You are on page 1of 25

LAPORAN KARYA WISATA KE BALI

Disusun untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Kelas XII IPA 1

Disusun Oleh:
Nama Kelas NIS : : : Nur Laeli XII IPA 1 117663

SMA NEGERI 1 PANGKAH KAB. TEGAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini telah diteliti dan disahkan pada :

Hari Tanggal

: :

Oleh :

Mengetahui,

Kepala SMA N 1 Pangkah

Pembimbing Guru Mapel Bahasa Indonesia

Drs. Munaseh NIP. 19620412 199203 1 010

Hesti Peni Yuliani, S.Pd NIP. 19700726 199702 2 004

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO 1. Suatu pekerjaan tanpa rasa tekun,sabar dan iklas maka sia-sialah pekerjaan itu. 2. Raihlah semua cita-cita yang kita inginkan. 3. Dengan agama hidup terarah. 4. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. 5. Cobaan adalah ajaran untuk memulai kehidupan yang lebih baik. 6. Masa lalu adalah kenangan masa sekarang adalah kenyataan dan masa depan adalah harapan. 7. Jangan jadikan hidup ini sebagai beban jadikanlah hidup ini sebagai sebuah kesempatan.

PERSEMBAHAN 1. Bapak dan Ibu tercinta yang penuh kasih sayang serta doa yang tulus 2. Bapak Munaseh selaku Kepala SMA N 1 Pangkah 3. Ibu Hesti Peni Yuliani S.Pd selaku pembimbing Indonesia 4. Semua teman-teman baik yang ada dalam sekolah maupun di luar Bahasa dan Sastra

sekolah yng senantiasa mendukung penulis 5. Para pembaca yang budiman

iii

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayahnya kepada saya , sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini . Meskipun mengalami banyak kesulitan , namun berkat usaha dan bantuan semua pihat , saya dapat menyelesaikan dengan baik . Saya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menyusun laporan ini dan berusaha mencari sumber data yang di anggap penting dan juga wawancara tentanghal yang berkaitan dengan laporan ini . Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Munaseh, selaku kepala sekolah SMA N 1 Pangkah 2. Ibu Hesti PeniYuliani, S.Pd, selaku guru Bahasa Indonesia 3. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini . Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna , maka oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca .

Pangkah ,

September 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... HALAMAN KATA PENGATAR ............................................................ HALAMAN DAFTAR ISI ....................................................................... i ii iii iv v

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................... 1. 2. 3. 4. Latar Belakang................................................................... Tujuan ................................................................................ Metode Pengumpulan Data .............................................. Sistematika Laporan .........................................................

1 1 1 1 2

BAB II

HASIL KUNJUNGAN ............................................................. 1. Tempat Dan Waktu Pelaksaan........................................... 2. Objek Wisata Yang Dikunjungi ........................................ A. Tari Barong................................................................. 1. Definisi Tari barong ............................................ 2. Jenis-jenis Tari Barong........................................ 3. Pementasan .......................................................... 4. Keistimewaan ...................................................... 5. Lokasi dan Harga Tiket ....................................... 6. Akomodasi Dan Fasilitas lainnya ........................ B. Hutan Kera Sangeh ..................................................... 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Status Kawasan ................................................... Lokasi Dan Aksebilitas ....................................... Tipe Ekosistem .................................................... Tujuan Pengelolaan ............................................. Topografi Dan Iklim............................................ Potensi Flora Dan Fauna ..................................... Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam ..................

3 3 3 3 3 5 6 8 8 9 9 9 9 10 10 11 11 11

8.

Sarana Dan Prasarana ..........................................

12 12

C. Museum Bajrashandi ..................................................

BAB III PENUTUP ................................................................................ A. Kesimpulan ....................................................................... B. Saran ..................................................................................

