Professional Documents
Culture Documents
PANDUAN PENYUSUNAN
RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI
(RP2I)
i
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN............................................................... ......................1
1.1Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................................1
1.3 Keluaran.....................................................................................................................2
2. METODOLOGI PENYUSUNAN RP2I.....................................................3
2.1 RP2I Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi).........................................................3
2.2 RP2I Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi).................................................7
2.3 Pemutakhiran RP2I.................................................................................................8
3. JADWAL PENYUSUNAN RP2I............................................................ ...8
LAMPIRAN
ii
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
iii
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
1. PENDAHULUAN
1
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
1.3 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Panduan Penyusunan RP2I ini adalah produk
perencanaan yang disusun oleh kabupaten, sesuai dengan Pedoman RP2I.
Penyusunan RP2I yang pertama kali di suatu kabupaten direncanakan dalam dua tahap:
Daftar isi untuk RP2I Tahap I dan Tahap II, serta Tabel-Tabel yang digunakan untuk
menyusun RP2I Tahap I terdapat dalam Lampiran.
2
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Sebelum mulai penyusunan RP2I, diperlukan Nota Kesepahaman (MOU) antara instansi
Dinas PU/SDA di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, berisi kesepakatan tentang
tanggungjawab pengelolaan DI-DI Pemerintah, untuk menjalin kerja sama dan
menghindari tumpang tindih dalam pekerjaan. Daftar DI yang dipakai mengacu kepada
Keputusan Menteri PU No. 390 tahun 2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi.
MOU tersebut harus menentukan DI-DI yang akan ditugas-bantukan dari satu tingkat
kepada tingkat lain.
Tim Penyusun mencatat data yang diperlukan, yang akan dikumpulkan oleh 3 Instansi
yang membidangi irigasi. Informasi utama yang diperlukan adalah sbb:
3
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
INFORMASI UMUM:
(Kondisi fisik dan demografi di kabupaten, kondisi Pertanian, kinerja Komisi Irigasi, peran
wanita dalam kegiatan Irigasi).
Semua data yang diperlukan untuk menyusun RP2I merupakan data sekunder, yang
bisa didapat dari dokumen yang sudah ada (seperti Renstra, PSETK dan laporan rutin
tentang operasi & pemiliharaan jaringan irigasi), KECUALI untuk data keadaan Aset fisik
Irigasi per Daerah Irigasi. Data tersebut merupakan data primer dari inventarisasi aset
irigasi yang terbaru, melalui program PAI.
Bappeda Kabupaten harus membuat ringkasan tentang Kebijakan dan Strategi 5 tahun
Pembangunan Daerah Bidang Pertanian yang ada di kabupaten yang bersangkutan,
dikutip dari Renstra atau dokumen perencanaan yang lain. Tim Penyusun harus
mengkaji kebijakan tersebut sebelum memulai penyusunan RP2I.
Dinas PU, BAPPEDA, dan Dinas Pertanian kabupaten bersama-sama dengan Komisi
Irigasi kabupaten, perwakilan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan
elemen masyarakat (LSM dan Perguruan Tinggi) mengadakan Diskusi Identifikasi
Masalah tentang Irigasi. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemetaan masalah tentang
pengembangan dan pengelolaan irigasi, dan menyamakan persepsi antara Dinas
dengan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) dan menerima usulan dari P3A/GP3A dan
wakil masyarakat.
Dalam hal di kabupaten yang bersangkutan terdapat Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan pusat dan/atau kewenangan provinsi, maka pihak kabupaten wajib
mengikutsertakan perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)/ Balai Wilayah
Sungai (BWS) dan/atau perwakilan dari Dinas PU provinsi;
4
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Materi yang dibahas dalam Diskusi Identifikasi Masalah, adalah maslah-masalah utama
yang terjadi berkaitan dengan keberlanjutan sistem irigasi pada kabupaten yang
bersangkutan, dan usulan upaya pemecahannya, sebagai berikut :
Komisi Irigasi menetapkan daftar DI prioritas, yang sesuai dengan aspirasi wakil
P3A/GP3A. Daftar ini akan menjadi acuan dalam menyusun program dalam RP2I.
Tim Penyusun mengkaji data yang dikumpulkan, dan menyusun draft RP2I sesuai
dengan Daftar Isi dan Format pada Pedoman RP2I dan Panduan Penyusunan RP2I ini.
Pekerjaan ini mencakup:
5
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Tim Penyusun mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap I dengan Komisi
Irigasi.
6
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Tim Penyusun mencatat data yang diperlukan, yang akan dikumpulkan oleh 3 Instansi
yang membidangi irigasi. Informasi utama yang diperlukan adalah Rencana Tata Ruang
yang ada di kabupaten, Rencana Induk (Pola) PSDA wilayah sungai yang ada di
kabupaten, program pengembangan pertanian yang berlaku di kabupaten, data tentang
keberadaan dan kondisi prasarana pendukung kegiatan irigasi yang ada, dan data harga
satuan untuk pelaksanaan fisik yang berlaku di kabupaten.
