You are on page 1of 42

Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

PANDUAN PENYUSUNAN
RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN IRIGASI
(RP2I)

i
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii


DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN............................................................... ......................1
1.1Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................................1
1.3 Keluaran.....................................................................................................................2
2. METODOLOGI PENYUSUNAN RP2I.....................................................3
2.1 RP2I Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi).........................................................3
2.2 RP2I Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi).................................................7
2.3 Pemutakhiran RP2I.................................................................................................8
3. JADWAL PENYUSUNAN RP2I............................................................ ...8

4. OUTLINE DOKUMEN RP2I...................................................................11


4.1 Dokumen RP2I - Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi)....................................11
4.2 Dokumen RP2I - Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi)..............................27

LAMPIRAN

ii
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Langkah-langkah dalam Penyusunan dan Pemutakhiran RP2I


Gambar 2 : Jadwal Indikatif untuk Penyusunan RP2I

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Isi untuk dokumen Rencana Pengembangan dan


Pengelolaan Irigasi (RP2I) – Tahap I. (Rencana Pengelolaan Irigasi).
Lampiran 2: Daftar Isi untuk dokumen Rencana Pengembangan dan Pengelolaan
Irigasi (RP2I) – Tahap II. (Rencana Pengembangan Irigasi).
Lampiran 3: DAFTAR FORMAT UNTUK RP2I - Tahap I
Lampiran 4: DAFTAR FORMAT UNTUK RP2I - Tahap II
Lampiran 5: CONTOH FORMAT- FORMAT UNTUK RP2I (Tahap I)

iii
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan Pedoman RP2I, direncanakan agar RP2I ini bisa disusun oleh setiap
kabupaten di Indonesia, dimulai dari kabupaten-kabupaten yang mengikuti program
PISP, WISMP dan NTB-WRMP. Melalui penyusunan RP2I diharapkan bisa mencapai
sasaran-sasaran berikut ini:

1) Peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah bidang irigasi (Dinas PU/SDA,


BAPPEDA, dan Dinas Pertanian), baik pada tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten. Hal ini diperlukan supaya program yang dilaksanakan oleh ke-tiga
instansi tingkat kabupaten menjadi terfokus dan lebih efektif. Juga, suatu Daerah
Irigasi bisa menjadi wewenang instansi pusat, provinsi atau kabupaten, sesuai
dengan luasnya serta letaknya terhadap batas administrasi. Oleh karena itu,
koordinasi kegiatan antar instansi pemerintah pada tiga tingkat menjadi penting
sekali.

2) Peningkatan penyelenggaraan perencanaan pengembangan dan pengelolaan


jaringan irigasi secara terpadu, dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait
bidang irigasi (Dinas PU/SDA, BAPPEDA, Dinas Pertanian, Komisi Irigasi,
P3A/GP3A/IP3A, dan elemen masyarakat baik dari LSM, perguruan tinggi, maupun
pengguna jaringan irigasi). Perencanaan terpadu tersebut harus sesuai dengan
kondisi yang ada di kabupaten yang bersangkutan (ketersediaan air, lahan, tenaga
manusia dan pasar untuk produk pertanian), dan juga harus mempertimbangkan
kemampuan finansial pada kabupaten tersebut. Perencanaan ini bukan merupakan
keharusan dari pemberi pinjaman, akantetapi menjadi suatu kebutuhan untuk
kabupaten sendiri dalam upaya meningkatkan efisiensi jaringan irigasi serta produksi
pertanian.

3) Peningkatan peran Petani Pemakai Air melalui Pengembangan dan Pengelolaan


Sistem Irigasi secara Partisipatif (PPSIP), dengan melibatkan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) secara aktif dalam pengambilan keputusan,
perencanaan serta pelaksanaan.

4) Penerapan konsep Pengelolaan Aset Irigasi (PAI), sebagaimana diamanatkan


dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, BAB X (Pasal 65 s/d Pasal 73)
mengenai inventarisasi, perencanaan pengelolaan, pelaksanaan pengelolaan,
evalusai pelaksanaan pengelolaan serta pemutakhiran hasil inventarisasi Aset
Irigasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Panduan ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) dan pelaku pengelolaan irigasi lainnya (Kelembagaan Pengelola Irigasi)
dalam penyusunan RP2I.

1
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan irigasi (terutama


di tingkat kabupaten/kota) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

1.3 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Panduan Penyusunan RP2I ini adalah produk
perencanaan yang disusun oleh kabupaten, sesuai dengan Pedoman RP2I.

Penyusunan RP2I yang pertama kali di suatu kabupaten direncanakan dalam dua tahap:

• Tahap I, berisi Program Pengelolaan Irigasi

(termasuk program pengembangan kelembagaan pemerintah di kabupaten yang


bersangkutan, program pemberdayaan petani pemakai air, program pengeolaan
irigasi serta rencana pendanaan);

• Tahap II, berisi Program Pengembangan Irigasi

(meliputi identifikasi potensi pengembangan irigasi di kabupaten, rencana


pengembangan irigasi serta rencana pendanaan untuk 5 tahun kedepan).

Daftar isi untuk RP2I Tahap I dan Tahap II, serta Tabel-Tabel yang digunakan untuk
menyusun RP2I Tahap I terdapat dalam Lampiran.

2
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

2. METODOLOGI PENYUSUNAN RP2I


Berikut ini dijelaskan secara singkat langkah-langkah dalam penyusunan RP2I. Gambar 1
memperlihatkan organisasi/petugas yang bertanggungjawab untuk melaksanakan setiap
langkah.

2.1 RP2I Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi)


Untuk Tahap I hanya sampai rencana kegiatan pengelolaan irigasi dan dijelaskan sbb:

Langkah 1: Membentuk Tim Penyusunan RP2I.

Untuk mempermudah koordinasi antara tiga instansi pemerintah yang membidangi


Irigasi di kabupaten yang bersangkutan, yaitu Bappeda, Dinas PU/SDA dan Dinas
Pertanian, maka RP2I disusun dengan cara membentuk Tim Penyusunan RP2I oleh
Bappeda. Tim ini bersifat lintas Dinas.

Langkah 2: Penyusunan Nota Kesepahaman (MoU) antara Level SDA.

Sebelum mulai penyusunan RP2I, diperlukan Nota Kesepahaman (MOU) antara instansi
Dinas PU/SDA di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, berisi kesepakatan tentang
tanggungjawab pengelolaan DI-DI Pemerintah, untuk menjalin kerja sama dan
menghindari tumpang tindih dalam pekerjaan. Daftar DI yang dipakai mengacu kepada
Keputusan Menteri PU No. 390 tahun 2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi.
MOU tersebut harus menentukan DI-DI yang akan ditugas-bantukan dari satu tingkat
kepada tingkat lain.

Tim Penyusun harus menyiapkan dua macam MoU sbb.:

a) MoU antara instansi terkait dalam kabupaten yang bertanggungjawab dalam


penyusunan RP2I, pelaksanaan dan pengendalian (difasilitasi oleh Bappeda
kabupaten).
b) MoU antara kabupaten dan instansi yang terlibat di tingkat provinsi dan pusat
(difasilitasi oleh Bappeda kabupaten) sbb:
i. Untuk DI-DI lintas kabupaten, diperlukan MoU antara kabupaten dan provinsi
yang berwenang untuk pengelolaan irigasinya;
ii. Untuk DI-DI lintas provinsi, diperlukan MoU antara kabupaten, provinsi dan
pusat;
iii. Untuk DI-DI utuh dalam kabupaten yang menjadi wewenang provinsi atau pusat,
juga diperlukan MoU antara kabupaten dan provinsi / pusat.

Langkah 3: Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap I.

Tim Penyusun mencatat data yang diperlukan, yang akan dikumpulkan oleh 3 Instansi
yang membidangi irigasi. Informasi utama yang diperlukan adalah sbb:

3
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH:


(PERDA Irigasi, Strategi Pembangunan Daerah Bidang Pertanian dan Infrastruktur, Rencana
Tata Ruang di kabupaten, Program Pengembangan Pertanian.

INFORMASI UMUM:
(Kondisi fisik dan demografi di kabupaten, kondisi Pertanian, kinerja Komisi Irigasi, peran
wanita dalam kegiatan Irigasi).

DATA KEADAAN ASET FISIK IRIGASI PER DI:


(Jenis, kondisi dan tingkat berfungsinya Saluran dan Bangunan Air).

DATA KEADAAN P3A/GP3A/IP3A PER DI:


(Jumlah yang sudah dibentuk, Status, dan Kinerja).

DATA KEADAAN PERTANIAN PER KECAMATAN:


(Pola Tanam, Produksi dan Produktivitas, Pemasaran, Pendapatan Petani).

Semua data yang diperlukan untuk menyusun RP2I merupakan data sekunder, yang
bisa didapat dari dokumen yang sudah ada (seperti Renstra, PSETK dan laporan rutin
tentang operasi & pemiliharaan jaringan irigasi), KECUALI untuk data keadaan Aset fisik
Irigasi per Daerah Irigasi. Data tersebut merupakan data primer dari inventarisasi aset
irigasi yang terbaru, melalui program PAI.

Langkah 4: Kajian Kebijakan Daerah, Rencana Tata Ruang Daerah

Tim Penyusun harus mendapatkan dan menkaji instrumen perencanaan pembangunan


daerah yang berlaku di kabupaten yang bersangkutan, terutama Rencana Tata Ruang.

Langkah 5: Menyusun Ringkasan Kebijakan Daerah Bidang Pertanian

Bappeda Kabupaten harus membuat ringkasan tentang Kebijakan dan Strategi 5 tahun
Pembangunan Daerah Bidang Pertanian yang ada di kabupaten yang bersangkutan,
dikutip dari Renstra atau dokumen perencanaan yang lain. Tim Penyusun harus
mengkaji kebijakan tersebut sebelum memulai penyusunan RP2I.

Langkah 6: Identifikasi Masalah tentang Irigasi di Kabupaten

Dinas PU, BAPPEDA, dan Dinas Pertanian kabupaten bersama-sama dengan Komisi
Irigasi kabupaten, perwakilan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan
elemen masyarakat (LSM dan Perguruan Tinggi) mengadakan Diskusi Identifikasi
Masalah tentang Irigasi. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemetaan masalah tentang
pengembangan dan pengelolaan irigasi, dan menyamakan persepsi antara Dinas
dengan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A) dan menerima usulan dari P3A/GP3A dan
wakil masyarakat.