15 15 15

LAMPIRAN ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

16 19

vi

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang besar dan kaya akan budaya dan panorama alam yang tidak dapat di temukan di Negara lain. Salah satunya yaitu Pulau Bali yang terkenal dengan panorama lautnya yang sangat eksotik. Bali merupakan salah satu pulau yang menyidikan berbagai obyek wisata, berbagai wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara berduyung-duyung ke Pulau Bali. Bali dengan obyek-obyek wisata yang begitu banyaknya dapat memberikan devisa bagi Negara Indoneasia, dan sekaligus dapat

meningkatkan kehidupan perekonomian khususnya pada masyarakat Bali.

2. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Mengenalkan lebih dekat tentang keindahan panorama PulauBali Mengenalkan berbagai kebudayaan yang ada di Pulau Bali Mengajarkan kepada para siswa untuk lebih menghormati

kebudayaan dan adat istiadat di Pulai Bali

b. Tujuan Khusus Untuk Memenuhi Tugas Bahasa B.Indonesia Kelas XII IPA 1

3. Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara berkunjung langsung ke obyek wisata yang ada di Bali. Yang dilaksanakan selama tiga hari.

4. Sistematika Laporan Penulis membuat sistematika laporan sebagai berikut : Pada bab pertama Adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang pemilihan obyek wisata, tujuan penulisan, metote pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan. Pada bab dua menguraikan tentang tempat dan waktu pelaksanaan kunjungan, tujuan kunjungan serta isi dari hasil pengamatan tentang kilas balik pulau bali dan berbagai obyek wisata yang ada disana,serta budayanya. Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan saran-saran dan Daftar pustaka yang mana merupakan akhir atau penutuplaporan, serta lampiran.

BAB II
HASIL KUNJUNGAN OBYEK WISATA

1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Waktu Kunjungan Waktu berkunjung kami di objek wisata adalah sebaga berikut : 1. Oleh-oleh Bali hari pertama jam 20.00 - 21.00 WITA. 2. Museum Bajrasandi hari kedua jam 08.30 10.00 WITA. 3. Tari Barong hari kedua jam 11.45 12.30 WITA. 4. Tanjung Benoa hari kedua jam 15.00 16.30 WITA. 5. Pantai Kuta hari kedua jam 18.00 18.30 WITA. 6. Jogger hari kedua jam 19.00 20.30 WITA. 7. Pasar Seni Sukawati hari ketiga jam 08.30 09.30 WITA. 8. Hutan Sangeh hari ketiga jam 10.30 11.30 WITA. 9. Bedugul hari ketiga jam 12.30 14.00 WITA.

2. Objek Wisata Yang Dikunjungi A. TARI BARONG 1. Definisi Tari barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khasanah kebudayaan pra-Hindu.Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebaikan (drama) dan kebatilan (adharma). Wujud kebaikan dilakokan oleh barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Diduga kata barong berasal dari kata bahrwang atau diartikan beruang, seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib, dianggap sebagai pelindung. Dan di Bali barong tidak hanya diwujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua. Topeng barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu barong

merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat hindu bali. Sementara wujud kebatilan dimainkan oleh rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya. Sedangkan dari golongan sudra disebut Balu. Kata balu dalam bahasa Bali alusnya adalah rangda. Perkembangan selanjutnya istilah rangda untuk janda semakin jarang kita dengar, karena dikhawatirkan menimbulkan kesan tidak enak mengingat wujud rangda yang aeng (seram) dan menakutkan serta identik dengan orang orang yang mempunyai ilmu kiri (pengiwa). Hal ini terutama kita dapatkan dalam pertunjukan-pertunjukan cerita rakyat.Dengan kata lain,ada kesan rasa takut, tersinggung dan malu bila dikatakan bisa nerangjana (ngeleak). Sesungguhnya pengertian di atas lebih banyak diilhami ceritacerita rakyat yang di dalamnya terdapat unsur rangda. Cerita yang paling besar pengaruhnya adalah calon arang. Ada juga cerita yang lain, namun itu hanyalah kreasi para seniman seperti: lakin kunti srya, nang aprak, celedu nginyah, men muntregan, balian batur, campur taluh (talo) dan kaki tua. Juga ceritacerita mythologi dan sejarah seperti kalikek, jayapati dan sudarsana. Jenis-jenis Rangda Mengidentifikasi jenis-jenis Rangda yang berkembang di Bali amat sulit. Hal ini mengingat wujud Rangda pada umumnya adalah sama. Memang dalam cerita calon arang ada wujud Rangda yang lain seperti Rarung, Celuluk namun itu adalah antek-antek dari si calon arang dan kedudukannya lebih banyak dalam cerita-cerita bukan disakralkan. Untuk membedakan wujud rangda adalah dengan melihat bentuk mukanya (prerai), yaitu: Bentuk nyinga

