You are on page 1of 4

DISOLUSI Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media

pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Tim Asisten, 2008). Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985). Di dalam banyak kasus, kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut dalam cairan pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses absorbsi. Hal Ini benar/berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan padat oral seperti tablet, kapsul atau suspensi, seperti halnya juga untuk obat yang diberikan secara intramuskular dalam bentuk granul atau suspensi. Ketika kecepatan disolusi merupakan rate-limiting step, maka kecepatan disolusi juga akan

mempengaruhi absorpsi. Akibatnya, kecepatan disolusi dapat mempengaruhi onset, durasi dan intensitas respon, dan mengontrol keseluruhan

bioavailabilitas obat dari suatu sediaan (Saifullah, 2008). Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut (Gennaro et. al., 1990):

1. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikel 2. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair Langkah pertama, larutan berlangsung sangat singkat. Langka kedua, difusi lebih lambat dan karena itu adalah langkah terakhir. Adapun mekanisme disolusi dapat digambarkan sebagai berikut:

Difusi Layer Model (Teori Film)

Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi

tersebut berlanjut (Martin et. al., 1993). Pada tahun 1897 Noyes dan Whitney mengembangkan suatu persamaan untuk menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan disolusi yaitu:

dimana dc/dt adalah laju disolusi obat, K adalah tetapan disolusi, Cs konsentrasi saturasi (kelarutan maksimum), Ct adalah konsentrasi pada waktu

t. Dalam percobaan mereka, Noyes dan Whitney menjaga luas permukaan konstan. Namun oleh karena kondisi seperti ini tidak selamanya dapat dipraktekkan maka Brunner dan Tollozko memodifikasi persamaan diatas dengan memasukkan luas permukaan S sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut:

Di mana:

= kecepatan disolusi bahan obat K = tetapan kecepatan disolusi S = luas permukaan bahan obat yang berdisolusi Cs = kelarutan bahan obat yang berdisolusi Ct = kadar bahan obat yang terlarut dalam cairan medium (Abdou, 1989)

Daftar Pustaka Abdou, H. M. 1989. Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence. Mack Publishing Company. Easton, Pennsylvania. Ansel, H. C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta. Gennaro, A. R. et. al. 1990. Remingtos Pharmaceutical Sciences, 18th Edition. Mack Publishing Company. Easton, Pennsylvania. Martin, A. et. al. 1993. Farmasi Fisika Edisi III. UI Press. Jakarta. Saifullah, T. N. 2008. Teknik Peningkatan Disolusi dan Bioavailabilitas. Available online at http://www.saifullah.staff.ugm.ac.id/?p=32 [diakses 14 Oktober 2013]. Tim Asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Fakultas Farmasi UNHAS. Makassar.

You might also like