Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Dengan telah ditetapkannya UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air serta PP No
20 tahun 2006 tentang Irigasi, diamanatkan bahwa pelaksanaan pengembangan dan
pengelolaan irigasi harus melibatkan semua pihak yang berkepentingan, dengan
mengutamakan peran serta masyarakat petani. Menindaklanjuti Amanat tersebut, telah
ditetapkan Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2007 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi secara Partisipatif, atau disingkat “PPSIP”.
Pedoman RP2I ini dimaksudkan untuk menyusun program jangka menengah (5 tahun)
pengembangan dan pengelolaan irigasi, dan dapat dipakai oleh provinsi/kabupaten di
seluruh wilayah Indonesia yang dalam penerapannya perlu disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan provinsi/kabupaten.
Penyusunan RP2I yang pertama akan dimulai melalui program PISP, WISMP dan NTB
WRMP yang dilaksanakan dengan bantuan dari ADB, Bank Dunia serta hibah
Pemerintah Belanda, pada 25 kabupaten PISP, 98 kabupaten WISMP dan 7 kabupaten
NTB WRMP. Pada waktu yang bersamaan juga dipersiapkan sistem Pengelolaan Aset
Irigasi (PAI), yang nantinya akan menjadi sumber informasi untuk kebutuhan dana
pemeliharaan jaringan irigasi berdasarkan kondisi jaringan irigasi yang ada di lapangan.
Oleh karena itu, Buku Pedoman RP2I ini tidak bersifat statis, dan mungkin perlu
diperbaiki bila sistem PAI telah selesai dirancang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan buku Pedoman RP2I ini.
Direktur Irigasi
i
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... ......1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................. ........................1
1.3 Keluaran............................................................................................................. ..............1
1.4 Pengertian............................................................................................................... .........2
1.5 Landasan Hukum dan Kebijakan Daerah....................................................................... 4
2. POLA DAN MEKANISME PENYELENGGARAAN RP2I.................................5
2.1 Kedudukan RP2I ............................................................................................. ...............5
2.1.1 Kedudukan RP2I dalam Kebijakan Pembangunan Daerah....................... .................5
2.1.3 Hubungan antara RP2I dan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)................................. .......7
ii
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : RP2I sebagai Tindak Lanjut dari beberapa Kebjakan Pemerintah
Gambar 2.2 : Kedudukan RP2I dalam Proses Perencanaan Pembangunan Nasional
Gambar 2.3 : Gambaran Proses Penyusunan RP2I
Gambar 2.4 : Prosedur Penyusunan dan Penetapan RP2I
Gambar 3.1 : Ringkasan Isi RP2I Tahap I
Gambar 3.2 : Ringkasan Isi RP2I Tahap II
Gambar 4.1 : Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)
Gambar 4.2 : Pihak-pihak yang terlibat dalam Penyusunan RP2I
Gambar 4.3 : Struktur Organisasi Tim Penyusun RP2I
iii
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menunjang produksi
pertanian dan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, sistem irigasi perlu dikelola
dengan baik, dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat,
berdasarkan prinsip dan pendekatan partisipasi masyarakat. Hal tersebut termuat dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan UU No. 7 tahun 2004, pemerintah telah
menetapkan kebijakan di bidang irigasi dengan menerbitkan serangkaian Peraturan
Pemerintah, antara lain:
Pedoman RP2I ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) dan pelaku pengelolaan irigasi lainnya (Kelembagaan Pengelola Irigasi)
dalam menyusun suatu perencanaan yang terpadu dan terkoordinasi.
1.3 Keluaran
Keluaran yang diharapkan adalah program yang disahkan oleh Bupati Kepala Daerah
untuk pengembangan dan pengelolaan irigasi dalam kabupaten yang bersangkutan,
termasuk program kegiatan serta perkiraan kebutuhan dana selama 5 tahun ke depan.
