai lokasi serta kualitas ruangruang dalam dan di luar fasilitas kesehatan, baik ruang keseluruhan fasilitas kesehatan sebagai fasilitas, maupun ruang-ruang mikro dalam fasilitas kesehatan sebagai setting kegiatan. Interaksi antara ruang pakai baik yang aktif maupun yang pasif dengan ruang layanan, interaksi antara ruang dalam dengan ruang luar, serta interaksi antara setting budidaya dengan setting alam sangat diperlukan. Dalam hal ini, diharapkan fasilitas kesehatan dapat memberi wadah bukan hanya kegiatan layanan kesehatan secara sempit, melainkan juga layanan kesehatan secara luas dan bahkan juga sebagai fasilitas sosial-edukasi-budaya secara proporsional. Optimalisasi akses dan sirkulasi meliputi kemudahan pencapaian hingga pada perangkaian pergerakan dalam fasilitas kesehatan sehingga menjadi efektif dan efisien. Akses menjadi hal yang penting, mengingat salah satu keunggulan fasilitas kesehatan adalah potensi jangkauan layanan kesehatan ke masyarakat luas di tengah komunitas mereka sendiri. Optimalisasi konteks meliputi integrasi fasilitas kesehatan dengan konteks keruangan, sosial, dan waktu. Konteks keruangan, dalam arti lingkungan di sekitar fasilitas kesehatan, layak untuk ditanggapi sebagai sesuatu yang penting, dan dapat dilayani fasilitas kesehatan tersebut. Demikian juga dengan konteks sosial, yang dapat menunjukkan karakteristik masyarakat di sekitar fasilitas kesehatan tersebut, yang akan secara spesifik memberi keunikan pada fasilitas kesehatan dan menambah dayatariknya. Optimalisasi konteks akan membuat fasilitas tersebut akan lebih mudah berkomunikasi dengan masyarakat penggunanya.

28

4. Langkah-langkah Peringkatan Performansi Fasilitas Kesehatan


Pendekatan kontemporer menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan membutuhkan fungsi dan fisik, nilai kegunaan, kemasyarakatan dan estetika. Fasilitas kesehatan sebaiknya dikembangkan tidak hanya melayani kesehatan tetapi juga dapat memberi aspek kemasyarakatan, rekreatif dan estetika dalam perannya melayani kesehatan.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Di sisi lain, Evaluasi Pasca Huni dapat membantu meningkatkan performansi Fasilitas kesehatan, dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada, untuk kemudian dapat dilakukan langkahlangkah perbaikan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa kebijaksanaan, strategi, rencana, program, hingga projek yang diperlukan. Jika dilihat dalam sistem perencanaan dalam manajemen, dapat terlihat bahwa proses ini sangat erat kaitannya dengan manajemen fasilitas secara luas. Dalam proses perencanaan dan perancangan, pada dasarnya terdapat 5 komponen utama yang perlu didefinisikan secara jelas, yang meliputi: 1. Profil : kondisi eksisting yang ada 2. Visi : kondisi ideal yang diinginkan 3. Masalah : jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting 4. Strategi : cara untuk mencapai visi 5. Aksi : tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi

Kondisi Ideal VISI

jarak antara kondisi eksisting dan kondisi ideal MASALAH

cara mencapai visi STRATEGI


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

kondisi eksisting PROFIL

tindak nyata AKSI

Profil Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 5 aspek yang disebutkan di atas. Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT analysis), yang meliputi: - Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal - Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal - Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal - Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal Visi Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa: - Jangka panjang, dengan durasi sekitar 10-20 tahun - Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun - Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun Visi ini dapat juga terkait dengan tujuan atau sasaran, atau developmental goals dan developmental objectives

29

Masalah Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi eksisting sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan langkah-langkah sebagaimana berikut: - Mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi - Membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat kaitan dan pengaruhnya terhadap masalah yang lain - Menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah - Menyiapkan daftar tujuan dan sasaran - Mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan - Mengkaji ulang problem statement Strategi Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau rancangan. Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi strategi tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka sasaran (objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasarnya dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang. Aksi Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam: - Kebijakan (policy) - Rencana (plan) - Arahan (guidelines) - Program (program)
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 1 I BAB 8

PERENCANAAN LAHAN / SITE PLANNING RUMAH SAKIT


Kebutuhan vs Ketersediaan Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur dan Aliran Air

30

1. Kebutuhan vs Ketersediaan

Perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya keberadaan sebuah fasilitas kesehatan yang memiliki brand image terpercaya, terbaik, dan terlengkap sesuai kualifikasi kelasnya, berhadapan dengan realita keterbatasan lahan/site. Oleh karena itu, langkah-langkah taktis dan cermat sejak proses persiapan, perencanaan hingga perancangan lahan menjadi sebuah keharusan.

2. Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur dan Aliran Air
Tahapan awal dari Perencanaan Lahan/Site Planning untuk mengenali dan mendapatkan kondisi akurat eksisting terdiri dari: - Analisis Aspek Lokasi - Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi - Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning Rumah sakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan populasi yang dilayaninya. Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk melayani masyarakat lokal serta luasan lahan yang cukup memadai akan memberi lebih banyak peluang dan fleksibilitas perluasan. Selain itu penting memperhatikan potensi ketersediaan sistem infrastruktur di luar site (off-site). Aspek yang harus diperhatikan terkait dengan hal tersebut antara lain adalah: a. Adakah jaringan listrik dan keterdekatan dengan gardu induk b. Adakah jaringan telekomunikasi non-mobile c. Adakah jaringan jaringan perpipaan air bersih yang dikelola PDAM atau perusahaan penyedia air bersih lain d. Adakah jaringan drainase di sekeliling lahan e. Adakah jaringan air limbah dan sistem pematusan yang terhubung dengan sistem perkotaan f. Adakah layanan pengelolaan sampah di kawasan sekitar rumah sakit Rata-rata luasan lahan untuk rumah sakit dengan tipe B ke atas, membutuhkan areal seluas 12 hektar, tapi lokasi dengan luas seperti ini, susah untuk diperoleh, dan kalaupun ada, biasanya berada jauh diluar kota dimana timbul banyak masalah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di rumah sakit. Atau pada situasi daerah kota yang sangat hiruk pikuk termasuk lokasi dimana pembangunan dilakukan dengan merubah bentuk bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya yang tentunya akan menjadi sangat mahal untuk kebutuhan KDB yang tinggi. Luasan lahan yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh : -Batas Koefisien Dasar Bangunan di lokasi tersebut -Luasan bangunan yang diperlukan dalam perkembangan rumah sakit itu dalam kaitan pertumbuhan kapasitas pelayanan -Kebutuhan parkir dan akses -Kebutuhan penjarakan bangunan-bangunan dalam pertimbangan teknik fisika bangunan maupun kenyamanan okupansi. -Ketersediaan ruang terbuka hijau untuk utilisasi dan kenservasi air tanah, kenyamanan visual dan pengkondisian kualitas udara, pada cakupan lingkungan mikro.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

31

BAGIAN 1 I BAB 9

SIRKULASI DAN ZONING KOMPONEN RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi

1. Prinsip dan Implementasi


Rumah sakit didesain dengan mempertimbangkan efisiensi kegiatan dan kapasitas sirkulasi akibat peningkatan kebutuhan sehingga terdapat beberapa zonasi yang nantinya akan mempengaruhi layout ruangan. Zona primer, sekunder, tersier, serta service dibedakan. Begitu pula dengan sirkulasi barang, pengunjung, pemberi layanan kesehatan, kegawatdaruratan, serta meminimalisasi akses medik sentral untuk kepentingan penjagaan sterilitas. Komponen Bangunan Rumah Sakit A. Unit Administrasi - Ruang Kepala - Ruang Sekretaris - Ruang Staff - Ruang Personalia - Ruang Administrasi Umum - Kantor Pembayaran - Keuangan - Arsip - Ruang Rapat - Informasi dan Pendaftaran - Security B. Unit Medis - Poliklinik - Gudang Medis - Laboratorium Klinis - Ruang Tunggu - Ruang Dokter / Perawat Jaga - Ruang Operasi - UGD - Radiology/ultrasound - Pathology - Rehabilitasi - Physiotherapi - Pediatry
Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas
BrawijayaCopyright : PT. Global Rancang Selaras

32

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

C. Unit Keperawatan - Farmasi / Gudang Obat - Sterilisasi / Clean Utility - Rekam Medis - R. Pembina - Ruang Perawat - R. Konseling - Perawat Poliklinik E. Unit Rawat Inap - Rawat Medis - Ruang Tidur - Ruang Obat - Nurse station (loker, r. Ganti, lavatory) - Pantry - Spoel Hoek/Slob Zink - Rg. Konsultasi D. House Keeping dan Teknis - Laundry - Cleaning Service/Janitor - Mekanikal - Elektrikal - Workshop - Engineering - Gudang Umum - Gudang Ambulance - R. Serbaguna - R. Makan Bersama - Masjid / Mushola - Kapel - Dapur F. Rekreasi, Pelatihan, dan Keterampilan - Ruang Kelas - Perpustakaan - Bengkel / Workshop - R. Komputer - R. Fitness - R. Musik - Kolam Renang - Lounge G. Peruntukkan Umum - Parkir - Hall/ Lobby - R. Seminar - Ruang ibadah - Ruang pertemuan - Kios/kafeteria - Auditorium

Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

33

Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 2 I BAB 10

PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT:

PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT


Prinsip dan Implementasi Fleksibilitas dan Pentahapan Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan

1. Prinsip dan Implementasi


Sebuah bangunan rumah sakit harus memenuhi aspek-aspek sebagai berikut : Aspek Fungsional, meliputi : - faktor manusia - penyimpanan dan penataan - komunikasi dan alur kerja - fleksibilitas dan perubahan - spesialisasi dalam tipe/unit bangunan Aspek Teknikal, yaitu : - keselamatan kebakaran - struktur - sanitasi dan ventilasi - elektrikal - dinding eksterior - finishing interior - atap akustik - pencahayaan - sistem kontrol lingkungan Aspek Behavioral, meliputi : - proksemik dan teritorialitas - privasi dan interaksi - persepsi lingkungan - citra dan makna - kognisi dan orientasi lingkungan Bangunan rumah sakit harus didesain dengan meminimalkan jangkauan personal paramedis dan kemungkinan kontaminasi serta memaksimalkan efisiensi seluruh sistem. Pertimbangkan pula waktu paruh perjalanan staf seefisien dan seminimal mungkin dengan pasien. Bangunan juga harus didirikan untuk mengakomodasi unit-unit yang ada. Orientasi bangunan juga harus menanggapi iklim baik secara internal maupun eksternal. Karakter bangunan harus menampakkan harapan. Karakter yang cerah yang berpengaruh pada tanggapan pengguna terhadap kegiatan didalamnya. Merupakan hal yang sangat penting bahwa pembiayaan bangunan dipertahankan serendah mungkin secara konsisten dengan menyesuaikan dengan standar yang dapat diterima serta memberikan keseimbangan yang optimal antara kedua hal tersebut. Masalah dalam menentukan standar ini akan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lain.

34

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari : 1. Jumlah bangunan yang akan dibangun, meliputi area dan volume termasuk geometri dan bentuk bangunan 2. Penyelesaian kenyamanan bangunan dan syarat fasilitas medik. Dibutuhkan keahlian teknis dan penyelesaian detil khusus. 3. Jenis, kapasitas dan jumlah unit infrastruktur penunjang.

2. Fleksibilitas dan Pentahapan


Sebagian besar bangunan rumah sakit harus melakukan pembangunan secara bertahap. Ada tiga alasan pentingnya pentahapan untuk hal ini yaitu : 1. Kebutuhan untuk membangun sebagai jawaban dari rencana strategik. Pertimbangan bisnis strategis layanan sehubungan dengan kalkulasi biaya investasi terhadap estimasi pemasukan. Namun hal tersebut tidak semata berdiri sendiri, terdapat peran sosial yang harus diemban oleh rumah sakit sebagai misi utama dari sekedar perhitungan untung rugi 2. Pertimbangan kontraktual; kebutuhan untuk membagi pembangunan kedalam unit-unit kerja bangunan yang dapat ditangani oleh manajemen dengan memuaskan 3. Pembatasan modal untuk proyek pembangunan; hal ini seringkali berasal dari kebijakan penyediaan untuk implementasi secara bertahap yang lebih dari satu kali proses pembangunan. Terdapat faktor resiko penyerapan layanan terhadap aspek pembiayaan yang harus mencapai titik imbang secara wajar Kebutuhan akan pentahapan memiliki dampak yang dominan pada bentuk-bentuk bangunan yang wajar. Ada dua pola dasar pentahapan yaitu : 1. Pada bangunan yang telah ada; Proses desain harus menerapkan keterpaduan secara mutlak terhadap bangunan maupun tata fungsi yang telah ada. Langkah mengawali proses desain adalah inventarisasi terhadap fungsi, ruang bangunan serta infrastruktur eksisting yang bisa dimanfaatkan kembali baik dengan penyesuaian maupun tidak. Dalam aksi penyesuaian itulah memungkinkan dilakukan pemusnahan (demolition) atau penggantian (rehabilitation). Untuk gedung aset Negara atau Pemerintah masing-masing aksi penyesuaian memiliki tata laksana tertentu. 2. Pada lokasi baru; Tahap pembangunan rumah sakit pada lokasi baru memiliki keuntungan dari segi kebebasan membuat desain, tetapi beberapa kerugiannya adalah harus menyediakan layanan-layanan yang sifatnya mendasar pada tahap pertama. Hal ini membutuhkan biaya banyak dan cenderung menggunakan modal yang tidak proporsional. Desainer juga dihadapkan pada masalah mendesain dasar-dasar yang akan mendukung instalasi, yang bisa dijabarkan dari kapasitas dan berusaha menemukan cara bagaimana dapat menyediakan servis yang dapat dikembangkan dalam tahap berikutnya serta tetap memelihara efisiensi operasional dan mengoptimalkan hubungan antar instalasi. Pengaruh yang paling besar adalah jangka waktu yang panjang yang dilalui diantara tahap-tahap tersebut. Dalam hal ini akan berimplikasi terhadap fungsi yang terdapat didalamnya (baik yang lengkap atau bagian instalasi) dan hal-hal teknis (ketentuan pembatasan bagi kebutuhankebutuhan awal atau membuat antisipasi untuk kebutuhan-kebutuhan dikemudian hari). Jika hal ini sudah bisa dipertimbangkan dalam waktu tertentu, diantara tahap-tahap pembentukan bangunan dan strategi teknis dibutuhkan untuk tujuan perkembangan maksimal dan potensi perubahan, konsisten dengan mengesampingkan tujuan yang menyangkut penetapan biaya serendah mungkin. Ada dua tujuan yang tidak dapat terelakkan yang berpotensi menciptakan konflik kebutuhan-kebutuhan dan sebuah keseimbangan yang hanya dapat dicapai oleh perdebatan berbagai disiplin ilmu dan kerelaan pihak-pihak untuk berkompromi secara operasional maupun secara teknis.

35

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

3. Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan


Kelompok bangunan yang terdiri dari beberapa massa bangunan lebih mudah diintegrasikan ke dalam batas visual komunitas. Tetapi beberapa rumah sakit dengan pertimbangan tertentu dibuat dengan volume besar dan berskala monumental bila diperbandingkan dengan tipologi umum bangunan. Belajar dari pengalaman telah menunjukkan bahwa ukuran rumah sakit yang optimal dapat memberikan kenyamanan, secara internal maupun secara eksternal. Keduanya dapat berintegrasi sepenuhnya pada hal-hal yang berada disekeliling lingkungan gedung rumah sakit dimana ukuran yang harus dipertimbangkan adalah skala manusia. Beberapa faktor kunci : 1. Menghindari adanya permukaan bangunan yang panjang dan memberi kesan membosankan. 2.Menghindari koridor-koridor panjang yang membosankan, menghadirkan sebuah ruang yang memiliki pemandangan yang tidak membosankan. 3.Menyesuaikan bangunan terhadap kontur lokasi, yang seringkali memberikan keuntungan operasional misalnya akses pada berbagai tingkatan. 4.Menghindari penempatan pasien dan staf-staf pada tempat yang tidak nyaman karena adanya perluasan atau pembangunan sisi lain bangunan. 5.Hindari areal halaman parkir yang sangat luas, paling tidak posisinya ditempatkan pada areal yang masih dapat diawasi dari jauh. 6.Pertimbangkan dengan cermat mengenai geometri dan penempatan halaman sebagai titik orientasi dari massa bangunan. Diusahakan agar massa bangunan tidak mendapat sinar matahari secara langsung kecuali aktivitas terwadahi menuntutnya. 7.Posisi tempat kegiatan yang menimbulkan hawa panas dan suara bising, harus jauh dari area pasien.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

36

BAGIAN 2 I BAB 11

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR RUMAH SAKIT


prinsip dan implementasi Perencanaan infrastruktur

1. Prinsip dan Implementasi


Rumah sakit harus memiliki fasilitas tetap yang menyediakan pelayanan medis baik infrastruktur off-site maupun infrastruktur on-site.

37

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Perencanaan Infrastruktur
Penyediaan sarana prasarana pada fasilitas kesehatan utamanya ditujukan untuk melindungi, memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan. Oleh karena itu, untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan harus ditunjang dengan peralatan serta sistem pengelolaan yang memadai sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis kesehatan. Peraturan dan standar diatas merupakan acuan yang harus dipatuhi dalam meraih kinerja infrastruktur yang baik. Selanjutnya perencanaan infrastruktur dilaksanakan seiring dengan perencanaan arsitektural terkait dengan bangunan serta keberadaan lahan. Dalam materi Masterplan, perencanaan infrastruktur berada dalam lingkup sistemik belum mengarah pada detil alat atau jaringan ataupun detil kapasitas.

Bagan Langkah Perencanaan Infrastruktur A. Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Perencanaan sistem penyediaan air bersih di Rumah sakit berpedoman pada sistem yang optimal dan ketepatan pada pemenuhan kebutuhan pelayanan. Sistem yang efisien dan efektif juga diperlukan agar ekonomis dalam pembangunan dan pengoperasian. Target utama perencanaan sistem penyediaan air bersih ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih di Rumah sakit dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Kuantitas yang tepat berarti debit air bersih yang disuplai dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit pada skala kapasitas maksimal, sedang kualitas yang tepat berarti air bersih yang disuplai telah memenuhi standar higienitas air siap minum. Beberapa asumsi dan dasar perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit adalah sebagai berikut : a.Pendekatan penghitungan kebutuhan air bersih untuk bangunan Rumah sakit adalah 700 liter per tempat tidur per hari. Sehingga jika kapasitas maksimal layanan yang akan dikembangkan di Rumah sakit adalah 300 TT, maka kapasitas teknis air bersih perhari yang harus disiapkan adalah 300 TT x 700 liter = 210.000 liter per hari atau 210 m per hari. b.Direkomendasikan memanfaatkan kombinasi sumber air bersih yaitu sumur dangkal, sumur dalam, ataupun PAM. Kata kunci sumber air adalah: Kontinuitas debit dan volume sehingga kombinasi keduanya akan menjaga kontinuitas pasokan disegala musim. c.Sistem jaringan direncanakan sesederhana mungkin. Sistem jaringan terlindungi oleh shaft untuk pertimbangan pemeliharaan dan sistem kontrol.

38

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

d.Arah dan distribusi pipa mengikuti bangunan atau tegak lurusnya. Ini berarti tidak ada distribusi saluran diagonal/ miring terhadap bangunan. e.Semua jaringan air bersih merupakan jaringan bawah tanah diluar bangunan. Distribusi saluran tidak boleh melalui ruang fungsional kecuali dibawah ruang sirkulasi. f.Pengawasan kualitas air secara rutin sehingga suplai air bersih tetap aman dan tidak menimbulkan gangguan/bahaya terhadap kesehatan. g.Seluruh kebutuhan air bersih di suplai dengan sistem perpipaan didukung roof dan ground tank set yang berfungsi pula sebagai reservoir dan water treatment set. h.Untuk kepentingan kemudahan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi distribusi serta sistem kontrol, maka direncanakan zona distribusi air bersih. Zona distribusi didasarkan pada kedekatan atau pengelompokan bangunan.

