You are on page 1of 8

MODUL Rekayasa nilai (value engineering)

Rekayasa nilai merupakan suatu teknik dalam perancangan produk. Secara umum, rekayasa nilai bertujuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak perlu tanpa mengorbankan kualitas produk. Setiap produk selalu mempunyai fungsi pokok. Dengan kata lain, suatu produk harus dapat atau memungkinkan untuk melakukan sesuatu. Identifikasi fungsi produk hanya mungkin dilakukan dengan melihat kegunaan yang diberikan oleh produk tersebut, misalnya : menulis (untuk sebuah pensil), menyalakan api (untuk sebuah korek api), mengangkut atau memindahkan (untuk sebuah mobil).

11

Walaupun demikian, pada umumnya konsumen masih menginginkan sejumlah fungsi tertentu yang sebetulnya bersifat sekunder, misalnya (dengan tetap mengacu pada contoh di atas) : menulis dengan tinta hitam, menyalakan api dengan bahan bakar gas, mengangkut dengan aman dan nyamaii. alat tulis yang tampak mewah, korek api yang bentuknya indah, mobil dengan warna dan interior yang menawan.

Selain fungsi di atas, suatu produk juga mempunyai fungsi estetis, misalnya :

Bagaimana konsumen menilai fungsi-fungsi tersebut? Apakah fungsi kegunaan tadi bersifat tetap? Apakah fungsi-fungsi yang sebetulnya hanya bersifat estetis yang paling menentukan sikap konsumen terhadap produk? Pertanyaan-pertanyaan mendasar inilah yang menjadi permasalahan dalam rekayasa nilai. 1. Prinsip-prinsip rekayasa nilai Tujuan utama penciptaan suatu produk pada dasarnya adalah untuk memberikan kepuasan kepada pemakainya. Dengan demikian para perancang produk seharusnya tidak menciptakan fungsi-fungsi produk yang berlebihan yang pada akhirnya tidak berguna. Jadi gagasan-gagasan harus dikembangkan dengan bertitik tolak dari : penghematan biaya, penghematan waktu,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

penghematan bahan, Dalam merancang suatu produk, permasalahan pokok yang dihadapi dapat

dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dari produk jadi. dirumuskan sebagai berikut : apabila fungsi pokok telah terpenuhi sampai sejauh mana perancang dapat menambahkan fungsi- fungsi sekunder. Hal ini perlu diperhatikan mengingat penambahan fungsi pada produk akan selalu berarti penambahan biaya. Kiranya dapat dipahami bahwa dalam hal tertentu mungkin raja konsumen lebih menyukai produk yang sederhana, lebih rasional dan murah. Sebagai gambaran, apakah saudara pernah menyadari bahwa ada peraut pensil yang dilengkapi dengan karet penghapus. Orang jarang sekali menggunakan karet penghapus ini sedangkan penambahan karet penghapus pada peraut pensil tersebut menyebabkan penambahan biaya produksi yang cukup tinggi. Dalam mempertimbangkan pokok bahasan di atas, perlu digarisbawahi: peran kreativitas dan inovasi, kemampuan bekerja dalam suatu kelompok (multi disiplin), kegiatan yang dilakukan melibatkan waktu dan biaya.

2. Pengertian fungsi produk Pada saat produk akan dirancang, persoalan niendasar yang timbul adalah aspek "kegunaan produk". Pendekatan yang paling baik untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan mcncoba mendefinisikan semua fungsi yang harus ada pada produk. Analisis selanjutnya harus didasarkan atas fungsi-fungsi tersebut. Produk harus memungkinkan untuk dipakai melakukan sesuatu atau seseorang mendapatkan sesuatu. Pompa sepeda, misalnya, harus memungkinkan paling tidak menghasilkan udara. Dengan demikian, suatu fungsi atau kegunaan dapat didefinisikan sebagai "suatu kegunaan yang diberikan kepada pemakai atau pemilik produk untuk niemenuhi suatu atau sekumpulan kegunaan tertentu." Berangkat dari pengertian di atas, maka fungsi mencerminkan suatu kerja atau pertukaran yang obyeknya bisa herupa : enersi, bahan, gaya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Dalam hal ini enersi, bahan, dan gaya tersebut dapat dipandang sebagai pendukung proses pertukaran atau kcrja tadi. Dengan demikian, hubungan produk dengan lingkungannya dapat digambarkan sebagai berikut :

( PRODUK )
HUBUNGAN FUNGSIONAL HUBUNGAN FUNGSIONAL

( EMITOR )

( PENERIMA )

Setiap fungsi yang terdapat pada produk merupakan pencerminan hubungan antara emitor dan penerima. Dalam contoh korek api dapat digambarkan hubungan sebagai berikut :

( PRODUK ) KOREK API

( EMITOR ) TANGAN

Fungsi fungsi

( PENERIMA ) ROKOK

Dengan demikian fungsi pokok korek api adalah memungkinkan tangan untuk menyalakan rokok. Sudah barang tentu masih banyak fungsi yang bersifat komplementer, seperti : harus kelihatan estetis, dapat dipegang dengan baik, dapat disimpan dalam saku, dapat digunakan bahan bakar gas, dan lain-lain.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Singkatnya, untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi tersebut, maka perlu diuunikan setiap hubungan yang mungkin antara produk dengan lingkungannya. 3. Pengertian nilai (value) Pengertian nilai dapat dibedakan atas : nilai bagi pemakai produk (konsumen), dan nilai bagi pembuat produk (produsen).