Apabila bentuk muka rangda itu menyerupai singa dan sedikit menonjol ke depan (muju). Sifat dari rangda ini adalah galak dan buas. Bentuk Nyeleme Apabila bentuk muka rangda itu menyerupai wajah manusia dan sedikit melebar (lumbeng). Bentuk rangda seperti ini, menunjukan sifat yang beerwibawa dan angker. Bentuk Raksasa Apabila bentuk muka rangda ini menyerupai wujud raksasa seperti ini yang umum kita lihat rangda pada umumnya. Biasanya rangda ini menyeramkan.

2. Jenis-jenis tari barong Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa di tampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap. Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu atau keket yang oleh orang Bali dianggap sebagai raja hutan yang disebut dengan nama Banaspati Raja. Barong Ket badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari laki-laki (juru saluk atau juru bapang): seorang mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara seorang lagi berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukan oleh masyarakat China. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu

cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.

3. Pementasan Gending pembukaan Barong dan kera sedang berada didalam hutan yang lebat, kemudian datang tiga orang bertopeng yang menggambarkan sedang membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Mereka bertemu dengan kera dan akhirnya berkelahi, dimana kera dapat memotong hidung salah seorang dari mereka.

Babak pertama Dua orang penari muncul dan mereka adalah pengikut dari

Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya.

Babak kedua Pengikut-pengikut Dewi Kunti tiba. Salah seorang pengikut Rangda berubah menjadi setan semacam Rangda dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Keduanya menemui patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti.

Babak ketiga Munculah Dewi Kunti dan anaknya Sahadewa dan Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi setan (semacam Rangda) memasuki roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti bisa menjadi marah dan berniat mengorbankan anaknya serta

memerintahkan kepada patihnya untuk membuang Sahadewa ke dalam hutan. Dan patih inipun tak luput dari kemasukkan roh jahat oleh setan ke dalam hutan dan mengikatnya di muka Istana Sang Rangda.

Babak keempat Turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian kepada Sahadewa dan keabadian ini tidak diketahui oleh Rangda kemudian datanglah Rangda, untuk mengoyak-koyak dan membunuh Sahadewa tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang dianugerahkan oleh Dewa Siwa. Rangda menyerahkan kepada Sahadewa dan memohon untuk diselamatkan agar demikian dia bisa masuk sorga. Permaintaan ini dipenuhi oleh Sahadewa dan Sang Rangda mendapat sorga.

Babak kelima Kalika adalah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa, penolakan ini menimbulkan perkelahian, dan Kalika berubah rupa menjadi Babi Hutan dan di dalam pertarungan antara Sahadewa melawan Babi Hutan Sahadewa mendapat kemenangan kemudian Kalika (Babi Hutan) ini berubah menjadi Burung tetapi tetap dikalahkan. Dan akhirnya Kalika (Burung) berubah rupalagi menjadi Rangda. Oleh karena saktinya Rangda ini maka Sahadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya Sahadewa berubah menjadi Barong. Karena sama saktinya maka pertarungan antara Barong melawan Rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan dan perkelahian ini berlangsung terus abadi kebajikan melawan kebatilan kemudian muncullah pengikut-pengikut Barong masingmasing dengan kerisnya yang hendak menolong Barong dalam pertarungan melawan Rangda. Mereka semua pun tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.

4. Keistimewaan Keistimewaan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsurunsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya tokoh kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton. Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di tempat-tempat yamg dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya pertunjukan debus.