39

Skema Sistem DistribusiAir Bersih Pada Bangunan

B. Desain Umum Penyediaan Air Panas Perencanaan sistem suplai air panas berpedoman pada sistem yang ekonomis dengan konsentrasi suplai pada unit-unit yang paling membutuhkan. Sistem yang paling efektif dipilih agar kemudahan dalam operasional dan pembangunan dapat tercapai. Beberapa dasar perencanaan sistem penyediaan air panas di lingkungan Rumah sakit adalah sebagai berikut :

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

a. Pendekatan penghitungan kebutuhan air panas untuk bangunan Rumah sakit adalah sekitar 130 liter per tempat tidur per hari. Jika kapasitas maksimal yang akan dilayani oleh sistem air panas di Rumah sakit maksimal adalah 300 TT, maka debit air panas yang harus disiapkan adalah 39.000 liter perhari. b. Penyediaan air panas diarahkan pasokan ke unit sterilisasi serta sebagian kecil untuk kepentingan laundry dan pengelolaan laundry Rumah sakit. c. Sistem penyediaan air panas diperoleh dengan memanaskan air dari energi diesel untuk perebusan. Sistem yang diterapkan menggunakan sistem boiler terpusat. d. Penempatan jaringan pipa distribusi air panas diletakkan diatas dengan mempertimbangkan tingkat keamanan dan tidak mengganggu aktivitas utama. C. Kriteria Desain Umum Pengelolaan Limbah Cair Perencanaan pengelolaan limbah cair berpedoman pada sistem yang optimal, ekonomis dalam pembangunan dan pengoperasian. Target utama adalah menurunkan zat pencemar organik dan angka kuman sehingga sifat air limbah cair memenuhi syarat baku mutu air limbah. Hal penting lainnya adalah rekayasa tepat yang harus dilakukan pada bangunan dan lingkungan terhadap sistem pengelolaan limbah cair.

40

Skema Sistem Distribusi Pengolahan Air Limbah

Beberapa asumsi dan dasar perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Saat ini Rumah sakit belum memiliki sistem pengelolaan limbah cair yang sempurna dan paripurna. Sistem pengelolaan limbah cair yang ada saat ini masih berupa sistem yang sederhana. b. Kapasitas maksimal pelayanan adalah 300 TT. c. Pendekatan penghitungan volume limbah cair pada bangunan rumah sakit adalah asumsi 80% konsumsi air bersih akan terbuang sebagai limbah cair. Sehingga kapasitas pengelolaan limbah cair di Rumah sakit adalah 700 liter/hari/TT x 300 TT x 80% = 168.000 liter/hari atau 168 m3.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

d. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari perletakan sistem jaringan dibawah bangunan atau ruang fungsional kecuali pada ruang sirkulasi, untuk memudahkan perawatan, pemeliharaan dan pemantauan. e. Zona instalasi pengolahan limbah cair direncanakan terpisah dan berjarak dari ruang fungsional lain mengingat suhu yang dikeluarkan, bau yang keluar dan getaran yang dihasilkan saat pengolahan. f. Untuk mengurangi akibat dari hal diatas serta gangguan visual maka disarankan menggunakan elemen lansekap berupa tanaman rapat setidaknya setinggi 120 cm mengelilingi zona instalasi pengolahan limbah cair. D. Kriteria Desain Umum Sistem Drainase dan Pengelolaan Air Hujan Target utama dalam perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air hujan adalah mengalirkan air hujan yang ada secepat mungkin di lahan Rumah sakit sehingga tidak ada genangan yang terjadi. Beberapa dasar perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air hujan di lingkungan Rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Jaringan saluran air hujan terpisah dengan saluran air limbah. b. Sistem distribusi saluran direncanakan sesederhana dan sejelas mungkin. Dalam hal ini hanya ada 2 (dua) model distribusi yang berorientasi terhadap konfigurasi bangunan, sebaran dan keberadaan saluran drainase kota atau sungai (penerima run-off utama). Model distribusi saluran tersebut adalah tegak lurus dan searah saluran kota ataupun sungai. c. Saluran distribusi yang direncanakan berada pada sekeliling bangunan sehingga tidak ada saluran yang crossing terhadap bangunan. d. Limpasan yang dibuang keluar kawasan rumah sakit dialirkan ke assainering disekeliling site. e. Tidak ada toleransi genangan yang diijinkan. Ini berarti bahwa air hujan yang jatuh baik dari atap maupun yang langsung ke permukaan bumi langsung dimasukkan ke saluran air hujan. f. Memaksimalkan area tangkapan air hujan (capturing areas) dengan koefisien pengaliran (run-off coefficient) sekecil mungkin. Ini berarti bahwa diluar bangunan beratap sebisa mungkin berupa taman atau kebun. g. Permukaan jalan dan parkir menggunakan aspal dengan kemiringan memadai. Selain itu bisa digunakan kombinasi material penutup yang ideal terhadap penyerapan air permukaan adalah grass block. h. Pada prinsipnya semua saluran drainase direncanakan terbuka atau semi terbuka untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan. Dimungkinkan ada saluran tertutup pada beberapa penggal yang ada dibawah bangunan. I. Penerapan hirarki pada sistem jaringan dengan perkiraan dimensi yaitu : 1) Saluran pengumpul dengan dimensi 30x40 merupakan saluran tegak lurus saluran assainering kota penerima run-off yang berfungsi sebagai pengumpul dari saluran-saluran penerima, 2) Saluran penerima dengan dimensi 30x30 yang berfungsi menerima air hujan yang disalurkan talang dari atap tiap bangunan atau kelompok bangunan. j. Komponen pendukung saluran drainase antara lain: gorong-gorong pada saluran menyilang terhadap jalan/selasar/sirkulasi dan sumur resapan air hujan (retaining well) dengan persyaratan struktur tanah tertentu. Sumur resapan dibangun di bagian bawah jalan sehingga terhindar dari bongkar pasang akibat pengembangan bangunan. E. Kriteria Desain Umum Pengelolaan Sampah Untuk kepentingan pengelolaan sampah secara garis besar dapat digolongkan dalam 2 (dua) jenis yaitu sampah medis dan non-medis. 1. Sampah Medis Bisa disebut pula sampah klinis yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, farmasi atau yang sejenisnya, pengobatan, dan perawatan yang menggunakan bahan beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

41

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Sampah Non-Medis Merupakan buangan padat (solid waste) diluar sampah medis atau klinis diatas. Umumnya sampah non-medis berasal dari: - Aktivitas kantor administrasi berupa kertas dan alat tulis - Aktivitas dapur dan bagian gizi berupa sampah mudah busuk yang berasal dari penyiapan pengolahan dari penyajian makanan, sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain - Aktivitas laundry berupa pembungkus dan kemasan - Aktivitas halaman/kebun berupa sisa pembungkus, daun ranting, debu - Aktivitas umum berasal dari pengunjung berupa kemasan makanan-minuman, sisa makanan Secara sistematik, sistem pengelolaan yang direncanakan untuk Rumah sakit adalah sesuai dengan Gambar berikut ini:
Non Medis Dapur Seleksi basah atau kering Bin Pengumpul Kontainer TPA Kota Malang

Umum

Seleksi basah atau kering

Bak Sampah

Medis

Seleksi menurut potensi bahaya

Alat pengumpul

Incenerator

Sanitary Landfill offsite

Bagan Sistem Pengelolaan Sampah


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

F. Kriteria Desain Pengelolaan Mekanikal Elektrikal Secara umum pengelolaan mekanikal dan elektrikal di rumah sakit ditujukan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit. Dalam format yang ideal, pengelolaan mekanikal dan elektrikal disasarkan untuk: a. Mempermudah aktivitas dan pelayanan b. Mengamankan aktivitas dan pelayanan termasuk aset usaha c. Mendukung efisiensi waktu dan biaya Aspek tinjauan dalam pengelolaan mekanikal elektrikal adalah: a. Sistem Pemadam Kebakaran b. Sistem Tata Udara c. Sistem Gas Medik d. Sistem Elektrikal e. Sistem Komunikasi G. Kriteria Sistem Pemadam Kebakaran Pada hakekatnya, sistem penanggulangan kebakaran dapat diselesaikan dengan cara mekanis, yaitu menggunakan smoke/ heat detector, fire estinguisher, hydrant dan Iain Iain. Namun, karena pemikiran segi ekonomis, dapat digunakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan stasioner pada tempat tempat yang penting (kamar operasi, rawat inap, IGD, Kamar Intensif) dan tempat yang sekiranya mengundang resiko kebakaran, misalnya: dapur, ruang diesel, laboratorium. Penanganan terhadap bahaya kebakaran secara dasar disajikan pada Gambar berikut ini:

42

Bagan Rencana Sistem Pemadam Kebakaran

Yang dimaksud di sini adalah cara penanganan dan tindakan yang dilakukan dalam usaha-usaha perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran, yaitu mulai dari pengenalan adanya api sampai pemadamannya. 1. Manual Dalam sistem ini, bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus menuju ke signal box atau tempat-tempat umum lainnya. Satu tarikan manual tertentu dalam box akan menyalakan seluruh tanda bahaya atau alarm yang dapat terdengar dari seluruh penjuru bangunan, yang memberitahukan selain tanda adanya bahaya kebakaran, juga menjadi peringatan bagi orangorang yang berada dalam bangunan untuk melakukan usaha pemadaman. Adapun usaha pemadaman itu sendiri juga dilakukan dengan peralatan yang serba manual. 2. Semi Automatic Sistem ini merupakan gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan Fire Protection sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran, maka secara otomatis tanda bahaya kebakaran akan berfungsi, sedangkan tindakan selanjutnya adalah usaha mengatasi/memadamkan kebakaran tersebut yang masih dikerjakan dengan sistem manual. 3. Automatic Pada sistem ini, peralatannya bekerja secara otomatis, baik dalam mendeteksi bahaya kebakaran yang kemudian langsung memberikan tanda bahaya, maupun dalam mengatasi/memadamkan kebakaran. Karena peralatan bekerja secara otomatis, maka dengan sendirinya pencegahan dan pengatasan bahaya kebakaran dapat berlangsung dengan cepat dan kemungkinan adanya perluasan area kebakaran dan akibat-akibatnya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Bangunan multi storey kebanyakan menggunakan sistem otomatis, selain karena lebih cepat, cara kerjanya juga lebih efisien.

43

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Fungsi Ruang Ruang Rawat Inap VIP Ruang Rawat Inap Kelas I dan II Kantor Lobby / Ruang Tunggu Coridor/Hall/Staircase Central Room/Ruang Kontrol Kitchen/Canten Ruang Genset

Detector Smoke Detector Rate of Rise Detector Rate of Rise Heat Detectoe Rate of Rise Heat Detector Rate of Rise heat Detector Smoke Detector Fixed Temperature Detector Fixed temperature Detector
Jenis Detector

H. Kriteria Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara lebih ditekankan kepada fungsi pelayanan dengan tingkat sterilitas tinggi serta ruang dengan instrumen pendukung yang membutuhkan persyaratan suhu dan kelembapan tertentu, yaitu: ruang operasi, emergency, dan ruang Iain yang membutuhkan sterilitas. Pada instalasi rawat inap, khususnya ruang berkelas, fungsi pengkondisian udara bertujuan untuk mencapai kenyamanan pada suhu udara dan kelembaban yang terkontrol. Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya sebagai pendingin, memindahkan kalor dari dalam ke luar ruangan, sedangkan sebagai pemanas, memindahkan kalor dari sistem pemanas ke dalam ruangan. Dalam sebuah bangunan, fungsi utama AC adalah: a. Sebagai pengatur suhu (pendingin atau pemanas) b. Pengatur kelembaban 2 c. Memperlancar distribusi O , agar mempunyai komposisi ideal bagi pernafasan Untuk efisiensi, maka pada skala pelayanan yang dituju Rumah sakit akan lebih optimal bila menggunakan AC split atau AC window. I. Kriteria Sistem Telekomunikasi Di dalam menunjang kegiatan pelayanan di Rumah sakit, perlu adanya hubungan telekomunikasi yang baik, yaitu dengan mengupayakan beberapa sistem telekomunikasi operasional : a. Pesawat telepon sentraI dengan sistem PABX, yaitu beberapa TBT yang dapat dipergunakan menjadi beberapa pesawat extension. b. Line interkom sebagai penghubung antar instalasi dan antar nurse station c. Line audio untuk pengumuman dan radio. J.Kriteria Sistem Gas Medik Penggunaan sistem gas medik sentral ini memiliki beberapa keuntungan yaitu antara Iain: (a) efisiensi tenaga pengangkut tabung oksigen, (b) kemudahan distribusi untuk bangunan berjangkauan jauh, (c) kemudahan perhitungan pemakaian oksigen. Pendistribusian oksigen dikendalikan pada ruang sentraI atau ruang kontrol gas medik, melalui pipa bertekanan disalurkan ke ruang-ruang yang membutuhkannya (misalnya Ruang Operasi, IGD, Ruang Bersalin (VK), dan Instalasi Rawat Inap Kelas) melalui outlet. Ruang kontrol direncanakan perletakannya di antara bangunan medik sentral. K. Sistem Tata Suara Lingkup Pekerjaan - Sistem Keadaan Darurat dan Evakuasi. - Sistem Paging dan Announcement (seleksi paging, public adress). - Sistem Back Ground Music.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

44

Ruang Ruang Pasien Kamar Rawat Hall & Coridor Ruang Operasi Umum Ruang Recovery Ruang X-Ray Toilet Gudang Utility Kantor Parkir

Noise Level (dB) 40 60 40 60 35 45 40 60 40 60 40 60 40 60 40 - 60 60 60 70 80


Asumsi Tingkat Kebisingan (Noice Level) pada ruangan

L. Sistem CCTV (Closed Circuit Television) Lingkup Pekerjaan adalah CCTV (Closed Circuit Television System) digunakan untuk membantu pengawasan kegiatan operasi , pengunjung maupun karyawan ataupun ruangan serta lokasi lain melalui video kamera, dimana hasil gambar dapat diamati melalui TV Monitor Kriteria Perancangan dan Uraian Singkat Sistem a. CCTV Camera ditempatkan pada posisi sesuai dengan perencanaan (lampiran) b. Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Security c. Sistem ini akan memonitor segala kegiatan yang terjangkau dengan kamera dan selanjutnya di tampilkan pada TV Monitor baik secara slide (kamera bergantian) maupun manual. Dengan demikian bahaya gangguan dapat terdeteksi lebih dini sehingga dapat diambil tindakan tindakan yang cepat dan tepat untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. M. Pekerjaan Nurse Call Lingkup Pekerjaan Nurse Call digunakan untuk komunikasi antara pasien dengan perawat. Hal ini untuk memudahkan panggilan kepada Perawat apabila Pasien memerlukan tindakan medis. Kriteria Perancangan dan Uraian Singkat Sistem - Nurse Station ditempatkan pada tiap lantai dimana masing-masing lantai menggunakan 1 nurse station - Bed Side Call ditarik parallel ke Ceiling Speaker Sub - Emergency pull cord dipasang di tiap toilet dan dikoneksikan ke Ceiling Speaker - Nurse reset dipasang di pintu kamar dan dikoneksikan ke Ceiling Speaker. - Corridor Lamp dipasang di depan kamar, masing-masing kamar 1 lampu yang juga dikoneksikan dengan Ceiling Speaker. - Dari masing-masing Ceiling Speaker Sub ditarik ke Nurse Station dengan 1 Ceiling Speaker Sub adalah satu tarikan menuju Nurse Station. - Kapasitas dari Nurse Station sesuai dengan jumlah Ceiling Speaker. Misalnya jika jumlah speaker ada 20 buah (untuk 20 kamar) berarti kapasitas Nurse Station adalah 20 kamar. - Setiap lantai mempunyai sistem tersendiri yang terpisah dengan sistem yang berada di lantai lain. - Ceiling Speaker Sub juga bisa difungsikan sebagai microphone. Pasien dapat berkomunikasi 2 arah dengan perawat tanpa pasien harus menekan tombol (hands free), suara pasien ditangkap oleh speaker dan bisa didengar di pesawat nurse station, suster juga bisa langsung menjawab permintaan pasien dengan langsung bebicara melalui handset nurse station. N. Kriteria Sistem Elektrikal Tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah sakit dapat diperoleh dari tiga macam sumber tenaga, yaitu : 1. PLN (Perusahaan Listrik Negara). Aliran ini berasal dari jaringan yang dikelola oleh pemerintah. Oleh karenanya, distribusi dayanya sangat terbatas pada pemakaian maksimal yang diijinkan/ dilanggan.

45

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Adapun keuntungan dari pemakaian sumber tenaga PLN adalah : - Pengadaan awal lebih murah dibandingkan dengan sumber tenaga lainnya. - Dalam operasional tidak membutuhkan biaya perawatan yang berarti. - Tidak menimbulkan dampak yang merugikan seperti pencemaran, getaran, kebisingan dan lain-lain. - Tidak membutuhkan ruangan khusus untuk pengontrolan. 2.Generator Set Sumber tenaga ini dikelola oleh pemilik bangunan dan merupakan fasilitas bangunan. Pada dasarnya, instalasi mesin generator terdiri dari tiga kelompok, yaitu: - Sistem bahan bakar dan tempatnya. - Mesinnya sendiri dengan perlengkapannya. - Ruangan sebagai wadahnya. Keuntungan dari pemakaian sumber tenaga generator set adalah : - Lamanya tenaga bekerja hanya dibatasi oleh ukuran tangki bahan bakar. - Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah bila diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan sumber tenaga generator set adalah : - Memerlukan pemeliharaan yang konstan dan testing yang teratur. - Kesulitan penyimpanan bahan bakar. - Timbul akibat sampingan berupa kebisingan getaran, dan suara dari saluran pembuangan gas. 3. Baterai Baterai sering digunakan untuk mensuplai kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan emergency yang terbatas, terutama untuk penerangan dan server komputer. Beberapa unit ditempatkan pada individual cabinet atau pada rak untuk instalasi yang lebih besar dan selalu dilengkapi dengan peralatan automatic charging. Keuntungan pemakaian sumber tenaga baterai adalah : - Tidak memerlukan ruangan sendiri yang terpisah - Dapat dipasang pada sistem sentral dan didistribusikan melalui saluran dari baterai langsung melalui fasilitas yang ada. Kekurangan sumber tenaga baterai adalah : - Lamanya terbatas - Mahal.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Ruang Ruang Pasien Kamar Rawat Ruang Pemerikasaan Ruang Operasi Umum Meja Operasi Ruang Recovery Ruang X Ray Hall & Coridor Kamar Mandi dan WC Gudang Utility Tangga Ruang Kontrol Kantor Parkir Iluminasi (Lux) 100 100 300 300 30000 - 52000 300 75 100 100 100 100 200 50 400 300 50 100
Standar Intensitas Penerangan

46

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 2 I BAB 12

PERENCANAAN FISIK DAN STRATEGI RUMAH SAKIT


1. Arti Penting Manajemen Rumah Sakit
Ketiadaan masterplan juga mengakibatkan banyak sumberdaya yang tidak teralokasikan secara efektif dan efisien, karena tidak adanya arahan pengembangan program-program serta fisik secara jelas. Di sisi lain, disadari bahwa masterplan yang komprehensif akan membutuhkan waktu yang lama dan sumberdaya yang banyak. Oleh karenanya, selain masterplan, yang kerap diperlukan adalah adanya suatu rencana pengembangan fisik jangka panjang, yang dapat dijadikan arah pengembangan secara garis besar, sekaligus menjadi acuan bagi pengembangan unit-unit di dalam rumah sakit dalam mengemban program pengembangan pelayanan kesehatan jangka panjang, jangka menengah, serta jangka pendek. Manajemen fisik tidak hanya berkaitan dengan arsitektur semata-mata, melainkan juga akan melihat rumah sakit sebagai sebuah asset properti, baik dalam kaitannya dengan lahan, bangunan, maupun infrastruktur. Hal ini akan terkait secara erat dengan aktivitas, layanan, serta program stratejik. Karenanya, integrasi antara manajemen fisik rumah sakit degan manajemen strategis rumah sakit menjadi sangat penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada 3 pendekatan dalam manajemen fisik. Pertama adalah pendekatan bagi rumah sakit yang belum ada atau belum beroperasi, dimana diperlukan suatu rencana dari awal: masterplan, rencana fisik, hingga rancangan detail. Kedua, adalah pendekatan bagi rumah sakit yang telah beroperasi dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Serta terakhir bagi rumah sakit yang telah menemui berbagai masalah dalam pengembangannya, dan justru terasa stagnan, dengan kondisi fisik (dan bisa jadi mempengaruhi layanan) yang memburuk. 2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik Tujuan perencanaan aset fisik rumah sakit secara umum adalah untuk: 1. Memperoleh keterpaduan antara rencana pengembangan program pelayanan kesehatan dengan rencana pengembangan fisik, yang dapat diandalkan baik dalam jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek. 2. Memperoleh arah pengembangan fisik, sekaligus sebagai kerangka dasar bagi pengembangan-pengembangan bangunan serta infrastruktur di lingkungan umahsakit 3. Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik, dikaitkan dengan pengembangan program pelayanan kesehatan maupun dengan manajemen rumah sakit secara keseluruhan. Sasaran penyusunan rencana pengembangan fisik rumah sakit secara umum adalah untuk: 1. Optimalisasi fungsi, baik yang ada sekarang, maupun yang direncanakan mendatang 2. Optimalisasi ruang untuk mengakomodasi fungsi yang ada sekarang maupun fungsi yang direncanakan mendatang
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

47

3. Optimalisasi sirkulasi dengan mempertimbangkan jejalur sirkulasi yang telah ada, namun dengan upaya menghubungkan secara lebih efektif dan efisien fungsi-fungsi yang terkait dalam lingkungan Rumah sakit 4. Meningkatkan kualitas estetika, kekuatan konstruksional, serta performansi fungsional yang disandang oleh massa dan bentuk bangunan 5. Menanggapi konteks dan lingkungan secara positif, baik dari sisi fungsional-higiene, maupun secara estetika-perancangan kawasan.

