You are on page 1of 3

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS: SEBUAH PARADIGMA YANG

PARADOKSAL

Oleh
Widiatmoko
moko.geong@gmail.com
http://widiatmoko.blog.com
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

PENGANTAR bahasa Cina, atau bahasa Tamil. Di


Di dalam naskah Standards for Foreign Malaysia, sebagaimana di Singapura,
Language Learning: Preparing for the 21st bahasa kedua yang diajarkan adalah bahasa
Century, ditemukan kutipan yang Inggris, di samping bahasa ibu (bahasa
merupakan pernyataan filosofis di dalam Melayu, bahasa Cina, atau bahasa Tamil).
pembelajaran bahasa asing di Amerika. Di Indonesia, bahasa asing pertama yang
Pernyataan tersebut adalah ‘language and diajarkan adalah bahasa Inggris, di samping
communication are the heart of the human bahasa ibu, yakni bahasa Indonesia atau
experience’. Melalui penjabarannya, bahasa daerah. Hampir semua bahasa asing
kemudian diringkas menjadi lima kata atau bahasa kedua yang diajarkan di negara-
sederhana yang mencerminkan filsafat negara tersebut memiliki tujuan yang sama
pendidikan bahasa asing yang dianut untuk yakni untuk berkomunikasi. Khusus
menghadapi abad ke-21. Kata-kata itu pembelajaran bahasa Inggris, tiga negara
adalah communication, cultures, terakhir (Singapura, Malaysia, dan
connections, comparisons, dan Indonesia) telah menggariskan tujuan yang
communities. Kelima kata tersebut saling sama, yakni untuk berkomunikasi. Namun,
berkelindan (integrated) di dalam Indonesia masih mengalami
implementasinya. ketidakberhasilan di dalam meraih tujuan
pembelajaran bahasa Inggris tersebut.
BAHASAN Ditengarai, ketidakberhasilan pembelajaran
Pertama, communication merupakan bahasa Inggris di Indonesia disebabkan oleh
kompas di dalam pembelajaran bahasa berbagai faktor. Salah satunya bertalian
asing dan bahasa kedua, di samping bahasa dengan kualifikasi guru bahasa Inggris,
ibu. Hampir semua negara di dunia seperti banyaknya guru bahasa Inggris yang
memiliki kebijakan melalui kementerian berlatar pendidikan yang tidak atau kurang
pendidikan (pengajaran) untuk mempelajari relevan dan adanya disparitas kualifikasi
bahasa asing atau bahasa kedua kepada para guru bahasa Inggris sebagai akibat
pelajar di sekolahnya. Di Amerika, bahasa keragaman etnik, letak geografi, strata
kedua yang diajarkan meliputi bahasa sosial, sebaran informasi teknologi, dan
Jerman, bahasa Spanyol, atau bahasa budaya (Widiatmoko, 2006). Memang,
lainnya. Di Australia, bahasa kedua yang untuk mengatasi kelemahan sistem
diajarkan termasuk bahasa Indonesia. Di pembelajaran bahasa Inggris itu, melalui
Singapura, bahasa kedua yang sudah Badan Standar Nasional Pendidikan
lumrah adalah bahasa Inggris, di samping (BSNP), pemerintah Indonesia mulai
bahasa ibu yang mencakupi bahasa Melayu, berbenah dengan membuat ancangan