Nilai bagi pemakai merupakan ukuran sampai sejauh mana pemakai bersedia mengorbankan sesuatu untuk mcmiliki suatu produk. Sedangkan nilai bagi produsen menunjukkan pcngorbanan yang diberikan produsen dalam menawarkan suatu produk kepada konsumennya. Pengertian nilai masih dapat dibedakan lagi atas : a. nilai kegunaan : menyatakan tingkat kegunaan dan pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu produk. b. nilai prestise : nilai yang mengkaitkan suatu produk dengan "image" yang menyebabkan daya tarik untuk memilikinya. c. nilai tukar : merupakan ukuran pL ngorbanan financial yang diberikan konsumen untuk dapat memiliki suatu produk. d. nilai biaya : merupakan hasil penjumlahan dari biaya-biaya seperti bahan, tenaga, biaya tak langsung, dan biaya lain yang harus dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Dalam rekayasa nilai, analisis produk dilakukan dengan memberikan nilai pada setiap fungsi produk (nilai kegunaan). Dengan demikian tingkat kepentingan bagi fungsi-fungsi yang terdapat pada suatu produk dapat dibuat peringkatnya scsuai dengan besarnya nilai yang diberikan oleh pemakai pada setiap fungsi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

nilai

Fungsi I

Fungsi II Fungsi III

Fungsi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Selanjutnya apabila biaya yang harus dikeluarkan untuk manyediakan fungsi-fungsi tersebut diplot terhadap fungsi produk, maka akan dapat diidentifikasikan kesenjangan (gap) antara apa yang diinginkan oleh pemakai (dinyatakan dengan nilai) dengan apa yang ditawarkan oleh produsen ( dinyatakan dengan biaya )

Biaya Rp

Fungsi I

Fungsi II Fungsi III

Fungsi
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa fungsi I merupakan fungsi pokok (lihat gambar 11.3) namun dilihat dari segi biaya ternyata bagi pemakai fungsi II yang menimbulkan biaya terbesar (lihat gambar 11.4). Dengan demikian, upaya penekanan biaya harus dilakukan terutama terhadap fungsi II karena dalam contoh ini fungsi II telah ditambahkan pada produk secara berlebihan.

Perbaikan sistem kerja


Proses produksi biasanya melibatkan komponen-komponen yang membentuk sistem kerja, meliputi : pekerja, bahan mesin dan peralatan kerja, lingkungan kerja.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Upaya penekanan biaya pada tahapan proses produksi dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan terhadap komponen pembentuk sistem kerja seperti yang dikemukakan di atas. Perbaikan komponen sistem kerja dapat diarahkan untuk mencapai sistem kerja yang "terbaik"; seperti perbaikan operasi, pemeriksaan, transportasi, atau penyimpanan yang menyebabkan kelambatan-kelambatan yang terjadi pada suatu proses. Lebih jauh lagi, perbaikan pada salah satu komponen sistem kerja ini akan mempengaruhi sistem kerja secara menyeluruh. Kriteria umum yang dipergunakan untuk menerima atau menolak perbaikan sistem kerja bergantung pada nilai penghematan yang bisa diperoleh akibat adanya perbaikan, dan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan tersebut. Perbaikan sistem dapat dilaksanakan jika nilai penghematan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan. 1. Faktor pekerja Jika seseorang bekerja, sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan kerjanya. Gambar 11.5. menunjukkan hal tersebut. Secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok faktor diri (individu) dan kelompok faktor situasional. Sesuai dengan namanya, kelompok pertama terdiri dari faktor- faktor yang ada pada dui si pekerja itu sendiri. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan pengalaman,,faktor diri ini tidak mudah untuk mengubahnya. Artinya faktor-faktor ini sifatnya tetap dan merupakan halhal yang sudah ada (given) dan harus diterima sebagaimana adanya. Berbeda dengan faktor yang pertama, kelompok kedua terdiri dari faktor-faktor yang hampir sepenuhnya dapat diatur dan diubah. Kelompok faktor situasional terbagi dalam dua sub kelompok, yaitu sub kelompok yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasian, dan sub kelompok yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerja yang bersangkutan. Besarnya pengaruh faktor-faktor tcrsebut tcrhadap keberhasilan kerja bukannya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tersebut, tetapi merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadang-kadang mengikuti suatu mckanismc yang sangat kompleks.