Masterplan Fisik Rumah Sakit Mata Dr.Yap, Yogyakarta


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

3. Kerangka dan Konsep Kerja


Dalam rangka pengembangan fisik rumah sakit untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diperlukan suatu pendekatan komprehensif untuk menghubungkan berbagai strategi seperti terlihat dalam pendekatan berikut ini menurut kerangka yang dikembangkan dari diagram awal oleh Horak, 1999.

48

Komitmen

Perencanaan Strategis

Tata Aktivitas Tata Ruang Tata Massa Tata Sirkulasi Tata Konteks

Kinerja Meningkat

Pengembangan Fisik

Bagan diatas menggambarkan strategi rumah sakit kedepan sangat mempengaruhi konsep fisik yang akan dikembangkan. Rencana Strategis yang saat ini sudah dimiliki biasanya akan dianalisis untuk penerjemahan menjadi program fisik.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Terjemahan Program dalam bentukan fisik

Secara lebih rinci, alur kerja yang lazim diterapkan adalah sebagai berikut :

Strategis

Fisik

Kajian Performa RS saat ini

Analisis Situasi

Evaluasi Pasca Huni

Gap antara performa dengan visi

Benchmarking dengan Visi

Analisis Optimalisasi fasilitas saat ini untuk mencapai visi

Estimasi kapasitas dari rencana strategis yang ada

Arahan rancangan fasilitas fisik

Pemrograman Strategis untuk fisik

Konsep pengembangan fasilitas fisik


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Prioritas pemrograman, penganggaran

Tipe, intensitas, dan distribusi sumberdaya lahan, bangunan, infrastruktur

49

Dalam pelaksanaannya, kerangka ini akan dikembangkan bersama antara konsultan dengan para stakeholders yang terkait dalam pertemuan konsultatif di rumah sakit. Penjabaran tersebut akan meliputi kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut :

50

4. Kriteria Umum Perancangan


Kriteria perancangan merupakan pertimbangan umum termasuk normatif standar yang mendasari proses perencanaan dan perancangan rumah sakit. Kriteria perancangan dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya secara guna (fungsional) dan citra (konsep estetika, ekspresi) mampu mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal ini kriteria perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai tuntutan aktivitas yang ada, kriteria-kriteria yang digunakan antara lain:

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

1. Memenuhi standar bangunan kesehatan Kriteria yang digunakan: - Berdasar standar ruang yang ada. - Memenuhi persyaratan Panduan Bangunan Rumah sakit . - Memenuhi persyaratan standar teknis bangunan Rumah sakit 2. Aspek Ekonomi dan Berkesinambungan Kriteria yang digunakan: - Bangunan ekonomis - Penggunaan energi - Pemeliharaan murah Pertimbangan umum pada: - Biaya pemeliharaan - Fleksibilitas untuk berubah 3. Aspek Efisiensi Kriteria yang digunakan: - Hubungan antar fungsi - Pergerakan orang dan distribusi barang - Penggunaan ruang Masterplan Fisik Rumah Sakit Ngesti Waluyo, Parakan Pertimbangan umum pada: Copyright : PT. Global Rancang Selaras - Desain yang menekan biaya operasional - Bangunan terorganisasi dengan baik 4. Fleksibel - Mudah merespon perubahan penggunaan - Dapat berkembang sesuai kebutuhan - Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan masa datang 5. Fungsional Kriteria yang digunakan: - Pemisahan - Kenyamanan - Privasi Pertimbangan umum pada: - Standar dan hubungan ruang - Lingkungan pengobatan 6. Arsitektur yang baik Kriteria yang digunakan: - Sosial - Taraf hidup - Estetika 7. Fungsional Kriteria yang digunakan: Masterplan Fisik dan perancangan Rumah Sakit 'Asyiyah, Klaten Copyright : PT. Global Rancang Selaras - Pemisahan - Kenyamanan - Privasi Pertimbangan umum pada: - Standar dan hubungan ruang - Lingkungan pengobatan 8. Arsitektur yang baik Kriteria yang digunakan: - Sosial - Taraf hidup - Estetika

51

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Selain itu perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang secara diagramatis disajikan pada diagram berikut ini :

Rumah

Posyandu Perawatan di rumah Farmasi Toko Obat

Perawatan sendiri Pengawasan Perawatan Otomatis Informasi dan bimbingan Pengarahan Pelayanan Kesehatan Negara

Pusat pelayanan kesehatan dan sosial 10 km dari rumah

Balai Pengobatan RSIA, RSB Pusat Kesehatan Masyarakat

Perawatan Sosial Perawatan Utama Perawatan Luar Jangkauan Informasi dan bimbingan

Pusat pelayanan umum 100km dari pusat komunitas

Rumah Sakit Rujukan Rumah Sakit Umum Daerah

Pelayanan diagnosis awal Perawatan segera Kecelakaan kecil Perawatan pasien inap oleh perawat Rehabilitasi intensif Manajemen pelayanan kronis

Pusat pelayanan khusus 250 km dari pusat kota

Rumah Sakit Umum Pusat Perawatan Sekunder Perawatan Tersier

Perawatan terencana Perawatan darurat Diagnosis kompleks Perawatan dan pengobatan pasien inap

52

Masterplan RSUD Tabanan. Tabanan, Bali.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

5. Produk
Dalam pelaksanaannya, produk masterplan fisik hingga pada rancangan yang dapat dilaksanakan/konstruksi akan meliputi hal-hal berikut: A. Rencana Induk Pengembangan Fisik (Physical Masterplan) Terdiri dari : 1. Hasil Analisis Purna Huni (Post Occupancy Evaluation) a. Analisis Lahan - Analisis Aspek Lokasi - Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi - Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning b. Analisis Bangunan - Analisis Aspek Fungsional - Analisis Aspek Teknikal - Analisis Aspek Behavioral c. Analisis Infrastruktur Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Brawijaya Copyright : PT. Global Rancang Selaras - Analisis Infrastruktur Off-Site - Analisis Infrastruktur On-Site 2.Program Fasilitas Fisik (Facility Program) a. Program Kegiatan - Karakteristik Pelaku - Layanan Medis dan Penunjang Medis - Kegiatan Non Medis b. Program Ruang - Jumlah dan Besaran Ruang - Penempatan dan Pengelompokan Ruang - Karakteristik Ruang Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Lampung Copyright : PT. Global Rancang Selaras c.Program Pengelolaan - Fasilitas Fisik dalam Perspektif Strategis dan Perspektif Bisnis - Pembiayaan dan Pentahapan - Pengelolaan dan Kelembagaan 3.Rencana Pukal dan Pentahapan (Block Plan and Phasing Plan) a. Tata Aktivitas - Sistem Aktivitas - Hubungan Antar Aktivitas b. Tata Sirkulasi - Sirkulasi Eksternal dan Parkir - Sirkulasi Internal c. Tata Ruang - Sistem Ruang Fungsional - Sistem Ruang Terbuka Hijau d. Tata Massa Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Mataram Copyright : PT. Global Rancang Selaras - Sistem Intensitas Bangunan - Performansi Kuantitatif dan Kualitatif Bangunan B. Rancangan Rumah Sakit, terdiri dari : 1.Konsep Rancangan dan Prarancangan (Design Concept & Predesign) 2.Pengembangan Rancangan (Design Development) 3.Desain Pelaksanaan dan Gambar Kerja (Detailed Engineering Design dan Working Drawing), Rencana Anggaran Biaya (Cost Estimation), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (Performance Spesification)

53

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 2 I BAB 13

PERENCANAAN FASILITAS RUMAH SAKIT


1. Pelayanan Pasien Dalam Rumah Sakit / Inpatient
A. Instalasi Gawat Darurat Fungsi Memberikan pelayanan kesehatan karena kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan cepat dan tepat, meliputi kasus bedah (traumatologi dan terkait dengan organ tubuh bagian dalam) dan non bedah (penyakit dalam, anak dan syaraf). Ukuran Umum Jumlah bed pada unit ini tidak boleh melebihi 35 bed, meskipun maksimal yang dianjurkan adalah 30 bed. Berbeda dengan bagian Ibu dan rawat Anak dengan jumlah maksimal 20-25 bed. Paling tidak, 25% dari jumlah keseluruhan bed merupakan single bed, dengan tiap-tiap persyaratan fasilitas yang memadai. Tata letak dan persyaratan ruang: - Mudah dicapai dan terlihat jelas dari area eksternal Rumah sakit - Secara fungsional mempunyai hubungan langsung dengan unit ICU, Diagnostik, dan Kamar Bedah, serta kemudahan akses dengan Unit Rawat Inap. - Adanya pemisahan antara tindakan untuk pasien bedah dan non bedah. - Adanya pemisahan akses antara pasien dengan perawat/ dokter. - Pembentukan ruang-ruang yang dimungkinkan untuk digunakan sebagai ruang observasi dan ruang resusitasi. Fleksibilitas ruang diarahkan pula terhadap terjadinya bencana masal sehingga memungkinkan ditampung di IGD - Pada kasus ibu melahirkan, IGD mempunyai akses langsung dengan IKB - Keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk digunakan selama 24 jam. - ruangan dengan banyak bed jarak antar bed 2,4 meter. Untuk alasan kesehatan, jarak minimal adalah 1, 2 meter. Dimensi tempat tidur menjadi pertimbangan yang penting dalam merancang ukuran ruang.
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gawat Darurat Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

54

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

B. Instalasi Rawat Inap Fungsi Disediakan untuk memfasilitasi pasien yang harus menginap di Rumah sakit dalam tahap kuratif dan rehabilitatif dengan perawatan intensif 24 jam. Penempatannya berada pada area dengan tingkat privasi dan ketenangan yang tinggi dan memiliki akses pencapaian yang mudah dengan zona bedah dan zona penunjang medis. Tata letak dan persyaratan ruang: 1. Persyaratan Luas Ruang untuk Instalasi Rawat Inap -Standar luas ruangan sesuai ketentuan adalah : - Luas ruang klas I : 24 m / tt - Luas ruang klas II : 12 m / tt - Luas ruang klas III : 12 m / tt - Luas ruang khusus bayi : 6 m / tt - Lebar minimum area tempat tidur pasien 251,5 cm, sehingga kedua sisi di samping tempat tidur pasien memiliki lebar masing-masing 76,2 cm. - Luas area depan pintu 152,4 cm x 152,4 cm untuk mengakomodasi pemakai kursi roda. Sebuah kursi roda juga dapat digunakan dalam area 121,9 cm x 121,9 cm - Lebar pintu antara 116,8 121,9 cm adalah jarak standar untuk dapat mengakomodasi tempat tidur pasien standar (121 cm x 99 cm). 2. Kualifikasi Ruang untuk Instalasi Rawat Inap - Khusus untuk pasien tertentu harus dipisahkan seperti : - Pasien yang menderita penyakit menular. - Pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan bau. - Pasien yang mengeluarkan suara gaduh - Adanya pengelompokan ruang sesuai kelasnya, dengan tujuan agar lebih dapat memastikan tingkat penyampaian mutu pelayanan. - Khusus rawat inap ibu-anak akan berada pada kelompok ruang yang terpadu dengan VK dan terpisah dengan rawat inap infeksius maupun penyakit dalam atau degeneratif. - Setiap nurse station maksimum melayani 25 tempat tidur, dan terletak pada daerah yang mudah terjangkau dengan arah orientasi kepada kamar-kamar pasien. - Sinar matahari pagi diupayakan dapat masuk ke dalam ruangan. - Ruang perawat terhadap ruang pasien harus sedekat mungkin sehingga memudahkan jangkauan - Barrier nursing, yaitu prosedur perawatan khusus untuk mengurangi penyebaran infeksi melalui kontak langsung/perawatan - Pemisahan penderita infeksius, dirawat pada "single room" atau isolator plastik untuk mengurangi penyebaran melalui udara atau dari penderita - Ventilasi mekanik di ruang rawat inap isolasi, untuk mengurangi penyebaran melalui udara dengan cara mengeluarkan bakteri dari kamar penderita dan pada isolasi protektif yang membebaskan kamar penderita dari bakteri yang ada diluar kamar. - Memaksimalkan terhidarnya kontaminasi didalam ruang rawat inap infeksius dengan menjaga aliran udara dari anteroom menuju ke ruang pasien, dan dari koridor ke ruang rawat setiap saat - Tersedia tempat cuci tangan bagi perawat atau dokter didalam ruangan rawat inap infeksius (isolasi) dan fasilitas km/wc sendiri di dalam ruangan - Kamar mandi untuk perawatan jangka panjang seharusnya dirancang untuk menggunakan peralatan yang dapat mengangkat pasien, di lain kondisi penambahan peralatan unit servis perawatan akut. Lift hidrolik tempat mandi (bath up) merupakan pertimbangan investasi kesehatan yang baik. - Harus memenuhi ketentuan untuk akses orang cacat seperti pada bagian untuk komplemen dari batang pegangan dan rel pada area toilet dll., handrails harus diberikan pada koridor.

55

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

- Terakomodasi panel kontrol untuk ruang rawat pasien. Panel-panel tersebut meliputi katub gas atau oksigen, rumahan untuk panggilan perawat, jam digital, tombol tanda alarm, stop kontak bawah, papan monitor dengan perlengkapan outlet, lampu atas tempat tidur dan lampu tarik-ulur. 3. Tingkat Kebersihan dan Mutu Udara untuk Instalasi Rawat Inap - Tingkat kebersihan lantai untuk ruang perawatan isolasi 0-5 kuman/cm2. - Mutu udara memenuhi persyaratan untuk tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak). - Kadar debu tidak melampaui 150 ug/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam. - Angka kuman ruang perawatan isolasi kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen alpha streptococus haemolitius.

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gawat Darurat


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

C. Instalasi Rawat Intensif (ICU) Umum / fungsi ICU juga dikenal sebagai Intensive Therapy Unit ( I.T.U.) , dalam menangani beragam tipe penyakit. Jenis utama yang ditangani sebagai berikut: - operasi - Perawatan serangan jantung (ccu = coronary care) - Penyakit anak-anak dan neonatal - Luka bakar dan spesialis atau penyakit khusus Pengembangan fasilitas perawatan intensif dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, dan bergantung pada apa yang disebut Statement of Function

56

Zonasi fungsi pada Instalasi rawat Intensif: Zonasi dibagi menjadi : a.Daerah steril yang terdiri dari ruang perawatan ICU / ICCU, nurse station terutama bagian yang langsung berkaitan dengan keperawatan. b.Daerah non steril / ruangan umum yang tidak berkaitan langsung dengan perawatan intensif, terdiri dari fungsi-fungsi penunjang baik medik maupun non medik.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Tata letak dan persyaratan ruang: - Letaknya berdekatan dengan area unit bedah atau berada dalam satu zona Medik Sentral serta mempunyai hubungan langsung dengan radiologi, laboratorium, IGD dan rawat Inap - Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan kedap getaran. - Gedung harus terletak pada daerah yang tenang. - Temperatur ruangan harus terjaga. - Aliran listrik tidak boleh terputus. - Harus tersedia pengatur kelembaban udara. - Penghawaan udara menggunakan penghawaan buatan berupa air conditioner (AC). - Terisolasi dan mempunyai standar tertentu terhadap: a. Bahaya api b. Ventilasi c. AC d. Exhausts fan e. Pipa air f. Komunikasi g. Bakteriologis h. Kabel monitor - Harus ditunjang dengan jaringan gas medic - Akses,Penempatan ICU/UGD akan memudahkan pengaksesan ke dan dari Penanganaan Kecelakaan,Ruang Operasi,Patologi (pelayanan analisis darah),Radiologi ( pelayanan sinar x). - Direkomendasikan ketetapan minimum tempat tidur untuk ICU adalah 5. Direkomendasikan maksimumnya hingga 15. Semaksimal mungkin adalah 10. - Untuk membantu staf pengamatan atas pasien di dalam ruang tidur atau pasien tunggal menginap, jendela pengamatan, ditempatkan untuk dapat memastikan kondisi pasien tanpa halangan dari pos perawat, seharusnya dapat disediakan. - Masing-masing area tempat tidur pasien akan mempunyai ketetapan untuk privasi visual dari pengamatan pasien dan pengunjung lain - Setiap tempat tidur harus mempunyai akses secara visual, selain sinar matahari alami, terhadap lingkungan/ ruang luar yang tidak kurang dari satu jendela setiap ruangnya. Jarak dari tempat tidur pasien terhadap jendela tidak kurang dari 15 meter. Jika memakai partisi, pasien diharuskan melihat ruang luar tidak lebih dari dua panel kaca yang terpisah. - Fasilitas panggilan pelayanan staf ini harus tersedia pada setiap tempat tidur untuk penanganan cepat Persyaratan Pencahayaan, Suhu dan Kelembaban pada Ruang perawatan intensif: - Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 2225 kelembaban 5070%. - Pencahayaan yang cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Desain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.

57

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi rawat intensif


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

D. Instalasi Rawat Intensif Koroner/ ICCU Fungsi Pasien Cardiac punya kebutuhan khusus. bentuk perawatan segera dan kritis.sebagai tambahan pada standar ICU diatas, berikut ini yang diperlukan dalam Coronary Care Unit (CCU). Tata letak dan persyaratan ruang: - Ketentuan tempat tidur Jumlah tempat tidur pada ICCU akan sama dengan ICU pada umumnya. Open plan pada layout tempat tidur tidak dapat diterapkan. Ini adalah pilihan bahwa tiap pasien Cardiac punya kamar terpisah atau kamar berukuran kecil untuk privasi dari penglihatan dan pendengaran, walaupun 2 tempat tidur dalam 1 kamar diperbolehkan. Minimum 50% dari pasien ICCU harus diakomodasikan dalam pasien ruang singlebed. Dimana 5 tempat tidur dikombinasikan ICU/ICCU yang tersedia, paling tidak 2 harus didalam kamar-kamar, kamar atau kamar berukuran kecil. - Toilet Tiap pasien Cardiac harus dapat mengakses bagian dari WC. Rasio antara pasien dan rasio tidak lebih dari 4:1. jarak tempuh tidak boleh lebih besar dari 15m dari tempat tidur sampai ke fasilitasnya. - Multiple equipment display Peralatan untuk memonitor pasien Cardiac harus mempunyai ketentuan untuk penglihatan visual pada tempat tidur dan pusat pelayanan. Pasien pediatrik yang kritis, dari neonates sampai adolescent, mempunyai kebutuhan fisik dan psikologi yang unik. Tidak pada tiap Rumah Sakit dapat atau harus menerima Pediatric Intensive Care Unit yang terpisah. E. Unit Penyakit jiwa Umum / Fungsi - unit perawatan yang berdiri sendiri atau unit perawatan yang berupa kelompok; - unit perawatan yang berintegrasi di dalam sebuah rumah sakit umum; - beberapa dari ruangan pasien yang dijadikan ruangan tambahan untuk unit perawatan penyakit akut.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

58

Tata letak dan persyaratan ruang: Keamanan, Keselamatan dan Hak-hak Pasien Mempertimbangkan hal-hal di bawah ini ketika menentukan level perlengkapan/syarat keamanan di dalam fasilitas penyakit jiwa: - keselamatan pasien dan staf - hak-hak legal pasien - status rumah sakit Unit perawatan penyakit jiwa harus mempunyai perlengkapan/syarat keamanan umum pada Unit Perawatan Penyakit Akut, walaupun hanya terdapat satu Ruang Pengasingan per unit perawatan, harus disediakan untuk situasi darurat. Fasilitas harus merupakan tempat isolasi aman yang bisa dikunci, di dalam area demi area dan sebagai sebuah unit perawatan yang lengkap. Ini untuk memastikan penahanan situasi bahaya yang potensial dengan beberapa pasien, seperti bahaya pada staf dan pasien lain (penyerangan) dan terhadap pasien sendiri (bunuh diri). Unit perawatan atau bagian unit perawatan yang aman, bergantung pada level perlengkapan/syarat, harus mempunyai suatu kesatuan barrier yang tahan (lantai, dinding, plafond dan penetrations pintu dan jendela) untuk memastikan penahanan yang disebutkan di atas. Untuk tambahan, konstruksi dan perabot harus menyediakan perlindungan dari self injury dan kerusakan properti seperti pergeseran door handles, pencahayaan yang tahan terhadap vandalisme, dan lain-lain. Pemilihan door hardware harus menyediakan jaminan keamanan pasien dengan penggunaan yang mudah oleh staf, khususnya pada situasi darurat, seperti tombol tekan digital di lokasi darurat sebagai pengganti sistem pengaktifan dengan kunci. Perlindungan earth leakage (kebocoran) terhadap sirkuit listrik dan temper proof outlets harus disediakan di dalam fasilitas penyakit jiwa. Pertimbangan harus diberikan pada proses pengaktifan system alarm oleh staf. Pengaktifan bisa dari call points yang tersembunyi yang cocok atau transmitter personal yang bisa dipindah. Ketika fasilitas penyakit jiwa terletak di dalam bangunan bertingkat tinggi, akses menuju ruang luar di atas ground level, (seperti balkon, atap, dan lain-lain) harus dicegah. - Jumlah Tempat Tidur Jumlah maksimum tempat tidur di dalam unit perawatan penyakit jiwa sebaiknya 30. Sekurangkurangnya 50% tempat tidur sebaiknya diletakkan di dalam single bed rooms, masing-masing dengan akses menuju fasilitas kamar pasien yang lain. Akses langsung bisa dipilih, tapi tidak diharuskan. - Kamar Pasien Kamar pasien harus mengikuti standard berikut: a. Ukuran minimum kamar, kamar-kamar eksklusif, built in robes, meja, lemari, alcoves (ruang kecil di dalam suatu kamar), peralatan mekanikal yang dipasang di lantai dan lain-lain adalah: b. Single bed room 10.5 m2 c. Two bed room 17.5 m2 d. Four bed room 30 m2 - Acoustic Privacy Akustik ruang harus dipertimbangkan dan diakomodasi dengan baik. - Security and Glazing Semua jendela dan panel-panel observasi harus dipasangi dengan kaca yang aman atau material alternatif lainnya yang sesuai, seperti polycarbonate dan lain-lain.