Tim Penyusun harus mengkaji program kabupaten yang sudah ada tentang
pengembangan bidang pertanian, dan menyusun ringkasannya sebagai acuan untuk
penyusunan program pengembangan irigasi.
Tim Penyusun harus mengkaji rencana induk pengelolaan Sumber daya Air di wilayah
sungai (Pola PSDA-WS) yang relevan untuk wilayah lahan irigasi yang ada di
kabupaten, untuk mempertimbangkan potensi sumber daya air yang ada yang
mendukung pembangunan atau peningkatan jaringan irigasi.
Kegiatan ini juga harus termasuk kajian rencana tata ruang kabupaten, untuk
memastikan kesesuaian rencana pengembangan irigasi dengan rencana penggunaan
lahan untuk perluasan pemukiman atau industri pada masa mendatang.
Dari kajian tersebut, dibuat daftar DI yang potensial untuk dikembangkan (termasuk DI
baru dan DI yang dapat ditingkatkan), daftar kegiatan serta program pelaksanaan.
Dari program pengembangan jaringan irigasi, dibuat estimasi biaya untuk pelaksanaan
selama 5 tahun ke depan.
Disusun kompilasi biaya untuk semua kegiatan RP2I yang direncanakan dalam periode
5 tahun, termasuk program-program yang ada dalam RP2I Tahap I.
Dibuat kajian kelayakan finansial terhadap total biaya hasil kompilasi. Kajian ini
dilakukan dengan menggunakan spreadsheet komputer yang sudah disediakan dari
program PISP.
7
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Tim Penyusun menyusun draft RP2I sesuai dengan Daftar Isi dan Format pada
Pedoman RP2I dan Panduan Penyusunan RP2I ini.
Tim Penyusun mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap II dengan Komisi
Irigasi. Wakil-wakil dari GP3A hadir dalam diskusi ini, sebagai anggota Komisi Irigasi.
Setelah pembahasan dengan Komisi Irigasi, Tim Penyusun memperbaiki naskah RP2I
bila perlu, dan membuat versi Final, yang berisi Rencana Pengelolaan dan Rencana
Pengembangan Irigasi.
RP2I versi final ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati, yang diproses oleh
Bappeda kabupaten.
Setelah ditetapkan oleh Bupati, RP2I disampaikan kepada GP3A-GP3A yang ada di
kabupaten melalui rapat antar instansi pemerintah yang membidangi irigasi dan wakil-
wakil dari GP3A.
Langkah 4: Revisi Program Kerja dan Biaya Tahunan, oleh Tim Penyusun RP2I.
8
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Diskusi
Identifikasi Penetapan DI- Revisi DI-DI
Komisi Irigasi Kabupaten X
Masalah
X
DI Prioritas
X
Prioritas
tentang Irigasi
Kajian Kajian
Penyusunan Pengumpulan
Kebijakan Kebutuhan Presentasi Penyusunan Evaluasi Revisi Program
MOU Pengel. DI Data yang Penyusunan Revisi
TIM Penyusun RP2I X
antara level
X
diperlukan untuk
X Daerah, X Terlibat X Kelembagaan X Terlibat X
Draft RP2I
X Draft RP2I di X Draft Final X Pelaksanaan X Terlibat X Kerja dan Biaya X
Dokumen RP2I
Rencana Tata Pemerintah Komir RP2I RP2I tahun lalu Tahunan
SDA RP2I
Ruang Kabupaten
Menyusun
Membentuk Penetapan
Ringkasan
TIM Penyusun Surat
Bapeda Kabupaten X
RP2I lintas
X Terlibat X Kebijakan X Terlibat X Terlibat X Terlibat X
Keputusan
X Terlibat X Terlibat X Terlibat
Daerah Bidang
Dinas Bupati
Pertanian
Penyampaian Pemutakhiran
Dinas PU/SDA Kabupaten X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X RP2I kepada X Terlibat X Inventarisasi X Terlibat
GP3A Aset Irigasi
Dinas Pertanian Kabupaten X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat
Dinas SDA Provinsi (*) X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat
Direktorat SDA Pusat (*) X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat
Catatan: * Kegiatan di Pusat dan Provinsi termasuk kegiatan oleh instansi Pertanian dan Bapeda/BAPENAS.
9
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
10
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Informasi dan Program disajikan dalam Tabel-Tabel seperti yang didaftar dalam Lampiran 3.
Contoh Format untuk Tabel-tabel tersebut diberikan dalam Lampiran 5.
Berikut ini terdapat penjelasan tentang penyusunan setiap Bab dalam RP2I Tahap I.
========================================================================
Bab 1: PENDAHULUAN
Disini dapat diuraikan latar belakang penyusunan RP2I pada kabupaten yang bersangkutan,
tahun penyusunannya dan nama-nama anggota Tim Penyusun RP2I.