5. Lokasi dan Harga Tiket Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar, Bali, di antaranya di Pura dalem Ubud yang biasanya mulai dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di Desa Batubulan yang dipentaskan pada jam 09.30 WITA. Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan domestik maupun macanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Prancis, Italia, jepang, dan Mandarin.

6. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran dengan biaya sewa yang dihitung per hari. Kecuali menyaksikan pertunjukan tari, salah satu agenda wisata yang bisa dilakukan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata yang dijual oleh toko-toko souvenir maupun galeri seni yang ada di sepanjang jalan di Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa ini. Apabila memerlukan akomoda dan fasilitas seperti penginapan (losmen, hotel melati, maupun hotel berbintang), warung makan, serta tempat hiburan malam, maka wisatawan dapat menemukannya di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar.

B. HUTAN KERA SANGEH


1. Status Kawasan

Status kawasan ini sebelumnya adalah Cagar Alam, Dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 87/Kpts-II/1993 tanggal 16 Februari 1993, status Cagar Alam diubah menjadi Taman Wisata Alam dengan luas 13,97 Ha.

2. Lokasi dan Aksebilitas Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Termasuk dalam Register Tanah Kehutanan (RTK) 21, Kelompok Hutan Sangeh, yang terletak pada koordinat geografis 8027-8029 LS dan 115012-115013 BT, dengan jarak + 25 kn di utara Kota Denpasar. Kelompok Hutan Sangeh hanya terdiri dari Taman Wisata Alam Sangeh, terdiri dari hutan alam

seluas 13,97 Ha. Kelompok atau Kawasan Hutan ini terletak ditengah persawahan dan pemukiman. Batas kawasan Taman Wisata Alam Sangeh adalah: Di sebelah utara: Desa Sangeh Di sebelah selatan: Desa Sangeh Di sebelah timur: Desa Sangeh Di sebelah barat: Desa Cau Blayu, Kabupaten Tabanan. Untuk mencapai lokasi dapat mempergunakan kendaraan umum (minibus) dari Terminal Wangaya, Denpasar dengan jurusan Denpasar-petang dan kemudian turun di Sangeh, dengan jarak + 25km dan waktu tempuh kurang lebih 30 menit perjalanan.

3. Tipe Ekosistem Tipe ekosistem di Taman Wisata Alam Sangeh termasuk tipe hutan dataran rendah, yang didominasi oleh jenis pohon Pala (Dipterocarpus trinervis) alam, suatu tipe ekosistem hutan alam yang menempati luasan yang cukup besar, yang masih tersisa di Bali. Ekosistem ini menjadi sangat penting dari aspek ilmu pengetahuan, karena pada saat ini hutan alam jenis tersebut hanya dijumpai di Sumatera, dan Kalimantan.

4. Tujuan Pengelolaan Penetapan kawasan ini sebagai Taman Wisata Alam, bertujuan untuk: a. Melindungi ekosistem hutan Pala alam, dengan luasan yang relatif besar, sebgai ekosistem Pala alam yang masih tersisa di Bali. b. Perlindungan dan pengawetan tumbuhan dan satwa liar yang langka dan penting, seperti pohon Pala, Amplas, Buni, dan jenis satwa seperti Elang, Alap-alap, dan terutama Kera Abu, dan lain-lain.

10

c.

Pelestarian budaya, berupa Pura Bukit Sari dan Pura melanting, yang keduanya terletak didalam kawasan Taman Wisata Alam Sangeh.

d.

Pemanfaatan secara berkelanjutan potensi wisata alam yang didominasi oleh keberadaan koloni kera Abu dalam jumlah yang cukup banyak, dan jinak, maupun komunitas pohon Pala sebagai bahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Topografi dan Iklim Keadaan topografi kawasan relatif datar dengan ketinggian antara 100-150 m dari permukaan laut (dpl). Menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, iklim di kawasan ini termasuk kedalam iklim Tipe C dengan rata-rata curah hujan 2.700-3.200 mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 180 C 280 C.

6. Potensi Flora dan Fauna Selain didominasi oleh pohon pala, terdapat jenis flora yang sudah mulai langka seperti Amplas, Pule, Buni, Cempaka Kuning, Kepohpoh dan lain sebagainya. Kera Abu-abu, Alap-alap, Elang, Burung Hantu, Terocok, Musang, Kucing Hutan, Sendanglawe dan lain sebagainya.

7. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Daya tarik utama yang dimiliki oleh Taman Wisata Alam Sangeh adalah komunitas kera abu/kera ekor panjang yang cukup jinak dan nakal, dengan jumlah populasi + 400 ekor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kera-kera tersebut sering bertingkah laku yang menarik pengunjung. Selain itu terdapat pula Tegakan Pohon Pala alam murni, yang sangat khas dan mendominasi jenis flora didalam kawasan ini.

11

Di dalam kawasan ini terdapat dua pura (tempat suci umat Hindu) penting, yaitu Pura Bukit Sari dan Pura Melanting, yang menambahkan daya tarik khas kawasan ini. Selain daya tarik diatas, kawasan ini dekat dengan obyek wisata lainnya di wilayah Badung Utara seperti Taman Wisata Tanah Wuk, Taman Wisata Mumbul, dan Taman Ayun di Mengwi. Obyek wisata ini diperuntukkan bagi rekreasi, wisata ilmiah/widya sambil menikmati panorama alam yang khas dan udara yang sejuk.

8. Sarana dan Prasarana Disekitar kawasan telah tersedia sarana prasarana pengunjung wisata yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung, maupun perorangan antara lain MCK, tempat parkir, jasa pelayanan foto polaroid, art shop pos serta pemandu wisata. Didalam dan di sekeliling kawasan telah dibangun jalan setapak (yang dibangun oleh Desa Adat dan Pemerintah Kabupaten Badung) sehingga pengunjung dapat dengan mudah mengelilingi kawasan ini. Juga tersedia pos jaga Resort KSDA Sangeh dengan petugas /tenaga pemandu yang siap memandu masuk kedalam kawasan. C. Museum Bajrashandi

12

Museum Negeri Propinsi Bali yang berlokasi di Jantung Kota Denpasar di depan Lapangan Puputan Badung, Museum ini memiliki nilai historis sebagai ajang peristiwa Puputan Badung. Sejak diresmikan tanggal 8 Desember 1932 sampai kini, Museum Bali memiliki 13.206 buah koleksi yang dipamerkan pada 4 gedung, 5 ruangan yaitu Gedung Timur,Gedung Buleleng, Gedung Karangasem dan Gedung Tabanan. Museum Bajra Sandi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang terletak di areal lapangan Niti Mandala Denpasar, Jl. Raya Puputan. Museum ini dibangun dengan meniru mentuk bajra yang sering digunakan oleh pemangku/sulinggih. Museum ini dibangun di atas tanah seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 70 x 70 meter. Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai berikut :Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Giri Mandara.Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali

13

dalam pemutaran Giri Mandara.Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri Mandara. Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.

14

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata di pulau Bali memiliki karakteristik / daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut yang membuat pulau Bali dijadikan sebagai tempat berlibur maupun sebagai tempat kunjungan Study Tour. 2. Pesona alam serta kebudayaan yang ada di pulau Bali membuat wawasan peserta Study Tour akan kebudayaan Nusantara bertambah. 3. Keunikan dan ciri khas tersendiri dari pulau Bali membuat Indonesia semakin terkenal di dunia luar serta menghasilkan devisa yang besar bagi Indonesia. 4. Dalam Study Tour ini peserta dapat lebih memahami dan menghormati budaya-budaya yang masih kental yang berada di Indonesia serta dapat mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membedabedakan golongan, ras, budaya, dan agamanya.

B. SARAN 1. Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang dan warisan kita bersama maka dari itu harus kita jaga dan lestarikan bersama. 2. Mengembangkan dan meningkatkan usaha pemerintah dalam melestarikan serta menjaga kebudayaan Indonesia. 3. Segala fasilitas, sarana dan prasarana serta pelayanan terhadap pengunjung agar lebih bisa ditingkatkan.

15

LAMPIRAN
Museum bajrashandi

16

Tari barong

17

Hutan Kera Sangeh

18

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

19

You might also like