Professional Documents
Culture Documents
Yasir
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, Pekanbaru 29293
Yasir_jm@yahoo.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
media massa, baik cetak maupun elektronik, memuat berita mengenai
ruang kota. Pada sisi yang lain, investor baik secara mandiri maupun
Kota Pekanbaru yang bersih dan tertib sesuai dengan program yang dimiliki
mengatur bahwa Dinas Pasar Kota Pekanbaru mempunyai tugas pokok yaitu
penataan dan pembinaan pedagang kaki lima. Salah satu penataan dan
pembinaan pedagang kaki lima yang dilakukan Dinas Pasar Kota Pekanbaru
ketertiban umum.
ditujukan kepada para pedagang di areal Pasar Agus Salim, Simpang Ahmad
Bahwa batas waktu yang telah ditentukan untuk menggelar dagangan hanya
sampai dengan pukul 07.00 WIB; 2) Bagi pedagang yang tertangkap tangan
ketika menggelar dagangan di atas pukul 07.00 WIB terhitung sejak tanggal
10 Maret 2007 akan diambil tindakan penertiban oleh petugas untuk diproses
terlihat banyaknya para pedagang kaki lima yang belum mau pindah ke
solusi yang tepat. Ini tampak dari kebijakan penertiban PKL dengan
membangun pasar alternatif yang masih belum didukung dengan sarana dan
prasarana yang layak, harga sewa los dan kios tinggi, disamping belum
yang berbeda. Oleh karena itu, tujuan pokok dari setiap kebijakan
mungkin menjadi monopoli media, tetapi harus dilakukan oleh para karyawan
Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk mewujudkan ketertiban umum oleh Dinas
METODE PENELITIAN
4
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tradisi
penelitian studi kasus. Creswell (1998: 61) dan Mulyana (2002: 201)
kehidupan nyata, ketika batasan antara fenomena dan konteks tidak terbukti
wawancara, materi audio-visual, dan dokumen atau laporan. Dalam hal ini,
data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan
Berkaitan dengan hal ini, jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam simbol-
(PKL)
benda/barang dalam bentuk apapun ditepi jalan, jalur hijau, taman dan
6
tidak, kecuali di tempat-tempat yang diizinkan oleh walikota atau pejabat
yang ditunjuk.
Terkait dengan ini, untuk menghadapi pedagang kaki lima yang tidak
Tim Terpadu. Tim ini terdiri dari 102 orang, adapun rinciannya adalah 28
orang dari Dinas Pasar, 15 orang dari pemuda tempatan, 40 Satuan Polisi
pedagang kaki lima di lokasi yang dianggap rawan seperti pedagang kaki
lima di jalan Teratai, Seroja, IstiQomah, Agus Salim dan Ahmad Yani.
7
Selain itu perencanaan kebijakan komunikasi secara teknis banyak
dilakukan dengan berbagai cara. Untuk menertibkan pedagang kaki lima ini
pada badan jalan maupun halaman pertokoan dan pemilik toko tidak
belum berjalan dengan baik, ini terbukti banyak kebijakan yang tidak
pedagang kaki lima dengan berbagai cara. Namun, pemerintah belum dapat
tempat yang layak dan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain
pekerjaan yang tepat apabila pendagang kaki lima harus “digusur”. Ini terkait
kebijakan komunikai dari tahap identifikasi hingga tahap formulasi dipilih dan
adalah Pasar Sail, Pasar Bawah dan Pasar Senapelan yang dijadikan pasar
8
tradisional modern. Pasar-pasar ini dalam pelaksanaan pembangunannya
dilakukan oleh pihak ketiga, yang telah menghabiskan biaya sebesar Rp.
113.366.001.740,- dan dua lokasi pasar tradisional lain melalui dana APBD
Kota Pekanbaru yakni Pasar Labuh Baru dengan alokasi dana sebesar Rp.
Pasar pagi Limapuluh dan pasar baru lainnya yang siap menampung
dan peremajaan pasar yang dilakukan Pemerintah Kota Pekanbaru itu belum
terlihat dari sewa gedung yang jauh dari jangkauan pedagang. Selain itu
kesulitan yang dihadapi adalah akses ke pasar yang sulit baik bagi pedagang
jalan Teratai, Seroja dan Gang Istiqomah. Pedagang kaki lima tidak mau
pindah ke Pasar Senapelan karena sewa los dan kios yang tawarkan terlalu
Kota dengan PT. Peputra Maha Jaya (PMJ). Dalam pengelolaan Pasar
langsung kepada PT. Peputra Maha Jaya. Akan tetapi PT. Peputra Maha
terhitung pada tahun 2005. Hal inilah yang menyebabkan sewa kios dan los
Pekanbaru dalam hal ini juga tidak konsisten terhadap program yang telah
menarik retribusi kepada pedagang kaki lima yang terlihat resmi dan
badan jalan. Dalam hal ini, Dinas Pasar Kota Pekanbaru dalam menangani
kebersihan pasar itu sendiri. Tidak hanya di Pasar Agus Salim, keadaan yang
lima yang umum dilakukan oleh Dinas Pasar adalah dengan melakukan
patroli terutama di jalan sekitar Pasar Senapelan dan Agus Salim setiap hari.
untuk berjualan. Khusus untuk Pasar Agus Salim Dinas Pasar melakukan
operasional dinas untuk patroli setiap harinya. Tujuan patroli tersebut adalah
pengguna jalan tidak terganggu dengan aktivitas pedagang kaki lima. Tidak
hanya itu, terkadang pemerintah kota melalui Tim Terpadu juga melakukan
penertiban bagi pedagang yang berjualan di luar area Jalan Agus Salim
seperti Jalan Sudirman dan Jalan Ahmad Yani setelah Pukul 07.00 WIB.
