You are on page 1of 12

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT

TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang usaha minyak dan gas bumi; b. bahwa terhadap usaha minyak dan gas bumi perlu dilakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian untuk mencegah / mengurangi berbagai dampak negatif serta upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipandang perlu untuk ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah; c. bahwa untuk mencapai maksud tersebut pada huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa tentang Usaha Minyak dan Gas Bumi. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1665); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971); 3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3135); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1985 tentang Barang yang Digunakan Untuk Operasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Nomor 1985 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3311); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 tentang Pedoman dan Syarat-Syarat Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3571); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 3952); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2002. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TENTANG

USAHA MINYAK DAN GAS BUMI.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sumbawa; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Sumbawa; 4. Migas adalah singkatan dari Minyak dan Gas Bumi; 5. Penyelenggaraan Minyak dan Gas Bumi adalah kewenangan untuk

menyelenggarakan kegiatan pengusahaan Migas yang dilakukan oleh Bupati sesuai kewenangannya; 6. Izin adalah kewenangan yang diberikan kepada Badan Usaha dan atau perorangan untuk melaksanakan kegiatan tertentu di bidang minyak dan gas bumi; 7. Persetujuan adalah pernyataan setuju yang diberikan secara tertulis pada Badan Usaha dan atau perorangan untuk melakukan kegiatan usaha Migas; 8. Rekomendasi adalah keterangan yang diberikan kepada Badan Usaha sebagai syarat untuk mendapatkan izin; 9. Badan Usaha adalah suatu badan hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 10. Perusahaan Jasa Penunjang adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha penunjang dibidang Migas; 11. Pengolahan/Pemurnian adalah usaha untuk mempertinggi mutu Migas serta memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada Migas;

12. Pengangkutan adalah segala kegiatan memindahkan Migas dari tempat eksploitasi atau pengolahan/pemurnian; 13. Penjualan adalah segala usaha penjualan Migas dari hasil eksploitasi atau pengolahan/pemurnian; 14. Bahan Bakar Minyak adalah semua bahan bakar minyak yang apabila diguncang/dikocok dengan air tidak bisa menjadi satu dan setelah kembali dalam keadaan tidak bergerak dapat membentuk suatu lapisan terapung di atas air, yang terdiri dari bahan bakar berbahaya dan bahan bakar biasa; 15. Bahan Bakar Berbahaya adalah bahan bakar yang pada keadaan tekanan barometer 760 mili meter (air raksa ) timbul uap yang dapat menyala pada suhu kurang dari 22,5 derajat celcius seperti beberapa macam petroleum ether, elpiji, avigas, aftur, bensin super, bensin premium dan beberapa macam minyak terpentine dan lain-lain; 16. Bahan Bakar Biasa adalah bahan bakar yang pada keadaan barometer 760 mililiter baru memperlihatkan gejala menguap pada suhu 22,5 derajat celcius atau lebih seperti minyak tanah, minyak diesel, solar, dan minyak bakar;

BAB II JENIS JENIS BAHAN BAKAR MINYAK Pasal 2 (1) Jenis-jenis bahan bakar minyak dapat dibedakan atas : a. Bahan Bakar Berbahaya; b. Bahan Bakar Biasa. (2) Bahan bakar berbahaya terdiri dari : a. Petrolium Ether; b. Elpiji; c. Avigas; d. Aftur; e. Bensin Super; f. Bensin Premium; g. Minyak terpentine. (3) Bahan bakar biasa terdiri dari : a. Minyak tanah;

b. Minyak Diesel; c. Minyak Solar; d. Minyak bakar.

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 3 Wewenang dan tanggung jawab pengaturan penyelenggaraan Migas di Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 4 Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pasal 3, meliputi : a. Kegiatan Hulu yaitu : 1. Memberikan persetujuan penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor untuk kegiatan lain di luar kegiatan migas; 2. Memberikan rekomendasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan Migas; 3. Memberikan izin pembukaan kantor perwakilan perusahaan sub sektor Migas; 4. Memberikan izin lokasi pendirian kilang. b. Kegiatan Hilir meliputi : 1. Mengeluarkan izin pendirian Depot Lokal; 2. Memberikan izin pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU); 3. Memberikan Izin Pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah; 4. Memberikan izin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas. c. Kegiatan Usaha Jasa Penunjang yaitu memberikan Persetujuan Surat

Keterangan Terdaftar Perusahaan Jasa Penunjang lain kecuali yang bergerak dibidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan, dan teknologi tinggi.

