You are on page 1of 19

Nama NIM Kelas

Disusun Oleh :

: Berlian Nur : 1005015014 : Reguler Pagi A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARWAN 2012

Pteridophyta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan secara umum dibagi menjadi sua tingkat yaitu tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhantingkat tinggi. Dianggap tumbuhan tingkat rendah karena bagian-bagian dari tumbuan tersebut tidak sejati contohnya pada alga, stipe dan bladenya tidak dapat di bedakan dan tidak berpembuluh. Dan dianggap sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah jelas mempunyai kormus dan dapat di bedakan antara akar dan batangnya. Namun ada tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan masuk pula pada tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan ini digolongkan tumbuhan tingkat rendah karena meskipun tubuhnya secara jelas mempunyai kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan utamanya adalah spora. Jadi bila di dasarkan pada macam alat perkembangbiakannya maka tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila di dasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku tergolong tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan paku-pakuan (Pterodophyta) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang memliki karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan organisme/tumbuhan lainnya. Selain itu, terdapat cukup banyak spesies pada divisi Pterodhophyta, yang kesemuannya turut memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem, bahkan dapat dimanfatkan bagi manusia sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan, dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki nilai estetika, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi mudah, tatkala manusia (masyarakat) mengenali jenis-jenis tumbuhan paku tersebut. Maka dari itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tumbuhan paku atau pteridophyta serta meng identifikasi secara langsung serta mengetahui habitat maupun deskripsi dari bagian-bagian tumbuhan paku itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) sebagai tumbuhan tingkat rendah?

Pteridophyta

2. Apa saja spesies yang termasuk dalam divisi (Pteridophyta) ? 3. Apa saja manfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan? C. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta). 2. Untuk mengetahui spesies yang termasuk dalam divisi Pteridophyta 3. Mengetahui maanfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan

Pteridophyta

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Kormophyta karena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda pada fase yang dominan. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit. Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di sekitar kawah gunung berapi. Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara. B. Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai: 1. Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,

Pteridophyta

2. Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium, 3. Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh, 4. Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah, 5. Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun, 6. Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra, 7. Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak, 8. Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung, Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi: 1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel. 2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik. Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi: 1. Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, 2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

Spora sporangium

dibentuk (kotak

di spora)

dalam yang

terkumpul di dalam suatu badan yang disebut sorus yang terletak di bawah permukaan bintik-bintik cokelat daun sporofil, cokelat, Swaktu berupa atau masih kuning,

kehitaman.

muda, sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut indisium.

Pteridophyta

C. Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara metagenesis. Reproduksi vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh tumbuhan paku. Jadi, tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil spora). Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan ovum yang dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus merupakan fase gametofit (penghasil gamet). Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakn atas 3 golongan, yaitu: a. Paku homospora (isospora), yaitu tumbuhan paku yang hanya menghasilkan satu macam ukuran spora. Contoh: Lycopodium sternum (paku kawat). b. Paku heterospora (anisospora), yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu mikrospora (berkelamin jantan yang berukuran kecil) dan makrospora (spora berkelamin betina yang berukuran besar). Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella (paku rane) c. Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Satu berjenis kelamin jantan dan yang lain berjenis kelamin betina. Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor kuda). D. Metagenesis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Beberapa jenis hewan dan tumbuhan ada yang mengalami proses metagenesis.

Pteridophyta

Metagenesis adalah proses pergiliran hidup yaitu antara fase seksual dan aseksual. Hewan dan tumbuhan yang mengalami metagenesis akan mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase kehidupan yang bereproduksi secara seksual dan fase kehidupan yang bereproduksi secara aseksual. Metagenesis pada tumbuhan dapat diamati dengan jelas pada tumbuhan tak berbiji (paku dan lumut). Pada tumbuhan tersebut, pembentukan gamet jantan berlangsung di dalam antheridium dan gamet betina di dalam arkegonium. Jika gamet jantan membuahi gamet betina, maka akan terbentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi individu yang menghasilkan spora. Generasi ini disebut fase vegetatif (aseksual) atau sporofit. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi individu baru yang menghasilkan gamet. Karena menghasilkan gamet, maka generasi ini disebut fase generatif (seksual) atau gametofit. Demikian seterusnya terjadi pergiliran keturunan antara fase gametofit dan sporofit. Tumbuhan lumut yang sering kamu jumpai merupakan fase gametofit. Sedangkan tumbuhan paku yang kamu lihat sehari-hari merupakan fase sporofit. Pergiliran keturunan antara fase sporofit dan gametofit itulah yang disebut metagenesis. Reproduksi generatif tumbuhan paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif dan reproduksi vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Berikut skema metagenesis pada tumbuhan paku homospora, heterospora, dan peralihan.

