You are on page 1of 8

PPh Pasal 21 / 26 adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang

pribadi termasuk subjek pajak dalam negri dan subjek pajak luar negri. Yang dimaksud subjek pajak dalam negri adalah jika sudah lebih dari 183 hari berada di Indonesia dan subjek pajak luar negri artinya subjek pajak tsb berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Untuk sistem pemungutan pajak, terdapat 3 tipe yaitu : 1. Official assessment system 2. Self assessment system 3. With holding system Kemudian berikut adalah pihak-pihak yang berhak untuk melakukan pemungutan pajak : 1. Bendaharawan pemerintah 2. Pemberi kerja 3. Dana pensiun 4. Jamsostek 5. Tunjangan hari tua 6. Yayasan 7. Badan lainnya Subjek pajak yang dikenakan PPh 21 adalah sbb : 1. Pegawai tetap, yaitu menerima gaji berkesinambungan 2. Pegawai lepas, yaitu tidak menerima gaji secara kesinambungan 3. Penerima honorarium 4. Penerima pensiun 5. Penerima upah Selain subjek pajak diatas, ada juga yang tidak termasuk subjek pajak, yaitu Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat, dan pejabat perwakilan organisasi international. Nah, setelah mengetahui siapa saja pemungut pajak dan siapa saja yang menjadi subjek pajak, berikut adalah informasi mengenai apa saja yang dapat dikenakan objek PPh 21 : 1. Gaji 2. Honorarium 3. Imbalan jasa 4. Uang pensiun 5. Upah harian, satuan, borongan, mingguan

Dan berikut adalah pendapatan yang tidak dikenakan PPh 21 : 1. Imbalan dalam bentuk natura (kenikmatan natura). Pengertian natura adalah fasilitas yang diberikan oleh perusahaan yang tidak berbentuk uang. Namun, natura juga dapat menjadi objek pajak jika yang memberikan adalah bukan WP begitupun sebaliknya. 2. Pembayaran dari perusahaan asuransi 3. Iuran pensiun dan tunjangan hari tua yang dibayarkan oleh perusahaan 4. Kenikmatan natura yang diberikan oleh pemerintah 5. Pajak yang ditanggung perusahaan 6. Zakat Ketika menghitung PPh 21, kita juga harus mengetahui berapa jumlah PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak). Untuk jumlah PTKP sudah ditetapkan dalam peraturannya adalah sbb : Wajib Pajak : Rp 15.840.000 Menikah : Rp 1.320.000 Tanggungan (per orang) : Rp 1.320.000 (maksimal 3 tanggungan) sekarang saya tuliskan juga tarif perhitungan untuk PPh 21 ini adalah sbb : 0 50.000.000 50.000.000 250.000.000 250.000.000 500.000.000 > 500.000.000 --> 5% --> 15% --> 25% --> 30%

Perusahaan sebagai pemberi penghasilan memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetorkan Pajak Penghasilan dari seluruh pegawainya. Tata cara penghitungan PPh Pasal 21/26 atas penghasilan pegawai sangat bervariasi yaitu sangat tergantung kepada kontrak kerja antara pegawai dengan perusahaan. Perbedaan-perbedaan dalam penerapan PPh Pasal 21/26 terjadi antara oleh karena:

Status pegawai (TK, K/-, K/1, K/2, K/3). Pegawai baru masuk atau pegawai lama. Pegawai aktif atau pegawai pensiunan. Dapat tunjangan PPh atau tidak dapat tunjangan PPh. Penghasilan dibayar secara bulanan, mingguan / harian. Penghasilan teratur atau penghasilan tidak teratur.

Pegawai pindah kantor cabang dalam satu perusahaan. Pegawai meninggalkan Indonesia untuk selamanya, dll Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan. Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun. Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua): 1. Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan

2.

Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja). Jangan pernah dilupakan bahwa yang terkait dengan pelaksana dari PPh Ps. 21 / Ps. 26