1
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
1.4 Pengertian
Pengertian yang dipakai dalam Pedoman RP2I ini antara lain:
1) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak;
2) Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia;
3) Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi;
4) Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi;
5) Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan
utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;
6) Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya;
7) Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter
dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, dan bangunan pelengkapnya;
8) Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi pada jaringan irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau dan mengevaluasi;
9) Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya;
10) Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi;
11) Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu, yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu,
jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan
lainnya;
12) Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan-bagi dalam jaringan
primer dan/atau jaringan sekunder;
13) Pembuangan yang selanjutnya disebut drainase adalah pengaliran kelebihan air yang
sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu;
14) Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
15) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif (PPSIP) adalah
penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani mulai dari pemikiran
awal, pengambilan keputusan, sampai dengan pelaksanaan kegiatan pada tahapan
perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi;
2
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
3
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Penyusunan RP2I harus mengacu pula kepada instrumen kebijakan daerah yang berlaku,
seperti:
4
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
RP2I berfungsi sebagai alat perencanaan untuk menindaklanjuti kebijakan dan strategi
pemerintah daerah pada bidang pertanian, serta melaksanakan program tentang
Pengelolaan dan Pengembangan Irigasi yang sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda).
Melalui RP2I, dapat dilakukan sinkronisasi program-program yang direncanakan oleh
instansi pemerintah daerah (Bappeda, Dinas Pertanian serta Dinas SDA) sehingga tepat
sasaran, dan dapat terwudjud :
Gambaran kedudukan RP2I dalam kebijakan daerah, dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 : RP2I sebagai Tindak Lanjut dari beberapa Kebjakan Pemerintah.
PENYANGGA
Terwujudnya Keberlanjutan
RP2I sistem irigasi
5
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Proses musyawarah tersebut direncanakan selesai paling lambat pada akhir bulan April
setiap tahun, dan dilanjutkan dengan penyusunan RKP. Untuk tahun 2008 misalnya,
agenda proses penyusunan RKP telah ditetapkan oleh Bappenas sbb:
Dalam hal pengembangan dan pengelolaan irigasi, RP2I sebagai dokumen perencanaan
yang berisi program untuk periode 5 tahun yang disahkan oleh Bupati menjadi sumber
informasi untuk musrenbang kabupaten/provinsi setiap tahun selama masa berlakunya
RP2I tersebut.
Dana APBN/APBD dan DIPA yang disediakan tiap tahun melalui proses perencanaan
pembangunan nasional tersebut, kemudian dipakai untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan di kabupaten, termasuk yang direncanakan dalam RP2I.
6
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Menurut PP No. 20 tahun 2006 pasal 68 ayat (2), pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya menyusun dan menetapkan
rencana pengelolaan aset irigasi 5 (lima) tahun sekali. Setiap investasi yang
direncanakan untuk suatu aset, baik untuk O&P, rehabilitasi, dsb., harus dikaitkan dengan
Tingkat Pelayanan (Level of Service) yang ditargetkan dan harus memperkirakan manfaat
yang akan didapat dari investasi tersebut terhadap Tingkat Pelayanan.
Pada tahun 2008 akan dimulai pelaksanaan inventarisasi semua aset irigasi pada
kabupaten-kabupaten yang mengikuti program PISP, WISMP serta NTB-WRMP. Untuk
mendapatkan informasi aktual tentang kondisi aset yang ada diperlukan survey
inventarisasi aset di lapangan pada tiap DI. Data yang didapat dari survey tersebut akan
dimasukkan ke dalam komputer menjadi Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi
(SIPAI) pada level paling bawah, yaitu di tingkat kabupaten. Bila sudah selesai disusun,
SIPAI akan menghasilkan laporan-laporan yang berisi nilai aset-aset dalam tiap DI dan
perkiraan kebutuhan investasi per DI selama 20 tahun ke depan, dibagi dalam 4 periode
masing-masing 5 tahun.
Bila semua DI yang ada di kabupaten berhasil disurvey, dan data inventarisasi aset
dimasukkan dalam SIPAI, maka dapat dibuat laporan tentang nilai investasi yang
diperlukan ke depan di tingkat kabupaten. Informasi tersebut akan dipakai dalam
penyusunan RP2I untuk periode 5 tahun yang ke-2, seperti dalam Gambar 2.2.