INCLUDEPICTURE

Pteridophyta

"http://biosejati.files.wordpress.com/2012/08/image_thumb10.png?w=555&h=277"

E. Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Pteridophyta

Berdasarkan

tingkat

perkembangannya,

tumbuhan

paku

dapat

diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu: 1. Paku Purba (Psilopsida)

Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati. Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun ( Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum). 2. Paku Kawat (Lycopsida)

Pteridophyta

Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan) Kelas: Pteridopsida Sub Kelas: Schizaeatae Ordo: Schizaeales Famili: Lygodiaceae Genus: Lygodium Spesies: Lygodium scandens (L.) Sw Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina. Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium.

Pteridophyta

10

Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium. Lycopodium nummularifolium Merupakan jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis. Dibandingkan dengan kerabat Lycopodium lain yang tumbuh merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah dan menjalar membentuk (rhizoma). sistem Rhizoma perakaran berakar baru adventif

merupakan bentuk modifikasi batang yang berfungsi selain sebagai alat trasport air dan nutrient untuk proses photosintesis, juga sebagai alat perekat tanaman pada tempat tumbuhnya.

3. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)

Pteridophyta

11

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetumkurang dari 1 m. Equisetummemiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.

Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Equisetopsida Famili : Equisetaceae Equisetum debile Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang umumnya terna kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti "kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal" dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika. Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk di dalamnya)

Pteridophyta

12

hanya dijumpai satu spesies alami saja, E. ramosissimum subsp. debile, yang dikenal sebagai rumput betung dalam bahasa Melayu, tataropongan dalam bahasa Sunda, dan petongan dalam bahasa Jawa. Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah kelompok ekor kuda atau Hasil merupakan divisio tersendiri, suatu kelas dari Pteridophyta, analisis molekular menunjukkan sebagai Equisetophyta (atauSphenophyta), sebagai Equisetopsida (atau Sphenopsida). kedekatan hubungan dengan Marattiopsida. Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum). Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E. Debile.

Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di

Pteridophyta

13

taxobox). Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangiumyang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.

Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah.Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat. Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada deposit batu bara. Batu bara dianggap sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini.

Pteridophyta

14

4. Paku Sejati (Pteropsida)

Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus (paku sarang kuda). Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran

Pteridophyta

15

besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica. F. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Banyak orang yang mengangap tumbuhan paku adalah sebuah tumbuhan atau tanaman pengganggu. Tapi disisi lain tumbuhan paku juga sangat bermanfaat atau berkhasiat. Apalagi Tumbuhan paku sangat mudah dicari di alam sekitar kita. Mungkin manfaat tumbuhan paku masih banyak yang belum tahu. sebagai berikut : a. Manfaat Tumbuhan Paku Sebagai tanaman hiasan : Diantaranya

Platycerium nidus (paku tanduk rusa) Asplenium nidus (paku sarang burung) Adiantum cuneatum (suplir) Selaginella wildenowii (paku rane) b. Sebagai bahan penghasil obat-obatan : Asipidium filix-mas Dryopteris filix-mas Lycopodium clavatum c. Sebagai tanaman sayuran : Marsilea crenata (semanggi)

Pteridophyta

16

Salvinia natans (paku sampan = kiambang) d. Sebagai pupuk hijau dalam pertanian : Azolla pinnata >> bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang biru) e. Sebagai pelindung tanaman di persemaian : Gleichenia linearis f. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara : Tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba. batu bara yang dapat dijadikan bahan bakar

b. Tumbuhan paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil, fosil tersebut berupa c. berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, lycopodium clavatum. d. Sebagai tanaman sayuran : Marsilea crenata (semanggi) Salvinia natans (paku sampan = kiambang)

Pteridophyta

17

e. Sebagai pelindugn tanaman di persemaian : - Gleichenia linearis

Pteridophyta

18

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Secara umum, karakteristik tumbuhan paku mempunyai: Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi, Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium, Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh, Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zatzat mineral dari dalam tanah, Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun, Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra, Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak, Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung, 2. Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu: Paku Purba (Psilopsida) Paku Kawat (Lycopsida) Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) Paku Sejati (Pteropsida) 3. Manfaat dari tumbuhan paku adalah : Sebagai tanaman hias Sebagai bahan bakar Sebagai obat-obatan Sebagai tanaman sayuran Sebagai pelindugn tanaman di persemaian

Pteridophyta

19

You might also like