Gambar 11.5 Faktor-faktor diri, dan situasional yang mempengaruhi hasil kelp

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Dengan demikian pimpinan perusahaan harus dapat mcngatur semua faktor-faktor tersebut sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan menjalinnya dengan faktor-faktor dari pckerja untuk menciptakan keberhasilan yang maksimal. 2. Faktor bahan Usaha-usaha penghematan biaya bahan perlu dikaji dengan baik, karena masalahnya bukan hanya mencari bahan yang murah harganya, tetapi juga perlu memperhatikan kualitas hasil yang diharapkan. Usaha pengendalian bahan dapat dilakukan antara lain dengan : a. Melaksanakan kebijaksanaan pengendalian persediaan bahan : Dalam hal ini perlu dicari jumlah perscdiaan bahan yang optimal, agar terjadi keseimbangan antara biaya-biaya persediaan, schingga menghasilkan biaya total persediaan yang minimal. b. Memilih jenis bahan yang tepat : Untuk menghasilkan suatu kualitas hasil yang diinginkan, mungkin akan ditemukan bcbcrapa pilihan jPnis bahan yang dapat digunakan. Lebih jauh lagi perlu dikaji apakah masing-masing alternatif bahan tersebut dapat memenuhi fungsi atau nilai pakai yang diinginkan? Studi ini dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis nilai (value analysis) terhadap masingmasing bahan. Apabila fungsi yang diharapkan dari bahan-bahan tersebut dapat dipenuhi, maka langkah pemilihan bahan selanjutnya didasarkan pada harga yang termurah. Sifat-sifat bahan yang lain dapat pula digunakan sebagai kriteria untuk memilih alternatif bahan, di antaranya : berat, kekuatan, kemudahan diproses dan "penampilan" (appearence). 3. Faktor mesin dan peralatan Untuk bisa memaksimumkan tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dilakukan pengaturan kerja sedemikian rupa schingga tingkat pengangguran (idle) mesin atau peralatan menjadi sekecil mungkin. Bahkan jika memungkinkan hendaknya dapat dihilangkan. Ada beberapa hal yang hisa menyehabkan mesin menganggur, di antaranya: bahan kosong, mesin rusak, operator sibuk, Iisfrik mati, dan sebagainya. Untuk mengkaji tingkat penggunaan mesin atau peralatan, perlu dipahami beberapa clemen waktu dalam proses operasi, diantaranya : waktu mesin berproduksi, waktu penyiapan mesin, waktu pemeriksaan mesin, dan waktu operator.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengkaji atau meminimumkan waktu menganggur mesin, di antaranya : a. Teori antrian : Teori ini digunakan untuk mencari jumlah mesin atau peralatan yang optimal agar waktu menunggu bahan karena mesin sibuk, atau waktu menunggu mesin karena bahan kosong, seminimal mungkin. b. Peta pekerjaan dan mesin : Dalam beberapa hat, antara operator dan mesin sering terjadi interaksi kerja secara bergantian, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja, atau sebaliknya, sementara mesin bekerja, operator menganggur. Pcta pckerja dan mesin menggambarkan koordinasi antara waktu kerja dan waktu menganggur dari kombinasi kerja antara pckerja dan mesin. Dengan demikian, peta ini dapat digunakan untuk mengatur cara kcrja dengan tujuan untuk mengurangi waktu menganggur, baik waktu mcnganggur pckerja maupun mesin. 4. Faktor lingkungan kerja Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa di antara faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil kerja manusia, faktor luar merupakan salah satu faktor yang penting. Salah satu faktor luar yang akan dibahas dalam kesempatan ini adalah lingkungan kcrja, dimana manusia melaksanakan kegiatan kerja. Salah satu faktor yang dapat menunjang manusia untuk dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang optimal adalah kondisi lingkungan yang baik. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik apabila dalam kondisi tersebut manusia hisa mclaksanakan kegiatannya dengan mengerahkan kcmampuan optimalnya secara sehat, aman, dan selamat. Ketidakbcrcsan lingkungan kerja dapat menuntut. tenaga dan waktu yang lebih banyak, yang tentunya tidak akan mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien . Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, sehingga setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi dewasa ini memungkinkan untuk melaksanakan pengujian tersebut, dan tentu saja, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia dalam menghadapi pengaruh lingkungan fisiknya, sangat membantu dalam menetapkan tingkat kondisi fisik optimal. Banyak faktor yang menentukan tingkat kondisi fisik, di antaranya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, dan bau-bauan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Bambang Trisno M.

MANAJEMEN INDUSTRI

You might also like