Dalam hal di kabupaten yang bersangkutan terdapat Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan pusat dan/atau kewenangan provinsi, maka pihak kabupaten wajib
mengikutsertakan perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)/ Balai Wilayah
Sungai (BWS) dan/atau perwakilan dari Dinas PU provinsi;

4
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Materi yang dibahas dalam Diskusi Identifikasi Masalah, adalah maslah-masalah utama
yang terjadi berkaitan dengan keberlanjutan sistem irigasi pada kabupaten yang
bersangkutan, dan usulan upaya pemecahannya, sebagai berikut :

a. Gambaran ketersediaan air dalam 5 tahun mendatang, berdasarkan kondisi daerah


aliran sungai (DAS) maupun perubahan iklim (dari keterangan BMG setempat);
b. Masalah utama tentang penguasaan lahan dan pemilikan lahan sawah irigasi,
gambaran tren ketersediaan lahan irigasi dalam 5 tahun mendatang;
c. Masalah utama tentang pola tanam, pemasaran hasil produksi pertanian serta
pendapatan petani sawah irigasi;
d. Masalah utama tentang keadaan Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI), termasuk
Dinas yang membidangi irigasi, Komisi Irigasi, dan kinerja Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A);
e. Masalah utama tentang penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI);
f. Prioritas Daerah Irigasi untuk program pemeliharaan (berkala) jaringan irigasi dalam
5 tahun mendatang;
g. Prioritas Daerah Irigasi (DI) untuk program rehabilitasi jaringan irigasi dalam 5 tahun
mendatang.

Langkah 7: Kajian Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan di Kabupaten

Tim Penyusun harus mengkaji kebutuhan kelembagaan instansi pemerintah yang


membidangi irigasi di kabupaten, sehubungan dengan:

a. Perkembangan terakhir Redefinisi Tugas untuk kerjasama operasional antar instansi


pemerintah daerah, sesuai Peraturan Daerah yang telah disusun oleh provinsi dan
kabupaten yang bersangkutan berkaitan dengan PP No. 20 tahun 2006, PP No. 38
tahun 2007 dan PP No. 41 tahun 2007;
b. Kebutuhan staff per SKPD, sebagai implikasi dari perubahan tugas tersebut di atas;
c. Hasil dari Training Needs Assessment (TNA) yang terakhir, dalam rangka
pengembangan SDM.

Langkah 8: Penetapan DI-DI Prioritas

Komisi Irigasi menetapkan daftar DI prioritas, yang sesuai dengan aspirasi wakil
P3A/GP3A. Daftar ini akan menjadi acuan dalam menyusun program dalam RP2I.

Langkah 9: Penyusunan Draft RP2I Tahap I

Tim Penyusun mengkaji data yang dikumpulkan, dan menyusun draft RP2I sesuai
dengan Daftar Isi dan Format pada Pedoman RP2I dan Panduan Penyusunan RP2I ini.
Pekerjaan ini mencakup:

a) Penyusunan kegiatan untuk program 5 tahun;


b) Penyusunan estimasi biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program 5 tahun;
c) Penyusunan draft RP2I.

5
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Langkah 10: Presentasi Draft RP2I Tahap I di Komir

Tim Penyusun mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap I dengan Komisi
Irigasi.

6
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

2.2 RP2I Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi)


Tahap II termasuk penyusunan program dan rencana kegiatan untuk pengembangan
irigasi, penetapan RP2I oleh Bupati, dan penyampaian RP2I kepada GP3A, dan
dijelaskan sbb:

Langkah 1: Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap II.

Tim Penyusun mencatat data yang diperlukan, yang akan dikumpulkan oleh 3 Instansi
yang membidangi irigasi. Informasi utama yang diperlukan adalah Rencana Tata Ruang
yang ada di kabupaten, Rencana Induk (Pola) PSDA wilayah sungai yang ada di
kabupaten, program pengembangan pertanian yang berlaku di kabupaten, data tentang
keberadaan dan kondisi prasarana pendukung kegiatan irigasi yang ada, dan data harga
satuan untuk pelaksanaan fisik yang berlaku di kabupaten.

Langkah 2: Kajian Kebutuhan Pengembangan bidang Pertanian di Kabupaten

Tim Penyusun harus mengkaji program kabupaten yang sudah ada tentang
pengembangan bidang pertanian, dan menyusun ringkasannya sebagai acuan untuk
penyusunan program pengembangan irigasi.

Langkah 3: Kajian Potensi Pengembangan Irigasi di Kabupaten

Tim Penyusun harus mengkaji rencana induk pengelolaan Sumber daya Air di wilayah
sungai (Pola PSDA-WS) yang relevan untuk wilayah lahan irigasi yang ada di
kabupaten, untuk mempertimbangkan potensi sumber daya air yang ada yang
mendukung pembangunan atau peningkatan jaringan irigasi.

Kegiatan ini juga harus termasuk kajian rencana tata ruang kabupaten, untuk
memastikan kesesuaian rencana pengembangan irigasi dengan rencana penggunaan
lahan untuk perluasan pemukiman atau industri pada masa mendatang.

Dari kajian tersebut, dibuat daftar DI yang potensial untuk dikembangkan (termasuk DI
baru dan DI yang dapat ditingkatkan), daftar kegiatan serta program pelaksanaan.

Langkah 4: Penyusunan Rencana Pembiayaan 5 Tahun untuk Pelaksanaan RP2I

Dari program pengembangan jaringan irigasi, dibuat estimasi biaya untuk pelaksanaan
selama 5 tahun ke depan.

Disusun kompilasi biaya untuk semua kegiatan RP2I yang direncanakan dalam periode
5 tahun, termasuk program-program yang ada dalam RP2I Tahap I.

Langkah 5: Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan RP2I

Dibuat kajian kelayakan finansial terhadap total biaya hasil kompilasi. Kajian ini
dilakukan dengan menggunakan spreadsheet komputer yang sudah disediakan dari
program PISP.

Langkah 6: Penyusunan draft RP2I Tahap II

7
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Tim Penyusun menyusun draft RP2I sesuai dengan Daftar Isi dan Format pada
Pedoman RP2I dan Panduan Penyusunan RP2I ini.

Langkah 7: Presentasi draft RP2I Tahap II di Komisi Irigasi

Tim Penyusun mempresentasikan dan membahas draft RP2I Tahap II dengan Komisi
Irigasi. Wakil-wakil dari GP3A hadir dalam diskusi ini, sebagai anggota Komisi Irigasi.

Langkah 8: Penyusunan Final RP2I (Tahap I + II)

Setelah pembahasan dengan Komisi Irigasi, Tim Penyusun memperbaiki naskah RP2I
bila perlu, dan membuat versi Final, yang berisi Rencana Pengelolaan dan Rencana
Pengembangan Irigasi.

Langkah 9: Penetapan RP2I dengan SK Bupati

RP2I versi final ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati, yang diproses oleh
Bappeda kabupaten.

Langkah 10: Penyampaian RP2I kepada GP3A di Kabupaten.

Setelah ditetapkan oleh Bupati, RP2I disampaikan kepada GP3A-GP3A yang ada di
kabupaten melalui rapat antar instansi pemerintah yang membidangi irigasi dan wakil-
wakil dari GP3A.

2.3 Pemutakhiran RP2I


Setelah RP2I ditetapkan, pelaksanaannya perlu dievaluasi tiap akhir tahun. Bila perlu,
program direvisi dan RP2I disesuaikan. Pekerjaan ini mencakup kegiatan berikut ini:

Langkah 1: Evaluasi Pelaksanaan RP2I tahun sebelumnya, oleh Tim Penyusun


RP2I, berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang membidangi irigasi (tingkat
kabupaten, provinsi dan pusat), serta P3A/GP3A.

Langkah 2: Pemutakhiran Inventarisasi Aset Irigasi, oleh Dinas PU/SDA kabupaten,


dengan melibatkan P3A/GP3A, Juru Pengairan dan Pengamat Pengairan.

Langkah 3: Revisi DI-DI Prioritas bila perlu, oleh Komisi Irigasi.

Langkah 4: Revisi Program Kerja dan Biaya Tahunan, oleh Tim Penyusun RP2I.

Langkah 5: Revisi Dokumen RP2I, oleh Tim Penyusun RP2I.

3. JADWAL PENYUSUNAN RP2I


Jadwal indikatif untuk penyusunan RP2I Tahap I dan Tahap II dalam periode 2 tahun dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

8
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Gambar 1 : Langkah-langkah dalam Penyusunan dan Pemutakhiran RP2I .

Penyusunan RP2I Tahap I

Penyusunan RP2I (Setiap 5 Tahun) Pemutakhiran RP2I (Setiap Tahun)


Tugas Tugas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5
Organisasi / Petugas
Kajian Menyusun Kajian
yang Bertanggung Jawab Membentuk Penyusunan Pengumpulan Diskusi Penetapan
Kebijakan Ringkasan Kebutuhan Presentasi Penyusunan Penyampaian Evaluasi Pemutakhiran Revisi Program
TIM Penyusun MOU Pengel. DI Data yang Identifikasi Penetapan DI- Penyusunan Surat Revisi DI-DI Revisi
Daerah, Kebijakan Kelembagaan Draft RP2I di Draft Final RP2I kepada Pelaksanaan Inventarisasi Kerja dan Biaya
RP2I lintas antara level diperlukan untuk Masalah DI Prioritas Draft RP2I Keputusan Prioritas Dokumen RP2I
Rencana Tata Daerah Bidang Pemerintah Komir RP2I GP3A RP2I tahun lalu Aset Irigasi Tahunan
Dinas SDA RP2I tentang Irigasi Bupati
Ruang Pertanian Kabupaten

Kegiatan yang melibatkan MIS :         


1. KPI di Kabupaten:

Diskusi
Identifikasi Penetapan DI- Revisi DI-DI
Komisi Irigasi Kabupaten X
Masalah
X
DI Prioritas
X
Prioritas
tentang Irigasi

Kajian Kajian
Penyusunan Pengumpulan
Kebijakan Kebutuhan Presentasi Penyusunan Evaluasi Revisi Program
MOU Pengel. DI Data yang Penyusunan Revisi
TIM Penyusun RP2I X
antara level
X
diperlukan untuk
X Daerah, X Terlibat X Kelembagaan X Terlibat X
Draft RP2I
X Draft RP2I di X Draft Final X Pelaksanaan X Terlibat X Kerja dan Biaya X
Dokumen RP2I
Rencana Tata Pemerintah Komir RP2I RP2I tahun lalu Tahunan
SDA RP2I
Ruang Kabupaten

Menyusun
Membentuk Penetapan
Ringkasan
TIM Penyusun Surat
Bapeda Kabupaten X
RP2I lintas
X Terlibat X Kebijakan X Terlibat X Terlibat X Terlibat X
Keputusan
X Terlibat X Terlibat X Terlibat
Daerah Bidang
Dinas Bupati
Pertanian

Penyampaian Pemutakhiran
Dinas PU/SDA Kabupaten X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X RP2I kepada X Terlibat X Inventarisasi X Terlibat
GP3A Aset Irigasi

Dinas Pertanian Kabupaten X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat

P3A/GP3A/IP3A X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat

Juru Pengairan X Terlibat

Pengamat Pengairan X Terlibat

2. KPI di tingkat Pusat dan


Provinsi:

Dinas SDA Provinsi (*) X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat

Direktorat SDA Pusat (*) X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat X Terlibat

Balai Besar Wilayah Sungai X Terlibat

Catatan: * Kegiatan di Pusat dan Provinsi termasuk kegiatan oleh instansi Pertanian dan Bapeda/BAPENAS.