Berdasarkan data yang dikumpulkan untuk penyusunan RP2I ini, dibuat ringkasan informasi
umum, dan dituangkan dalam FORMAT 1.01. Informasi umum menggambarkan kondisi umum
pertanian di kabupaten, status Perda tentang Irigasi, status dan keanggotaan Komisi Irigasi,
serta jumlah P3A/GP3A/IP3A yang telah dibentuk dan status hukumnya.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan mengenai luas areal pertanian (sawah irigasi dan
sawah tadah hujan), serta tingkat produksi padi rata-rata, dan program SRI yang dilaksanakan,
dibuat ringkasan Kondisi Pertanian per kecamatan, dan dituangkan dalam FORMAT 1.02.
Tabel ini menggambarkan total luas sawah irigasi yang ada dalam kabupaten, produksi padi
rata-rata tiap kecamatan, dan dibandingkan dengan hasil produksi padi yang telah dicapai
melalui program SRI di kabupaten.
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah tentang bidang Pertanian yang sudah ada dibuat
ringkasannya oleh BAPPEDA Kabupaten, dan dituangkan dalam FORMAT 1.03. Strategi dan
kebijakan ini harus dijadikan acuan dan memberi arahan kepada Tim Penyusun dalam
penyusunan RP2I.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
2.1.1 Topografi
Gambaran umum kondisi lahan di kabupaten yang bersangkutan (datar atau berbukit,
kemiringan lahan, dll). Informasi ini disajikan secara singkat, ditambah Tabel, atau peta bila
data sudah tersedia.
11
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Data iklim bulanan dapat diperoleh dari BMG/Balai SDA/Stasiun meteorologi Pertanian
Kecil. Data curah hujan bulanan dapat diperoleh dari Balai SDA, Dinas PU-SDA atau
Proyek khusus.
Data yang dikumpulkan dianalisa untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan curah
hujan di kabupaten ybs, serta wilayah yang mendapat iklim yang sesuai untuk budidaya
padi, atau lebih sesuai untuk tanaman lain. Data curah hujan bulanan untuk beberapa
stasiun yang dipilih yang mempunyai data cukup lengkap dapat dipresentasikan dalam
bentuk Tabel dan Grafik curah hujan bulanan rata-rata.
Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah
pesisir, trend peningkatan elevasi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai, dan
juga berpengaruh pada efektifitas sistem drainase pada Daerah Irigasi di wilayah datar
dekat laut. Pada wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang
mengakibatkan banjir pada sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh
kepada kapasitas bendung-bendung irigasi yang ada, dan fasilitas pencegahan masuknya
lumpur pada saluran induk (kantong lumpur). Pada bab ini perlu diidentifikasikan dampak
yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten yang bersangkutan.
Nama SWS (satuan wilayah sungai) yang ada di kabupaten yang bersangkutan, berserta
nama-nama sungai utama (disajikan dalam Tabel). Lihat FORMAT 2.01.
Penjelasan tentang keberadaan waduk yang dipakai untuk menyuplai air irigasi. Apabila
data pendukung memungkinkan dapat juga mencantumkan daftar mata air dan cekungan
air tanah.
Informasi tentang keberadaan lahan kritis dapat diperoleh dari Balai Pengelolaan Hutan/
Dinas Kehutanan kabupaten/ Bappeda kabupaten. Data dapat disajikan dalam bentuk Tabel
atau peta, bila sudah tersedia.
Informasi tentang ketersediaan air permukaan untuk irigasi (data tentang kuantitas dan
kualitas). Penjelasan tentang trend ketersediaan air pada 5 tahun terakhir, berkaitan
dengan keadaan DAS.
Informasi tentang wilayah potensi air tanah, dari Bappeda/ Dinas PU, disajikan dalam
bentuk Tabel atau peta, bila sudah tersedia.
Kelas Kesesuaian Lahan untuk irigasi adalah kelas kemampuan lahan yang memberikan
gambaran tentang jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan.
12
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Data tersebut dapat diperoleh dari Dinas Pertanian, Bappeda kabupaten, atau Badan
Litbang Pertanian. Data dapat disajikan dalam bentuk Tabel atau peta, bila sudah tersedia.
Pada sub-bab ini digambarkan secara umum keadaan demografi di kabupaten, yang dapat
diperoleh dari data sekunder.
Sebagai sumber informasi, dapat diperoleh dari buku “Kabupaten Dalam Angka”, laporan
tahunan data “Potensi Desa dan Kecamatan” yang merupakan hasil sensus pertanian (sebagai
contoh: buku yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS)), atau sumber data dan informasi
lainnya.
Pada sub-bab ini digambarkan mengenai jumlah penduduk di kabupaten berdasarkan jenis
kelamin dan usia produktif, tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pendidikannya. Data
merupakan data sekunder, dan disajikan dalam bentuk Tabel.
Bila data tersedia, data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam
Tabel, dengan gambaran trend dalam Grafik.
Pada sub-bab ini digambarkan mengenai mata pencaharian dan jumlah penduduk miskin.
Data merupakan data sekunder, dan disajikan dalam bentuk Tabel.
Pada sub-bab ini digambarkan sejauh mana keterlibatan dan peran wanita dalam kegiatan
pengelolaan irigasi dalam kabupaten yang bersangkutan.