59

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

- Jendela Pada bagian jendela yang dapat dibuka, memiliki fitur keamanan/elemen-elemen pengamanan yang efektif seperti jendela-jendela sempit yang tidak memungkinkan pasien untuk lari, harus disediakan. Dilengkapi pula dengan kunci-kunci yang dikontrol oleh staf rumah sakit. Elemenelemen estetis sebisa mungkin dikurangi pada bagian ini. Pada Unit Perawatan Penyakit Akut, tiap pasien sebaiknya mempunyai akses menuju kamar pasien, atau toilet terpisah dan kamar mandi. Kelengkapan tersebut akan dapat menunjang perlindungan dari perlukaan pada diri sendiri dan kerusakan properti. Bisa dilakukan, tetapi tidak diharuskan, bahwa kamar pasien bisa diakses langsung dari kamar-kamar pasien yang lain dan tidak melalui area koridor umum. - Cermin. Kaca-kaca harus dari kaca yang aman atau bahan lain yang cocok yang tahan dan konstruksi yang tahan pecah atau tidak mudah hancur. - Nurse Station Harus ada 'nurses station' sehingga staf yang bertugas dalam aktifitas rutin dapat mengawasi pasien secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menghindari pasien merasa bahwa mereka 'selalu diawasi'. Dalam hal ini, 'charting area' harus disediakan dengan persyaratan privasi akustik dan visual yang memadai. Jendela observasi diluar area pasien dapat digunakan jika pengaturannya tetap mengkondisikan file-file pasien tidak dapat dibaca dari luar 'charting space'. - Ruang sosial ( Ruang-ruang Harian ) Setidaknya terdapat 2 ruang sosial yang terpisah harus disediakan, satu ruang digunakan untuk 'quiet activities' , dan satu ruang lainnya digunakan untuk 'noisy activities'. Area tersebut ukurannya 3,75 m2 untuk tiap pasien dengan ukuran ruang minimal 12 m2 tiap ruang. Ruang tersebut digunakan untuk ruang makan. Tambahkan 1,5 m2 per pasien untuk kebutuhan area makan. sebuah pantry berdampingan dengan area makan juga harus disediakan. Ukuran dan kebutuhan pantry akan bergantung pada fasilitas yang direncanakan - Group Therapy Ruang bagi kelompok terapi harus tersedia. Ruang ini dapat digabungkan dengan 'quite space' seperti disebutkan di atas. Ruangan bagi kegiatan terapi membutuhkan penambahan ruang seluas 0,7 m2 untuk tiap pasien dan ukuran ruang minimal seluas 21 m2 , serta tertutup untuk kebutuhan privasi. - Koridor Variasi dari lebar minimum koridor bergantung pada : a. Fungsi yang diakomodir. b. Kelengkapan peralatan untuk menggunakan fasilitas tersebut. - Gudang Perlengkapan Ruang gudang untuk troli, kursi roda dan lain sebagainya, dapat berada di luar unit psikiatri dengan catatan bahwa dibuat akses yang baik untuk perlengkapan tersebut sebagaimana dibutuhkan. - Pemeriksaan dan Perawatan Minimal 1 ruang pemeriksaan dan perawatan harus tersedia untuk setiap 30 bed unit rawat psikiatri. Ruangan ini dapat menggunakan fasilitas bersama dengan unit perawatan lainnya. Lokasi dalam unit psikiatri tidaklah esessial, tapi harus dapat di akses dengan mudah ke unit tersebut. - Occupational Theraphy 2 Tiap unit psikiatri harus memiliki 1,5 m ruangan terpisah bagi tiap pasien untuk kegiatan terapi 2 dengan minimum total area 20 m . Ruang tersebut harus menyediakan area untuk : a. handwashing b. work tops c. gudang d. displays

60

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Area terapi dapat mengakomodasi lebih dari 1 unit perawatan. Ketika unit perawatan psikiatri memiliki kurang dari 16 kamar, fungsi area terapi dapat diwujudkan dalam area bagi aktivitas yang menyebabkan kebisingan. Dengan kata lain, dibutuhkan 1 m2 tiap pasien tambahan pada total luas area. - Ruang Terpisah (Seclusion Rooms) Di dalam unit perawatan kejiwaan harus ada ruangan terpisah untuk pasien yang membutuhkan keamanan atau perlindungan. Ruangan tersebut harus berlokasi di tempat yang memungkinkan adanya pemantauan secara langsung dari staf perawat. Ruangan yang ada dapat difungsikan sebagai ruang harian ataupun ruangan bagi satu pasien saja. Konstruksi dan perencanaan harus dilaksanakan dengan matang untuk mencegah adanya pasien yang sembunyi, melarikan diri, terluka maupun bunuh diri. Misalnya, menghindari adanya tirai yang panjang di jendela, dan lain sebagainya. Seclusion rooms dimaksudkan untuk ditempati dalam jangka waktu pendek oleh pasien yang menjadi korban bunuh diri. Penyelesaian, penyesuaian, dan konstruksi harus mengikuti kaedah ketentuan unit perawatan : Keamanan, Keselamatan, dan Hak Pasien. Pintu harus terbuka dan memungkinkan untuk perawat melakukan observasi terhadap pasien dengan tetap memperhatikan privasi dari pasien tersebut. F. Unit Kamar Bersalin (VK) Fungsi Memiliki akses langsung yang mudah dijangkau dan akses langsung ke zona penunjang medik serta rawat inap kebidanan. Memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi. Meliputi ruang bersalin (VK), ruang resusitasi bayi (neonatal) dan ruang penunjang lainnya. Tata letak dan persyaratan ruang: - Kamar bersalin harus dekat dengan Instalasi Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, ICU, dan Kamar Bedah, serta mempunyai hubungan langsung dengan Instalasi Rawat Inap khususnya IRNA Kebidanan. - Ruang bersalin harus mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis persalinannya, yaitu normal dan persalinan khusus. - Birth Preparation Room Setiap Birth/Preparation Room (Ruang persiapan kelahiran) didesain untuk single occupancy (satu kepemilikan), dengan dimensi minimal 3900x4800mm. Jarak 3900 mm disini adalah jarak dari ujung atas tempat tidur sampai ke dinding seberangnya. Ukuran ini adalah ruangan tanpa jendela, penggunaan ruang semaksimal mungkin, dan peletakan pintu dimana pintu tersebut paling kecil pengaruhnya terhadap ruang. Jika ruangan tersebut memiliki jendela, dengan tetap menekankan optimalisasi, peletakkan jendela dan perawatan jendela harus lebih diperhatikan dalam hubungannya dengan lokasi peralatan dan servis. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penambahan luas lantai. Ruang dengan ukuran 4000 x 5000 mm sangat direkomendasikan. Penentuan peralatan, termasuk tempat tidur dan kursi kelahiran sangat tergantung pada berapa dimensi ruang tersebut. Fasilitas lengkap yang harus disediakan untuk Birth/Preparation Room (Ruang persiapan kelahiran) adalah sebagai berikut: 1. Persiapan dan relaksasi pasien selama proses kelahiran labour 2. Grafik dari rekam medik 3. Peletakan pembalut dan trolley pengobatan 4. Servis yang berada di ujung atas tempat tidur, baik elektrikal maupun mekanikal 5. Akses untuk membantu berupa ensuite adjacent (ruang dalam ruangan tersebut yang berbatasan langsung dan merupakan fasilitas untuk pengguna ruangan tersebut)

61

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

6. Penggunaan Nurse Call 7. Penggunaan Staff Assistant Call 8. Penggunaan telepon 9. Penggunaan intercom 10. Area untuk pengantaran tempat tidur 11. Pemberian Analgesics (Obat penahan sakit) 12. Task Lighting ( Examination/Minor Lighting) yaitu lampu untuk bekerja 13. Baby Resuscitation (Gases, power) yaitu saat dokter berusaha membuat bayi sadar atau agar bayi bisa bernafas lagi, dibutuhkan gas yang digunakan untuk operasi medis dan listrik 14. Pembuangan linen kotor dan air kotor 15. Prosedur waktu (jam) 16. Ruang untuk penambahan peralatan jika dibutuhkan (termasuk infant incubator, mobile infant overhead heater, dll.) 17. Clinical Hand washing (hands off scrub up basin) 18. Akustik untuk privasi level tinggi 19. Ruang untuk suami/istri Perhatian pada level desain interior juga sangat penting, terutama jika dapat menghadirkan suasana yang 'home-like' seperti rumah sendiri. Warna-warna yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga tidak timbul perubahan persepsi warna oleh pengamat.. Unit Kesehatan dari WA dapat membantu memberikan informasi tentang warna dinding dan lantai yang cocok. Finishing harus dipilih agar dapat memberikan kemudahan dalam membersihkan, selain itu juga harus tahan terhadap detergen yang kuat. Setelah semua hal di atas tersebut, Hak pasien atas privasi dan penghargaan harus dihormati. Tirai pada pintu masuk bisa dipertimbangkan. Control/Nursing Station (Pusat Kontrol dan Kerja Perawat) Berlokasi di tempat dimana observasi lalu lintas rumah sakit terutama jalan masuk dan keluar Birth Suite (Ruang Kelahiran). Patient's and Father's Lounge (Ruang tunggu pasien dan ayah) Terletak dengan nyaman menuju Control/Nursing Station (Pusat Kontrol dan Kerja Perawat) untuk komunikasi antara pasien, sang ayah, dan staf. Toilet, telepon, tempat penjualan minuman, fasilitas untuk membuat teh, televisi, tempat sampah (salah satu alat untuk persiapan membuat teh), dan kursi yang nyaman, harus disediakan, demi kenyamanan ruang tunggu tersebut. Sebuah jendela menghadap keluar juga sangat diharapkan, untuk menciptakan dekorasi yang 'home-like' atau senyaman rumah tinggal). Sterile Supply Akses menuju suplai dari peralatan yang telah steril dan dapat langsung digunakan. Fasilitas yang lebih besar sebaiknya memiliki akses langsung menuju unit ataupun ruang penyimpanan suplai steril(steril supply). Ruang Pendistribusian Obat (Drug Distribution Station) Sebaiknya dibuat untuk penyimpanan, persiapan, dan distribusi obat-obatan yang dapat dikontrol, seperti di ruang perawat, atau di perlengkapan kebersihan (clean utility). Perlengkapan Bersih (Clean Utility) Sebuah ruang kerja yang bersih dibutuhkan pada ruang kelahiran. Sebuah ruang supplai bersih disediakan untuk keperluan penyimpanan dan distribusi dari supplai yang steril dan bersih. Sebuah ruang penyimpanan yang kecil sekalipun masih perlu yang dilengkapi dengan perlengkapan kebersihan. Perlengkapan Kotor (Dirty Utility) Ruang kerja kotor dibutuhkan pada ruang kelahiran. Sebuah ruang kerja kotor, yaitu ruang yang digunakan untuk pengumpulan maupun pembuangan dari material-material yang kotor, dapat di dibuat menyatu dengan fasilitas maupun perlengkapan yang lebih besar.

62

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Ruang ini sebaiknya ditambahkan atau berada di dekat ruang perlengkapan kotor(dirty utility room), dengan akses menuju koridor luar untuk memudahkan pengangkutan tanpa melewati ruang kelahiran(birth room). Gudang Anestesi Ruang penyimpanan untuk tabung gas untuk keperluan medis sebaiknya disediakan. Apabila perlatan anestesi yang digunakan mudah memiliki sifat terbakar, sebuah ruang terpisah sebaiknya disediakan untuk peralatan tersebut dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Ruang ini dapat berbagi atau dapat dikases juga dari ruang operasi. Ruang Kerja Anestesi Hanya pada ruang melahirkan yang berukuran besar, digunakan untuk membersihkan, melakukan beberapa tes, dan penyimpanan peraltan anestesi. Dan sebaiknya dilengkapi dengan meja kerja(work counter), sink, dan area untuk memisahkan barang-barang yang bersih dan kotor. Tempat/Ruang penyimpanan Peralatan Sebuah ruang untuk peralatan dan persediaan (supplies) dibutuhkan pada ruang melahirkan. Pada fasilitas yang lebih kecil, cukup menyediakan suatu area saja(spat dipisahkan dengan partisi), tidak memerlukan ruang khusus. Ruang Ganti Staf Sebaiknya dipisah antara ruang ganti pria dan wanita yang bekerja di ruang melahirkan. Namun dapat juga berbagi fasilitas sentral. Minimal disediakan sebuah toilet di didalam maupun di dekat ruang melahirkan. Staff Lounge Fasiltas lounge untuk staf obstetris sebaiknya disediakan pada fasilitas ruang kelahiran yang besar. Conference/Handover Room Bergantung pada besar kecilnya ukuran dari ruang melahirkan. Ruang untuk konferensi, pergantian staf (staf handover), interview, dan training untuk staf sebaiknya disediakan pada fasilitas yang lebih besar untuk digunakan oleh para personil dari Ruang kelahiran(teknisi, suster, dokter). Lounge dapat dijadikan satu dengan ruang ini apabila memungkinkan. Ruang untuk Pembersih (Cleaner's Room) Ruang untuk pembersih yang secara eksklusif digunakan oleh ruang melahirkan sebaiknya disediakan. Stretcher/Trolley/Equipment Park Perlu disediakan suatu ruang untuk penyimpanan stretchers(tandu), trolleys(tempat tidur yang disorong), dan perlengkapan untuk pergerakan/perpindahan lainnya. Nursery (Ruang Bayi) Apabila lokasinya jauh dari ruang ibu (maternity ward), maka ruang bayi yang terpisah untuk observasi pasca kelahiran perlu ditambahkan pada ruang kelahiran. Formula Preparation Room Digunakan untuk melayani ruang bayi, dan juga diperlukan apabila ruang kelahiran jauh dari ruang ibu (maternity ward). Intensive Care (Obstetric) Fasilitas ini sangat dibutuhkan untuk penggunaan obstetric (obstetric use), dan sebaiknya dilokasikan sedekat mungkin dengan ruang melahirkan. Alternative Birthing Unit Unit ini merupakan unit yang berbasis bidan (mid wife based) yang memungkinkan untuk memilih alternative dalam melahirkan tanpa ber suasana (clinical environment), tapi dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai. Ukuran unit hendaknya dapat memenuhi persyaratan kesehatan dan keamanan untuk pasien dan staf. Unit ini perlu diletakkan berdekatan dengan ruang melahirkan dan ruang operasi. Ruang-ruang berikut ini merupakan standar minimum yang perlu dipenuhi :

63

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Birthing/Lounge Room Ruangan ini harus mempu mengakomodasi kegiatan-kegiatan berikut: 1. relaksasi di kursi lounge 2. keperluan untuk makan/ dinning facilities (meja, dan kursi makan) 3. keperluan pantry/dapur(termasuk kitchen sink dari bahan stainless steel) 4. keperluan melahirkan, tempat tidur untuk melahirkan, bangku untuk melahirkan, tikar, bean bag, dll 5. tempat penyimpanan peralatan 6. tempat penyimpanan stok-stok yang steril 7. gas untuk keperluan medis 8. privasi 9. clinical handwashing 10. dan akses langsung menuju halaman privat juga sebaiknya ada. Entry (Tempat Masuk) Tempat masuk/entry perlu tertutup/screened untuk privasi. Gudang Sebaiknya mudah diakses dari birthing/lounge room atau lobby tempat masuk. Ensuite/Bathroom Ruangan ini hendaknya dilengkapi dengan toilet, shower, tempat cuci tangan, dan merapikan diri (grooming). Fitout/Finishes (Perlengkapan) Perlengkapan yang ada sebaiknya menyesuaikan budaya taupun gaya setempat. Item-item medis perlu diletakkkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau. Untuk penutup lantai, sebaiknya diberi finishing dengan non-slip vinyl di bawah area tempat tidue dan penggunaan karpet sebagai keseluruahn penutup lantai lebih direkomendasikan. Penutup lantai kamar mandi sebaiknya dipilih yang non-slip material. Untuk fininshing dinding dan langit-langit disesuaikan dengan kondisi setempat. Penggunaan tirai dapat diterima dan direkomendasikan. Pencahayaan Pencahayaan sebaiknya lokal, walaupun pengecualian bisa dilakukan untuk lampu pemeriksaan yang bergerak. Pintu Keluar Darurat Lokasi dan ukuran pintu yang cocok sebaiknya disiapkan untuk pemindahan bed darurat ke tempat melahirkan/operasi. Penghawaan Udara Ruang-ruang sebaiknya dikondisikan udaranya dengan kontrol temperatur pada lounge. Hal ini perlu dipertimbangkan karena suhu badan ibu yang baru melahirkan cenderung bervariasi. Akustik Unit sebaiknya memiliki isolasi akustik yang baik dari area sekitarnya.

64

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Kamar Bersalin


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

G. Unit Peranotologi Fungsi Unit Perinatologi adalah instalasi untuk perawatan bagi bayi yang baru lahir, dan membutuhkan perawatan lebih lanjut. Tata letak dan persyaratan ruang: Unit ini biasanya terletak satu lantai/ dekat/ ada akses langsung dengan unit VK dan IRNA. Unit ini minimal terdiri dari : 1. Adanya ruang intensive care (NICU) 2. Adanya ruang bayi medium care 3. Adanya ruang bayi high care 4. Adanya ruang laktasi 5. Adanya ruang intensif care (NICU, PICU) 6. Adanya ruang dokter 7. Adanya ruang pertemuan 8. Adanya nurse station 9. Adanya ruang pantry untuk staff 10. Adanya lounge untuk ibu

Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Perinatologi


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

64

H. Unit Haemodealisis Fungsi Adalah Unit Instalasi Cuci darah, yaitu tindakan mengeluarkan sisa metabolisme ( koreksi elektrolit darah ), dan cairan tubuh melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membrane semipermiabel di dalam ginjal buatan. Tata letak dan persyaratan ruang Unit ini biasanya terletak berdekatan dengan Unit laboratorium. Unit ini minimal terdiri dari : 1. Ruang Cuci darah (dilengkapi lavatory) 7. Ruang konsultasi 2. Ruang Cuci darah Hepatitis (dilengkapi lavatory) 8. Ruang kepala HD 3. Ruang cuci darah HIV (dilengkapi lavatory) 9. Ruang CAPD 4. Ruang tungggu 5. Nurse station 6. Ruang dokter

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

2. Pelayanan Pasien Luar Rumah Sakit


A. Instalasi Unit Jalan Fungsi Merupakan fasilitas yang disediakan bagi pasien yang tidak tinggal di rumah sakit, hanya melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan non rawat inap. Fasilitas yang terakomodasi meliputi klinik umum dan spesialisas, dengan dilengkapi fasilitas penunjang medis seperti satelit farmasi dan penunjang non medis seperti fungsi administrasi dan komersial. Tata letak dan persyaratan ruang 1. Adanya pemisahan antara unit rawat jalan infeksius dan non-infeksius 2. Ruang tunggu dapat dipergunakan untuk semua poli, namun diupayakan adanya pemisahan ruang tunggu antara penyakit infeksius dan non infeksius. 3. Poliklinik direncanakan mewadahi ruang konsultasi dan ruang periksa pada tiap unit pelayanan klinik. 4. Pemisahan antara koridor paramedik dan koridor pasien. 5. Sistim sirkulasi dengan menggunakan satu zona yang sama untuk keluar dan masuk. 6. Poli yang ramai letaknya tidak saling berdekatan. 7. Merancang proses way-finding yang baik. Setiap pasien, pengunjung, dan semua staf perlu tahu posisi mereka berada, kemana mereka menuju, bagaimana mereka menuju dan kembali

Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Rawat Jalan


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

65

2. Pelayanan Penunjang Medik / Klinik Bantuan


A. Instalasi Bedah Fungsi Mudah dicapai dari setiap zona terutama dari ICU/ICCU dan CSSD. Memerlukan ketenangan dan privasi tinggi. Berada pada area sentral. Selain ruang bedah, ruang penunjang yang diperlukan adalah ruang anestesi, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan alat dan ruang persiapan. Tata letak dan persyaratan ruang: 1. Kualifikasi Ruang Instalasi Kamar Operasi o Dinding terbuat dari porselen atau vinyl setinggi plafond, dengan corak warna bernuansa dingin. o Plafond terbuat dari bahan yang anti bocor dan aman dengan tinggi minimal 2,7 meter dari lantai.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak licin. o Harus disediakan gantungan untuk lampu bedah dengan profil baja yang dipasang sebelum pemasangan plafond. o Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai. o Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. o Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. o Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka-tutup. o Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau diatas langit langit. o Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. o Dilengkapi dengan sebuah sarana komunikasi darurat dengan bagian kontrol dan laboratorium Unit Bedah Sentral. 2. Kualifikasi Luasan Ruang Instalasi Kamar Operasi o Kamar operasi harusnya mempunyai luasan minimal 33.44 persegi (360 sq.ft) = 5.48 x 6.10 meter ( 18 ft x 20 ft ) sudah termasuk ruang untuk peralatan operasi. o Beberapa ahli bedah merekomendasikan untuk luasan kamar operasi adalah o 6.10 x 7.31 meter ( 20 x 24 ft )= 44.60 meter persegi ( 480 sq. ft ). o Sedangkan untuk kamar operasi spesialis membutuhkan luasan minimum sebesar 7.31 x 7.62 meter ( 24 x 25 ft ) = 55.70 meter persegi ( 600 sq. ft ). 4. Penentuan jumlah kamar operasi dalam sebuah rumah sakit ditentukan dengan perbandingan 1 : 50 yang artinya 1 kamar operasi digunakan untuk melayani 50 TT. 5. Lebar pintu minimal 1,2 meter dan tinggi minimal 2,1 meter dan semua pintu harus selalu dalam keadaan tertutup.