9
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Gambar 2 : Jadwal Indikatif untuk Penyusunan RP2I

Langkah Kegiatan Tahun Pertama


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Tahap I Penyusunan RP2I Tahap I


1 Membentuk TIM Penyusun RP2I lintas Dinas
2 Penyusunan MOU Pengelolaan DI antara level SDA
3 Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap I.
4 Kajian Kebijakan Daerah dan Rencana Tata Ruang
5 Menyusun Ringkasan Kebijakan Daerah Bidang Pertanian
6 Diskusi Identifikasi Masalah tentang Irigasi di Kabupaten
Kajian Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan Pemerintah
7 di Kabupaten.
8 Penetapan DI-DI Prioritas
9 Penyusunan Draft RP2I Tahap I.
10 Presentasi Draft RP2I Tahap I di Komir

Langkah Kegiatan Tahun Kedua


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Tahap II Penyusunan RP2I Tahap II


1 Pengumpulan Data yang diperlukan untuk RP2I Tahap II.
2 Kajian Kebutuhan Pengembangan Bidang Pertanian
3 Kajian Potensi Pengembangan Irigasi
Penyusunan Rencana Pembiayaan 5 Tahun untuk
4 pelaksanaan RP2I.
5 Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan RP2I.
6 Penyusunan Draft RP2I Tahap II
7 Presentasi Draft RP2I Tahap II di Komir
8 Penyusunan Final RP2I Tahap I + II
9 Penetapan RP2I dengan Surat Keputusan Bupati
10 Penyampaian RP2I kepada GP3A

10
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

4. OUTLINE DOKUMEN RP2I


4.1 Dokumen RP2I - Tahap I (Rencana Pengelolaan Irigasi)
Daftar Isi untuk RP2I - Tahap I dapat dilihat pada Lampiran 1.

Informasi dan Program disajikan dalam Tabel-Tabel seperti yang didaftar dalam Lampiran 3.
Contoh Format untuk Tabel-tabel tersebut diberikan dalam Lampiran 5.

Berikut ini terdapat penjelasan tentang penyusunan setiap Bab dalam RP2I Tahap I.

========================================================================

Bab 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disini dapat diuraikan latar belakang penyusunan RP2I pada kabupaten yang bersangkutan,
tahun penyusunannya dan nama-nama anggota Tim Penyusun RP2I.

1.2 Ringkasan Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Pengembangan Bidang


Pertanian

Berdasarkan data yang dikumpulkan untuk penyusunan RP2I ini, dibuat ringkasan informasi
umum, dan dituangkan dalam FORMAT 1.01. Informasi umum menggambarkan kondisi umum
pertanian di kabupaten, status Perda tentang Irigasi, status dan keanggotaan Komisi Irigasi,
serta jumlah P3A/GP3A/IP3A yang telah dibentuk dan status hukumnya.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan mengenai luas areal pertanian (sawah irigasi dan
sawah tadah hujan), serta tingkat produksi padi rata-rata, dan program SRI yang dilaksanakan,
dibuat ringkasan Kondisi Pertanian per kecamatan, dan dituangkan dalam FORMAT 1.02.
Tabel ini menggambarkan total luas sawah irigasi yang ada dalam kabupaten, produksi padi
rata-rata tiap kecamatan, dan dibandingkan dengan hasil produksi padi yang telah dicapai
melalui program SRI di kabupaten.

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah tentang bidang Pertanian yang sudah ada dibuat
ringkasannya oleh BAPPEDA Kabupaten, dan dituangkan dalam FORMAT 1.03. Strategi dan
kebijakan ini harus dijadikan acuan dan memberi arahan kepada Tim Penyusun dalam
penyusunan RP2I.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Bab 2: GAMBARAN UMUM PERTANIAN DAN IRIGASI

2.1 Kondisi Geografis

2.1.1 Topografi

Gambaran umum kondisi lahan di kabupaten yang bersangkutan (datar atau berbukit,
kemiringan lahan, dll). Informasi ini disajikan secara singkat, ditambah Tabel, atau peta bila
data sudah tersedia.

11
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

2.1.2 Cuaca dan Musim

Gambaran umum kondisi cuaca di kabupaten yang bersangkutan (distribusi hujan


sepanjang tahun, musim hujan, curah hujan rata-rata, dll).

Data iklim bulanan dapat diperoleh dari BMG/Balai SDA/Stasiun meteorologi Pertanian
Kecil. Data curah hujan bulanan dapat diperoleh dari Balai SDA, Dinas PU-SDA atau
Proyek khusus.

Data yang dikumpulkan dianalisa untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan curah
hujan di kabupaten ybs, serta wilayah yang mendapat iklim yang sesuai untuk budidaya
padi, atau lebih sesuai untuk tanaman lain. Data curah hujan bulanan untuk beberapa
stasiun yang dipilih yang mempunyai data cukup lengkap dapat dipresentasikan dalam
bentuk Tabel dan Grafik curah hujan bulanan rata-rata.

Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah
pesisir, trend peningkatan elevasi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai, dan
juga berpengaruh pada efektifitas sistem drainase pada Daerah Irigasi di wilayah datar
dekat laut. Pada wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang
mengakibatkan banjir pada sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh
kepada kapasitas bendung-bendung irigasi yang ada, dan fasilitas pencegahan masuknya
lumpur pada saluran induk (kantong lumpur). Pada bab ini perlu diidentifikasikan dampak
yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten yang bersangkutan.

2.1.3 Sumber Air (SWS)

Nama SWS (satuan wilayah sungai) yang ada di kabupaten yang bersangkutan, berserta
nama-nama sungai utama (disajikan dalam Tabel). Lihat FORMAT 2.01.

Penjelasan tentang keberadaan waduk yang dipakai untuk menyuplai air irigasi. Apabila
data pendukung memungkinkan dapat juga mencantumkan daftar mata air dan cekungan
air tanah.

2.1.4 Keadaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Gambaran umum kondisi DAS yang ada di kabupaten yang bersangkutan.

Informasi tentang keberadaan lahan kritis dapat diperoleh dari Balai Pengelolaan Hutan/
Dinas Kehutanan kabupaten/ Bappeda kabupaten. Data dapat disajikan dalam bentuk Tabel
atau peta, bila sudah tersedia.

2.1.5 Ketersediaan Air untuk Irigasi

Informasi tentang ketersediaan air permukaan untuk irigasi (data tentang kuantitas dan
kualitas). Penjelasan tentang trend ketersediaan air pada 5 tahun terakhir, berkaitan
dengan keadaan DAS.

Informasi tentang wilayah potensi air tanah, dari Bappeda/ Dinas PU, disajikan dalam
bentuk Tabel atau peta, bila sudah tersedia.

2.1.6 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Irigasi

Kelas Kesesuaian Lahan untuk irigasi adalah kelas kemampuan lahan yang memberikan
gambaran tentang jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan.

12
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Data tersebut dapat diperoleh dari Dinas Pertanian, Bappeda kabupaten, atau Badan
Litbang Pertanian. Data dapat disajikan dalam bentuk Tabel atau peta, bila sudah tersedia.

2.2 Kondisi Demografi

Pada sub-bab ini digambarkan secara umum keadaan demografi di kabupaten, yang dapat
diperoleh dari data sekunder.

Sebagai sumber informasi, dapat diperoleh dari buku “Kabupaten Dalam Angka”, laporan
tahunan data “Potensi Desa dan Kecamatan” yang merupakan hasil sensus pertanian (sebagai
contoh: buku yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS)), atau sumber data dan informasi
lainnya.

2.2.1 Jumlah, Kepadatan dan Pendidikan Penduduk

Pada sub-bab ini digambarkan mengenai jumlah penduduk di kabupaten berdasarkan jenis
kelamin dan usia produktif, tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pendidikannya. Data
merupakan data sekunder, dan disajikan dalam bentuk Tabel.

Bila data tersedia, data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam
Tabel, dengan gambaran trend dalam Grafik.

2.2.2 Mata Pencaharian dan Tingkat Kemiskinan

Pada sub-bab ini digambarkan mengenai mata pencaharian dan jumlah penduduk miskin.
Data merupakan data sekunder, dan disajikan dalam bentuk Tabel.

2.2.3 Peran Wanita dalam Kegiatan Irigasi

Pada sub-bab ini digambarkan sejauh mana keterlibatan dan peran wanita dalam kegiatan
pengelolaan irigasi dalam kabupaten yang bersangkutan.

2.3 Kondisi Sistem Irigasi

Sub-bab ini menggambarkan tentang kondisi sistem irigasi yang meliputi kondisi fisik prasarana
irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelola irigasi dan sumber daya manusianya,
mencakup :

2.3.1 Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)

Menggambarkan kinerja dari pengelola irigasi, yaitu :

• Tugas dan Organisasi Dinas yang membidangi irigasi;


• SDM pada Dinas yang membidangi irigasi;
• Komisi Irigasi;
• Perkumpulan petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A).
1) Tugas dan Organisasi Dinas yang Membidangi Irigasi
Berupa uraian tentang lembaga yang terkait dengan pengelolaan irigasi di
kabupaten, yaitu Bappeda, Dinas PU/SDA dan Dinas Pertanian (lampirkan gambar
struktur organisasi dari masing-masing Dinas).
Uraian itu meliputi kegiatan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dalam
pengelolaan irigasi, sesuai dengan role sharing yang dikeluarkan oleh BAPPENAS.

2) Status Sumber Daya Manusia di Pemerintahan Kabupaten

13
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Berupa uraian kebutuhan pegawai berdasarkan kompetensi dan analisa jabatan


untuk masing masing unit kerja pada Dinas PU/SDA dan Dinas Pertanian, jumlah
pegawai yang ada dan tingkat pendidikannya, serta berapa diantaranya akan
mencapai usia masa pensiun dalam periode 5 tahun mendatang. Data disajikan
menggunakan FORMAT 2.02.

3) Informasi & Kinerja Komisi Irigasi


Disini yang perlu diinformasikan adalah keberadaan Komisi Irigasi kabupaten
(Komir), apakah sudah terbentuk atau belum. Kalau Komir sudah terbentuk
bagaimana aktivitasnya, apakah sesuai dengan tupoksinya. Apabila Komir belum
terbentuk, perlu dijelaskan kapan akan dibentuk dan kegiatan tindak lanjut dalam
upaya peningkatan kinerja Komir.
Untuk lebih jelasnya, perlu dilampirkan struktur organisasi Komisi Irigasi.

4) Informasi & Kinerja P3A/GP3A


Disini yang perlu diinformasikan adalah berapa jumlah P3A/GP3A/IP3A dalam
kabupaten yang seharusnya dibentuk (berdasarkan dari luas dan jumlah DI), dan
berapa yang sudah terbentuk, serta bagaimana status hukumnya dan kinerjanya.
Data tersebut dapat diperoleh dari Bappeda dan Dinas Pertanian Kabupaten, dan
disajikan menggunakan FORMAT 2.03.

2.3.2 Aset Fisik Irigasi

Menggambarkan kondisi aset fisik jaringan irigasi dan prasarana pendukungnya di


kabupaten secara umum, yang meliputi : jumlah Daerah Irigasi (DI), luas lahan, laju alih
fungsi, kondisi dan fungsi jaringan irigasi maupun prasarana pendukungnya, yang terdiri
dari :

1) Kondisi Daerah Irigasi (DI)


Disini disiapkan data tentang semua DI yang ada dalam Kabupaten, diringkas
menggunakan FORMAT 2.04. Data primer harus diambil dari Dinas PU/SDA.