adalah berasal dari pihak pemberi kerja / nafkah yang akan mendasarkan perhitungan pemotongan / pemungutan penghasilan bruto kita untuk kemudian dipotong, dipungut, disetor dan terakhir dilaporkan perhitungannya ke Dirjen Pajak. Bila kita berada dalam posisi sebagai pegawai / karyawan, beban kerja pelaporan pajaknya tidak terlalu memusingkan dikarenakan semuanya sudah diurus oleh pihak HRD (Human Resources Department) / Bendahara Keuangan dan kita tinggal menerima pelaporannya saja berdasarkan Form 1721 SPT Masa PPh 21 & 26 Induk. CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21 : # Pegawai Tetap Mekanisme perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap : 1. Penghasilan bruto 2. Dikurangi : * Biaya jabatan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp. 600.000/tahun atau Rp. 500.000/bulan . * Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar pegawai kepada dana pensiun atau badan penyelenggara THT/JHT yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan 3. Dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ) 4. Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) 5. PPh terhutang = PKP x tarif pasal 17 UU PP # Pegawai Tidak Tetap / lepas harian, mingguan, satuan, borongan, syaratnya tidak dibayarkan bulanan Mekanisme penghitungan PPh pasal 21 utnuk pegawai tidak tetap/lepas: 1. Berdasarkan PER 254/PMk.03/2008 RP. 150.00 sehari tidak dikenakan PPh pasal 21 2. PTKP sebenarnya harian dikenakan jika penghasilan lebih besar dari Rp. 150.000 atau melebihi Rp.1.320.000 sebulan 3. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender tidak melebihi Rp. 6.000.000 , PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU.PPh atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan # Penghasilan PPh pasal 21 untuk bukan pegawai, penerima Honorarium, hadiah *Tenaga Ahli

Mekanisme penghitungan PPh pasal 21 untuk tenaga ahli adalah perkiraan penghasilan netto 50% dari penghasilan bruto dikalikan tarif pasal 17 UU PPh

*Atas imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto

SAAT TERHUTANG DAN TEMPAT TERHUTANG PPh PASAL 21/26

*Saat terhutangnya PPh pasal 21/26

PPh pasal 21.26 terutang pada akhir bulan saat penghasilan diterima atau diperoleh

mana yang terjadi terlebih dahulu. Diterima artinya penghasilan sudah benar-benar diterima tunai, baik melalui kas atau bank. Sedangkan diperoleh artinya penghasilan dalam jumlah tertentu sudah ditagih atau sudah pasti diperoleh pada suatu waktu tertentu , mesikupun belum diterima pembayarannya secara tunai * Tempat terhutangnya PPh pasal 21/26

PPh pasal 21/26 tehutang di tempat pemotong pajak yang melakukan pembayaran ,

baik tempat tinggal (orang pribadi), domisili kantor pusat maupun kantor cabang

CONTOH SOAL : PPh PASAL 21 Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti ogram Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:

Gaji Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Premi Jaminan Kematian Penghasilan bruto Pengurangan 1. Biaya jabatan 5%x3.024.000,00 2. Iuran Pensiun 3. Iuran Jaminan Hari Tua 151.200,00 50.000,00 60.000,00

3.000.000,00 15.000,00 9.000,00 3.024.000,00

261.200,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun 12x2.762.800,00 PTKP - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin 24.300.000,00 2.025.000,00 26.325.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun Pembulatan PPh terutang 5%x6.828.000,00 PPh Pasal 21 bulan Juli 341.400,00 : 12 Catatan: 28.452,00 341.400,00 6.828.600,00 6.828.000,00 33.153.600,00 2.762.800,00

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.

Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,0

PPh PASAL 26 Suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp. 100.000.000,00 kepada Wajib Pajak Luar Negeri, subjek pajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar 20% dari Rp. 100.000.000,00. Seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam perlombaan lari marathon di Indonesia kemudian merebut hadiah uang maka atas hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20%. PKP BUT di Indonesia 2009 Rp. 17.500.000,00 Pajak Penghasilan : 28% x Rp. 17.500.000,00 Rp. 4.900.000,00 PKP setelah pajak Rp. 12.600.000,00 PPh Pasal 26 terutang : 20% x Rp. 12.600.000,00 = Rp. 2.520.000,00 Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp. 12.600.000,00 tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.03/2008, atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult. Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri, dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike memperoleh gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp. 10.500,00 per US$ 1. Penghitungan PPh pasal 26 : Penghasilan bruto berupa gaji sebulan : 5,000 x Rp. 10.500,00 = Rp. 52.500.000,00 Penerapan tarif : 20% x Rp. 52.500.000,00 = Rp. 10.500.000,00 PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp. 10.500.000,00

DAFTAR PUSTAKA

http://www.penabulu.or.id/2013/03/28/liputan-workshop-pajak-penghasilan-pph-pasal-2126maret-2013-2/ http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru http://blogs.mervpolis.com/roller/sunshine/entry/pph_21_dan_26 http://invisblehand.blogspot.com/2012/10/pph-pasal-21.html


http://khoyunitapublish.wordpress.com/2012/01/21/pajak-penghasilan-pasal-26/

You might also like