66

Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Bedah


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Persyaratan Udara, Pencahayaan, Suhu, Kelembaban dan Indeks Kebisingan untuk Ruang Operasi: Standar Parameter Ruang Operasi

67

Hubungan Fungsional antar ruang pada Laboratorium


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

B. Laboratorium Fungsi Memberikan pelayanan diagnostik untuk mendukung IGD, instalasi rawat jalan, radiologi, dan rawat inap. Tata letak dan persyaratan ruang: 1. Berdekatan dengan IGD dan radiologi. 2. Mudah dijangkau dari poliklinik dan IRNA. 3. Udara dalam laboratorium tidak boleh beredar pada satu tempat yang sama karena rentan akan kontaminasi zat-zat aditif, sehingga harus ada akses untuk dapat segera membuang udara. 4. Jika udara akan diedarkan kembali, dianjurkan sistem filtrasi yang sangat baik. 5. Sangat dianjurkan adanya exhaust, tetapi harus memilliki jalur tersendiri agar tidak mengkontaminasi ruang lain. 6. ingkup kerja laboratorium harus dapat menampung perlengkapan penting seperti vacum, gas medik, dan electrical services. 7. Ruang pengambilan/penerimaan spesimen harus terpisah dari ruangan pemeriksaan untuk menghindari kontaminasi. 8. Harus ada almari pendingin untuk menyimpan reagensia tertentu. 9. Ruang pengambilan hasil dapat disatukan dengan administrasi.

C. Radiologi Umum / Fungsi Peralatan & Ruang harus bisa mengakomodasi fungsi, prosedur khusus seperti terapi balok elektron, perawatan radiasi, penggambaran resonansi magnetik, tomografi komputer, unit scan, angiocardiografi, dll.bukanlah fasilitas yang biasanya ada, & tidak ada keterangan tentangnya di dokumen ini. Ketika peralatan di atas merupakan bagiang dari fasilitas maka fungsi & desainnya harus diberikan untuk kebutuhan spesifik untuk keefektifan operasi, aksesibilitas, keamanan & martabat pasien. Sonografi & Ultrasound adalah fasilitas yang biasanya dipakai, karena itu peralatan inilaha yang akan dijelaskan pada panduan ini. Tata letak dan persyaratan ruang: - Peraturan dan Undang-undang Regulasi ini berisi tentang panduan tentang bagaimana fasilitas & peralatan seharusnya digunakan, perlindungan radiasi yang diperlukan, siapa yang mengunakannya, dll. Seharusnya dikonsultasikan untuk memastikan bahwa tiap tahap telah diambil untuk menyediakan fasilitas perlindungan radiasi. Konsutasi ini harus dimulai pada tahap awal perencanaan. Dimensi dan Akses Kamar Ruang sebaiknya memiliki dimensi yang menunjang peralatan yang digunakan, untuk menunjang keamanan & gerak yang effektif dari para staf & pasien. Ketinggian langitlangit sebaiknya didasarkan juga pada peralatan, tetapi pada umumnya ketinggian minimum adalah 3000mm untuk pipa instalasi. Pertimbangan khusus juga harus diberikan pada lebar & tinggi pintu untuk memastikan bahwa pengantaran & pemindahan peralatan tidak terhalang & juga pergerakan trolley pasien tidak terhalang. Sonografi dan Ultrasound Fasilitas sebaiknya tersedia untuk : Peralatan Sonografi & Uasound (mobile) Pemeriksaan Pasien Privasi Pasien Pekerjaan Administrasi (meja & kursi) Tempat cuci tangan staf Tempat pembuangan Tempat penyimpanan (Lemari) - Lokasi Lokasi dari Fasilitas Radiologi dapat bervariasi. Harus diperhatikan kedekatannya dengan kasus kecelakaaan & darurat(jika tersedia), dan juga kamar Operasi , jika pada tidak tersedia theatre X-ray pada kamar Operasi. Fasilitas Staf Tergantung dari ukuran Ruang Fasilitas Radiologi, baik untuk sendiri ataupun berbagi dengan penghuni lain antara lain: Ruang Makan Ruang Ganti Toilet - Fasilitas Umum/ Penunjang Fasilitas-fasilitas publik (dapat secara bersama-sama atau dikhususkan) yang sebaiknya disediakan antara lain : Ruang tunggu Kamar ganti (1 untuk penyandang cacat) Telepon umum Toilet umum (dapat dipakai untuk penyandang cacat) Air minum bersih dalam suatu wadah

68

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Persyaratan Penting lainnya Sebagai tambahan, perhatian khusus harus diberikan pada hal sebagai berikut : Kemampuan daya dukung struktur untuk peralatan rumah sakit; Perletakan peralatan pada tingkat lantai dan pergerakan yang aman bagi pasien Ukuran diameter kabel elektrikal yang ber efek pada ruangan kamar (di lantai maupun plafond) Ventilasi udara untuk peralatan Perlindungan dengan timah (lead shielding) (grenjeng untuk anti radiasi) Prosedur waktu (jadwal) Pencahayaan untuk bekerja/dimmer (pengurangan cahaya); dan Ruangan isolasi (untuk orang tak sadar, dsb)

D. Patologi Umum / Fungsi Sebagai dasar kebutuhan, sebuah rumah sakit menyediakan layanan bedah (surgical ) dan/ atau Kelahiran (obstetric) yang sebaiknya dapat di akses dan di layani selama 24 jam via telepon dengan layanan bedah termasuk : - Haematology (pengecekan darah) - Klinik kimia (apotik) - Analisis urin - Mikrobiologi (virus, bakteri, dll) - Anatomi patologi (urai bedah) - Cytology (bedah sel) - Bank darah
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Prosedur prinsip yang harus di keluarkan dalam kontrak layanan termasuk : - Kadar darah (blood counts) - Glukosa darah - Elektrolit tubuh - Urea dan nitrogen dalam darah - Kekentalan darah (koagulasi) - Transfusi darah (jenis dan kecocokan pertukaran) Ruang Simpan Darah / Bank Darah Semua Rumah sakit yang menyediakan layanan bedah dan kebidanan sebaiknya menyediakan fasilitas ruangan simpan darah berpendingin untuk transfusi. Ruang tersebut sebainya dilengkapi dengan monitor pengatur suhu dan sinyal alarm. Hal ini demi kemudahan staf pengontrol dalam menjalankan tugasnya. Pertimbangan perletakan unit ini sebaiknya diberikan dalam hal hubungannya dengan akses setelah jam kerja dan keamanan. Layanan dasar Kapasitas layanan bedah dan kebidanan sebaiknya perlu menyediakan fasilitas pathology khusus di tempat (rumah sakit tersebut). Jika layanan pathology berbasis di rumah sakit, fasilitas berikut sebaiknya disediakan, sebagai kebutuhan minimum: - Laboratorium Pathology, Ruang-ruang terpisah, mampu mengisolasi secara aman, secara spesifik disediakan unutk layanan pathology. Tidak untuk dipakai secar bersamaan dengan layanan lain. Ukuran runag sebaiknya sesuai / cukup dengan fungsi didalamnya, dan menyediakan lingkungan kerja yang aman.

69

Lokasi Fasilitas pathology, jika tergabung, paling baik diletakkan berdekatan dengan area layanan yang sering dipakai, antara lain ruang operasi dan ruang kelahiran. E. Mortuary/ Otopsi Umum / Fungsi Unit mortuari atau otopsi adalah fasilitas untuk menempatkan jasad, guna dilakukan peninjauan lebih lanjut terhadap jasad tersebut oleh pihak-pihak yang berwenang. Klasifikasi 1. Otopsi forensik (koroner) Bila kematian dari seseorang disebabkan oleh hal-hal yang tidak wajar, seperti: Bunuh diri Kecelakaan lalu lintas Juga termasuk kedalamnya kematian dengan cara yang wajar namun belum diketahui penyebab kematiannya. 2. Hospital autopsi Dilakukan berdasar permohonan dan oleh praktisi medik jika otopsi forensik tidak mendapatkan hasil.

70

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Bangku laboratorium yang menyediakan tempat untuk mikroskop, analizer bahan kimia yang sesuai, incubator centrifugal, dan lain-lain. Area kerja sebaiknya termasuk akses untuk menuju layanan elektrikal, gas, dan ruang hampa, dan Bak dengan air Ruang simpan darah berpendingin Rak baskom/wadah air untuk para staf mencuci tangan. Rak bak air juga dapat dipakai sebagai tempat pembuangan cairan non-racun. Fasilitas penyimpanan untuk reagen (bahan reaksi), standard (penyangga), persediaan, dan kaca-kaca spesimen mikroskop, dan lain-lain, termsuk pendingin jika dibutuhkan. Fasilitas pengumpulan Spesimen/sampel (darah, urin, dan feses). Area kerja dari tempat pengumpulan darah sebainya memiliki bangku untuk kerja, ruang bagi pasien untuk duduk, dan wastafel. Fasilitas pengumpulan Urin dan feses sebaiknya dilengkapi dengan WC dan bak cuci tangan. Ketentuan standar keamanan untuk bahan-bahan kimia termasuk penyiram ketika keadaan darurat, alat pembilas mata, tempat simpan yang tepat untuk cairan yang mudah terbakar dan lain sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan untuk terminal sterilisasi (clave otomatis atau oven elektrik) spesimen terkontaminasi sebelum di kirim/diangkut. (terminal sterilisasi tidak diperlukan bagi spesimen yang dibakar ditempat). Jika material radio-aktif dipakai, fasilitas rumah sakit membutuhkan pertimbangan untuk kemungkinan keamanan terhadap bahaya Radio aktif (Radiation Safety Act). Area administrasi meliputi kantor sebagus mungkin ruangan untuk penulisan administrasi, pengisian dan rekam perawatan Lounge, Loker dan fasilitas toilet sebaiknya diletakkan untuk memudahkan bagi staf laboratorium pria dan wanita , dapat diletakkan diluar area laboratorium dan dipakai bersama dengan unit lain. Pernyataan dari fungsi sebaikya di deskripsikan dalam kontrak dan/atau layanan pathology. Pencahayaan alami menguntungkan bagi laboratorium jika di lakukan dengan baik.

Proses Otopsi Proses otopsi dibagi dalam 4 level. Level 1 - jasad hanya diterima tanpa dilakukan otopsi. Level 2 - jasad idterima dan diamati tanpa dilakukan otopsi. Level 3 - jasad diterima dan dilakukan otopsi. Level 4 - jasad diterima dan dilakuka otopsi namun lebih ke arah mengajari melakukan otopsi kepada calon praktisi. F. DENTAL (GIGI) Umum / Fungsi Fasillitas ruang bedah gigi dan mulut pusat seperti ruang operasi pada umumnya. Ruangan ini bisa berupa bangunan tunggal yang berdiri sendiri atau tergabung pada fasilitas umum bedah. Ruang Operasi unit GIGI dan MULUT Peralatan pendukung/penunjang akan menentukan ukuran akhir dari ruangan tersebut. Selain itu, peralatan sudah termasuk meja operasi, mesin anestesi, troli, dsb. Prosedur umumnya adalah sebagai berikut : - Terdapat mesin panel untuk gelas-gelas, maupun peralatan elektrikal, pompa tekanan udara - Minimal ada 6 titik tambahan power supply untuk darurat (total menjadi 10) - Ada fasilitas untuk dental X-ray Ruang tambahan yang dibutuhkan: - Unit portable dental x-ray - Fasilitas pengembangan dental x-ray - Penyimpanan pakaian operasi (pasien, operator, dokter) untuk prosedur x-ray - Table dental dengan kotak untuk penyaringan air dan tambahan: a) Mesin elektrik berkecepatan rendah b) Tiga alat semprot (udara, air, udara/air) c) Turbin udara, handpiece berkecepatan tinggi - Pembersih ultrasonik - Alat pencampur (amalgamator) untuk campuran dental - Cahaya untuk tambal sintetis - Lemari untuk obat dan serba-serbi - Pembersih bur ultrasonik Semua langkah dilakukan untuk perlindungan radiasi. Hal-hal yang direkomendasikan: - Perlengkapan dental yang telah disebutkan di atas dengan tambahan: a) Penggerak udara berkecepatan rendah b) Alat semprot seperti disebut di atas c) Dua jalur untuk turbin udara berkecepatan tinggi dengan optik fiber - Unit operasi-electro - Unit cryotherapy G. Endoscopy Umum Berikut adalah area yang harus dipertimbangkan ketika pembangunan pelayanan endoscopic: - R. Endoscope - R. Kerja (kebersihan, disinfektan dan sterilisasi, dll) - R. Penyembuhan - Peristirahatan penyembuhan - Holding - R. Tunggu

71

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Resepsionis R. Ganti (pasien&karyawan) Toilet/kamar mandi (pasien&karyawan) Rekam medik Kantor manajer R. Dokter R. Konsultasi R. Istirahat karyawan R. Serba guna R. Kerja karyawan Cleaning service Pembuangan Penyimpanan Workshop

Ruang Endoscope Jumlah dan pengoperasian ruang endoscope harus ditetapkan dan ukuran ruang bervariasi tergantung dari: - Penggunaan peralatan video - Pengobatan bedah laser - Fluoroscopy - Aktivitas berbagai bidang - Penelitian - Penggunaan sinar-X Aturan bakunya, ukuran luasan ruang endoscopy 4 x 5 m2. Jika peralatan video digunakan, maka ukuran minimal luasan ruang berkembang menjadi 5 x 6 m2. Luasan yang lebih fleksibel sangat dianjurkan untuk mengadaptasi perkembangan di masa yang akan datang. Tinggi langit-langit harus 2,7 meter atau lebih. Ruang harus dilengkapi bedah minor yang lazimnya digunakan untuk tindakan anestesi umum dengan instalasi gas medis, sistem pembangkit tenaga, pencahayaan, penghawaan serta ventilasi yang memadai. Akses langsung ke workroom sangat disarankan. Lebar pintu masuk harus dipertimbangkan untuk akses troli. Dinding kedap air, lantai, dan perawatan langit-langit sangat penting untuk kemudahan pembersihan. Workroom Workroom wajib memiliki fasilitas - pembuangan limbah cair dan feses (slophopper), - basin yang memiliki tingkat kecekungan yang dalam, dan pengering untuk endoscope prewashing, - suplai air panas dan air dingin, - bangku/tempat duduk untuk aktivitas benchtop (dilakukan dalam posisi duduk) seperti pengeringan, pengecekan dan pemeliharaan endoscope dan persiapan specimen; - lemari dengan ventilasi untuk penyimpanan endoscope - disinfektor otomatis endoscope - area penyucihamaan untuk scope manual antara udara yang tersimpan dan terventilasi (pada level tinggi dan rendah) - fasilitas cuci tangan klinis - tempat pembuangan limbah umum dan infectious waste - pencahayaan yang tepat memperlihatkan warna - Gudang obat

72

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Refrigerator/freezer Peralatan kebersihan ultrasonic (optional, tapi disarankan) Ventilasi Udara yang dipadatkan (compressed air), dan suction untuk pembersihan ruangan. Sumber listrik sesuai yang diperlukan di kebocoran bumi. Gudang umum untuk peralatan dan aksesoris ruangan lain. Luas lantai yang cukup untuk dibiarkan bersih, terbuka, bebas. Pergerakan staf dengan alat (untuk menghindari kerusakan).

4. Pelayanan Kesehatan Terapi


A. Instalasi Rehabilitasi Medik Fungsi Memberikan layanan terapi penyembuhan seperti fisiotherapy. Dimungkinkan terdapat media terapi lain, misalnya kolam renang untuk water theraphy. Tata letak dan persyaratan ruang instalasi rehab medik: Letaknya di zona yang mudah dijangkau dari instalasi rawat jalan dan rawat inap. Terdapat ruang latihan terapi yang luas dan cenderung tanpa sekat. Terdapat ruang yang dapat menampung alat-alat rehabilitasi medik. Terdapat toilet khusus untuk penyandang cacat. Physiotherapy Layanan physiotherapy harus menyediakan fungsi atau fasilitas: Individual treatment area atau area untuk privasi pasien Staff handwashing facilities di ruang treatment. Satu fasilitas handwashing dapat melayani beberapa ruang treatment Sebuah exercise area dengan fasilitas yang tepat untuk level layanan tertentu. Tempat menyimpan linen yang bersih. Dapat berupa lemari atau mobile storage trolley. Tempat menyimpan peralatan dan persediaan. Storage untuk linen berminyak dan limbah Fasilitas untuk berpakaian bagi pasien; tempat menyimpan pakaian yang aman, nyaman, dll.; shower dan fasilitas toilet. Kebutuhan ini digunakan juga bagi outpatient dan dapat diakses oleh penyandang cacat. Ice-making facilities tersedia di atau dekat fasilitas kesehatan ini. Occupational Therapy Beberapa fasilitas yang harus diikutsertakan: handwashing facilities; gudang untuk peralatan dan persediaan; akses toilet bagi diffabel; area aktivitas bersama Lain-lain Beberapa layanan yang juga mungkin tersedia mencakup Pediatry, Speech Pathology, Dietetics, Psychology and Social Work. Harus disediakan juga ruang konsultasi, ruang tunggu, dan akses untuk outpatient. Ruang konsultasi, speech pathology, dan Psychological Counselling harus memiliki acoustic untuk privasi dan kenyamanan.