BAB IV IZIN USAHA MIGAS Pasal 5 (1) Setiap usaha kegiatan di bidang Migas dapat dilakukan setelah mendapat izin atau rekomendasi dari Kepala Daerah. (2) Izin atau rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Persetujuan penggunaan wilayah kuasa pertambangan atau wilayah kerja kontraktor untuk kegiatan lain di luar kegiatan migas; b. Rekomendasi prosedur penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan usaha Migas; c. Izin pembukaan kantor perwakilan perusahaan Migas; d. Izin lokasi pendirian kilang; e. Izin pendirian depot lokal; f. Izin pendirian SPBU; g. Izin pemasaran BBK; h. Izin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas; i. Persetujuan Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar Perusahaan Jasa Penunjang. Pasal 6 Izin Usaha Migas dapat diberikan kepada : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; d. Badan Hukum Swasta; e. Perorangan. Pasal 7 Tata cara, syarat dan bentuk permohonan serta masa berlakunya izin usaha Migas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB V BERAKHIRNYA IZIN Pasal 8 Izin dinyatakan berakhir karena : a. Masa berlakunya Izin berakhir dan tidak diperpanjang; b. Pemegang izin mengembalikan kepada Kepala Daerah sebelum berakhirnya masa berlaku yang telah ditetapkan dalam izin yang bersangkutan; c. Dicabut oleh Kepala Daerah, karena : 1. Melanggar ketentuan yang berlaku sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Daerah ini, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang Migas serta tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam izin yang bersangkutan; 2. Pemegang izin tidak melaksanakan kegiatan usaha tanpa memberikan alasanalasan yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Dibatalkan karena bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN Pasal 9 Pemegang izin berkewajiban untuk : a. Melaksanakan pemeliharaan dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) , teknik usaha yang baik dan benar, serta pengelolaan lingkungan hidup, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan petunjukpetunjuk dari Pejabat Pelaksana Inspeksi Tambang Daerah dan/atau Pejabat Instansi lainnya yang berwenang; b. Menyampaikan laporan tertulis hasil pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan secara berkala kepada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumbawa dan instansi teknis terkait yang bertanggungjawab atas pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL dan/atau UKL/UPL yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

c. Mendaftarkan pada semua peralatan usaha dan memasang tanda pendaftaran menurut bentuk dan tempat yang akan diatur dan ditetapkan dalam Keputusan Kepala Daerah. d. Mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam izin.

BAB VII PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 10 (1) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan usaha ditujukan untuk pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) serta pengelolaan lingkungan. (2) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Daerah dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pengaturan terhadap pelaksanaan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian akan diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah .

BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Setiap orang atau badan yang melakukan Usaha Minyak dan Gas Bumi tanpa memiliki Izin usaha diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Setiap orang atau badan yang melakukan Usaha Minyak dan Gas Bumi yang mengakibatkan kerusakan atau pencemaran lingkungan dipidana sesuai dengan ketentuan pidana yang diatur dalam undang-undang pengelolaan lingkungan hidup yang berlaku.

BAB X PENYIDIKAN Pasal 12 (1) Selain pejabat penyidik POLRI yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dari seseorang tentang adanya tindak

dipertanggungjawabkan.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13 (1) Izin Usaha yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Badan Hukum Swasta dan Perorangan yang mempunyai hak berdasarkan peraturan yang ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, wajib mendaftar ulang untuk diklarifikasi keabsahan dan kelengkapan dokumen perizinan yang dimilikinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bagi yang tidak dapat membuktikan keabsahan dan kelengkapan dokumen perizinan yang dimiliki dikenakan tindakan penertiban. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua Peraturan Daerah yang mengatur tentang Usaha Minyak dan Gas Bumi dinyatakan tidak berlaku.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa. Ditetapkan di Sumbawa Besar pada tanggal 14 Agustus 2002 BUPATI SUMBAWA,

A. LATIEF MAJID Diundangkan di Sumbawabesar pada tanggal 14 Agustus 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA,

10

B. THAMRIN RAYES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2002 NOMOR 122 SERI E

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

I. UMUM Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

1454 K / 30 / MEM / 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi mempunyai kewenangan yang meliputi : 1. Persetujuaan Penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor untuk kegiatan lain di luar kegiatan minyak dan gas bumi. 2. Rekomendasai prosedur penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi . 3. Izin Pendirian Pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan di sektor Minyak dan Gas Bumi. 4. Rekomendasi Lokasi Pendirian Kilang. 5. Izin Pendirian Depot Lokal. 6. Izin Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU). 7. Izin Pemasaran Jenis-Jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin-mesin 2 (dua) langkah. 8. Izin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas. 9. Persetujuan Surat Keterangan Terdaftar Perusahaan Jasa Penunjang kecuali yang bergerak dibidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan dan teknologi tinggi. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kewenangan tersebut , maka perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah
11

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR

12

You might also like