7
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Semua DI
4. Kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)
- Inventarisasi Aset Irigasi per DI DI-DI DI-DI DI-DI DI-DI DI-DI DI-DI DI-DI
- Penyusunan Sistem Informasi PAI (SIPAI) SIPAI SIPAI SIPAI SIPAI SIPAI SIPAI SIPAI
8
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Dalam penyelenggaraan RP2I, ada 8 (delapan) prinsip utama yang harus diikuti, sbb:
2. RP2I disusun untuk periode 5 tahun dan dievaluasi pelaksanaannya di tiap akhir
tahun anggaran;
4. Dalam penyusunan RP2I harus melibatkan instansi SDA pada tingkat kabupaten,
provinsi dan pusat, melalui Nota Kesepahaman (MoU);
8. RP2I merupakan acuan dasar, dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan
kondisi di kabupaten yang bersangkutan.
9
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Seperti diuraikan diatas, RP2I harus mencakup semua daerah irigasi yang ada dalam
kabupaten yang bersangkutan, baik DI kewewenangan pusat, provinsi maupun kabupaten
sendiri. Kewewenangan pengelolaan irigasi sudah diatur dalam PP No. 20/2006 dan
Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007.
Daerah irigasi yang ada dalam suatu kabupaten dapat terdiri dari :
Untuk daerah irigasi yang bukan kewewenangan kabupaten, dalam penyusunan RP2I
diperlukan Nota Kesepahaman (MoU) untuk melakukan kerja sama antara instansi
pemerintah pusat – pemerintahan provinsi – pemerintahan kabupaten/kota.
Sebelum RP2I dikirim kepada bupati untuk ditetapkan, konsep RP2I dibahas terlebih
dahulu dalam forum Komisi Irigasi kabupaten.
10
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Gambaran proses penyusunan RP2I dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.
Input: Data dan informasi yang diperlukan Analisa data & Penyusunan RP2I Output: Program Terpadu
untuk 5 Tahun ke depan
Dinas SDA
▪ Inventarisasi DI (kondisi Aset Irigasi)
▪ Status SDM (data sekunder)
▪ Data Sekunder lainnya
Tahap I: Rencana Pengelolaan
Irigasi:
Dinas Pertanian Seleksi DI-DI Penyusunan
- Pengembangan Kelembagaan
▪ Status P3A (data dari PSETK) Prioritas Rencana
- Pemberdayaan P3A/GP3A
▪ Data Produksi Pertanian tahun 1 s/d 5 Pengembangan dan
- Program Pengelolaan Irigasi
▪ Data Sekunder lainnya (untuk O&P serta Pengelolaan Irigasi
Rehabilitasi) (RP2I)
Tahap II: Rencana
Bappeda Pengembangan Irigasi:
▪ Perda Irigasi - Ringkasan Program Pertanian
▪ Renstra - Program Pengembangan Irigasi
▪ Rencana Tata Ruang - Rencana Pembiayaan
Secara sederhana mekanisme penyusunan RP2I dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Langkah Kegiatan
Pembahasan dan
11 Penyusunan Draft Final RP2I
Penetapan RP2I
12 Penetapan Surat Keputusan Bupati
11
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
12
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Struktur dari RP2I Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi) dan Tahap II (Rencana
Pengembangan Irigasi) dapat digambarkan sbb:
Bab 2. Potensi
4.2 Program Peningkatan
Pengembangan Irigasi
Jaringan Irigasi
13
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Dengan telah diterbitkannya PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, PP No. 38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota dan PP No. 41 tahun 2007 tentang redefinisi
tugas dan organisasi perangkat daerah, serta kebijakan-kebijakan lain mengenai
kelembagaan dan pengelolaan irigasi secara partisipatif, perlu disusun suatu program
untuk pengembangan kelembagaan instansi pemerintah daerah yang membidangi irigasi,
yang disesuaikan dengan kebijakan tersebut.
Redefinisi tugas yang dimaksud merupakan perumusan kembali tugas pokok dan fungsi,
termasuk struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) perangkat daerah yang membidangi
irigasi untuk disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah No. 20/2006 tentang Irigasi dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang berkaitan.