Sub-bab ini menggambarkan tentang kondisi sistem irigasi yang meliputi kondisi fisik prasarana
irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelola irigasi dan sumber daya manusianya,
mencakup :
13
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Data ini mencakup daftar semua DI, lokasi DI menurut nama DAS, luas DI (baku
dan fungsional), klasifikasi utuh dalam kabupaten atau lintas kabupaten, wewenang
pengelolaan setiap DI (Pusat, Provinsi atau Kabupaten) pola tanam dan intensitas
tanam, dan tahun pelaksanaan inventarisasi aset fisik jaringan irigasi yang terbaru.
Pada kolom terakhir tabel data, diinformasikan apakah Dinas PU/SDA sudah
memiliki Skema Jaringan Irigasi pada tiap DI.
Untuk pemutakhiran RP2I selanjutnya, laporan kondisi aset harus termasuk data
tentang kondisi pada 5 tahun terakhir untuk menunjukkan perubahan kondisi aset
sejak periode RP2I yang terakhir. Untuk lebih jelas, menggunakan FORMAT 2.05A.
14
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Pada tingkat DI, sasaran LoS yang sederhana adalah Intensitas Tanam total dalam
satu tahun. Berfunsinya jaringan irigasi diukur dengan menilai sejauh mana jaringan
irigasi dapat membawa dan mendistribusikan air yang diperlukan kepada semua
petani untuk memenuhui sasaran intensitas tanam tersebut.
Untuk fasilitas pendukung, LoS dan tingkat berfungsinya aset dinilai terhadap tugas
aset tersebut (yang mungkin tidak berdampak pada LoS jaringan irigasi).
Contoh: sebuah jembatan jalan desa harus bisa membawa kendaraan tunggal
melintasi saluran tanpa mempengaruhi aliran air dalam saluran; ini tidak berdampak
langsung pada LoS untuk jaringan irigasi kecuali lebar jembatan terlalu sempit, atau
jembatan telah roboh dan mengganggu aliran air. Oleh karena itu, tingkat
berfungsinya jembatan tersebut dinilai terhadap kapasitasnya (lebarnya cukup atau
tidak) dan kekuatannya (bisa atau tidak menerima beban dari kendaraan lalu lintas
perdesaan).
Pada tingkat kabupaten dan DI, tingkat berfungsinya aset terhadap LoS dapat
diukur (realisasi luas tanam total dibandingkan dengan luas rencana).
Untuk aset bangunan dan saluran, aspek fungsi dinilai secara subjektif oleh
P3A/GP3A/ IP3A. Misalnya untuk suatu bangunan pengatur dapat ditanya ”tahun
lalu sasaran intensitas tanam dihilir bangunan ini adalah ... %; apakah sasaran ini
dicapai, dan kalau tidak, apakah bangunan ini yang menimbulkan masalah?”
Untuk pemutakhiran RP2I selanjutnya, laporan fungsi aset harus termasuk data
tentang fungsi pada 5 tahun terakhir untuk menunjukkan perubahan tingkat fungsi
aset sejak periode RP2I yang terakhir.
15
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Penyediaan Dana pengelolaan Irigasi dapat memberi gambaran mengenai kebutuhan dan
kecukupan untuk pendanaan dan sumber pendanaan untuk pengelolaan irigasi.
1) Sumber Dana Pengelolaan Irigasi
Disini perlu dijelaskan tentang sumber dana yang dapat dipakai untuk pengelolaan
irigasi, mis. APBD propinsi/kabupaten, APBN maupun ABLN.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan irigasi, Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu
PERDA, petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis bila perlu.
Sub-bab ini menggambarkan status PERDA tentang Irigasi di kabupaten ybs pada saat ini.
Dalam analisa diuraikan perkembangan sektor pertanian kabupaten dengan satuan analisa
kecamatan, karena data biasanya tersedia menurut desa/kecamatan, bukan per DI. Mengenai
referensi lahan dalam uraian selalu pada lahan sawah beririgasi apabila data tersedia,
selanjutnya diuraikan untuk total lahan sawah dan lahan tegalan/kering.
Data sekunder untuk keperluan ini antara lain dapat diambil dari data “Kabupaten Dalam
Angka”, data statistik pada Dinas Pertanian, data statistik yang dikumpulkan oleh BPS
kabupaten, seperti data Sensus Pertanian, Sensus Penduduk, SUSENAS, data Survey
Pertanian kerja sama BPS dan Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, dan informasi
dari PSETK.
1. Dalam bagian ini diulas data mengenai penguasaan lahan irigasi (terdiri dari lahan milik,
sewa, sakap dan gadai) dan kepemilikan lahan (milik yang digarap sendiri, disewakan,
disakapkan, atau digadaikan kepada pihak lainnya).
16
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
2. Data sekunder untuk keperluan ini diambil dari data Statistik Sensus Pertanian yang
terakhir dilakukan tahun 2003, apabila data ini belum tersedia di BPS kabupaten.
Mestinya data Sensus Pertanian 1993 sudah ada, data ini bisa digunakan dan data ini
dikeluarkan oleh BPS kabupaten bersangkutan. Data ini bisa diminta pada BPS
kabupaten.