73

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Hubungan Fungsional antar ruang Unit Rehab Medik


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

5. Rekam Medik / Administrasi


Fungsi Sebagai tempat dimana data data mengenai catatan medis pasien disimpan dan didata sebagai arsip. Tata letak dan persyaratan ruang: Unit ini biasanya terletak dekat dengan zona administrasi dan poliklinik, sementara gudang penyimpanan tertutupnya terletak di level semi basement ataupun basement, dengan akses yang tertentu (tertutup).Unit ini terdiri dari : - Gudang penyimpanan yang tertutup (aman) untuk data seluruh pasien. Termasuk gudang sekunder dan gudang tersier yang dibuat dengan konstruksi tahan api. - Adanya ruang untuk kegiatan administrasi catatan medis. - Adanya ruang untuk mereview catatan medis pasien. - Ruang penyimpanan yang aman untuk semua data pasien, termasuk gudang penyimpanan tersier dan sekunder, yang berisi data tingkat ketahanan konstruksi pelingkup bangunan; - Aktivitas administrasi dan clerical yang berhubungan dengan managemen medical record ; - Pengecekan ulang terhadap medical record dan laporan persiapan; dan - Gudang untuk Ledgers, account forms, voucher, dan lain-lain. Fasilitas Administrasi Layanan ini harus ada, akses ke main entrance dan berhubungan dengan fungsi di bawah : - Recepsionis dan informasi pengunjung/pasien - ruang tunggu - toilet umum - telepon umum Sebagai tambahan, fasilitas disediakan untuk mengakomodasikan aktivitas administrasi sebagai berikut: - Ijin masuk pasien - Ruang interview khusus yang mencakup prosedur perizinan - Ruang penyimpanan kursi roda, di luar jalur sirkulasi utama, tetapi dekat dengan entry point - Kantor individu/umum untuk mewadahi kegiatan kasir, administrasi, pengobatan, suster, jika diperlukan - Penyimpanan peralatan kantor, alat tulis dan persediaan - Ruang rapat - Ruang yang cukup untuk kursi roda, diluar jalur untuk sirkulasi normal tetapi dekat dengan pintu masuk - Akomodasi ruang kantor untuk menunjang kepentingan administrasi, medis dan perawat baik secara umum dan/atau individu, jika diperlukan - Gudang untuk perlengkapan kantor, peralatan kerja dan cadangan; dan ruang konferensi serba guna

74

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

R.Disku si

Hubungan Fungsional antar ruang Unit Rekam Medik


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

6. Penyimanan Obat/ Farmasi


Umum Ukuran dan jenis service untuk disajikan di apotik akan tergantung pada jenis sistem distribusi obat yang digunakan, jumlah pasien untuk dilayani, dan tambahan dari service bersama atau dibeli. Ruang atau deretan apotik ditempatkan untuk akses nyaman, staf kontrol, dan keamanan. Fasilitas (mencakup satellit, jika bisa diterapkan) dan peralatan. A. Dispensing (pembagian) - Poin(kounter) pengambilan dan penerimaan terkendali. - Area untuk tinjauan ulang dan perekaman dari order/pesanan. - Area pencampuran yang dilakukan tanpa persiapan. - Konter dan lemari bekerja untuk aktivitas berkenaan dengan farmasi. B. Fabrikasi - Area pencampuran obat - Ketetapan dari pembungkusan dan pemberikan label - Area pengendalian mutu C. Gudang/ Penyimpanan - Penyimpanan limbah - Gudang/Penyimpanan yang aktif - Gudang/Penyimpanan dengan pendingin. - Gudang/penyimpanan alkohol dan cairan yang mudah menguap dengan konstruksi seperti diperlukan oleh peraturan relevan untuk unsur dilibatkan. - Gudang/penyimpanan yang aman untuk narkotika dan obat/drugs yang dikontrol. - Gudang/Penyimpanan untuk peralatan dan persediaan umum yang tidak digunakan. D. Administrasi - Ketetapan untuk cek silang dari pengobatan dan profil obat dari pasien individu. Lemari atau rak penyimpanan untuk sistem pengembalian informasi obat. - Ruang atau area terpisah untuk fungsi kantor yang mencakup meja tulis, penyimpanan, komunikasi, dan referensi. - Ketentuan untuk konseling dan instruksi pasien (mungkin adalah di ruang terpisah dari apotik). - Ruang untuk pendidikan dan pelatihan (mungkin di ruang multi tujuan bersama dengan unit yang lain). E. lain-lain - Fasilitas handwashing harus tersedia di dalam tiap ruang terpisah di mana pengobatan terbuka ditangani.

75

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Menyediakan akses yang nyaman ke lemari karyawan, shower, ruang bersantai/sofa, dll. Pada umumnya merupakan fasilitas bersama dengan staf rumah sakit yang lain. Jika solusi yang intravenous (kedalam pembuluh darah) disiapkan di apotik, tersedia suatu area pekerjaan yang steril dengan bangku aliran berlapis dan kerudung. Pengaturan dan konstruksi harus mematuhi persyaratan menurut undang-undang dan Standard yang relevan. Pertimbangan untuk diberikan ke persyaratan phisik dari aktivitas spesialis seperti persiapan yang cytotoxic, jika dilaksanakan.

7. laundry/ Pengolahan Linen


Fungsi Fungsi laundry adalah Menerima, mensortir, dan memproses linen dan lakan kotor rumah sakit, untuk menjaga kelayakan dan kebersihan pelayanan pasien. Linen - linen yang kotor dibawa dan diproses pada instalasi laundry yang terletak pada area servis. Kemudian linen yang telah bersih dikirimkan untuk ditampung pada gudang linen bersih yang pada umumnya terletak di setiap lantai instalasi rawat inap. Kriteria Minimal perencanaan dan Tata letak dan persyaratan ruang : Sebuah ruang untuk menampung linen kotor yang akan diproses dilengkapi dengan fasilitas pencuci tangan. Ruang Laundry, tempat dimana linen linen kotor diproses. Jika fasilitas ini terpisah dari bangunan pelayanan utama, maka sebaiknya tersedia jalur yang terlindung dari hujan dan panas. Jalur sirkulasi dan distribusi yang terpisah dengan jalur sirkulasi pasien. Akses yang terpisah untuk linen kotor dan bersih Distribusi linen kotor ke instalasi laundry mungkin dilakukan dengan linen chute . - Clean Linen Storage, tempat linen linen bersih ditampung dan didistribusikan ke lantai - lantai pelayanan medis. Area ini harus memiliki kapasitas yang sesuai demi efisiensi operasi Rumah Sakit. Terdapat R Ka-Unit, Kamar Jahit, Gudang Textile, R Kerja Cuci, R Setrika, R Cucian Bersih, R Cucian Kotor, Loket Masuk Linen Kotor, Loket Keluar Linen Bersih Pengaturan sirkulasi agar tidak bersinggungan antara linen bersih dan linen kotor Pada pembuangan ke IPAL diberi penangkap detergen Biasanya berdekatan dengan boiler house Disarankan pula berdekatan dengan ruang housekeeping Tidak ada bakuan luas minimal ruang laundry, kisaran 0,5 sampai 1 meter persegi per tempat tidur Bila berada dalam bangunan banyak lantai maka sebaiknya laundry ada di lantai paling bawah untuk mencegah gangguan suara, getaran serta kemudahan pengelolaan penyaluran air limbah.

76

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Laundry

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

8. Instalasi Gizi (Dietary Service)


Fungsi: Memberikan pelayanan konsumsi gizi bagi unit perawatan, ICU, IGD, dan unit kandungan. Tata letak dan persyaratan ruang: - Lokasinya harus jauh dari penglihatan dan jangkauan pengunjung. - Memiliki pintu masuk dan keluar tersendiri. - Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat. - Semua bahan makanan disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15 cm 25 cm. - Penyimpanan bahan makanan tidak boleh menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut : a.Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm b.Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm d. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %. - Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi. - Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran air bersih maupun air limbah untuk menghindari terkena bocoran. - Tidak diperbolehkan ada jaringan drainase disekitar gudang makanan. - terapkan organisasi ruang dalam aliran yang menerus mulai dari ruang penerimaan hingga penyajian - minimalisasi cross-traffic ataupun aliran maju mundur (back-tracking) - layout dapur utama etidaknya adalah panjang ruang sama dengan dua kali lebar ruang - gudang penyimpanan terpisah antara basah dan kering, ataupun bahan aman dan riskan flameable (misal tabung gas, minyak tanah) - pengamanan terhadap bahaya kebakaran menjadi poin penting dalam perencanaan unit gizi utamanya dapur - tidak ada bakuan luas, kisaran luas dapur utama minimal 0,6 meter persegi per tempat tidur

77

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gizi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

9. Bengkel dan Peralatan (IPSRS)


Mengingat karakter aktivitasnya maka bengkel dan peralatan diletakkan terpisah dari kelompok unit lain. Pemisah bisa menggunakan ruang fungsional garasi atau deret gudang. Aktivitas utama yang diwadahi dalam unit adalah : - workshop/bengkel kerja peralatan medik - workshop/bengkel kerja kendaraan - workshop/bengkel kerja pertukangan kayu - penyimpanan alat dan gudang - administrasi/supervisor - loker staf Fungsi: Merupakan instalasi yang melakukan pemeliharaan maupun perbaikan terhadap sarana dan prasarana rumah sakit, dilengkapi dengan ruang-ruang kerja berupa bengkel dan workshop. Tata letak dan persyaratan ruang: 1. Ruang dibuat relatif luas dan terbuka tanpa sekat untuk memudahkan aktivitas, terutama di ruang perbaikan alat. 2. Lokasinya di zona servis yang relatif jauh dari zona perawatan maupun zona penunjang medik.

78
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi IPSRS

10. Pengelolaan dan Pembuangan Sampah


Perlu adanya fasilitas yang memadai untuk penyimpanan dan pembuangan sampah yang aman. Standar dan ketentuan terkait dapat dilihat pada Ketentuan Fungsi. Tingkat efektivitas pengaturan sampah tergantung dari kewaspadaan staf kebersihan dalam meminimalisasi sampah dan tingkat ketelitian dalam pemisahan sampah dari sumbernya menurut jenisnya. Dalam kasus ini, tata letak lantai dan peletakan titik-titik pengumpul sampah menjadi sangat penting.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Untuk membedakan jenis-jenis sampah, baik digunakan keranjang sampah dan kereta pengangkut sampah yang dibedakan menurut warnanya. Ukuran kereta pengangkut dan keranjang sampahnya ditentukan dari kuantitas sampah rumah sakit dan berapa titik pengumpul sampah yang mungkin diadakan. Sedangkan pembedaan warna tersebut akan lebih memudahkan staf terutama saat pergantian shift kerja staf kebersihan. Pengukuran minimalisasi sampah dapat dilakukan dengan sistem bar code atau penimbangan sampah. Hal ini akan terasa agak sulit pada awalnya terutama pada rumah sakit dengan skala kecil, tetapi akan sangat bermanfaat pada sebuah institusi rumah sakit yang cukup besar, di mana pengaturan sampah sudah cukup membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dapat pula dipakai sistem terpadu di mana diterapkan biaya kebersihan sesuai kuantitas sampah yang dihasilkan. Area pembuangan sampah harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengamankan material, mengurangi dekomposisis organik, mencegah bau keluar, tetapi tetap memungkinkan staf untuk membersihkan tempat sampah, troli pengangkut, dan area itu sendiri. Pada rumah sakit yang cukup mampu dapat dipasang sistem pembersih mekanikal. Pada unit ini mungkin dapat diterapkan sistem penguapan dan pengeringan dengan udara. Uap yang terbentuk pada proses disinfeksi sampah cair masih harus distabilisasi sebelum dialirkan menuju pembuangan. Tata Cara Pengaturan Sampah Standar dan ketentuan yang berlaku tergantung dari spesifikasi bangunan dan peraturan setempat mengenai tatacara pengolahan sampah. Peraturan standar lainnya akan diaplikasikan pada spesifikasi bangunan untuk area pembuangan sampah dan rute pembuangan limbah cair yang berhubungan dengan proses manajemen sampah. Pemeriksaan pada persetujuan yang penting mengenai standar, kode dan peraturan ini, diharapkan ditangani oleh sub-konsultan yang relevan pada bidang tersebut. Titik Pengumpulan Pada Ruang Kerja/ pos Kerja A. Area Klinis Luasan ruang yang efisien dan didesain berdasar kebutuhan sangat dibutuhkan untuk penyimpanan kereta dorong 240L di titik-titik yang stategis pada setiap sektor. Titik-titik pengumpulan pos kerja harus mudah diakses oleh staf yang bertanggungjawab atas pembuangan dan pemindahan, serta penggantian kereta dorong. Aspek yang penting dalam manajemen sampah yang baik, adalah kemudahan bagi produsen sampah pada proses pemisahan sampah. Sebagian besar lokasi kereta dorong pada area klinis harus diletakkan dalam ruang perawatan.Pada area lain mungkin membutuhkan ruang/ceruk untuk menyimpan kereta dorong. Dinding dan lantai pada daerah tersebut harus diberi penutup lantai untuk memudahkan dalam pembersihan. Dengan alasan pemisahan sampah inilah maka sebaiknya pembuangan sampah pada area klinis ditempatkan dalam treatment area. Mungkin diperlukan pula ruangan kecil yang diperuntukkan bagi penyimpanan troli pengangkut, yang dinding dan lantainya dikeramik sehingga mudah dibersihkan. Troli-troli ini sebisa mungkin tidak dapat diakses oleh publik, dan bahkan dihindarkan sevara visual dengan menyediakan koridor servis khusus yang aman. Fasilitas untuk membersihkan tangan harus diletakkan berdekatan dengan area pengumpulan sampah untuk material medis di mana material klinis ditangani. Kereta dorong tidak boleh terakses oleh publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Peraturan manajemen rumah sakit memungkinkan sebagian besar proses daur ulang dilaksanakan pada tingkatan pengguna. Pemisahan material-material yang dapat didaur ulang pada tingkat pengguna akan membutuhkan area penyimpanan yang lebih besar dibandingkan bila dicampur dengan metode pengumpulan daur ulang.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

79

Pemisahan material yang dapat didaur ulang pada titik pengguna akan membutuhkan jumlah gudang yang lebih besar dibandingkan apabila material tersebut dicampur. Muatan kereta yang 240 liter tadi diasumsikan untuk metode campur ini, mengingat cara terpisah akan tidak praktis diterapkan pada area seperti rawat inap. Perkiraan jumlah kereta 240L yang dibutuhkan untuk tiap bagian rumah sakit harus didasarkan pada campuran pilihan pengumpulan material daur ulang. Kebutuhan ruang kereta dorong untuk material daur ulang tidak diperlukan untuk area bangsal. Prosedur penanganan sampah berbeda harus disediakan untuk benda tajam (jarum), jaringan (tubuh manusia), cytotoxic, dan zat radioaktif. Benda tajam harus ditampung dengan aman baik pada pembuangan ataupun wadah daur ulang. Untuk keperluan ini dinding tempat penyimpanan benda tajam biasanya diberi perlakuan khusus. Titik-titik pembuangan yang memadai dibutuhkan pada area perawatan, agar jarum dapat dikontrol dan terlihat saat sudah tiba waktunya untuk dibuang. Dalam kondisi ini, biasanya dibutuhkan bantalan/lapisan tambahan pada dinding kontainer. Kontainer pembuangan benda tajam dapat dibuang melalui saluran pembuangan klinis apabila jalur tersebut memang dirancang untuk itu. Umumnya rumah sakit menyediakan pembakaran sampah (incinerator) untuk keperluan ini. Sedangkan bagi material tajam yang masih dapat digunakan, disediakan kontainer khusus yang terpisah. Penampungan sampah sebaiknya dipisahkan melalui jalur sampah medis yang disediakan dan disetujui kontraktor pembuangan. Beberapa tim manajemen rumah sakit membutuhkan incinerator meskipun tidak ada peraturan untuk menyediakan pengemasan secara benar. Buangan wadah benda tajam yang didaur ulang umumnya disebabkan oleh suplai dari kontraktor, dan tidak memerlukan proses pemindahan kecuali oleh kontraktor. Jaringan pada manusia, cytotoxic (racun pada jaringan tubuh) dan zat radioaktif sangat jarang terjadi dan jumlahnya kecil, kecuali rumah sakit memiliki fasilitas khusus bagi sampah tersebut. Ruang penyimpanan bagi zat-zat tersebut tidak terlalu diperlukan di area perawatan. Tempat penyimpanan kecil harus disediakan di bagian yang membuang jaringan manusia. Jaringan ini harus dipindahkan ke bagian manajemen penanganan sampah, segera setelah diambil (dibekukan jika perlu), dan ke incinerator. Buangan cytotoxic dan zat radioaktif harus diawasi oleh staf yang berpengalaman, umumnya apoteker. Pembuangan zat-zat ini umumnya tidak terlalu sering. Sampah berupa jaringan tubuh manusia, racun sitotoksik, dan material radioaktif umumnya dihasilkan secara tak teratur dan dalam jumlah relatif kecil, kecuali rumah sakit tersebut memiliki fasilitas khusus yang menyebabkan produksi sampah jenis tadi di atas normal. Dibandingkan sampah jenis lain, meterial-material ini umumnya tidak terlalu banyak mengambil tempat pada area pengolahan. Hanya dibutuhkan wadah khusus untuk penampungan sementara jaringan tubuh manusia untuk secepatnya dibekukan segera setelah dibuang, untuk selanjutnya mungikn dimasukkan dalam incinerator. Sedangkan racun sitotoksik dan bahan radioaktif membutuhkan penanganan khusus oleh tim yang ahli di bidang tersebut (biasanya ahli farmasi atau BATAN di Indonesia). Penanganan sampah seperti ini rutinitasnya dapat lebih longgar. B. Area Kantor Ruang dengan luasan yang memadai dan direncanakan sesuai kebutuhan harus dialokasikan untuk penyimpanan kereta dorong 240L pada tempat-tempat strategis di setiap area kantor. Aspek yang penting dalam manajemen sampah yang baik tergantung pada produksi sampah dalam memenuhi proses pemisahan sampah.

80

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Kereta sampah biasa harus selalu diletakkan dekat dengan kereta kertas daur ulang untuk mengatasi pemisahan sampah biasa dengan material daur ulang yang tidak sistematis. Titik-titik pengumpulan pos kerja harus mudah diakses oleh staff yang bertanggungjawab atas pembuangan dan pemindahan serta penggantian kereta dorong. Kereta dorong tidak boleh terakses publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit memungkinkan untuk menghancurkan laporan-laporan penting dan rahasia sebelum dibawa ke area daur ulang (penanganan sampah). Lokasi fasilitas penghancur dokumen sebaiknya diletakkan berdekatan dengan area penyimpanan kereta (yang digunakan untuk menyimpan dokumen rahasia yang akan dibuang tersebut). Area pembuangan sentral untuk benda-benda yang membutuhkan kerahasiaan, memberikan pengamanan ekstra dalam pelaporannya. C. Area Manajemen Penanganan Sampah Ruang dengan luasan yang cukup dan tertutup sebaiknya disediakan untuk pengumpulan, penyimpanan dan pemilahan sampah. Area ini hanya digunakan untuk kebutuhan manajemen sampah. Penyediaan ruang-ruang berikut dibutuhkan dalam area penanganan manajemen sampah: A. BULK WASTE MOVEMENT Pergerakan cart disekitar lokasi dan selama proses pembuangan sangat diperlukan. Selain itu, cart juga harus dapat diakses dari berbagai level. Limbah klinis diubah menjadi limbah dan diolah di lantai dasar. Kebanyakan dari medical waste dapat diatur dengan menggunakan land fill. B. PENGOLAHAN SAMPAH/LIMBAH - Land Fill Penggunaan Land fill dalam pengolahan limbah medis membutuhkan negosiasi dengan pemerintah lokal. Pengawalan yang ketat dibutuhkan dalam membawa dan membuang limbah medis. - Incineration Ketika incinerator dibutuhkan, pertimbangan diberikan untuk : - kapasitas (penyesuaian terhadap kapasitas muat incineratior) - konstruksi dan instalasi (fasilitas yang tahan api etc) - potensi untuk pemulihan panas yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah (konservasi energi)

11. Pelayanan Penunjang


Fasilitas Fasilitas yang mungkin disediakan adalah: - florist - snack bar/coffee shop - gift shop - farmasi bank - penata rambut, dll kebutuhan Staff Fasilitas yang mungkin dapat disediakan untuk melengkapi kebutuhan staf: - ruang ganti (change room) - loker - grooming/handwashing - toilet - ruang shower (showering) - ruang istirahat (lounge)

81

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Ruang Doa/ Ibadah Memisahkan ruang sebagai fungsi tunggal seperti : - konsultasi bagi keluarga penderita - percakapan Internal - ruang ibadah dan Ruangan harus mudah diakses oleh penyandang cacat. Perawatan Anak Perawat-perawat terbaik sangat direkomendasikan untuk fasilitas perawatan anak ini. Area perawatan anak meliputi: - tempat bermain anak - toilet anak dan staf - loker tempat simpan jaket atau sepatu - tempat tidur anak - tempat meyimpan mainan - kantor staf - pantry - tempat bermain outdoor yang aman - view ke luar (bukan jalan raya) yang baik dan tenang beberapa area service yang mendukung dapat diletakkkan berdekatan dengan area ini. Fasilitas A. AKSES AMBULANS Akses utama keluar dan masuk mobil ambulans tidak boleh bergabung dengan akses lalu lintas yang padat, sehingga ambulans dapat beroperasi dengan cepat. B. RAMPS Ramp harus disesuaikan dengan standar yang ada, selain itu harus ada hubungan dengan akses pengangkutan dan penurunan pasien. C. ANTAR JEMPUT AMBULANS Titik antar jemput mobil ambulans harus terlindungi dari hujan dan panas, selain itu, pintu masuk dan keluar mobil ambulans harus memiliki jarak yang cukup jauh dengan pintu masuk utama dan jauh dari jarak pandang orang-orang di sekitarnya. Akses jalan, dari mobil ambulans ke ruang UGD atau ruang penting lainnya harus dibuat seefisien mungkin, aman, dan nyaman. Selain itu, akses ini tidak boleh melewati area publik.

12. Fasilitas Pembelajaran/ Studi


Ruang seminar
Luas minimum = 28 m2. Ruangan ini natinya akan digunakan untuk mengadakan seminar, atau workshop mengenai rumah sakit. Selain itu, ruang ini juga akan berfungsi sebagai ruang rapat atau pertemuan antar staf di rumah sakit. Demonsrasi suatu metode baru dalam perawatan pasien juga akan menggunakan fasilitas ini.