adalah Pasar Senapelan terletak di Jalan Ahmad Yani, Pasar Inpres Agus
Salim di Jalan Agus Salim, Pasar Limapuluh di Jalan Sultan Syarif Kasim,
Pasar Labuh Baru di Jalan Durian dan Pasar Rumbai. Lima pasar tersebut
hingga tahun 2008, Pasar Senapelan belum sepenuhnya diisi oleh pedagang
untuk menempati los dan kios yang disediakan di dalam gedung. Berkaitan
agar segera diisi dan para PKL dapat melakukan aktivitas berjualan di dalam
gedung. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pasar dilakukan dengan cara
memberikan surat edaran ke pedagang untuk segera mengisi los dan kios di
fungsi Jalan Agus Salim sebagai jalan umum. Kebijakan yang diambil adalah
dengan membangun Gedung Inpres Agus Salim pada tahun 2005 sebagai
berikut:
12
“.....Memberikan surat edaran No. 097/511.2/DP-1/2007 tertanggal 29
Januari berisikan, diberitahukan kepada seluruh pedagang ikan basah
Jalan Agus Salim sebagai berikut: Pertama, Pedagang ikan basah
tidak dibenarkan berjualan pada lapak/meja yang ada pada tanah
pemerintah dan badan Jalan Agus Salim. Kedua, seluruh pedagang
ikan basah supaya masuk ke pasar yang disediakan PT Makmur
Papan Permata di Pasar Sukaramai. Ketiga, khusus pedagang sayur
dan jenis dagangan lainnya tidak dibenarkan memakai badan jalan,
parit, trotoar dan ditempatkan/masuk ke Pasar Inpres Agus Salim”
(Sumber Riau Pos, 3 Februari 2007).
Salim ini, para pedagang masih tetap belum pindah untuk menggunakan
pedagang kaki lima, Dinas Pasar menggratiskan sewa los dan kios selama
tiga bulan. Namun sosialisasi tersebut hanya menarik beberapa pedang saja
dan hingga kini gedung Inpres Agus Salim masih kosong terutama di lantai
Seroja, Gang Iastiqomah, Ahmad Yani dan PKL yang bertebaran di setiap
sudut kota Pekanbaru. Sosialisasi Pasar Pujasera Arifin Ahmad oleh Dinas
Pasar hampir sama dengan Pasar Agus Salim. Untuk menempati lokasi
dibebaskan dari pungutan sewa los dan kios selama satu tahun. Kemudian
dengan bentuk surat edaran, juga dilakukan secara lisan maupun tulisan
13
yang dimuat di media massa cetak. Untuk mengarahkan agar los dan kios
yang masih kosong bisa segera diisi oleh PKL, sosialisasi dijalankan dengan
Sosialiasasi ini dilakukan secara bersama dengan Tim Terpadu. Kegiatan ini
Sudirman dan lokasi lainnya. Tujuannya agar para pedagang kaki lima tidak
kaki lima yang masuk. Para PKL ini mau berpindah tempat ke Pasar Palapa
bangunan los dan kiosnya kokoh. Keberhasilan sosialisasi pasar ini didukung
mewujudkan kota yang bersih, indah dan tertib, Dinas Pasar juga melakukan
Terpadu dapat melakukan penertiban dengan tegas dan tanpa beban untuk
kapan saja.
is used, the networks through which it flows, the structures of the media
system, the regulatory framework for the system, and the desicion of people
Akan tetapi, Pemerintah Kota Pekanbaru hingga saat ini belum secara
larut. Para PKL mengganggap mereka sudah memiliki tempat dan legal
ada tindakan kongkret secara hukum kepada pedagang kaki lima yang
tertulis bagi pedagang kaki lima yang tertangkap tangan ketika melanggar
dengan cara menawarkan Pasar Pujasera Arifin Ahmad dimana pasar baru
tersebut tidak berfungsi maksimal karena tidak banyak pedagang yang mau
berjualan di sana. Ini disebabkan oleh adanya pasar dan pedagang kaki lima
di Simpang Arengka.
Agus Salim tidak berfungsi baik karena pedagang kaki lima masih berjualan
di sekitar lingkungan pasar. Di pasar tersebut banyak los dan kios di dalam
gedung masih kosong karena masih banyak pedagang kaki lima berjualan di
luar pasar tersebut atau tepatnya memakai badan jalan. Pasar Inpres Agus
Salim yang lokasinya tepat berada di Jalan Agus Salim hingga saat ini dari 3
(tiga) lantai yang dibangun hanya lantai satu saja yang ditempati oleh para
16
pedagang. Oleh karena itu, aktifitas PKL dan berbagai ketidakkonsitenan
Perda tidak berjalan maksimal dan ini adalah bagian dari komunikasi
SIMPULAN
surat-surat edaran, operasi rutin dan patroli setiap hari di pasar-pasar yang
17
mempertimbangkan kebutuhan para PKL sebagai target utama perubahan
dan membuat plang yang jelas di tempat yang dilarang berjualan. Di samping
masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Hasan, Erliana, 2005, Komunikasi Pemerintahan, Refika Aditama, Bandung.
Wibowo, Edi, dkk., 2004, Kebijakan Publik dan Budaya, YPAPI, Yogyakarta.
19