Data ini mencakup daftar semua DI, lokasi DI menurut nama DAS, luas DI (baku
dan fungsional), klasifikasi utuh dalam kabupaten atau lintas kabupaten, wewenang
pengelolaan setiap DI (Pusat, Provinsi atau Kabupaten) pola tanam dan intensitas
tanam, dan tahun pelaksanaan inventarisasi aset fisik jaringan irigasi yang terbaru.
Pada kolom terakhir tabel data, diinformasikan apakah Dinas PU/SDA sudah
memiliki Skema Jaringan Irigasi pada tiap DI.

2) Kondisi Jaringan Irigasi


Perlu disusun laporan tentang aset-aset jaringan irigasi per DI dengan kondisinya.
Diperlukan 2 laporan: yang pertama melaporkan kondisi aset pada tahun
pembuatan RP2I yang pertama, berdasarkan survey/inventarisasi aset bila sudah
tersedia, dan yang kedua tentang tingkat kondisi aset yang diperkirakan akan
dicapai pada akhir periode perencanaan 5 tahun untuk RP2I, dengan asumsi bahwa
semua investasi yang direncanakan dapat terealisasi.

Untuk pemutakhiran RP2I selanjutnya, laporan kondisi aset harus termasuk data
tentang kondisi pada 5 tahun terakhir untuk menunjukkan perubahan kondisi aset
sejak periode RP2I yang terakhir. Untuk lebih jelas, menggunakan FORMAT 2.05A.

3) Fungsi dan Tingkat Pelayanan Jaringan Irigasi


Tingkat berfungsi dari semua aset perlu diukur terhadap Tingkat Pelayanan (Level
of Service = LoS) yang menjadi sasaran.

14
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Pada tingkat DI, sasaran LoS yang sederhana adalah Intensitas Tanam total dalam
satu tahun. Berfunsinya jaringan irigasi diukur dengan menilai sejauh mana jaringan
irigasi dapat membawa dan mendistribusikan air yang diperlukan kepada semua
petani untuk memenuhui sasaran intensitas tanam tersebut.

Untuk bangunan-bangunan pembawa dan saluran, sasaran LoS adalah kapasitas


debit yang diperlukan untuk mencapai sasaran intensitas tanam. Berfungsinya aset
ini diukur dengan menilai sejauh mana aset tersebut dapat mengalirkan dan
mengatur debit sasaran tersebut.

Untuk fasilitas pendukung, LoS dan tingkat berfungsinya aset dinilai terhadap tugas
aset tersebut (yang mungkin tidak berdampak pada LoS jaringan irigasi).

Contoh: sebuah jembatan jalan desa harus bisa membawa kendaraan tunggal
melintasi saluran tanpa mempengaruhi aliran air dalam saluran; ini tidak berdampak
langsung pada LoS untuk jaringan irigasi kecuali lebar jembatan terlalu sempit, atau
jembatan telah roboh dan mengganggu aliran air. Oleh karena itu, tingkat
berfungsinya jembatan tersebut dinilai terhadap kapasitasnya (lebarnya cukup atau
tidak) dan kekuatannya (bisa atau tidak menerima beban dari kendaraan lalu lintas
perdesaan).

Tingkat Pelayanan (LoS) dapat ditentukan pada 3 (tiga) tingkatan :

Tingkat Tingkat Pelayanan ( LoS) yang


ditargetkan
Kabupaten Produksi pertanian dan/atau luas tanam sawah
irigasi total
DI Intensitas tanam total per tahun
Aset o Banunan pengatur: tingkat pengaturan
o Bangunan pembawa & Saluran: kapasitas
debit

o Fasilitas pendukung: pengelolaan yang


diperlukan untuk mencapi LoS untuk DI.
Tingkat fungsi dari setiap aset diukur dengan memakai 4 (empat) kategori (baik s/d
tidak berfungsi sama sekali).

Pada tingkat kabupaten dan DI, tingkat berfungsinya aset terhadap LoS dapat
diukur (realisasi luas tanam total dibandingkan dengan luas rencana).

Untuk aset bangunan dan saluran, aspek fungsi dinilai secara subjektif oleh
P3A/GP3A/ IP3A. Misalnya untuk suatu bangunan pengatur dapat ditanya ”tahun
lalu sasaran intensitas tanam dihilir bangunan ini adalah ... %; apakah sasaran ini
dicapai, dan kalau tidak, apakah bangunan ini yang menimbulkan masalah?”

Diperlukan 2 laporan: yang pertama melaporkan tingkat fungsi pada tahun


pembuatan RP2I yang pertama, berdasarkan survey/inventarisasi aset bila sudah
tersedia, dan yang kedua tentang tingkat fungsi aset yang diperkirakan akan dicapai
pada akhir periode perencanaan 5 tahun untuk RP2I, dengan asumsi bahwa semua
investasi yang direncanakan dapat terealisasi.

Untuk pemutakhiran RP2I selanjutnya, laporan fungsi aset harus termasuk data
tentang fungsi pada 5 tahun terakhir untuk menunjukkan perubahan tingkat fungsi
aset sejak periode RP2I yang terakhir.

15
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Untuk lebih jelas, menggunakan FORMAT 2.05B.

4) Keadaan Prasarana Pendukung


Di sub-bab ini dijelaskan mengenai jumlah dan kondisi dari prasarana pendukung
milik pemerintah yang ada, meliputi : kantor, perumahan dan kendaraan, dan dibuat
tabel menggunakan FORMAT 2.05D. Data primer harus diambil dari Dinas PU/SDA.

2.3.3 Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI)

Penyediaan Dana pengelolaan Irigasi dapat memberi gambaran mengenai kebutuhan dan
kecukupan untuk pendanaan dan sumber pendanaan untuk pengelolaan irigasi.
1) Sumber Dana Pengelolaan Irigasi
Disini perlu dijelaskan tentang sumber dana yang dapat dipakai untuk pengelolaan
irigasi, mis. APBD propinsi/kabupaten, APBN maupun ABLN.

2) Tingkat Pembiayaan O&P Irigasi selama 5 Tahun Terakhir.


Dijelaskan perkembangan biaya O&P Irigasi selama 5 tahun terakhir yang
disediakan oleh pemerintah untuk jaringan utama, dalam FORMAT 2.06A, dan O&P
tersier oleh petani dalam FORMAT 2.06B.

3) Alokasi DPI terhadap AKNPI


Dari data dalam butir (2) diatas, dijelaskan berapa perbandingan alokasi dana
pengelolaan irigasi (DPI) yang disediakan oleh pemerintah terhadap Kebutuhan
Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI). Sebutkan alasan mengapa hal tersebut dapat
terjadi.

2.3.4 Kerangka Peraturan Perundangan

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan irigasi, Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu
PERDA, petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis bila perlu.

Sub-bab ini menggambarkan status PERDA tentang Irigasi di kabupaten ybs pada saat ini.

2.4 Pendapatan Petani

Dalam analisa diuraikan perkembangan sektor pertanian kabupaten dengan satuan analisa
kecamatan, karena data biasanya tersedia menurut desa/kecamatan, bukan per DI. Mengenai
referensi lahan dalam uraian selalu pada lahan sawah beririgasi apabila data tersedia,
selanjutnya diuraikan untuk total lahan sawah dan lahan tegalan/kering.

Data sekunder untuk keperluan ini antara lain dapat diambil dari data “Kabupaten Dalam
Angka”, data statistik pada Dinas Pertanian, data statistik yang dikumpulkan oleh BPS
kabupaten, seperti data Sensus Pertanian, Sensus Penduduk, SUSENAS, data Survey
Pertanian kerja sama BPS dan Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, dan informasi
dari PSETK.

2.4.1 Penguasaan dan Kepemilikan Lahan Irigasi

1. Dalam bagian ini diulas data mengenai penguasaan lahan irigasi (terdiri dari lahan milik,
sewa, sakap dan gadai) dan kepemilikan lahan (milik yang digarap sendiri, disewakan,
disakapkan, atau digadaikan kepada pihak lainnya).

16
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

2. Data sekunder untuk keperluan ini diambil dari data Statistik Sensus Pertanian yang
terakhir dilakukan tahun 2003, apabila data ini belum tersedia di BPS kabupaten.
Mestinya data Sensus Pertanian 1993 sudah ada, data ini bisa digunakan dan data ini
dikeluarkan oleh BPS kabupaten bersangkutan. Data ini bisa diminta pada BPS
kabupaten.

3. Dalam data Sensus Pertanian ini ada data mengenai penguasaan dan pemilikan lahan
sawah dan lahan kering/tegalan, dan juga data mengenai distribusi pemilikan dan
penguasaan lahan. Data Sensus ini mencakup jumlah rumah tangga pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

4. Perkembangan rumah tangga pertanian perlu diuraikan. Demikian juga dengan data
rumah tangga buruh tani yang tersedia pada Sensus Pertanian.

2.4.2 Pola Tanam dalam 5 Tahun Terakhir

1. Data ini dapat diperoleh dari Dinas Pertanian dan juga BPS kabupaten. Disini diuraikan
perkembangan/perubahan pola tanam selama lima tahun terakhir. Jika terjadi
perubahan supaya disebutkan penyebab terjadinya perubahan tersebut, misalnya
karena perubahan penyediaan air, perubahan permintaan pasar, atau adanya
perubahan lainnya yang mendorong petani merubah pola tanamnya.

2. Dalam data Survey Pertanian yang dikumpulkan oleh BPS dan mungkin juga
dikumpulkan oleh Dinas Pertanian, dikemukakan data luas tanam bulanan, luas panen
bulanan, dan produksi per musim tanam untuk tanaman padi sawah, palawija, dan
hortikultura. Untuk padi sawah perlu diperinci menurut lahan sawah beririgasi dan
sawah lainnya beserta analisanya.

Data disajikan menggunakan FORMAT 2.07.

2.4.3 Produksi dan Produktivitas

Disini supaya diuraikan perkembangan produksi dan produktivitas tanaman padi, palawija,
sayuran, dan buah-buahan (mis. semangka, melon) yang ditanam dilahan sawah beririgasi
selama lima tahun terakhir per kecamatan dalam kabupaten beserta analisanya. Jika terjadi
perubahan, baik peningkatan maupun penurunan, supaya disebutkan penyebab terjadinya
perubahan tersebut.

Data disajikan dalam FORMAT 2.08.

2.4.4 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

1. Berupa uraian perkembangan pengolahan dan pemasaran hasil lahan pertanian


beririgasi selama lima tahun terakhir. Bila terjadi perubahan supaya diuraikan penyebab
terjadinya perubahan tersebut.

2. Diuraikan juga perkembangan peralatan pengolahan hasil pertanian, termasuk adanya


bantuan peralatan dari pemerintah selama 5 tahun terakhir. Kalau ada program bantuan
peralatan pengolahan hasil yang diberikan oleh pemerintah supaya disebutkan sumber
pendanaannya, dan bagaimana pengelolaannya di tingkat petani serta dampak dari
pemberian peralatan ini.