82

Perpustakaan
Di sini nantinya akan dapat diletakkan berbagai literatur medis yang dapat digunakan untuk mencari data bagi para staf pegawai. Selain itu, ruang ini perlu dilengkapi dengan fasilitas audio-visual.

Ruang Kuliah
Ruang kuliah ini nantnya akan digunakan sebagai fasilitas belajar bagi para calon-calon perawat atau pegawai lainnya.

Gudang
Sebagai fasilitas penyimpan alat-alat pembelajaran.

Fasilitas Pendukung Lainnya


Fasilitas ini antara lain cleaning service, janitor, dan sebagainya. Ukuran dan tempat menyesuaikan kebutuhan yang ada.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

13. Diagram Pergerakan Pasien


PENJADWALAN ULANG
DOKTER BEDAH (tindakan/pemilihan pasien)

FORMULIR (perjanjian medis, profil medis, buklet info pasien)

DPC registrasi pasien (review formulir, record)

IZIN MASUK/ PENERIMAAN (record akhir, keuntungan, penjelasan)

GANTI (gudang pakaian)

RUANG PRA OPERASI (identifikasi, pengecekan)

BATAL (jika ditemukan ketidakpuasan)

REVIEW HASIL PEMERIKSAAN

RUANG ENDOSCOPY/TINDAKAN (anestetik/tindakan )


ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

PERHENTIAN AMBULAN

TAHAP 1. PEMULIHAN (Perawatan pasca operasi/penyadaran)

TAHAP 2. PEMULIHAN (observasi lanjutan, akses pengunjung)

83
KEMUNGKINAN TAHAP 3. PEMULIHAN (penyegaran, instruksi pasca operasi, recliners.

GANTI (gudang pakaian)

FORMULIR (pembebasan, tagihan, petunjuk)

RUMAH SAKIT (gawat darurat/rawat inap)

RUMAH (follow up pasca operasi)

14. Yang Perlu Diperhatikan dalam Desain


A. Tata Fungsi Zona Fungsi Dalam Rumah Sakit Zona 1 wilayah ini berkarakter publik. Ruang publik direncanakan berada di area yang sangat publik dengan tingkat pencapaian yang tinggi. Di dalam ruang publik berlangsung aktivitas-aktivitas pelayanan rumahsakit kepada publik, diantaranya instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, kebidanan, farmasi dan diagnostik. Zona 2 wilayah ini berkarakter privat. Publik dapat mengakses area ini namun terbatas. Wilayah ini menerima limpahan kerja dari zona luar dan membutuhkan akses khusus untuk mendukung pelayanan khusus: program ruang yang direncanakan pada zona ini adalah fasilitas rawat inap. Zona 3 wilayah yang menyediakan dukungan bagi aktivitas rumahsakit: kantor pengelola rumah sakit dan ruang serbaguna. Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan zonasi fungsi yang telah ditentukan sehingga dapat berkaitan dengan zonasi yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan fungsi ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut : Zona dengan Risiko Rendah Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Persyaratan ruang sebagai berikut : Permukaan dinding rata dan berwarna terang Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. Ventilasi dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, dapat dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) . Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. Zona dengan Risiko Sedang Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. Zona dengan Risiko Tinggi Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan persyaratan sebagai berikut : Dinding permukaan rata dan berwarna terang. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang. Dinding ruang penginderaan medis berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.

84

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

Zona dengan Risiko Sangat Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. Hubungan dengan ruang scrubup untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. B. Tata Sirkulasi Sirkulasi Internal Sistem sirkulasi di dalam bangunan adalah pengaturan hubungan antar fungsi ruang yang saling terkait, yang terdiri dari beberapa fasilitas sirkulasi, yaitu : a. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar ruang tindakan, dengan lebar minimal 2,5 meter. b. Fasilitas tangga sebagai penghubung antar lantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi vertikal berupa ramp pada pengembangan bangunan berlantai banyak pada fungsi-fungsi yang bersifat emergency, seperti trauma center, emergency, OK, dan rawat inap intensif. c. Penggunaan tangga atau elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

85

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

d. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya. e. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi f. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar massa bangunan g. Fasilitas selasar/koridor services dan utilitas Kualitas sirkulasi dibedakan di dalam pengelompokan, yaitu: a. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh pengunjung umum dengan berbagai keperluan di dalam rumah sakit. b. Sirkulasi medik, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah sakit dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan. c. Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi mobilisasi barang atau logistik, dan fungsi-fungsi pemeliharaan. Persyaratan ketat sirkulasi adalah: a. Meminimalkan himpitan dan tumpang tindih (overlaid) antara sirkulasi medik dengan services. b. Meminimalkan terjadinya himpitan tumpang tindih antara sirkulasi medik dengan kelompok sirkulasi lain. c. Sirkulasi dari dan ke gawat darurat mempunyai skala prioritas tertinggi dibanding sirkulasi lain. Sirkulasi Eksternal Merupakan perencanaan sirkulasi diluar bangunan. Sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam pengelompokan yaitu: Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat dan bebas hambatan. b. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum dari luar menuju ke poliklinik, pusat diagnostik atau besuk ke rawat inap. c. Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas. d. Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi pemeliharaan IPAL dan incenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran. Dalam kondisi luar biasa yaitu bila terjadi gawat darurat massal maka keempat area dropping tersebut bisa digunakan secara bersama-sama untuk menghindari terjadinya antrian panjang. Sirkulasi eksternal memiliki prinsip mengoptimalkan akses dari jalan utama. Sistem sirkulasi eksternal dipisahkan antara sirkulasi menuju Unit Gawat Darurat dan VK dengan sirkulasi menuju diagnostik, administrasi, rawat jalan dan rawat inap. Pemisahan akses ini dibuat untuk memudahkan akses menuju ke Unit Gawat Darurat dan VK tanpa diganggu oleh sistem sirkulasi publik menuju ruang-ruang fungsional lain dalam rumah sakit Sirkulasi eksternal ditunjang oleh area parkir serta dropping zone. Dropping zone paling penting adalah naik turunnya pasien dari kendaraan pengangkut. Direncanakan area tersebut terlindung dari hujan panas, dengan penerangan cukup di malam hari dan dilengkapi signage yang jelas. Ada 4 zona dropping terpisah, yaitu: a.

86

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

a. b. c. d. e.

Dropping untuk fasilitas Kantor dan Pendidikan Dropping untuk fasilitas Gawat Darurat Dropping untuk fasilitas Poliklinik Dropping untuk fasilitas Rawat Inap Dropping untuk fasilitas Servis

C. Aspek Fisika Bangunan Pencahayaan Secara teknis, pencahayaan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: pencahayaan buatan dan pencahayaan alami, atau penyinaran alam (daylight) dan penyinaran buatan (artificial illumination). Sehingga dasar yang dijadikan konsep perencanaan pencahayaan adalah : 1. Untuk mendukung visual task dan kegiatan pengguna bangunan. 2. Untuk mendukung fungsi keamanan. 3. Untuk menciptakan Iingkungan yang sesuai dan menyenangkan. Dua faktor utama di dalam konsep perencanaan pencahayaan adalah (1) tingkat kekuatan penyinaran (quantity) dan (2) pengontrolan silau (quality). Selain itu unsur luar yang turut mempengaruhi kenyamanan pandangan yang harus diselesaikan secara teknis adalah wujud obyek yang di pandang, latar belakang obyek dan kondisi fisiologis mata. Pada hakikatnya, konsep perencanaan pencahayaan adalah pengaturan efek sinar yang sesuai terangnya dan tidak menyilaukan, sehingga kenyamanan dapat tercapai. Pada area-area publik yang penting seperti ruang receptionist, pendaftaran, dan lobby direncanakan kuantitas pencahayaan yang lebih, yaitu di atas 100 fc (footcandles). Pencahayaan yang memadai pada area publik dapat meningkatkan rasa aman. Intensitas cahaya yang tinggi diberikan pada area-area yang aktivitasnya membutuhkan konsentrasi dan memiliki resiko bahaya yang lebih dibanding ruangan lainnya. Seperti pada ruang pemeriksaan dan pengolahan sampel di laboratorium, ruang racik instalasi farmasi, dan ruang-ruang yang memiliki fungsi sebagai ruang tindakan dan operasi. Beberapa prinsip mengenai pencahayaan buatan pada rumahsakit adalah sebagai berikut : o Intensitas cahaya pada tiap ruangan hendaknya dapat diatur dengan mudah o Perbedaan intensitas cahaya yang gradual akan sangat membantu pasien untuk beradaptasi terhadap ruang yang akan dituju. Oleh karena itu diperlukan ruang-ruang transisi untuk menuju ruangan dengan intensitas cahaya yang berbeda. o Sumber-sumber cahaya hendaknya dilindungi untuk meminimalisasi cahaya menyilaukan dan temperatur yang tinggi. Penggunaan beberapa lampu dengan intensitas rendah lebih baik daripada satu lampu dengan intensitas tinggi. o Menghindari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan silau (glare) pada pintu, jendela, dinding, lantai dan funiture. o Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya. o Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan. o Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

87

Penggunaan sunshading dapat digunakan untuk mereduksi pencahayaan alami di sisi Barat dan Timur, dan perlu diupayakan sedemikian rupa sehingga mudah dalam perawatannya. Penghawaan Konsep pengolahan dan pengendalian udara (penghawaan) pada ruang pada hakekatnya terdiri dari tiga hal yaitu: pengendalian kalor/panas dan suhu serta penggunaan bahan material bangunan (jenis, tekstur), zat pelapis/cat (warna), orientasi bangunan terhadap arah sinar matahari dan angin, tata hijau lingkungan mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil panas/kalor yang diserap atau dikeluarkan untuk menciptakan suhu nyaman bagi pengguna yaitu berkisar 25-26 C. pengendalian kelembaban udara. Kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah sekitar 40-70%. Salah satu strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam ruang yaitu dengan mempercepat proses penguapan. Hal ini dicapai dengan mengoptimalkan aliran sirkulasi udara (ventilasi). Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya, dan karena berbeda tekanan udaranya. Pengendalian pertukaran udara. Kesegaran udara dalam ruang serta kesehatannya diukur dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi 0.1-0.5%. Pergantian udara dalam ruang dikatakan baik apabila untuk ruangan dengan dimensi 5 m3 /orang, udara dalam ruang harus diganti 5 kali per jam. Semakin kecil rasio ruang perorang, frekuensi pergantian udara semakin tinggi. Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut : Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit mendapat perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan pembakaran. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil dekat langitlangit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai. Suplai udara di atas lantai.nan (exterior noise/airborne noise).

88

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langitlangit. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas).

Kualitas Udara Ruang sebaiknya : Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Pengendalian Kebisingan Konsep pengendalian kebisingan ditujukan untuk mengatasi kebisingan dari dalam bangunan (interior noise/impact noise) dan dari luar bangu
Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No Ruangan atau Unit Kebisingan Max (Waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA) 1 Ruang Pasien: -saat tidak tidur -saat tidur 45 40

89

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Ruang Operasi umum Anestesi, pemulihan Endoscopy, Lab Sinar X Koridor Tangga/Ramp Kantor / Lobby Ruang alat/Gudang Farmasi Dapur Ruang cuci Ruang Isolasi Ruang Poli gigi

45 45 65 40 40 45 45 45 45 78 78 40 80

Ketentuan pemerintah melalui Permenkes telah menetapkan tingkat kebisingan yang diijinkan untuk sebuah pelayanan kesehatan seperti rumah sakit yaitu antara 35 dB sampai 45 dB, sehingga penyelesaian pengendalian kebisingan diupayakan melalui elemen interior seperti dinding atau partisi di mana untuk rumah sakit paling tidak harus dapat meredam bunyi dengan frekuensi 40 dB - 45 dB (Sinha, 1985). Konsep yang digunakan untuk mengatasi masalah kebisingan adalah mengolah tata letak dan perencanaan interior, pemilihan material bangunan serta finishing dinding sedemikian rupa yang dapat mendukung pengendalian kebisingan tersebut. Di sisi lain, perencanaan tata massa bangunan juga berperan dalam pengendalian kebisingan. Penggunaan material seperti karpet, baik pada lantai maupun dinding dapat mereduksi kebisingan sampai 70%. Penggunaan ceiling yang tepat juga dapat mereduksi kebisingan terutama dari lantai ke lantai. Kebisingan juga dapat dihindari dengan tidak menggunakan bahan-bahan logam pada furniture D. Struktur Bangunan Modul dan Ukuran Bangunan Ukuran bangunan menggunakan standar bangunan rumah sakit yang tergantung pada aktivitas (utama) kegiatannya, sehingga modul mengikutinya. Massa bangunan menerapkan sistem modulor dengan fleksibilitas yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan aktivitas yang diwadahi. Bahan Bangunan Pemanfaatan material tetap mengutamakan segi ekonomis melalui penggunaan bahan bangunan yang umum dan mudah didapat, namun diperoleh mutu konstruksi yang baik serta penyelesaian fasad arsitektural yang memadai untuk mewujudkan citra kelas pelayanan prima. Sistem Pondasi Sistem pondasi yang digunakan tergantung dari karakter dan kemampuan daya dukung tanah di lahan Rumah sakit yang direncanakan Dinding Interior Dinding ruang daIam diupayakan tetap mengutamakan segi kesehatan, yaitu menggunakan bahan finishing dinding dan sistem konstruksi yang mudah dibersihkan, tidak menyimpan debu atau kotoran dan warna yang dipilih adalah warna hangat untuk menunjang suasana penyembuhan. Pada ruang tertentu yang telah diatur sesuai dengan standar persyaratan maka kualitas dinding menuruti aturan dalam standar tersebut. Bahan Lantai Untuk menentukan bahan lantai perlu dihindari bahan-bahan yang licin untuk menghindari selip. Penggunaan material yang licin, seperti keramik hendaknya dikombinasi dengan tekstur agar tidak terlalu licin. Bahan-bahan seperti keramik, kayu, karet, vinyl dapat digunakan sebagai bahan lantai yang sesuai untuk kursi roda dan stretcher. Bahan lantai dengan kandungan vinyl lebih tahan terhadap abrasi. Lantai dengan lapisan karet adalah bahan yang paling ideal untuk menghindari selip, terutama di toilet. Keramik dengan tekstur atau berukuran kecil dengan banyak joint lebih baik dari pada keramik polos, karena mempunyai daya tarik lebih besar sehingga menghindarkan selip

90

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Bahan-bahan yang dapat dikatakan anti selip adalah bahan-bahan yang mempunyai koefisien pergeseran minimal 0.6 (0.8 untuk ramp) dalam keadaan basah maupun kering. Bahan yang memenuhi kriteria ini adalah karet. Bahan karet dapat menghindarkan selip, tahan terhadap abrasi, minyak dan alkali, akan tetapi bahan karet tidak direkomendasikan pada dapur dan ruang operasi. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan. Bahan Atap Hal Iain yang perlu diperhitungkan adalah penanggulangan masalah kebocoran pada waktu hujan, yaitu dengan cara: - memperhitungkan kemiringan atap - memberi Iapisan plastik atau aluminium foiI pada bagian daIam atap - memeriksa akurasi bentuk satuan genteng - memeriksa kualitas genteng. Kombinasi material penutup atap dipakai laminated glass ataupun fiberglass untuk kepentingan memasukkan cahaya dalam ruang. Penutup plafon sebagai komponen atap menggunakan bahan kedap suara dan mampu menjadi sekat api (fire proofing). Hal tersebut menjadi bagian dari upaya mewujudkan kenyamanan privacy serta keselamatan bangunan.

Bagi pasien berkursi roda, sangat sulit untuk membuka dua daun pintu, maka satu daun pintu minimal mempunyai lebar 80-90 cm. Lebar daun pintu harus dapat mengakomodasi perpindahan stretcher dan furnitur di dalam ruangan. Gagang pintu sebaiknya berada pada ketinggian 90 cm dari lantai sehingga mudah dicapai orang dari kursi roda maupun anak-anak. Untuk memudahkan pengguna kursi roda, sebaiknya pintu dapat berayun dari dua arah, sehingga dapat dengan mudah dibuka tutup dari dua sisi ruangan. E. Aspek Tata Interior Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tata interior adalah pencahayaan, dimensi, dan material. Ketiga hal tersebut saling terkait dalam membentuk karakter ruang yang diinginkan. Beberapa ruang dalam rumah sakit perlu mendapat perhatian mengingat penggunanya adalah pasien yang mengalami gangguan kesehatan. Karakter ruang yang diciptakan juga harus mendukung usaha penyembuhan sang pasien. Prinsip yang digunakan dalam merencanakan interior ruang adalah dengan membedakan karakter ruang yang hangat dan dingin. Karakter hangat dapat diterapkan pada ruang-ruang yang bersifat publik, seperti ruang tunggu, lobby, serta ruang-ruang yang digunakan sebagai area terapi dan penyembuhan. Untuk menciptakan karakter hangat dalam ruangan, dapat menggunakan warnawarna seperti krem, orange pada unsur-unsur interior seperti dinding dan lantai. Ceiling yang lebih rendah dapat membuat ruangan lebih cozy dan tidak formal, disamping itu, pasien dengan kursi roda lebih nyaman berada di ruangan yang memiliki ceiling rendah.

91

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Pintu dan Jendela Lebar pintu dengan satu daun berkisar antara 80-90 cm agar kursi roda dapat masuk ke dalam ruangan. Pada ruangan-ruangan yang penting, pintu yang digunakan adalah pintu dua daun dengan lebar bersih minimal 120 cm. Lebar pintu ini untuk mengantisipasi masuk keluarnya stretcher. Jendela harus dapat dibuka dan ditutup oleh anak-anak, dan orang di kursi roda. Ujung frame yang berbahaya hendaknya diberi pengaman semacam karet. Untuk keamanan, jenis jendela yang dianjurkan adalah jendela yang tidak mudah digerakkan oleh angin, dalam hal ini jendela geser lebih efisien.

Tekstur dan warna sangat mempengaruhi kesan pengguna ruangan terhadap ruangan. Ruangan berkarakter hangat dapat membuat pengguna didalamnya merasa waktu berjalan lebih lambat. Sedangkan, di dalam ruangan yang berkarakter dingin, waktu seakan berjalan cukup cepat. Oleh karena itu, karakter dingin sangat sesuai digunakan pada ruang-ruang operasi. Karakter dingin dapat dibentuk dari warna lighting, warna material serta furnitur yang ada di dalamnya. Perbedaan yang kontras antara dinding dan lantai dapat membantu mengidentifikasi batas. Pintu hendaknya berwarna kontras untuk memudahkan way finding pada saat kebakaran. Minimalkan penggunaan cermin, karena dapat memecah konsentrasi dan orientasi. Pembatasan tekstur dan warna perlu dilakukan untuk membantu pasien gangguan jiwa yang sensitif. F. Aspek Keamanan dan Evakuasi
Sistem pengamanan pada rumah sakit direncanakan menggunakan dua sistem, yaitu aktif dan pasif. Sistem keamanan aktif dapat menggunakan sistem monitor video (CCTV) yang diletakkan pada area-area yang kritis. Sistem ini memungkinkan petugas untuk memonitor segala sesuatu yang terjadi dalam waktu 24 jam. Sistem keamanan pasif didapat penataan lansekap dan pencahayaan luar ruangan yang memadai pada areaarea yang kritis, terutama pada malam hari. Sistem keamanan pada perencanaan fisik juga mencakup sistem pengamanan bahaya kebakaran yang terkait dengan usaha evakuasi.

92

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

BAGIAN 3

ISU KONTEMPORER ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


pendekatan-pendekatan yang merespon isu kontemporer

Perkembangan jasa layanan medis tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan jaman dimana berbagai isu kontemporer muncul dari waktu ke waktu. Isu tersebut muncul dalam relasi desakan strategis pertimbangan pengelolaan, akibat pergeseran karakter pelayanan merespon dinamika teknologi medik, ataupun perkembangan dalam rekayasa teknik termasuk perkembangan bahan bangunan. Isu kontemporer misalnya besaran fasilitas sesuai tingkat okupansi yang memungkinkan pertumbuhan, adanya tuntutan performa gedung sesuai dengan kelas layanan, performa fisik bangunan beserta lingkungan terhadap kemudahan pemeliharaan dan biaya, tuntutan konservasi bangunan dalam status benda cagar budaya dengan adaptasi fungsi baru, konservasi lahan dan konservasi energi untuk kepentingan pelestarian dan keberlangsungan adalah sebagian isu-isu mutakhir yang mengemuka dasawarsa ini. Pada bab ini akan dibahas tentang pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam menanggapi beberapa isu kontemporer.

