You are on page 1of 5

LAPORAN PENDAHULUAN HISPRUNG

1. Konsep Dasar a. Pengertian Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu. Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997). b. Etiologi Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus. c. Tanda dan Gejala Akibat dari kelumpuhan usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan. d. Pemeriksaan Penunjang 1) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah. 2) Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam. 3) Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa. 4) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rectum

5) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin eseterase. 2. Proses Keperawatan a. Pengkajian survey primer Airway Pada kasus hisprung perawat tidak melakukan pemeriksaan pada daerah airway karena tidak bermasalah dengan jalan nafas Breathing Dikaji peningkatan respirasi rate, nafas dangkal , kaji adanya sesak nafas yang diakibatkan oleh adanya obtipasi. Kaji adanya penggunaan otot bantu nafas seperti nafas cuping hidung. Circulation Kaji adanya akral dingin, sianosis dan diaforesis Drug / disability Dikaji adanya kelemahan, keletihan, ansietas dan agitasi Eksposure/Environment/EKG Kaji adanya mual muntah, kaji adanya distensi abdomen Fraktur/Family Kaji koping keluarga tentang perubahan status kesehatan anak b. Pengkajian survey sekunder Full set vital sign Tanda vital ; kaji perubahan yang signifikaan pada tanda vital Pulse oksimetri, kaji adanya hipoksemia Kateter urine, jika diperlukan NGT ; dipasang jika untuk dekompresi Pemeriksaan lab Give comfort/ kenyamanan Ketidaknyamanan bisa terjadi saat klien mengalami obtipasi dan mual muntah. Obtipasi dan mual muntah dikaji dengan P,Q,R,S,T Head to toe (pemerikasaan fisik) Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada : Daerah kepala dan leher ; kaji adanya pucat, kemungkinan adanya sianosis, membrane mukosa kering Daerah dada ; kaji adanya sesak nafas, suara nafas yang apabila ada kelainan menunjukkan adanya penyakit penyerta pada saluran nafas. Daerah abdomen & anus ; kaji adanya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot. Daerah ektremitas ; kaji adanya perasaan tidak nyaman

Inspect the posterior surface Dikaji adnya cedera, lihat adanya jejas. Kontusio, deformitas dan lainnya sebagai penyakit penyerta. c. Analisa Data No Data 1 Ds : Do : Obstipasi. Perut kembung/perut tegang, Muntah berwarna hijau Anak tidak bisa BAB 2 Ds : Do : Obstipasi. Perut kembung/perut tegang, Mual, muntah berwarna hijau disertai diare 3 Ds : Do : Mual, muntah berwarna hijau disertai diare Kulit kering Turgor kulit < 4 Ds : Do : Obstipasi. Perut kembung/perut tegang,

Etiologi Absensi ganglion meissner dan auerbach Usus spastis dan daya dorong tidak ada Obtipasi, tidak ada mekonium Gangguan eliminasi BAB

Masalah Gangguan eliminasi BAB

Absensi ganglion meissner dan auerbach Usus spastis dan daya dorong tidak ada Mual, muntah, diare Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Absensi ganglion meissner dan auerbach Usus spastis dan daya dorong tidak ada Mual, muntah, diare Volume cairan tubuh menurun Absensi ganglion meissner dan auerbach Usus spastis dan daya dorong tidak ada Obtipasi, tidak ada mekonium Distensi abdomen hebat Gangguan rasa nyaman nyeri Absensi ganglion meissner dan auerbach Usus spastis dan daya dorong tidak ada Perubahan status kesehatan anak Koping keluarga tidak efektif

Kekurangan cairan tubuh

Gangguan rasa nyaman nyeri

Ds : Keluarga mengatakan cemas dengan perubahan kondisi anaknya Do : Keluarga tampak

Koping keluarga tidak efektif

cemas dan banyak bertanya tentang kondisi anaknya

d. Kemungkina Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong. 2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat. 3) Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare. 4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya distensi abdomen. 5) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak e. Rencana Tindakan berdasarkan prioritas ABCDEF Airway Bebaskan jalan nafas bila untuk menghindari aspirasi

Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi


Circulation Monitor tanda-tanda dehidrasi. Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya Monitor cairan yang masuk dan keluar. Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan. Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi Drug / disability Kaji terhadap tanda nyeri. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan. Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri Berikan obat analgesik sesuai program. Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat Eksposure/Environment/EKG Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya Pantau jumlah cairan kolostomi. Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu. Fraktur/Family Mengkaji koping keluarga terhadap perubahan status kesehatan anak

Breathing

Daftar Pustaka Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta. Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London. Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

You might also like