2.4.5 Pendapatan dan Pola Pendapatan Petani Sawah Irigasi

17
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Data mengenai pendapatan dan pola pendapatan petani di lahan sawah beririgasi bisa
didapatkan dari dokumen PSETK yang pernah disiapkan.

Data disajikan menggunakan FORMAT 2.09.

2.5 Ringkasan Masalah dan Upaya Pemecahannya

Dari hasil Diskusi Identifikasi Masalah dengan Komisi Irigasi, Dinas yang membidangi irigasi,
Petani (P3A/GP3A/IP3A) dan perwakilan masyarakat, serta data dan informasi yang
digambarkan mulai dari sub-bab 2.1 s/d 2.4, dibuatkan suatu ringkasan identifikasi masalah,
dan disusun dalam bentuk matriks bersama upaya pemecahannya dan instansi yang
bertanggung jawab. Informasi ini dipakai sebagai dasar penyusunan program dalam RP2I.

Informasi disajikan menggunakan FORMAT 2.10.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 3: RENCANA PENGELOLAAN IRIGASI

3.1 Program Pengembangan Kelembagaan Pemerintah Daerah

3.1.1 Redefinisi Tugas untuk Kerjasama Operasional antar Instansi Pemerintah

Sub-bab ini berisi uraian mengenai pelaksanaan dan hasil upaya melaksanakan redefinisi
tugas perangkat daerah kabupaten yang membidangi irigasi dan yang memiliki kaitan
fungsi dengan pengembangan dan pengelolaan irigasi di kabupaten yang bersangkutan,
termasuk gambaran mengenai tata cara koordinasi dan kerjasama antar perangkat daerah
tersebut.

Redefinisi tugas yang dimaksud merupakan perumusan kembali tugas pokok dan fungsi,
termasuk struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) perangkat daerah yang membidangi
irigasi untuk disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah No. 20/2006 tentang Irigasi dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang berkaitan (Permen PU No. 30/PRT/M/2007
tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi secara Partisipatif;
Permen PU No. 31/PRT/M/2007 tentang Pedoman Mengenai Komisi Irigasi; Permen PU
No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemelihgaraan Jaringan Irigasi, dan
Permen PU No. 33/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3.

Informasi yang diuraikan setidaknya meliputi :

• Perkembangan terakhir pelaksanaan proses perumusan kembali tugas perangkat


daerah;
• Produk hukum yang telah dilahirkan di tingkat kabupaten menyangkut tugas perangkat
daerah hasil perumusan kembali (Perda/SK Bupati);
• Perubahan-perubahan penting dalam tugas, struktur organisasi dan tata kerja
perangkat daerah kabupaten sebagai hasil redefinisi tugas.

3.1.2 Pengembangan SDM di Instansi Pemerintah Daerah

Sub-bab ini berisi uraian mengenai rencana pengembangan sumber daya manusia (SDM)
sebagai implikasi dari perubahan tugas perangkat daerah yang membidangi irigasi setelah
dilakukan perumusan kembali. Rencana pengembangan SDM tersebut setidaknya meliputi
informasi mengenai :

18
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

• Jumlah kebutuhan rekrutmen staf per SKPD, dan program rekrutmen dalam 5 tahun;
• Bentuk-bentuk kegiatan pengembangan SDM yang akan dilaksanakan dan sasarannya;
• Tahapan dan jadwal waktu rencana pelaksanaan pengembangan selama 5 tahun.

Program disajikan menggunakan FORMAT 3.01.

3.1.3 Kebutuhan Pelatihan SDM di Instansi Pemerintah Daerah

Sub-bab ini menguraikan secara khusus rencana pelatihan sebagai bagian dari rencana
pengembangan SDM di instansi-instansi pemerintah (sebagaimana diuraikan pada Sub-bab
3.1.2). Informasi yang diuraikan setidaknya meliputi :

• Gambaran umum kondisi kemampuan dan kesiapan staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif;
• Jenis-jenis pelatihan yang akan diselenggarakan dan sasarannya;
• Jumlah staf/personil dan instansinya yang akan dilatih;
• Tahapan dan jadwal waktu pelaksanaan pelatihan selama 5 tahun.

Program juga disajikan menggunakan FORMAT 3.01.

3.2 Program Pemberdayaan Petani Pemakai Air

Sub-bab ini menjelaskan tentang program pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.

Referensi yang bisa digunakan antara lain adalah:

o Permen PU No. 33 tahun 2007 tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3


o Panduan Pendampingan oleh Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah tahun 2007;
o Panduan Penyusunan Profil Sosial Ekonomi Kelembagaan (PSETK) yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah tahun 2007.

3.2.1 Program Pendampingan Masyarakat

Pada sub-bab ini mengambarkan :

• Tugas Pendampingan (Aspek Kelembagaan, Teknik, Ekonomi) oleh TPM dan KPL;
• Fasilitasi Penyusunan program kerja P3A/GP3A/IP3A;
• Program pengadaan TPM dalam 5 tahun mendatang, serta biaya untuk gaji dll;
• Peningkatan kapasitas TPM/KTPM dan KPL antara lain melalui Pelatihan pelatihan,
Workshop, dll.

Program disajikan menggunakan FORMAT 3.03.

3.2.2 Pengumpulan Data dan Penyusunan PSETK

Pada sub-bab ini mengambarkan :

a. Pengumpulan Data.
• Jenis dan sumber data, meliputi indikator aspek sosial, ekonomi, teknis, dan
aspek kelembagaan.

19
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

• Teknik pengumpulan data dilakukan secara partisipatif melalui penelusuran


jaringan, observasi, dan wawancara dengan masyarakat petani dengan dibantu
instrumen isian PSETK yang telah disediakan.

b. Penyusunan PSETK :
Pada uraian ini mengambarkan : Penentuan waktu dan lokasi penyusunan PSETK,
Metode pendekatan, proses pelaksanaan, pelaporan dan updating PSETK.

Program juga disajikan menggunakan FORMAT 3.03.

20
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

3.2.3 Pengembangan P3A/GP3A/IP3A

Pada sub-bab ini menjelaskan tentang kebutuhan P3A/GP3A/IP3A, jumlah P3A/GP3A/


IP3A yang sudah terbentuk, serta program fasilitasi pembentukan P3A/GP3A/IP3A,
bersama biaya yang diperlukan setiap tahun selama 5 tahun mendatang.

Program fasilitasi pembentukan P3A/GP3A disajikan menggunakan FORMAT 3.02A dan


3.02B.

Pelatihan P3A/GP3A/IP3A dapat dikelompokan dari tiga aspek yaitu aspek kelembagaan,
aspek teknis, dan aspek ekonomi. Pelatihan ini akan dilaksanakan oleh dua instansi,
Dinas Pertanian dan Dinas PU/SDA, sesuai dengan kewewenangnya. Jenis pelatihan
yang dapat direncanakan termasuk:

1. Pelatihan oleh Dinas Pertanian:


• Penguatan kelembagaan P3A;
• Penguatan kelembagaan GP3A/IP3A;
• Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi tanaman;
• Sistem pengelolaan irigasi;
• Akses kredit, input dan agribisnis;
• ADT;
• Studi banding ke pusat penelitihan pertanian;
• Program petukaran petani ke provinsi / kabupaten lain;
• Studi banding ke provinsi / kabupaten lain.

2. Pelatihan oleh Dinas PU/SDA:


• Pelatihan desain partisipatif;
• Pelatihan konstruksi partisipatif;
• Pelatihan O&P.

Program pelatihan harus difokuskan pada DI-DI yang menjadi sasaran dalam 5 tahun
periode RP2I. Jumlah kegiatan pelatihan yang diprogramkan harus mempertimbangkan
jumlah peserta P3A/GP3A dari DI-DI tersebut yang dapat dilatih dalam setiap angkatan.

Program pelatihan P3A/GP3A disajikan menggunakan FORMAT 3.03 dan tambahan


Format sesuai dengan jenis pelatihan yang direncanakan.

3.3 Program Pengelolaan Irigasi

Dalam sub-bab ini dijelaskan tentang gambaran mengenai pengelolaan irigasi di kabupaten
beserta kendalanya dan program penanganan secara umum.

Program Pengelolaan Irigasi meliputi :


o Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
o Rehabilitasi Jaringan Irigasi
o Pencegahan Alih Fungsi Lahan dan Pengamanan Jaringan Irigasi
o Koordinasi antar Instansi
o Peraturan Perundangan dan Rencana Aksi Pemerintah Daerah Kabupaten.

Penyusunan program pengelolaan irigasi harus disusun berdasarkan kondisi dan fungsi
jaringan irigasi, sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan untuk DI-DI yang terdapat
dalam kabupaten, dengan memperhatikan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/

21
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

kota dan kesiapan sumber daya manusianya. Supaya lebih jelas, perlu dilampirkan tabel
program kegiatan tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.

3.3.1 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Operasi dan Pemeliharaan rutin jaringan irigasi harus dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan
ini merupakan kebutuhan minimal dari O&P Irigasi yang harus dipenuhi yaitu operasi,
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, perbaikan darurat, pengamanan dan kebutuhan
mendesak lainnya. Pelaksanaannya lihat Permen PU No. 32/PRT/M/2007.

Program O&P disajikan menggunakan FORMAT 3.04.

Selain pemeliharaan rutin setiap tahun, juga terdapat kegiatan pemeliharaan berkala yang
direncanakan setiap beberapa tahun sekali. Kegiatannya berupa perbaikan dan
penggantian aset yang mengalami kerusakan. Perencanaan Pemeliharaan Berkala
Jaringan Irigasi disusun berdasarkan penelusuran jaringan.

Program pemeliharaan pada prioritas DI disajikan menggunakan FORMAT 3.05.

3.3.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Dengan mempertimbangkan keterbatasan dana, sumberdaya manusia dan tingkat


kerusakannya, rehabilitasi jaringan irigasi perlu diprogramkan tidak serentak dalam tahun
yang sama, akan tetapi dilakukan penjadwalan, sesuai dengan skala prioritas. Disini perlu
ditampilkan Tabel yang menunjukkan program kegiatan desain dan konstruksi untuk
rehabilitasi DI-DI prioritas.

Program Rehabilitasi disajikan menggunakan FORMAT 3.06.

3.3.3 Pencegahan Alih Fungsi Lahan dan Pengamanan Jaringan Irigasi

Pada sub-bab ini dijelaskan tentang besarnya alih fungsi lahan irigasi yang telah terjadi di
kabupaten selama 5 tahun terakhir, dan upaya pencegahannya yang telah dilaksanakan.
Pada sub-bab ini perlu diuraikan kegiatan pencegahan yang direncanakan oleh kabupaten
dalam 5 tahun mendatang. Contoh kegiatan adalah:

• Sosialisasi fungsi lahan dan jaringan irigasi;


• Rapat koordinasi antar instansi terkait untuk memperketat lagi pemberian izin kepada
sektor lain seperti perumahan, perkantoran dll.

Dijelaskan pula tentang masalah pengamanan jaringan irigasi yang terjadi di kabupaten,
dan jenis upaya pencegahannya yang telah dilaksanakan. Pada sub-bab ini perlu
diuraikan kegiatan pencegahan untuk pengamanan jaringan irigasi yang direncanakan
oleh kabupaten dalam 5 tahun mendatang, seperti :

• pemasanganan patok batas tanah sepanjang saluran irigasi;


• pemasangan tanda larangan penggunaan tanah Pemerintah untuk pembangunan lain;
• pemasangan tanda larangan pembuangan sampah dalam saluran.