1. Kesesuaian Besaran Fasilitas terhadap Okupansi Pelayanan


Strategi penting adalah rumusan besaran dan jenis layanan dalam perspektif Renstra Rumah Sakit. Dalam rumusan tersebut telah mewadahi kebijakan manajerial terkait dengan pentahapan serta investasi. Terkait dengan fasilitas, maka beberapa hal ini harus menjadi pertimbangan yaitu: a.Semua komponen struktur bangunan adalah tetap (fix) . b.Pentahapan struktur bangunan harus didasarkan pada perencanaan beban maksimal serta ketinggian struktur gedung tertentu. c.Usia teknis bangunan dan infrastruktur diperhitungkan 25 tahun sesuai syarat dalam Keciptakaryaan. d.Pentahapan pelaksanaan sistem infrastruktur harus didasarkan pada rancangan sistem keseluruhan yang matang. e.Ruang pelayanan didasarkan pada persyaratan tertentu sehingga tidak semua ruang bisa mengalami alih fungsi. Bangunan gedung bisa diasumsikan sebagai alat produksi. Kapasitas alat produksi yang lebih besar dari pada penjualan akan mengakibatkan inefisiensi. Inefisiensi secara langsung akan menghasilkan biaya produksi tinggi yang lambat atau cepat akan menggulung lapangan bisnis kita. Untuk itu sangat diperlukan penanda arah dan waktu. Kapan harus memperluas bangunan sebagai tuntutan penambahan jenis atau kapasitas pelayanan dan sebaliknya kapan harus menunggu. Secara prinsip gedung beserta infrastruktur penunjangnya sebagai aspek fisik akan mengikuti strategi non fisik. Namun secara langsung investasi pembangunan gedung menjadi salah satu komponen utama perhitungan biaya yang harus dikalkulasi dengan cermat tingkat pengembaliannya.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

93

Oleh karena itu hal apa yang bisa menjadi pertimbangan pengelola dan pembuat kebijakan untuk fasilitas kesehatan diantaranya adalah: a.Laksanakan pembangunan gedung jika okupansi telah tinggi (>70%). Implikasi jika okupansi terlalu tinggi maka kualitas pelayanan akan turun seiring dengan penurunan sanitasi dan daya dukung gedung. b.Laksanakan pembangunan gedung jika instalasi baru tersebut merupakan instalasi vital yang mempengaruhi kinerja unit pelayanan lain. Misalnya Rawat Jalan akan membutuhkan mutlak sarana prasarana diagnostik seperti pula rawat inap memerlukan instalasi rawat darurat dalam kapasitas yang tepat. c.Laksanakan pembangunan jika sarana prasarana penting telah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. d.Rencanakan dan laksanakan pemeliharaan rutin. e.Secara keuangan agenda pembangunan konstruksi baru bisa diagendakan setelah 6-7 bulan kecuali pertimbangan khusus. Jika prinsip prasyarat diatas belum ada, maka yang bisa dilaksanakan adalah: a.Rehabilitasi gedung termasuk sarana prasarananya b.Laksanakan perbaikan dalam kerangka pemeliharaan c.Konsolidasi keruangan dalam konsep renovasi atau rehabilitasi Rehabilitasi, renovasi dan perbaikan secara mutlak harus dengan anggaran belanja yang lebih rendah sekitar maksimal 2/5 biaya pembangunan konstruksi baru. Oleh karena itu pahami dan putuskan secara strategis. Dalam ilustrasi tersebut diatas dituntut pemahaman teknis sebaik pertimbangan manajemen strategik. Maka sedikit banyak perlu memahami komponen utama struktur bangunan yaitu pondasi, kolom, balok beton, plat beton. Secara prinsip seluruh beban diatas tanah akan disalurkan kebawah oleh sistem struktur serta dilandaskan ke tanah keras. Pondasi merupakan komponen bangunan terbawah yang meratakan dan atau menyalurkan beban. Sistem dan jenis pondasi sesuai dengan daya dukung tanah serta besar beban yang disalurkan. Besaran beban yang melampaui daya dukung tanah dan pondasi akan menyebabkan rusaknya pondasi. Sehingga hindarkan penambahan beban struktur baru disemua sistem struktur lama kecuali ekstensi yang telah diperhitungkan dari awal. Dalam perkembangan bahan bangunan memungkinkan dipilih material dinding ringan permanen (hebel) sehingga bisa mengurangi beban yang harus didukung oleh struktur bangunan atas. Selain itu didukung adanya produk khusus adukan, acian, dan spesi yang memiliki daya rekat baik dengan berat lebih ringan dengan nama dagang antara lain mortar utama. Selain itu adanya produk lapisan ringan dengan kemudahan aplikasi serta kekuatan untuk menjadi partisi ruangan sangat bermanfaat. Bahan yang tepat bahkan tidak saja menjadi penyekat ruang namun sekaligus sebagai peredam suara dengan fleksibilitas yang baik untuk dipasang vertikal sebagai komponen dinding atau horisontal sebagai komponen plafon. Masih banyak lagi dukungan kemajuan teknologi bahan yang mendukung kebutuhan di lapangan.

94

2. Arsitektur Rumah Sakit yang Memiliki Kelas Layanan


Isu ini lebih mengarah pada kepentingan bertemunya aspek perencanaan fasilitas terhadap strategi meraih segmen pasar bisnis. Kesesuaian besaran investasi fasilitas terhadap skenario aliran kas sehingga bisa diperoleh stabilitas kondisi keuangan secara umum. Kenyataan yang terjadi adalah kondisi fasilitas sangat mempengaruhi calon pembeli dan keputusanya. Semakin banyak aspek positif ditemukan oleh pembeli dari produk layanan akan semakin baik bagi penyedia.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Tuntutan dasar terhadap layanan kesehatan adalah profesional dan bersih. Dari dua tuntutan dasar tersebut maka implikasi terhadap fasilitas antara lain: a.Tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan layanan dengan antisipasi terhadap kapasitas maksimal b.Hubungan antar unit layanan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan pasien sepenting standar medik c.Rancang bahan yang awet, aman, dan tidak menangkap debu. Dukung kondisi bersih melalui rancangan warna dan cahaya. Kemudahan pemeliharaan dan efisiensi bujet akan menjadi penyeimbang keputusan dalam perancangan bangunan Namun disisi lain secara bersamaan tim perancang fasilitas harus menyesuaikan dengan tuntutan meraih segmen pasar yang sesuai. Pencitraan terhadap layanan yang tercipta dari fasilitas harus sesuai dengan kelas sasaran. Pencitraan yang berlebihan justru berakibat tidak menguntungkan. Kondisi tersebut mengakibatkan calon pembeli tidak berani observasi atau spekulasi membeli layanan sehingga berpindah pada alternatif yang sesuai dengan kemampuan dan harapan. Sedang dari sisi pengelolaan ketidaksesuaian bisa berakibat unit biaya lebih besar dibanding pemasukan. Dalam dinamika perkembangan rekayasa bangunan dan material, tuntutan tersebut tidak sulit untuk diwujudkan. Salah satu komponen bangunan yang membentuk citra layanan adalah penutup lantai. Keragaman produk di lapangan memberi peluang banyak pilihan. Secara teknis yang menjadi pertimbangan adalah ketebalan bahan, ketebalan lapisan permukaan untuk keramik, keseragaman dimensi, kemampuan dukung, dan meski tidak terlalu vital yaitu keawetan warna dan kemenerusan produksi tiap tipe. Dengan teknologi pembuatan yang baik dihasilkan keramik yang homogen. Homogenitas tersebut membuat lebih kuat dan hasil tanpa pori-pori. Salah satu produk di pasaran menggunakan nama Indogress. Kebutuhan medik tertentu lebih bersifat mutlak dibanding pertimbangan lainnya. Sebagai contoh fasilitas gedung di unit Bedah telah memiliki standard clean room tertentu dengan syarat aliran ruang menyangkut sterilitas, bahan permukaan serapat mungkin tanpa celah meminimalkan sambungan, menghindari sudut yang sulit dalam pemeliharaan sampai dengan dukungan kelengkapan infrastruktur yang baku. Perkembangan bahan yang mendukung diantaranya lapisan permukaan lantai tanpa celah berbahan vynil dengan ketebalan tertentu. Aplikasi menggunakan bahan perata dan perekat berlapis menghasilkan permukaan datar. Lapisan permukaan anti gores dan anti bakteri menghindari cacat permukaan yang sering tidak dapat dicegah dalam penggunaan alat bergerak. Selain itu pertimbangan keamanan pengguna adalah karakter anti selip. Lembar material fleksibel memungkinkan dilengkungkan dalam sudut tertentu. Di pasaran salah satunya dengan nama dagang tajima. Bahan yang mendukung kebutuhan fasilitas yang bersih dan sehat antara lain plint lantai. Plint lantai merupakan penutup permukaan lengkung antara lantai dan dinding. Sekaligus kepingan bahan tersebut menghindari munculnya kotor pada permukaan bawah dinding akibat pengepelan lantai. Penyiasatan beberapa kali berhasil dipraktekkan terutama pada fasilitas Rumah Sakit yang telah terbangun dan layanan telah berjalan. Untuk menyesuaikan pencitraan bangunan terhadap layanan digunakan konsep mengangkat kulit wajah (face-lift). Pertimbangan utama adalah: a.Bahan dan sistem kulit baru tidak boleh merusak atau membebani struktur yang telah ada. b.Kulit baru harus sesuai dengan tuntutan aktivitas ruang dalam dibaliknya. c.Garis rancangan dan pembentuk kulit baru harus sesuai dengan pencitraan layanan (brand image). Bahan yang ada di pasaran penunjang kepentingan tersebut antara lain lembaran aluminium cladding dalam modul tertentu dengan keragaman warna serta teknik dan bahan penggantung rangka hollow.

95

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Atau bahan kaca dengan warna beragam yang terus mengalami peningkatan karakter antara lain tidak meneruskan sinar UV, lapisan dan teknik tertentu menghindari pecah serpih, anti jamur atau noda, lapisan tertentu yang menghambat kemenerusan pandangan. Bahkan dalam rancangan yang ekonomis, perubahan warna cat dinding dalam komposisi yang baik akan menghasilkan perubahan citra bangunan. Perkembangan teknologi dan bahan pembentuk cat memudahkan dalam memperoleh perlindungan dinding, penutupan pori-pori yang sempurna, lapisan anti bakteri, anti jamur, anti noda. Sebagai contoh dalam produk di pasaran dengan nama Jotun. Material didukung oleh kehandalan pantauan pabrik yang ketat dalam syarat kondisi bidang aplikasi membuat hasil pengecatan yang baik.

3. Performa Fisik Bangunan dan Lingkungan Terhadap Kemudahan Pemeliharaan dan Biaya
Kemudahan pemeliharaan merupakan faktor penting dalam pertimbangan desain. Kesalahan dalam desain akan menjadi beban biaya seumur bangunan beroperasi. Pemeliharaan menyangkut rincian kualitas permukaan yang berhubungan dengan kondisi ruang. Sangat penting untuk dipahami pembedaan tuntutan bagi ruang luar dan ruang dalam. Perbedaan tuntutan salah satunya disebabkan oleh skala, jangkauan pengamatan, dan pemanfaatan. Sebagai contoh aplikasi pengecatan bertekstur pada ruang dalam sebaiknya dihindari karena permukaan tersebut menuntut bebas debu sehingga tidak tepat mengaplikasikan jendela hidup disisi lain, dengan demikian perlu pengkondisian udara buatan yang harus diperhitungkan dalam bujet konsumsi listrik. Namun teknik pengecatan tersebut masih memungkinkan diaplikasikan pada permukaan dinding luar bangunan untuk menghasilkan citra alami. Kualitas cat yang baik dengan kandungan anti lumut dan bakteri bisa mencegah turunnya kualitas permukaan dinding. Ataupun penggunaan batu alam dengan treatment tertentu untuk lapisan permukaan anti lumut. Kemudahan pemeliharaan antara lain dengan pertimbangan ada tidaknya sistem yang bisa menjangkau komponen bangunan secara mudah. Sebagai contoh komponen atap bangunan pada gedung bertingkat sedang hingga tinggi. Untuk itu secara fungsional perlu dipilih bahan yang tahan lama, segmen tidak mudah lepas, serta mempunyai daya dukung tinggi. Disisi lain pertimbangan kelengkapan alat pendukungnya.. Terkait dengan biaya, pilihan material bangunan dipertimbangkan dalam aspek ketahanannya. Salah satu yang mempengaruhi usia teknis bahan adalah ketepatan dalam pengkondisian seperti yang dipersyaratkan. Perubahan suhu serta perbedaan kelembaban akan berpengaruh terhadap fisik bahan. Hal kecil yang perlu dipertimbangkan juga adalah efisiensi penggunaan bahan terhadap rancangan. Oleh karena semua bahan bangunan memiliki dimensi modul yang sama atau hampir sama disetiap jenisnya, maka penggunaan ukuran dengan perhitungan kelipatan akan tidak menyisakan bahan bangunan.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

96

4. Arsitektur Rumah Sakit yang merespon Konservasi Cagar Budaya dan Beradaptasi dengan Fungsi Baru
Beberapa bangunan memiliki status sebagai benda cagar budaya. Bangunan yang merupakan benda cagar budaya secara status diikat oleh Undang-undang Cagar Budaya. Pada sebagian kota bahkan telah diterbitkan list gedung-gedung yang masuk dalam kategori Cagar Budaya. Perlu secara pasti memahami ruang lingkup pelestarian. Apakah bangunan, bangunan dan lingkungan, lingkungan saja atau bahkan distrik hingga kawasan sekitar rumah sakit. Setelah itu perlu dirumuskan ketepatan tindakannya.

Secara prinsip tindakan pelestarian lebih tepat untuk ditekankan pada keberlangsungan bangunan terkait dengan kehidupan. Artinya aset cagar budaya yang lestari tidak saja secara fisik namun juga pemanfaatan gedung tersebut dalam fungsi baru yang tanggap terhadap perkembangan dan sesuai dengan guna ruang dominan sekitarnya. Dengan demikian tidak menutup kemungkinkan dilaksanakan pembangunan gedung baru diantara aset cagar budaya dengan menjawab tolok ukur kesesuaian sebagai berikut: Gaya (style), Kriya (workmanship), Bahan (materials), Kegunaan (function), dan Kesinambungan (continuity). Tindakan dan metode dalam penanganan pelestarian bangunan dan lingkungan adalah: a.Inventarisasikan secara lengkap seluruh aset bangunan, lahan dan infrastruktur b.Kajian delineasi dan status bangunan beserta lingkungannya c.Konsultasikan rencana tindakan pelestarian ke Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang ada di provinsi d.Susun rencana teknis dan detil perancangan e.Implementasi rencana Secara prinsip teknis yang harus dipahami adalah: a. Sebagian besar atau semua sistem struktur gedung cagar budaya tidak menggunakan beton rangka namun dinding penyangga beban, sehingga semua komponen bangunan adalah bagian dari sistem struktur . b. Komponen bangunan rata-rata unik sulit bahkan tidak lagi diproduksi kecuali dalam pemesanan khusus. c.Usia menyebabkan kemungkinan jaringan infrastruktur tidak layak digunakan lagi. Selain itu sistem jaringan lama tidak lagi efisien terhadap beragam kepentingan baru. d.Rata-rata memiliki level plafon yang tinggi sehingga memungkinkan dilaksanakan penataan ruang dalam sesuai dengan adaptasi fungsi baru sekaligus memperoleh efisiensi volume ruang. e.Akibat belum aplikasi teknik beton kedap air membuat sebagian dinding lembab akibat kapilerisasi air tanah. Bisa dilaksanakan injeksi waterproofing secara merata pada dinding diatas lantai. Namun dengan perkembangan bahan bangunan, adaptasi garis desain, warna, dimensi bisa dilaksanakan dengan bahan baru dan teknologi baru. Misalnya tuntutan adaptasi detil pada pintu jendela termasuk teknik penggantungan berpeluang untuk diaplikasikan pada bahan baru. Salah satu produk di pasaran yang melaksanakan hal tersebut adalah Fentura Windows.

5. Konversi Lahan dan Konversi Energi


Pembangunan berkelanjutan merupakan semangat yang melekat di era ini. Berkelanjutan artinya tidak saja memikirkan keperluan saat ini namun mempertimbangkan lingkungan tempat hidup bagi generasi mendatang. Salah satunya mengandung arti bagaimana pembangunan dapat berjalan tanpa melampaui ambang batas daya dukung lingkungan saat ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk hidup, membangun dan mencukupi kebutuhannya. Untuk itulah salah satunya kepatuhan dalam angka maksimal lahan boleh tertutup (building coverage) serta kepadatan terkait dengan total luas lantai menjadi harga mutlak. Termasuk pula semaksimal mungkin mempertahankan profil muka tanah alami. Untuk itu diperlukan kecerdasan dalam merancang hubungan antar fungsi serta distribusi fungsi yang efisien serta nyaman. Rencanakan pemanfaatan lahan yang tepat dengan ruang terbuka yang memadai tertanami oleh pohon yang sekaligus memiliki peran neka guna. Jika kita kaji tindakan konservasi lahan secara prinsip erat berhubungan dengan upaya pelestarian energi karena secara langsung atau tidak akan mempengaruhi kondisi lingkungan. Syarat keamanan lingkungan terpenuhi akan berakibat positif pada stok air tanah serta penjagaan kualitas lingkungan dari polusi. .

97

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

Kondisi mutlak terhadap hasil aktivitas rumah sakit adalah pentingnya pengolahan sampah medik secara khusus, pengelolaan limbah cair sehingga faktor infeksi tidak mencemari lingkungan serta eksplorasi air tanah secara bijaksana. Berhubungan dengan konsumsi energi, rumah sakit merupakan salah satu fungsi yang membutuhkan dukungan energi tinggi. Sumberdaya tersebut antara lain: listrik, bahan bakar untuk operasionalisasi alat catu daya cadangan listrik, air bersih, tanah sehat, udara bersih. Dalam segala kondisi pelestarian sumberdaya merupakan hal yang tidak disangkal. Untuk itu rancangan bangunan beserta sistem penunjangnya diarahkan untuk pemanfaatan yang lestari. Hal sederhana yang digunakan sebagai template pada penataan lay-out instalasi rawat jalan/poliklinik pada masterplan Rumah sakit adalah menempatkannya dalam sebuah jejalur paralel yang memungkinkan diletakkannya ruang tunggu di sisi luarnya sehingga ruang tunggu tersebut dapat memanfaatkan bantuan pencahayaan dan penghawaan alami (tidak secara total), sehingga dapat memotong biaya operasional yang harus dikeluarkan.

6. Arsitektur Rumah Sakit yang Tanggap Bencana


Melihat adanya potensi gempa di tanah air maka dalam bangunan rumah sakit harus tanggap terhadap potensi yang ada dan kemungkinan terjadi. Rumah sakit adalah bangunan publik yang secara fungsional mempunyai peran sebagai muara evakuasi korban bencana. Dengan kata lain, bangunan gedung rumah sakit harus tetap berdiri dan melaksanakan pelayanan apapun kondisi disekitarnya. Terkait dengan hal tersebut, maka pertimbangan lokasi menjadi faktor penting. Pilih lahan yang tidak dekat dengan bahaya seperti misalnya perbukitan rawan longsor, lahan yang memiliki jenis tanah sensitif (tanah mengembang), ataupun tepi pantai terbuka. Jika tidak dimungkinkan pemilihan lokasi yang lebih baik maka diperlukan sistem pengamanan dengan rekayasa teknis yang tepat. Rancangan struktur merupakan aspek penting terhadap keamanan bangunan. Struktur serta bahan gedung harus mempunyai kelenturan atau daktilitas yang baik serta mempunyai daya tahan terhadap kerusakan. Perhitungan pembebanan dalam perencanaan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) didukung kesempurnaan dalam pelaksanaan menjadi aspek metodologi yang dipersyaratkan. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa telah dikeluarkan dan disosialisasikan oleh Departemen Pekerjaam Umum. Dalam pedoman tersebut telah mengatur metode dan cara antara lain: penempatan dan pengaturan tulangan, teknik sambungan antar komponen balok-plat-kolompondasi, kualitas tahan tekan beton minimum 175 kg/cm2 dan kekuatan tarik baja 2400 kg/cm2. Semua material bangunan selalu mempunyai spesifikasi teknis yang tidak boleh dilanggar untuk mendapatkan keamanan struktur sehingga perencanaan dan pelaksanaan merupakan kunci utama yang tidak boleh ditinggalkan salah satu. Keamanan lain yang harus diperhitungkan adalah keselamatan pengguna. Hal tersebut menyangkut jalur evakuasi yang jelas, memenuhi standar dimensi, jumlah dan sebaran serta bahan bangunan yan tepat. Selanjutnya dukungan terhadap keamanan dan keselamatan pengguna adalah bagian dari peran utilitas mekanikal dan elektrikal. Hal tersebut antara lain: kinerja alat deteksi asap, api serta suhu panas; hidran atau lain sebagai bagian dari sistem pengendalian kebakaran; sistem penangkal petir yang aman. Tidak ada satupun bahan dan sistem yang mengatakan dirinya aman terhadap bencana. Namun dengan perencanaan yang tepat dan cermat maka waktu kritis bisa terlampaui sebelum memasuki waktu luruh/rusak teknis bahan.
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT

98

You might also like