3. Dalam data Sensus Pertanian ini ada data mengenai penguasaan dan pemilikan lahan
sawah dan lahan kering/tegalan, dan juga data mengenai distribusi pemilikan dan
penguasaan lahan. Data Sensus ini mencakup jumlah rumah tangga pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
4. Perkembangan rumah tangga pertanian perlu diuraikan. Demikian juga dengan data
rumah tangga buruh tani yang tersedia pada Sensus Pertanian.
1. Data ini dapat diperoleh dari Dinas Pertanian dan juga BPS kabupaten. Disini diuraikan
perkembangan/perubahan pola tanam selama lima tahun terakhir. Jika terjadi
perubahan supaya disebutkan penyebab terjadinya perubahan tersebut, misalnya
karena perubahan penyediaan air, perubahan permintaan pasar, atau adanya
perubahan lainnya yang mendorong petani merubah pola tanamnya.
2. Dalam data Survey Pertanian yang dikumpulkan oleh BPS dan mungkin juga
dikumpulkan oleh Dinas Pertanian, dikemukakan data luas tanam bulanan, luas panen
bulanan, dan produksi per musim tanam untuk tanaman padi sawah, palawija, dan
hortikultura. Untuk padi sawah perlu diperinci menurut lahan sawah beririgasi dan
sawah lainnya beserta analisanya.
Disini supaya diuraikan perkembangan produksi dan produktivitas tanaman padi, palawija,
sayuran, dan buah-buahan (mis. semangka, melon) yang ditanam dilahan sawah beririgasi
selama lima tahun terakhir per kecamatan dalam kabupaten beserta analisanya. Jika terjadi
perubahan, baik peningkatan maupun penurunan, supaya disebutkan penyebab terjadinya
perubahan tersebut.
17
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Data mengenai pendapatan dan pola pendapatan petani di lahan sawah beririgasi bisa
didapatkan dari dokumen PSETK yang pernah disiapkan.
Dari hasil Diskusi Identifikasi Masalah dengan Komisi Irigasi, Dinas yang membidangi irigasi,
Petani (P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan masyarakat, serta data dan informasi yang
digambarkan mulai dari sub-bab 2.1 s/d 2.4, dibuatkan suatu ringkasan identifikasi masalah,
dan disusun dalam bentuk matriks bersama upaya pemecahannya dan instansi yang
bertanggung jawab. Informasi ini dipakai sebagai dasar penyusunan program dalam RP2I.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sub-bab ini berisi uraian mengenai pelaksanaan dan hasil upaya melaksanakan redefinisi
tugas perangkat daerah kabupaten yang membidangi irigasi dan yang memiliki kaitan
fungsi dengan pengembangan dan pengelolaan irigasi di kabupaten yang bersangkutan,
termasuk gambaran mengenai tata cara koordinasi dan kerjasama antar perangkat daerah
tersebut.
Redefinisi tugas yang dimaksud merupakan perumusan kembali tugas pokok dan fungsi,
termasuk struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) perangkat daerah yang membidangi
irigasi untuk disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah No. 20/2006 tentang Irigasi dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang berkaitan (Permen PU No. 30/PRT/M/2007
tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi secara Partisipatif;
Permen PU No. 31/PRT/M/2007 tentang Pedoman Mengenai Komisi Irigasi; Permen PU
No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemelihgaraan Jaringan Irigasi, dan
Permen PU No. 33/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3.
Sub-bab ini berisi uraian mengenai rencana pengembangan sumber daya manusia (SDM)
sebagai implikasi dari perubahan tugas perangkat daerah yang membidangi irigasi setelah
dilakukan perumusan kembali. Rencana pengembangan SDM tersebut setidaknya meliputi
informasi mengenai :
18
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
• Jumlah kebutuhan rekrutmen staf per SKPD, dan program rekrutmen dalam 5 tahun;
• Bentuk-bentuk kegiatan pengembangan SDM yang akan dilaksanakan dan sasarannya;
• Tahapan dan jadwal waktu rencana pelaksanaan pengembangan selama 5 tahun.
Sub-bab ini menguraikan secara khusus rencana pelatihan sebagai bagian dari rencana
pengembangan SDM di instansi-instansi pemerintah (sebagaimana diuraikan pada Sub-bab
3.1.2). Informasi yang diuraikan setidaknya meliputi :
• Gambaran umum kondisi kemampuan dan kesiapan staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif;
• Jenis-jenis pelatihan yang akan diselenggarakan dan sasarannya;
• Jumlah staf/personil dan instansinya yang akan dilatih;
• Tahapan dan jadwal waktu pelaksanaan pelatihan selama 5 tahun.
• Tugas Pendampingan (Aspek Kelembagaan, Teknik, Ekonomi) oleh TPM dan KPL;
• Fasilitasi Penyusunan program kerja P3A/GP3A/IP3A;
• Program pengadaan TPM dalam 5 tahun mendatang, serta biaya untuk gaji dll;
• Peningkatan kapasitas TPM/KTPM dan KPL antara lain melalui Pelatihan pelatihan,
Workshop, dll.
a. Pengumpulan Data.