Program Pengelolaan Irigasi, sesuai dengan PP No. 20 tahun 2006, meliputi kegiatan:
a. Pengelolaan jaringan irigasi. Sesuai uraian dalam PP No. 20 tahun 2006 Bab IX,
kegiatan utama yang dimaksud adalah:
o Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi, dan;
14
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Dalam rangka operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, diperlukan pula kegiatan
pendukung seperti pengamanan jaringan irigasi, untuk mencegah kerusakan pada
jaringan irigasi.
b. Pengendalian alih fungsi lahan beririgasi (sesuai uraian dalam PP No. 20 tahun
2006, Bab XII) untuk menjamin fungsi dan manfaat jaringan irigasi;
c. Koordinasi pengelolaan sistem irigasi (sesuai uraian dalam PP No. 20 tahun 2006,
Bab XIII) melalui Komisi Irigasi;
d. Program-program tersebut perlu didukung dengan peraturan daerah, yang harus
disusun oleh kabupaten yang bersangkutan.
Program pengelolaan irigasi harus disusun berdasarkan kondisi dan fungsi jaringan
irigasi, sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan untuk DI-DI yang terdapat dalam
kabupaten, dengan memperhatikan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota
dan kesiapan sumber daya manusianya. Berikut ini dijelaskan lebih lanjut isi dari program
tersebut.
Operasi dan Pemeliharaan rutin jaringan irigasi harus dilaksanakan setiap tahun.
Kegiatan ini merupakan kebutuhan minimal dari O&P Irigasi yang harus dipenuhi
yaitu operasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, perbaikan darurat,
pengamanan dan kebutuhan mendesak lainnya. Program yang disusun harus
termasuk semua kegiatan tersebut.
Program rehabilitasi yang dimaksud harus termasuk kegiatan detail desain (SID)
secara partisipatif, dan konstruksi (perbaikan) bendung, saluran dan bangunan
irigasi. Kegiatan konstruksi juga dapat dilaksanakan secara partisipatif dengan
mengikutsertakan P3A/ GP3A melalui Kerja Sama Operasional (KSO) dengan
pemborong, dimana material dan tenaga disiapkan oleh P3A/GP3A, atau sebagian
dari pekerjaan dilaksanakan oleh P3A/GP3A yang dibiayai dari kontrak pelaksanaan
fisik.
15
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Keberlanjutan sistem irigasi sangat bergantung pada pencegahan alih fungsi lahan
dan pengamanan jaringan irigasi. Kedua kegiatan tersebut dimaksudkan agar lahan
irigasi yang ada tidak dipakai untuk kegiatan lain, dan garis sempadan saluran yang
ada dipertahankan, untuk menjamin tanggul saluran tidak digganggu oleh kegiatan
pertanian atau kegiatan lain. Pada bagian ini perlu diuraikan kegiatan pencegahan
dan pengamanan yang direncanakan oleh kabupaten.
Pengelolaan Irigasi tidak hanya merupakan tugas dan tanggung jawab dinas
kabupaten yang membidangi irigasi saja, akan tetapi juga merupakan tugas
bersama, minimal antara Bappeda, dinas yang membidangi pertanian dan dinas
yang membidangi irigasi, bersama-sama dengan Komisi Irigasi dan petani pemakai
air (P3A/GP3A/). Oleh sebab itu koordinasi antar lembaga yang terkait dengan
pengelolaan irigasi ini sangat diperlukan.
Agar koordinasi ini dapat berjalan dengan baik, harus dibuat perencanaan yang
jelas, antara lain penyusunan jadwal rapat Komir, jadwal pertemuan Bappeda dan
Dinas, dan lain-lain.
Bila kabupaten yang bersangkutan belum mempunyai PERDA tentang Irigasi, maka
dalam rangka pelaksanaan RP2I, kabupaten perlu menyusunnya terlebih dahulu.
4. Rencana Pembiayaan
Untuk penjelasan lebih rinci, termasuk format Tabel-tabel yang dipakai untuk RP2I Tahap I
lihat Lampiran : Panduan Penyusunan RP2I.