3.3.4 Koordinasi Antar Instansi Terkait

Pengelolaan irigasi tidak hanya merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas kabupaten
yang membidangi irigasi saja, akan tetapi juga merupakan tugas bersama, minimal antara

22
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Bappeda, Dinas yang membidangi pertanian dan Dinas yang membidangi irigasi,
bersama-sama dengan Komisi Irigasi dan petani pemakai air (P3A/GP3A/). Oleh sebab itu
koordinasi antar lembaga yang terkait dengan pengelolaan irigasi ini sangat diperlukan.

Agar koordinasi ini dapat berjalan dengan baik, harus dibuat perencanaan yang jelas,
antara lain penyusunan jadwal rapat Komir, jadwal pertemuan Bappeda & Dinas, dan lain-
lain. Agar lebih jelas perlu dibuatkan Tabel jadwal serta perkiraan biaya sebagai lampiran.

Hasilnya disajikan dalam FORMAT 3.07.

3.3.5 Peraturan Perundangan dan Rencana Aksi Pemerintah Daerah

Bila kabupaten belum mempunyai PERDA tentang irigasi, maka dalam rangka
pelaksanaan RP2I, kabupaten perlu menyusunnya terlebih dahulu.

Sub-bab ini menjelaskan tentang rencana penyusunan peraturan-peraturan Daerah yang


masih diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PPSIP.

3.4 Rencana Pembiayaan untuk Pelaksanaan RP2I

3.4.1 Pengembangan Kelembagaan Pemerintah di Kabupaten

Sub bab ini menguraikan rencana pembiayaan untuk pengembangan kelembagaan


Pemerintah di kabupaten selama 5 tahun sebagaimana telah diuraikan pada Sub Bab 3.1.
Komponen pokok pembiayaan meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk proses perubahan
organisasi dan personil sebagai hasil dari redefinisi tugas, dan pengeluaran untuk
kegiatan pelatihan. Informasi yang diuraikan pada bagian ini meliputi :

• Jumlah biaya per komponen dan total


• Sumber pembiayaan

Lampirkan FORMAT 3.01 jadwal pembiayaan selama 5 tahun.

3.4.2 Pemberdayaan Petani Pemakai Air

Sub bab ini menjelaskan mengenai rencana pembiayaan terkait pemberdayaan


P3A/GP3A/ IP3A selama 5 tahun kedepan yang meliputi beberapa aspek berikut ini.

A. Pembiayaan untuk Fasilitasi Pembentukan P3A/GP3A/IP3A

Pembiayaan dalam rangka fasilitasi pembentukan P3A/GP3A/IP3A adalah sebagai


berikut:

• Orientasi lapangan
- Identifikasi awal lembaga petani
- Identifikasi secara rinci kelembagaan petani
• Musyawarah desa dalam rangka pembentukan organisasi P3A/GP3A/IP3A.
• Penyusunan, pembahasan, dan pengesahan AD/ART.
• Pengadaan sarana, prasarana dan operasional kantor.

Rencana pembiayaan dilampirkan dalam FORMAT 3.02A dan 3.02B.

23
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

B. Pembiayaan untuk Legalisasi P3A/GP3A/IP3A

Kegiatan legalisasi P3A/GP3A/IP3A dilakukan melalui pengesahan Akte Notaris atau


Pengadilan. Item pembiayaan untuk kegiatan legalisasi adalah:

• Biaya pengesahan Akte Notaris atau Pengadilan


• Pembuatan Rekening Bank
• Pembuatan NPWP.

C. Pembiayaan untuk Pelatihan P3A/GP3A/IP3A

Sub bab ini menguraikan rencana pembiayaan untuk kegiatan pelatihan yang
direncanakan dalam Bab 3.2 diatas. Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pemberdayaan
P3A/GP3A/IP3A dapat dibiayai dari Iuran Pengelola Irigasi, APBD, APBN atau sumber
pembiayaan lainnya.

Hasilnya disajikan dalam FORMAT 3.03 dan tambahan format yang diperlukan.

3.4.3 Pengelolaan Irigasi

Sub bab ini menguraikan rencana pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan


irigasi di kabupaten selama 5 tahun sebagaimana telah diuraikan pada Sub Bab 3.3.

A. Pembiayaan untuk Operasi dan Pemeliharaan Rutin

Pembiayaan untuk Operasi dan Pemeliharaan rutin jaringan Irigasi merupakan kebutuhan
minimal yang harus disediakan oleh pemerintah agar jaringan irigasi berdaya guna dan
berhasil guna secara optimal dan berkelanjutan. Biaya ini adalah kebutuhan ditingkat
lapangan/ Pengamat.

Biaya O&P rutin setiap tahun hampir selalu sama, berbeda hanya akibat dari inflasi saja.
Untuk RP2I, biaya yang dibutuhkan selama 5 tahun mendatang dapat dihitung dari total
luas DI.

1) Biaya untuk kegiatan Operasi


Kegiatan Operasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pengambilan air dari sumbernya, pembagian dan pengaturan air ke petak
petak tersier. Untuk keperluan tersebut diperlukan biaya untuk :

a) Honorarium/upah Juru dan Petugas Operator Pintu Air non PNS.


b) Biaya perjalanan yang meliputi :
- biaya perjalanan tetap Juru/Pengamat untuk memeriksa pekerjaan
diwilayahnya;
- Biaya perjalanan Juru Pengairan ke Kabupaten/pengamat;
- Biaya perjalanan Staf pengamat ke lapangan dan ke Kabupaten;
c) Bahan untuk keperluan operasi misalnya pakaian kerja/topi/sepatu lapangan/jas
hujan untuk petugas, bahan alat tulis kantor (ATK) dll.
d) Peralatan Operasi antara lain : baterai, lampu, pengait stoplog dll.
e) Biaya rapat/pertemuan koordinasi dengan GP3A/IP3A, cetak Blanko/Form
Operasi, photo copy, langganan telpon, air, listrik dll.

2) Biaya Pemeliharaan Rutin

24
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Pemeliharaan Rutin merupakan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yang secara


terus menerus harus dilakukan agar jaringan irigasi dapat berfungsi secara baik.
Kegiatan ini pada umumnya bersifat perawatan dan pencegahan, antara lain :
pengangkatan sampah dari saluran, babat rumput, penutupan bocoran, perapihan
semak dll. Kebutuhan biaya untuk pemeliharaan rutin meliputi :

a) Honorarium/upah Juru dan Petugas Pemeliharaan Rutin.


b) Biaya perjalanan yang meliputi :
- Biaya perjalanan petugas untuk kelapangan;
- Biaya perjalanan ke Kabupaten/ Kantor Pengamat.
c) Bahan untuk keperluan Pemeliharaan misalnya bahan bakar/pelumas untuk genset
, mesin potong rumput, pakaian kerja/topi/sepatu lapangan/jas hujan utk petugas,
bahan alat tulis kantor (ATK), gembok dll.
d) Peralatan O&P antara lain : pengadaan cangkul, sabit/parang, mesin potong
rumput, alat bantu operasi dll.
e) Biaya rapat/pertemuan koordinasi dengan GP3A/IP3A, cetak Blanko/Form
Pemeliharaan.

Rencana pembiayaan dilampirkan dalam FORMAT 3.04.

B. Biaya Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala meliputi perbaikan jaringan irigasi yang pelaksanaannya dapat


diprogramkan sesuai dengan skala prioritas. Besarnya biaya sesuai dengan perkiraan
biaya perbaikan dari hasil penelusuran jaringan irigasi. Untuk pekerjaan yang dapat
ditunda pelaksanaannya (rangking II, III dst) perkiraan kebutuhan biaya dapat
ditambahkan laju kerusakan yang besarnya antara 2%-10% pertahun. Dalam menghitung
kebutuhan untuk ini harus diperhitungkan biaya desain dan kontruksinya.

Program pembiayaan pemeliharaan pada prioritas DI disajikan menggunakan FORMAT


3.05.

Bila sistem pengelolaan aset irigasi (PAI) belum dimulai pada Kabupaten, estimasi biaya
untuk konstruksi pemeliharaan berkala dapat dihitung secara pro-rata dari luas total DI.
Bila PAI sudah dipakai, maka estimasi biaya yang diperlukan untuk 5 tahun didepan dapat
diperloleh dari sistem PAI, yang berdasarkan kondisi jaringan irigasi.

C. Pembiayaan untuk Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Apabila fungsi suatu jaringan irigasi sudah sangat rendah (<40%) maka perlu
diprogramkan kegiatan rehabilitasi. Untuk keperluan rehabilitasi ini harus dilakukan
perencanaan partisipatif (SID-P) secara menyeluruh terhadap jaringan irigasi, yang
biayanya relatif mahal. Pembiayaan konstruksi rehabilitasi cukup besar, sehingga harus
disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah, kecukupan sumber daya
manusianya dan efisiensi pemanfaatan airnya.

Program pembiayaan desain dan konstruksi rehabilitasi pada DI prioritas disajikan


menggunakan FORMAT 3.06.

D. Pembiayaan Pencegahan Alih Fungsi Lahan dan Pengamanan Jaringan Irigasi

Biayanya meliputi :
- Sosialisasi fungsi lahan dan jaringan irigasi;
- Rapat koordinasi antar instansi terkait;

25
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

- Pemasangan patok batas tanah di sepanjang saluran irigasi;


- Pemasangan tanda larangan;
- Kegiatan pencegahan lain.

E. Pembiayaan Koordinasi antar Instansi Terkait

Pelaksanaan pengelolaan Irigasi merupakan kegiatan antar sektor, oleh sebab itu perlu
adanya koordinasi yang intensif di antara kelembagaan pengelolaan irigasi (Komir, Dinas
terkait, dan Gabungan P3A). Kegiatan ini tak akan berjalan dengan baik tanpa ditunjang
dengan penyediaan dana.

Kebutuhan biaya untuk kegiatan ini harus disiapkan setiap tahun, meliputi:
- Honor komisi dan staf sekretariat Komisi Irigasi;
- Biaya Rapat Komisi Irigasi;
- Biaya keperluan administrasi dll.

Supaya lebih jelas, rencana pembiayaan disajikan dalam bentuk Tabel.

F. Pembiayaan Penyusunan dan Penetapan Peraturan Perundangan Baru

Bila masih diperlukan instrumen peraturan (seperti Perda), maka biaya yang diperlukan
dalam 5 tahun mendatang untuk penyusunan dan penetapannya perlu dirinci.

=======================================================================

26
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

4.2 Dokumen RP2I - Tahap II (Rencana Pengembangan Irigasi)


Daftar Isi untuk RP2I - Tahap II dapat dilihat pada Lampiran 2.

Informasi dan Program disajikan dalam Tabel-Tabel seperti yang didaftar dalam Lampiran 4.

Berikut ini terdapat penjelasan tentang penyusunan setiap Bab dalam RP2I Tahap II.