• Jenis dan sumber data, meliputi indikator aspek sosial, ekonomi, teknis, dan
aspek kelembagaan.
19
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
b. Penyusunan PSETK :
Pada uraian ini mengambarkan : Penentuan waktu dan lokasi penyusunan PSETK,
Metode pendekatan, proses pelaksanaan, pelaporan dan updating PSETK.
20
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Pelatihan P3A/GP3A/IP3A dapat dikelompokan dari tiga aspek yaitu aspek kelembagaan,
aspek teknis, dan aspek ekonomi. Pelatihan ini akan dilaksanakan oleh dua instansi,
Dinas Pertanian dan Dinas PU/SDA, sesuai dengan kewewenangnya. Jenis pelatihan
yang dapat direncanakan termasuk:
Program pelatihan harus difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam 5 tahun
periode RP2I. Jumlah kegiatan pelatihan yang diprogramkan harus mempertimbangkan
jumlah peserta P3A/GP3A dari DI-DI tersebut yang dapat dilatih dalam setiap angkatan.
Dalam sub-bab ini dijelaskan tentang gambaran mengenai pengelolaan irigasi di kabupaten
beserta kendalanya dan program penanganan secara umum.
Penyusunan program pengelolaan irigasi harus disusun berdasarkan kondisi dan fungsi
jaringan irigasi, sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan untuk DI-DI yang terdapat
dalam kabupaten, dengan memperhatikan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/
21
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
kota dan kesiapan sumber daya manusianya. Supaya lebih jelas, perlu dilampirkan tabel
program kegiatan tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.
Operasi dan Pemeliharaan rutin jaringan irigasi harus dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan
ini merupakan kebutuhan minimal dari O&P Irigasi yang harus dipenuhi yaitu operasi,
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, perbaikan darurat, pengamanan dan kebutuhan
mendesak lainnya. Pelaksanaannya lihat Permen PU No. 32/PRT/M/2007.
Selain pemeliharaan rutin setiap tahun, juga terdapat kegiatan pemeliharaan berkala yang
direncanakan setiap beberapa tahun sekali. Kegiatannya berupa perbaikan dan
penggantian aset yang mengalami kerusakan. Perencanaan Pemeliharaan Berkala
Jaringan Irigasi disusun berdasarkan penelusuran jaringan.
Pada sub-bab ini dijelaskan tentang besarnya alih fungsi lahan irigasi yang telah terjadi di
kabupaten selama 5 tahun terakhir, dan upaya pencegahannya yang telah dilaksanakan.
Pada sub-bab ini perlu diuraikan kegiatan pencegahan yang direncanakan oleh kabupaten
dalam 5 tahun mendatang. Contoh kegiatan adalah:
Dijelaskan pula tentang masalah pengamanan jaringan irigasi yang terjadi di kabupaten,
dan jenis upaya pencegahannya yang telah dilaksanakan. Pada sub-bab ini perlu
diuraikan kegiatan pencegahan untuk pengamanan jaringan irigasi yang direncanakan
oleh kabupaten dalam 5 tahun mendatang, seperti :
Pengelolaan irigasi tidak hanya merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas kabupaten
yang membidangi irigasi saja, akan tetapi juga merupakan tugas bersama, minimal antara
22
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Bappeda, Dinas yang membidangi pertanian dan Dinas yang membidangi irigasi,
bersama-sama dengan Komisi Irigasi dan petani pemakai air (P3A/GP3A/). Oleh sebab itu
koordinasi antar lembaga yang terkait dengan pengelolaan irigasi ini sangat diperlukan.
Agar koordinasi ini dapat berjalan dengan baik, harus dibuat perencanaan yang jelas,
antara lain penyusunan jadwal rapat Komir, jadwal pertemuan Bappeda & Dinas, dan lain-
lain. Agar lebih jelas perlu dibuatkan Tabel jadwal serta perkiraan biaya sebagai lampiran.
Bila kabupaten belum mempunyai PERDA tentang irigasi, maka dalam rangka
pelaksanaan RP2I, kabupaten perlu menyusunnya terlebih dahulu.
• Orientasi lapangan
- Identifikasi awal lembaga petani
- Identifikasi secara rinci kelembagaan petani
• Musyawarah desa dalam rangka pembentukan organisasi P3A/GP3A/IP3A.
• Penyusunan, pembahasan, dan pengesahan AD/ART.
• Pengadaan sarana, prasarana dan operasional kantor.
23
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Sub bab ini menguraikan rencana pembiayaan untuk kegiatan pelatihan yang
direncanakan dalam Bab 3.2 diatas. Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pemberdayaan
P3A/GP3A/IP3A dapat dibiayai dari Iuran Pengelola Irigasi, APBD, APBN atau sumber
pembiayaan lainnya.
Hasilnya disajikan dalam FORMAT 3.03 dan tambahan format yang diperlukan.