Sesuai uraian dalam PP No 20 tahun 2006 Bab VIII, kegiatan utama yang dimaksud
adalah:
16
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
Program pengembangan irigasi juga harus mengacu kepada rencana tata ruang
kabupaten, dengan mempertimbangkan dampak dari perluasan kota atau penggunaan
lahan lainnya pada masa mendatang.
Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada, atau penambahan luas areal pelayanan jaringan irigasi yang
sudah ada. Kegiatan tersebut harus mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan
daerah irigasi.
Program ini juga harus berdasarkan Pola PSDA-WS, serta rencana pembangunan
pertanian pada kabupaten yang bersangkutan.
Agar pengelolaan jaringan irigasi dapat lebih efektif dan efisien, diperlukan prasarana
pendukung, misalnya bangunan kantor yang memadai, rumah jaga pintu, rumah juru
yang dekat dengan lokasi, gudang yang mencukupi, kendaraan, alat pemroses data,
dan alat-alat atau mesin untuk pemeliharaan jaringan irigasi dan sebagainya.
Pada program ini diidentifikasikan prasarana pendukung yang masih diperlukan oleh
kabupaten, dan rencana pengadaannya.
Bila ada rencana pembangunan atau peningkatan jaringan irigasi, dibutuhkan kajian
dampak lingkungan. Kajian yang diperlukan tergantung kepada kegiatan pembangunan,
dan dapat berupa Rapid Environmental Assessment (REA), penyusunan UPL/UKL,
sampai studi AMDAL. Pada sub-program ini perlu identifikasi cakupan untuk kajian
dampak lingkungan yang diperlukan, rencana pelaksanaannya, dan instansi yang
bertanggung jawab untuk penyusunannya.
17
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
4. ORGANISASI
4.1 Pemangku Kepentingan dalam RP2I
Dalam penerapannya di tingkat kabupaten, penyusunan RP2I dilaksanakan oleh
Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI), yang menurut PP No. 20 tentang Irigasi, Bab
III, Pasal 9.2 terdiri dari :
PU
INSTANSI PEMERINTAH
BAPPEDA
YANG MEMBIDANGI
IRIGASI PERTANIAN
SELURUH DAERAH
IRIGASI
KOMISI IRIGASI P3A/GP3A/IP3A
Informasi yang diperlukan untuk RP2I harus dikumpulkan dari 3 instansi pemerintah
daerah yang membidangi irigasi, dari instansi pemerintah tingkat pusat dan provinsi,
dari P3A/GP3A sebagai pemakai jaringan irigasi, dan dari elemen masyarakat lain.
18
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
INSTANSI
KEPALA PUSAT dan
DAERAH PROVINSI
ELEMEN
GP3A MASYARAKAT
(SELAKU USER)
(DARI BERBAGAI BALAI BESAR
KALANGAN)
Dinas Dinas WS Pusat
BAPPEDA Pertanian PU / SDA
INFORMASI REAL INFORMASI REAL
DI LAPANGAN DI LAPANGAN BALAI PSDA
WS Provinsi
TEKNOLOGI TEKNOLOGI
PERTANIAN KEIRIGASIAN USULAN POLA
KEBIJAKAN
DAN STRATEGI TANAM
PEMBANGUNAN
DAERAH DI TANAMAN MUTU KETERSEDIAAN DI-DI
BIDANG TINGGI AIR USULAN wewenang
PERTANIAN (non PRIORITAS Pusat dan
infrastruktur) DAERAH IRIGASI Provinsi
PROGRAM INVENTARISASI untuk
PENGEMBANGAN ASET JARINGAN PENGEMBANGAN /
PERTANIAN IRIGASI PENGELOLAAN
KOMISI IRIGASI
Kegiatan rutin yang tidak termasuk dalam
RP2I: RENCANA TATA TANAM
RP2I
RENCANA PENYEDIAAN AIR IRIGASI
RENCANA PEMBAGIAN AIR IRIGASI
RENCANA PENGATURAN AIR IRIGASI
PENYELESAIAN KONFLIK, DLL...
KETUA
SEKRETARIS
Tim ini harus mewakili instansi yang ada dalam kabupaten yang bersangkutan, dan
diusulkan sebagai berikut:
19
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
20
PEDOMAN RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI (RP2I)
LAMPIRAN
21