=======================================================================

Bab 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berupa uraian latar belakang penyusunan RP2I Tahap II, tahun penyusunannya dan nama-
nama anggota Tim Penyusun RP2I.

1.2 Ringkasan RP2I Tahap I tentang Pengelolaan Irigasi

Disini dijelaskan ringkasan program Pengelolaan Irigasi dari hasil penyusunan RP2I Tahap I.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 2: POTENSI PENGEMBANGAN IRIGASI

2.1 Ringkasan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

Sumber air yang ada dalam suatu wilayah sungai diperlukan untuk berbagai macam kegiatan
manusia, yang paling dominan di Indonesia masih untuk kegiatan pertanian, khususnya untuk
sektor irigasi. Dalam sub-bab ini dijelaskan inti dari rencana induk pengelolaan Sumber Daya
Air di wilayah sungai (Pola PSDA-WS) di wilayah sungai yang terdapat di kabupaten,
khususnya mengenai rencana penggunaan sumber daya air untuk pengelolaan dan
pengembangan irigasi.

2.2 Potensi Pengembangan Irigasi dalam Kabupaten

Dalam sub-bab ini dijelaskan lebih rinci tentang potensi sumber air yang ada, meliputi air
tanah, air permukaan dan rawa, dan kemungkinkan untuk mengembangkan irigasi, baik
dengan cara single ataupun conjunctive use.

Juga perlu diuraikan tentang Rencana Tata Ruang kabupaten dan efek dari perluasan
kota/perumahan atau penggunaan lahan lainya kepada luas sawah irigasi yang ada pada saat
RP2I disusun.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 3: RINGKASAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN

Pada Bab ini disajikan ringkasan dari program pengembangan pertanian yang berlaku di
kabupaten, sebagai dasar untuk rencana pengembangan irigasi. Program-program pertanian
dapat terdiri dari:

27
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

3.1 Pengembangan Lahan, Sarana dan Prasarana Pertanian


Dalam sub-bab ini diuraikan program yang direncanakan dalam 5 tahun mendatang, tentang:
1. Program rehabilitasi, konservasi dan rencana perluasan lahan sawah beririgasi dalam
kabupaten. Dalam rangka melestarikan ketahanan pangan, perlu diuraikan apakah
dimungkinkan untuk memperluas lahan beririgasi dalam kabupaten.
2. Program rehabilitasi prasarana jaringan irigasi tersier, serta jalan usaha tani.
3. Program pengembangan perbenihan melalui pengembangan kebun pembibitan bibit
unggul baik untuk padi, palawija maupun untuk hortikultura.
4. Pengembangan alat dan mesin pertanian pengolahan lahan, serta alat dan mesin
prapanen lainnya yang dibutuhkan oleh petani untuk meningkatkan efisiensi usaha
taninya.
Perlu dibuatkan Tabel ringkasan kegiatan untuk 5 tahun mendatang.

3.2 Diversifikasi Tanaman dan Ketahanan dan Kemandirian Pangan


Untuk mendukung program diversifikasi, diperlukan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian, termasuk program pembinaan pengembangan keterampilan dan pengetahuan
petani mengelola dan mengembangkan diversifikasi pertanian dan peningkatan pendapatan
petani.
1. Dalam bagian ini supaya diuraikan program diversifikasi pertanian/tanaman yang akan
dilaksanakan pada 5 tahun mendatang dalam upaya peningkatan pendapatan petani.
2. Selain itu diuraikan pula kebutuhan atau dukungan yang diperlukan untuk mendukung
upaya diversifikasi yang direncanakan.
Ringkasan program 5 tahun perlu diuraikan dalam Tabel.

3.3 Pemanfaatan Teknologi Ramah Lingkungan


1. Dalam bagian ini supaya diuraikan pengalaman pelaksanaan pemanfaatan teknologi
ramah lingkungan oleh Dinas Pertanian, termasuk tanggapan petani, kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaanya serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
2. Belajar dari pengalaman tersebut, diuraikan rencana dan program yang akan
dilakukan untuk mencoba mengatasi persoalannya.
Ringkasan program 5 tahun perlu diuraikan dalam Tabel.

3.4 Pembiayaan Pertanian dan Akses Kredit


1. Diuraikan mengenai program-program yang telah dilaksanakan, seperti KUT,
Ketahanan Pangan, dan program lainnya, dan pelajaran apa yang bisa ditarik dari
pelaksanaan program-program tersebut.
2. Pembiayaan melalui lembaga keuangan formal biasanya memerlukan persaratan
jaminan berupa Sertifikat Tanah. Apabila sebagian besar petani belum memiliki
Sertifikat Tanah, maka perlu diusulkan program Sertifikasi Tanah rakyat melalui
Program PRONA dan BPN. Kredit Ketahanan Pangan, SP3 dan LUEP yang disalurkan
melalui Bank Komersial juga memerlukan jaminan berupa Sertifikat Tanah. Disini
diuraikan Program sertifikasi tanah, serta kegiatan lain yang direncanakan oleh

28
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

kabupaten dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan penanggulangan


kemiskinan.
Ringkasan program 5 tahun untuk sertifikasi tanah dan kegiatan lain perlu diuraikan dalam
Tabel.

3.5 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian


Dalam bagian ini perlu diuraikan program pemerintah kabupaten dalam upaya untuk
memperbaiki pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Ringkasan program perlu diuraikan
dalam Tabel.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 4: RENCANA PENGEMBANGAN IRIGASI

4.1 Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Perlu disajikan daftar Daerah Irigasi baru yang dapat dibangun, berdasarkan kajian
ketersediaan air, dan memenuhi 8 persyaratan pembangunan irigasi seperti yang tertuang
dalam surat Menteri PU No. IR.02.04-MN/913 tanggal 20 Desember 1986 sbb:
Persyaratan pembangunan irigasi baru:

1. Air cukup dan menenuhi syarat kuantitas dan kualitas;


2. Tanah cocok untuk pertanian beririgasi;
3. Pemilikan dan status tanah jelas, tidak ada sengketa tanah;
4. Ada petani penggarap dan bersedia berpartisipasi;
5. Tersedia akses ke pasar pada dua musim;
6. Tersedia akses ke lokasi untuk pembangunannya;
7. Gangguan banjir/genangan tidak sulit ditanggulangi;
8. Didukung oleh instansi terkait, dan merupakan prioritas daerah.

Pada daftar DI tersebut supaya diidentifikasikan jumlah dan ukuran / kapasitas bendung,
saluran dan bangunan utama yang diperlukan untuk menyediakan prasarana jaringan irigasi
baru tersebut, guna memperkiraan nilai investasi yang diperlukan untuk pembangunan.
Program pembangunan perlu disajikan dalam bentuk Tabel, dengan rencana jadwal
pelaksanaan selama 5 tahun ke depan.

4.2 Program Peningkatan Jaringan Irigasi

Perlu disajikan daftar Daerah Irigasi (yang ada) yang dapat ditingkatkan, berdasarkan kajian
ketersediaan air dan persyaratan lain yang diuraikan diatas. Pada daftar DI tersebut supaya
dijelaskan jenis peningkatan jaringan irigasi, seperti:
• Peningkatan fungsi jaringan (misalnya jaringan irigasi setengah teknis menjadi teknis);
• Peningkatan kondisi jaringan;
• Penambahan luas areal pelayanan jaringan.

Program peningkatan perlu disajikan dalam bentuk Tabel, dengan rencana jadwal
pelaksanaan selama 5 tahun ke depan.

4.3 Program Pengembangan Prasarana Pendukung

29
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Prasarana pendukung yang diperlukan untuk pengelolaan irigasi termasuk bangunan kantor
yang memadai, rumah jaga pintu, rumah juru yang dekat dengan lokasi, gudang yang
mencukupi, kendaraan, alat pemroses data, dan alat atau mesin untuk pemeliharaan jaringan
irigasi.

Untuk keperluan ini harus dibuatkan Tabel berisi jumlah yang dibutuhkan, inventaris bangunan
/alat yang sudah ada beserta kondisinya, dan rencana pengadaan untuk mencukupi
kebutuhan.

4.4 Program Kajian Dampak Lingkungan

Sub-bab ini menjelaskan tentang kebutuhan kajian lingkungan seperti REA, UPL/UKL atau
Amdal untuk mendukung program pengembangan irigasi dalam 5 tahun mendatang, dan
instansi yang bertanggung jawab untuk penyusunannya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 5. RENCANA PEMBIAYAAN UNTUK PELAKSANAAN RP2I

5.1 Pembiayaan untuk Pengembangan Irigasi

Disini diuraikan dalam Tabel jumlah dana yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan
pengembangan irigasi, sesuai program dalam Bab 4, serta kebutuhan dana setiap tahun
selama 5 tahun ke depan.

5.2 Kompilasi Pembiayaan untuk Rencana Pengembangan dan Pengelolaan


Irigasi

Dari kebutuhan dana untuk masing-masing kegiatan untuk pelaksanaan RP2I (Pengelolaan
dan Pengembangan), dibuat kompilasi dalam Tabel, dengan program pembiayaan tahunan.

Hasilnya disajikan dalam FORMAT 5.03.

5.3 Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan

Rencana pembiayaan yang diusulkan dalam RP2I perlu dikaji kelayakannya terhadap benefit
yang diperkiraan akan terjadi setelah peningkatan kondisi jaringan irigasi. Analisa yang
dipakai untuk RP2I adalah kajian finansial, karena lebih relevan terhadap pengambilan
keputusan di tingkat kabupaten. (Sebagai pembandingan, analisa ekonomi memperhitungkan
nilai dari suatu investasi terhadap ekonomi suatu negara, menggunakan harga internasional
untuk komoditas seperti beras yang diperdagangkan antara negara. Pendekatan ini kurang
relevan untuk penilaian investasi di tingkat kabupaten).

Untuk kajian finansial, biaya investasi adalah biaya investasi dari Rencana Pembiayaan dalam
RP2I, dan harga input serta harga produksi pertanian setempat yang dapat diambil dari Dinas
Pertanian Kabupaten. Benefit adalah perkiraan peningkatan hasil pertanian serta peningkatan
pendapatan petani.

Analisa finansial dilakukan untuk DI-DI yang ada dalam kabupaten, dan hasilnya dapat
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-rata kabupaten. Dengan cara ini, kelayakan
investasi dapat dilihat untuk tiap DI, dan untuk seluruh kabupaten, dan rencana pembiayaan
dapat diperbaiki bila perlu.

30
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Untuk mempermudah perhitungan, sudah disiapkan sebuah spreadsheet komputer dalam


format Excel untuk menghitung indikator-indikator finansial (FIRR, NPV serta B/C rasio) untuk
tiap DI, dan untuk nilai rata-rata kabupaten. Untuk meminimalkan data yang diperlukan,
analisa dibatasi hanya untuk produksi tanaman padi pada musim hujan serta musim kemarau.
(Mungkin juga terdapat benefit dari perluasan areal irigasi, atau dari tanaman selain padi,
tetapi kedua hal ini tidak dipertimbangkan dalam spreadsheet yang disiapkan).