Pembiayaan untuk Operasi dan Pemeliharaan rutin jaringan Irigasi merupakan kebutuhan
minimal yang harus disediakan oleh pemerintah agar jaringan irigasi berdaya guna dan
berhasil guna secara optimal dan berkelanjutan. Biaya ini adalah kebutuhan ditingkat
lapangan/ Pengamat.
Biaya O&P rutin setiap tahun hampir selalu sama, berbeda hanya akibat dari inflasi saja.
Untuk RP2I, biaya yang dibutuhkan selama 5 tahun mendatang dapat dihitung dari total
luas DI.
24
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Bila sistem pengelolaan aset irigasi (PAI) belum dimulai pada Kabupaten, estimasi biaya
untuk konstruksi pemeliharaan berkala dapat dihitung secara pro-rata dari luas total DI.
Bila PAI sudah dipakai, maka estimasi biaya yang diperlukan untuk 5 tahun didepan dapat
diperloleh dari sistem PAI, yang berdasarkan kondisi jaringan irigasi.
Apabila fungsi suatu jaringan irigasi sudah sangat rendah (<40%) maka perlu
diprogramkan kegiatan rehabilitasi. Untuk keperluan rehabilitasi ini harus dilakukan
perencanaan partisipatif (SID-P) secara menyeluruh terhadap jaringan irigasi, yang
biayanya relatif mahal. Pembiayaan konstruksi rehabilitasi cukup besar, sehingga harus
disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah, kecukupan sumber daya
manusianya dan efisiensi pemanfaatan airnya.
Biayanya meliputi :
- Sosialisasi fungsi lahan dan jaringan irigasi;
- Rapat koordinasi antar instansi terkait;
25
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Pelaksanaan pengelolaan Irigasi merupakan kegiatan antar sektor, oleh sebab itu perlu
adanya koordinasi yang intensif di antara kelembagaan pengelolaan irigasi (Komir, Dinas
terkait, dan Gabungan P3A). Kegiatan ini tak akan berjalan dengan baik tanpa ditunjang
dengan penyediaan dana.
Kebutuhan biaya untuk kegiatan ini harus disiapkan setiap tahun, meliputi:
- Honor komisi dan staf sekretariat Komisi Irigasi;
- Biaya Rapat Komisi Irigasi;
- Biaya keperluan administrasi dll.
Bila masih diperlukan instrumen peraturan (seperti Perda), maka biaya yang diperlukan
dalam 5 tahun mendatang untuk penyusunan dan penetapannya perlu dirinci.
=======================================================================
26
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Informasi dan Program disajikan dalam Tabel-Tabel seperti yang didaftar dalam Lampiran 4.
Berikut ini terdapat penjelasan tentang penyusunan setiap Bab dalam RP2I Tahap II.
=======================================================================
Bab 1: PENDAHULUAN
Berupa uraian latar belakang penyusunan RP2I Tahap II, tahun penyusunannya dan nama-
nama anggota Tim Penyusun RP2I.
Disini dijelaskan ringkasan program Pengelolaan Irigasi dari hasil penyusunan RP2I Tahap I.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber air yang ada dalam suatu wilayah sungai diperlukan untuk berbagai macam kegiatan
manusia, yang paling dominan di Indonesia masih untuk kegiatan pertanian, khususnya untuk
sektor irigasi. Dalam sub-bab ini dijelaskan inti dari rencana induk pengelolaan Sumber Daya
Air di wilayah sungai (Pola PSDA-WS) di wilayah sungai yang terdapat di kabupaten,
khususnya mengenai rencana penggunaan sumber daya air untuk pengelolaan dan
pengembangan irigasi.
Dalam sub-bab ini dijelaskan lebih rinci tentang potensi sumber air yang ada, meliputi air
tanah, air permukaan dan rawa, dan kemungkinkan untuk mengembangkan irigasi, baik
dengan cara single ataupun conjunctive use.
Juga perlu diuraikan tentang Rencana Tata Ruang kabupaten dan efek dari perluasan
kota/perumahan atau penggunaan lahan lainya kepada luas sawah irigasi yang ada pada saat
RP2I disusun.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada Bab ini disajikan ringkasan dari program pengembangan pertanian yang berlaku di
kabupaten, sebagai dasar untuk rencana pengembangan irigasi. Program-program pertanian
dapat terdiri dari:
27
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
28
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Perlu disajikan daftar Daerah Irigasi baru yang dapat dibangun, berdasarkan kajian
ketersediaan air, dan memenuhi 8 persyaratan pembangunan irigasi seperti yang tertuang
dalam surat Menteri PU No. IR.02.04-MN/913 tanggal 20 Desember 1986 sbb:
Persyaratan pembangunan irigasi baru:
Pada daftar DI tersebut supaya diidentifikasikan jumlah dan ukuran / kapasitas bendung,
saluran dan bangunan utama yang diperlukan untuk menyediakan prasarana jaringan irigasi
baru tersebut, guna memperkiraan nilai investasi yang diperlukan untuk pembangunan.
Program pembangunan perlu disajikan dalam bentuk Tabel, dengan rencana jadwal
pelaksanaan selama 5 tahun ke depan.