Data input yang diperlukan terdiri dari :


• nama DI;
• luas sawah irigasi dalam DI;
• nilai investasi dan nilai O&P dari RP2I;
• luas tanaman padi yang terjadi sekarang pada musim hujan, dan juga pada musim
kemarau (jumlah untuk MTII dan MTIII);
• perkiraan luas tanaman padi pada dua musim seperti diatas, bila rencana RP2I tidak
dilaksanakan (without project);
• perkiraan luas tanaman padi pada dua musim seperti diatas, bila rencana RP2I jadi
dilaksanakan (with project). Dalam hitungan, peningkatan luas padi diperkirakan akan
tercapai bertahap selama 3 tahun setelah perbaikan fisik dilaksanakan;
• hasil padi (ton/ha GKG) saat sekarang pada dua musim seperti diatas, dan asumsi
pada kondisi yang akan datang, baik bila RP2I tidak dilaksanakan (without project) dan
bila RP2I dilaksanakan (with project);
• harga padi (Rp juta/ ton GKG) sekarang pada dua musim seperti diatas, dengan
asumsi harga tidak akan berubah secara signifikan pada 5 tahun mendatang;
• jumlah biaya produksi padi (Rp juta/ha) saat sekarang pada dua musim seperti diatas,
dan asumsi pada kondisi yang akan datang, baik bila RP2I tidak dilaksanakan (without
project) dan bila RP2I dilaksanakan (with project).

Berdasarkan data tersebut, indikator finansial dapat dihitung dalam spreadsheet, termasuk
nilai FIRR, NPV serta rasio B/C dengan menggunakan nilai diskon 12%.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 6: KEBUTUHAN LAIN-LAIN UNTUK PELAKSANAAN RP2I

6.1 Jaminan Mutu

Pengelolaan jaringan irigasi ditujukan untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi. Beberapa
hal yang mempengaruhi keberlanjutan system irigasi antara lain adalah :

• Adanya kepuasan dan keikutsertaan dari masyarakat pengguna air irigasi;


• Keandalan ketersediaan air irigasi, dan
• Mutu (kualitas) jaringan irigasi.

Untuk menjamin ketiga hal tersebut diperlukan upaya berupa manajemen jaminan mutu yang
menyangkut pelayanan dan kualitas fisik jaringan irigasi.

Manual dan prosedur yang ada yang dikembangkan di bawah Unit Jaminan Kualitas dari
Direktorat Jenderal Pengembangan Sumber Daya Air berdasarkan ISO–9001: 1994.
Pelaksanaannya difokuskan pada:

• Pembentukan Tim Inti Dinas;


• Pelatihan staf;
• Pengembangan Rencana Kualitas (Quality Plan);

31
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

• Audit kualitas internal (Internal Quality Audit);


• Monitoring & Evaluasi (Tinjauan Management).

6.2 Cara Pelaksanaan (SOP)

Cara Pelaksanaan = Standard Operation Practices (SOP).

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam RP2I diperlukan


referensi cara pelaksanaan sebagai acuan praktis yang merupakan standard minimal yang
harus dipenuhi, untuk menjamin mutu pekerjaan, serta meminimalkan dampak negatif pada
lingkungan, untuk mendukung keberlanjutan jaringan irigasi.

6.3 Peningkatan Sistem Informasi Manajemen (MIS)

Untuk penyusunan RP2I diperlukan banyak data seperti informasi tentang SDM, nama dan
lokasi DI-DI, intensitas tanam, kondisi aset irigasi, daftar P3A/GP3A dan status hukumnya,
pelatihan yang telah diadakan, dst. Data tersebut perlu disimpan dalam bentuk digital sebagai
Management Information System (MIS) yang mudah diakses dan dapat diupdate tiap tahun.

Pada bab ini perlu diuraikan kebutuhan dan upaya kabupaten untuk membentuk MIS yang
lebih baik untuk keperluan penyimpanan data.

=======================================================================

32
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Lampiran 1: Daftar Isi untuk dokumen Rencana Pengembangan dan


Pengelolaan Irigasi (RP2I) – Tahap I.
(Rencana Pengelolaan Irigasi).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ringkasan Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Pengembangan Bidang Pertanian

2. GAMBARAN UMUM PERTANIAN DAN IRIGASI


2.1 Kondisi Geografis
2.1.1 Topografi
2.1.2 Cuaca dan Musim
2.1.3 Sumber Air (SWS)
2.1.4 Keadaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.1.5 Ketersediaan Air untuk Irigasi
2.1.6 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Irigasi
2.2 Kondisi Demografi
2.2.1 Jumlah, Kepadatan dan Pendidikan Penduduk
2.2.2 Mata Pencaharian dan Tingkat Kemiskinan
2.2.3 Peran Wanita dalam Kegiatan Irigasi
2.3 Kondisi Sistem Irigasi
2.3.1 Kelembagaan Pengelolaan Irigasi
2.3.2 Aset Fisik Irigasi
2.3.3 Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi (DPI)
2.3.4 Kerangka Peraturan Perundangan
2.4 Pendapatan Petani
2.4.1 Penguasaan dan Kepemilikan Lahan Irigasi
2.4.2 Pola Tanam dalam 5 Tahun Terakhir
2.4.3 Produksi dan Produktivitas
2.4.4 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2.4.5 Pendapatan dan Pola Pendapatan Petani Sawah Irigasi
2.5 Ringkasan Masalah dan Upaya Pemecahannya

33
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

3. RENCANA PENGELOLAAN IRIGASI


3.1 Program Pengembangan Kelembagaan Pemerintah Daerah
3.1.1 Redefinisi Tugas untuk Kerjasama Operasional antar Instansi Pemerintah
3.1.2 Pengembangan SDM di Instansi Pemerintah Daerah
3.1.3 Kebutuhan Pelatihan SDM di Instansi Pemerintah Daerah
3.2 Program Pemberdayaan Petani Pemakai Air
3.2.1 Program Pendampingan Masyarakat
3.2.2 Pengumpulan Data dan Penyusunan PSETK
3.2.3 Pengembangan P3A/GP3A/IP3A
3.3 Program Pengelolaan Irigasi
3.3.1 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
3.3.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi
3.3.3 Pencegahan Alih Fungsi Lahan dan Pengamanan Jaringan Irigasi
3.3.4 Koordinasi Antar Instansi Terkait
3.3.5 Peraturan Perundangan dan Rencana Aksi Pemerintah Daerah
3.4 Rencana Pembiayaan untuk Pelaksanaan RP2I
3.4.1 Pengembangan Kelembagaan Pemerintah di Kabupaten
3.4.2 Pemberdayaan Petani Pemakai Air
3.4.3 Pengelolaan Irigasi

34
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Lampiran 2: Daftar Isi untuk dokumen Rencana Pengembangan dan


Pengelolaan Irigasi (RP2I) – Tahap II.
(Rencana Pengembangan Irigasi).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ringkasan RP2I Tahap I tentang Pengelolaan Irigasi

2. POTENSI PENGEMBANGAN IRIGASI


2.1 Ringkasan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
2.2 Potensi Pengembangan Irigasi dalam Kabupaten

3. RINGKASAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN


3.1 Pengembangan Lahan, Sarana dan Prasarana Pertanian
3.2 Diversifikasi Tanaman dan Ketahanan dan Kemandirian Pangan
3.3 PemanfaatanTeknologi Ramah Lingkungan
3.4 Pembiayaan Pertanian dan Akses Kredit
3.5 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

4. RENCANA PENGEMBANGAN IRIGASI


4.1 Program Pembangunan Jaringan Irigasi
4.2 Program Peningkatan Jaringan Irigasi
4.3 Program Pengembangan Prasarana Pendukung
4.4 Program Kajian Dampak Lingkungan

5. RENCANA PEMBIAYAAN UNTUK PELAKSANAAN RP2I


5.1 Pembiayaan untuk Pengembangan Irigasi
5.2 Kompilasi Pembiayaan untuk Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi
5.3 Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan

6. KEBUTUHAN LAIN-LAIN UNTUK PELAKSANAAN RP2I


6.1 Jaminan Mutu
6.2 Cara Pelaksanaan (SOP)
6.3 Peningkatan Sistem Informasi Manajemen (MIS)

35
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Lampiran 3: DAFTAR FORMAT UNTUK RP2I - Tahap I :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
FORMAT 1.01 Informasi Umum
FORMAT 1.02 Ikhtisar Kondisi Pertanian per Kecamatan
FORMAT 1.03 Ikhtisar Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Bidang Pertanian

FORMAT 2.01 Sumber Air yang Ada (SWS dan Waduk)


FORMAT 2.02 Status SDM pada Instansi Pemerintah Tingkat Kabupaten
FORMAT 2.03 Informasi dan Kinerja Petani Pemakai Air
FORMAT 2.04 Ikhtisar Kondisi Daerah Irigasi
FORMAT 2.05A Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Bendung)
FORMAT 2.05B Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Saluran)
FORMAT 2.05C Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Bangunan - Bagian I)
FORMAT 2.05C Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Bangunan - Bagian II)
FORMAT 2.05C Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Bangunan - Bagian III)
FORMAT 2.05D Ikhtisar Kondisi Aset Irigasi (Fasilitas Pendukung)
FORMAT 2.06A Tingkat Pembiayaan O&P Irigasi pada 5 Tahun Terakhir (Jar. Utama)
FORMAT 2.06B Tingkat Pembiayaan O&P Irigasi pada 5 Tahun Terakhir (Jar. Tersier)
FORMAT 2.07 Pola Tanam dan Produksi per Kecamatan 5 Tahun Terakhir
FORMAT 2.08 Produktivitas Tanaman per Kecamatan dari Lahan Irigasi 5 Th Terakhir
FORMAT 2.09 Pendapatan Petani Sawah Irigasi per Kecamatan 5 Tahun Terakhir
FORMAT 2.10 Ringkasan Masalah tentang Irigasi dan Upaya Pemecahan

FORMAT 3.01 Program Pengembangan SDM di Instansi Pemerintah


FORMAT 3.02A Program Fasilitasi Pembentukan P3A
FORMAT 3.02B Program Fasilitasi Pembentukan GP3A
FORMAT 3.03 Prioritas DI: Program Pengembangan P3A/GP3A
FORMAT 3.04 Rencana O&P Irigasi (Jaringan Utama)
FORMAT 3.05 Prioritas DI: Program Pemeliharaan & Pengamanan Jaringan Irigasi
FORMAT 3.06 Prioritas DI: Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi

36
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Lampiran 4: DAFTAR FORMAT UNTUK RP2I - Tahap II :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

FORMAT 4.01 Program Pembangunan Jaringan Irigasi & Drainase


FORMAT 4.02 Program Peningkatan Jaringan Irigasi & Drainase
FORMAT 4.03 Program Pengembangan Prasarana Pendukung Pengelolaan Irigasi
FORMAT 4.04 Program Kajian Dampak Lingkungan

FORMAT 5.01 Rencana Pembiayaan untuk Pengembangan Irigasi


FORMAT 5.02 Kompilasi Rencana Pembiayaan untuk Periode 5 Tahun
FORMAT 5.03 Kajian Finansial terhadap Rencana Pembiayaan.

37
Panduan Penyusunan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi – RP2I

Lampiran 5: CONTOH FORMAT- FORMAT UNTUK RP2I (Tahap I)

38

You might also like