Perlu disajikan daftar Daerah Irigasi (yang ada) yang dapat ditingkatkan, berdasarkan kajian
ketersediaan air dan persyaratan lain yang diuraikan diatas. Pada daftar DI tersebut supaya
dijelaskan jenis peningkatan jaringan irigasi, seperti:
• Peningkatan fungsi jaringan (misalnya jaringan irigasi setengah teknis menjadi teknis);
• Peningkatan kondisi jaringan;
• Penambahan luas areal pelayanan jaringan.
Program peningkatan perlu disajikan dalam bentuk Tabel, dengan rencana jadwal
pelaksanaan selama 5 tahun ke depan.
29
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Prasarana pendukung yang diperlukan untuk pengelolaan irigasi termasuk bangunan kantor
yang memadai, rumah jaga pintu, rumah juru yang dekat dengan lokasi, gudang yang
mencukupi, kendaraan, alat pemroses data, dan alat atau mesin untuk pemeliharaan jaringan
irigasi.
Untuk keperluan ini harus dibuatkan Tabel berisi jumlah yang dibutuhkan, inventaris bangunan
/alat yang sudah ada beserta kondisinya, dan rencana pengadaan untuk mencukupi
kebutuhan.
Sub-bab ini menjelaskan tentang kebutuhan kajian lingkungan seperti REA, UPL/UKL atau
Amdal untuk mendukung program pengembangan irigasi dalam 5 tahun mendatang, dan
instansi yang bertanggung jawab untuk penyusunannya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disini diuraikan dalam Tabel jumlah dana yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan
pengembangan irigasi, sesuai program dalam Bab 4, serta kebutuhan dana setiap tahun
selama 5 tahun ke depan.
Dari kebutuhan dana untuk masing-masing kegiatan untuk pelaksanaan RP2I (Pengelolaan
dan Pengembangan), dibuat kompilasi dalam Tabel, dengan program pembiayaan tahunan.
Rencana pembiayaan yang diusulkan dalam RP2I perlu dikaji kelayakannya terhadap benefit
yang diperkiraan akan terjadi setelah peningkatan kondisi jaringan irigasi. Analisa yang
dipakai untuk RP2I adalah kajian finansial, karena lebih relevan terhadap pengambilan
keputusan di tingkat kabupaten. (Sebagai pembandingan, analisa ekonomi memperhitungkan
nilai dari suatu investasi terhadap ekonomi suatu negara, menggunakan harga internasional
untuk komoditas seperti beras yang diperdagangkan antara negara. Pendekatan ini kurang
relevan untuk penilaian investasi di tingkat kabupaten).
Untuk kajian finansial, biaya investasi adalah biaya investasi dari Rencana Pembiayaan dalam
RP2I, dan harga input serta harga produksi pertanian setempat yang dapat diambil dari Dinas
Pertanian Kabupaten. Benefit adalah perkiraan peningkatan hasil pertanian serta peningkatan
pendapatan petani.
Analisa finansial dilakukan untuk DI-DI yang ada dalam kabupaten, dan hasilnya dapat
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-rata kabupaten. Dengan cara ini, kelayakan
investasi dapat dilihat untuk tiap DI, dan untuk seluruh kabupaten, dan rencana pembiayaan
dapat diperbaiki bila perlu.
30
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Berdasarkan data tersebut, indikator finansial dapat dihitung dalam spreadsheet, termasuk
nilai FIRR, NPV serta rasio B/C dengan menggunakan nilai diskon 12%.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengelolaan jaringan irigasi ditujukan untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi. Beberapa
hal yang mempengaruhi keberlanjutan system irigasi antara lain adalah :
Untuk menjamin ketiga hal tersebut diperlukan upaya berupa manajemen jaminan mutu yang
menyangkut pelayanan dan kualitas fisik jaringan irigasi.
Manual dan prosedur yang ada yang dikembangkan di bawah Unit Jaminan Kualitas dari
Direktorat Jenderal Pengembangan Sumber Daya Air berdasarkan ISO–9001: 1994.
Pelaksanaannya difokuskan pada:
31
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
Untuk penyusunan RP2I diperlukan banyak data seperti informasi tentang SDM, nama dan
lokasi DI-DI, intensitas tanam, kondisi aset irigasi, daftar P3A/GP3A dan status hukumnya,
pelatihan yang telah diadakan, dst. Data tersebut perlu disimpan dalam bentuk digital sebagai
Management Information System (MIS) yang mudah diakses dan dapat diupdate tiap tahun.
Pada bab ini perlu diuraikan kebutuhan dan upaya kabupaten untuk membentuk MIS yang
lebih baik untuk keperluan penyimpanan data.
=======================================================================
32
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ringkasan Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Pengembangan Bidang Pertanian
33
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
34
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ringkasan RP2I Tahap I tentang Pengelolaan Irigasi
35
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
FORMAT 1.01 Informasi Umum
FORMAT 1.02 Ikhtisar Kondisi Pertanian per Kecamatan
FORMAT 1.03 Ikhtisar Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Bidang Pertanian
36
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
37
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I
38