1
standarisasi (PP No. 19/2005). Dari delapan Keempat, comparisons mengandung
standar yang diamanatkan, sorotan pertama pengertian bahwa setiap individu yang
yang dianggap signifakan terhadap mempelajari bahasa Inggris dimungkinkan
peningkatan mutu pembelajaran adalah untuk memahami sistem bahasa dan sistem
standar kompetensi. Ini kemudian dijadikan budayanya. Pemahaman sistem bahasa dan
tujuan umum pembelajaran bahasa Inggris, sistem budaya akan mengantarkan individu
yakni agar siswa mampu tersebut memiliki kemampuan analitis,
mangkomunikasikan gagasan dengan sintesis kritis, dan evaluatif di dalam
menggunakan bahasa Inggris lisan dan tulis dimensi yang lebih luas di luar telaah
secara akurat (Saukah, 2006). bahasanya. Kompetensi wacana yang
Kedua, cultures merupakan salah menonjolkan ragam teks di dalam
satu iringan di samping pengetahuan kurikulum 2006 memfasilitasi peserta didik
sebagai dampak dari pembelajaran bahasa untuk mendalami perbandingan budaya
Inggris. Pemahaman budaya yang benar lokal dengan budaya masyarakat di mana
tentu akan mengantarkan pada penguasaan bahasa Inggris berasal. Itulah dimensi yang
bahasa yang dipelajari. Dengan demikian, dapat diambil oleh peserta didik melalui
dapat diungkapkan bahwa pengembangan pembelajaran bahasa Inggris yang berpijak
ilmu pengetahuan dilakukan melalui pada kurikulum 2006 tersebut. Dengan
bahasa, khususnya bahasa Inggris. demikian, pengetahuan budaya di dalam
Pemahaman bahasa tersebut tidak akan kurikulum 2006 itu merupakan salah satu
lepas dari pemahaman budayanya. Budaya prinsip pembelajaran bahasa Inggris dengan
yang dimaksud mengacu pada pola perilaku pendekatan literasi yang memungkinkan
masyarakat penuturnya yang dapat diterima peserta didik memiliki cara berpikir analitis,
oleh masyarakat lainnya. kritis, dan evaluatif (Agustien, 2006). Cara
Ketiga, connections merupakan berpikir tersebut tentu sangat dibutuhkan
dasar filosofis dalam pembelajaran bahasa oleh individu di dalam kehidupan
Inggris yang bermakna bahwa bermasyarakat di abad ke-21 yang berbasis
pembelajaran kini memiliki pengertian pengetahuan (Madya, 2006).
yang luas yang memungkinkan setiap Kelima, communities merupakan
individu saling bertukar pengetahuan yang kata yang merepresentasikan kaitan antara
berbeda. Pertukaran pengetahuan tersebut bahasa dan kemasyarakatan. Ini bermakna
dilakukan melalui pendalaman bahasa bahwa mempelajari bahasa Inggris tidak
Inggris. Pendalaman bahasa Inggris yang lepas dari mempelajari masyarakat
baik tentu memiliki dampak pada penuturnya. Individu yang mempelajari
peningkatan pengetahuan di bidang lain bahasa Inggris dimungkinkan untuk dapat
yang ditekuninya, seperti ilmu komputer, hidup di tengah masyarakat yang berbeda.
ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu Masyarakat yang berbeda yang hidup di
teknik, dan sebagainya. Oleh karena itu, abad ke-21 merupakan masyarakat
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah kini berteknologi yang memiliki beberapa
lazim menekankan pada kompetensi karakteristik, seperti cepat berubah, tidak
wacana (discourse competence). permanen, dan otonom (Madya, 2006).
Kompetensi ini dikembangkan melalui jenis Dengan demikian, dasar filosofis di mana
teks yang beragam yang memiliki tujuan individu mempelajari bahasa Inggris tidak
untuk komunikasi. Individu yang memiliki akan lepas dari penyiapan individu itu
kompetensi wacana adalah individu yang untuk dapat hidup di tengah masyarakat
mampu berpartisipasi dalam penciptaan maju tersebut.
teks. Peristiwa penciptaan teks tersebut
dapat dilakukan antarindividu tersebut PENUTUP
melalui peristiwa komunikasi, baik lisan Dari pemerian di atas, dapat disimpulkan
maupun tulis (Agustien, 2006). bahwa pembelajaran bahasa Inggris secara

2
periodik selalu mengalami pergeseran. Widiatmoko. (2006). EFL teacher
Pijakan kurikulum dari masa ke masa terus certification and students’
berubah, demikian pula dengan paradigma competence: An enigma or stigma?
pendekatan pembelajarannya. Namun, dasar Makalah yang disajikan pada
filosofis pembelajaran bahasa Inggris masih Konferensi JETA Nasional 3. Towards
tetap bersandar pada 5C (communication, the autonomy in EFL curriculum
cultures, connections, comparisons, development. Universitas Negeri
communities). Oleh karena itu, diharapkan Yogyakarta, 3-4 Juli.
agar para guru bahasa Inggris di negeri ini
untuk tidak merasa panik ketika ***
menghadapi segala perubahan yang terjadi
bertalian dengan pembelajaran bahasa
Inggris sebab substansi sesungguhnya
terletak di dasar filosofisnya itu sendiri.

PUSTAKA RUJUKAN
Agustien, Helena I.R. (2006). Competence,
process, and assessment standards:
Towards autonomy in ELT. Makalah
yang disajikan pada Konferensi JETA
Nasional 3. Towards the autonomy in
EFL curriculum development.
Universitas Negeri Yogyakarta, 3-4
Juli.
Madya, Suwarsih. (2006). EFL teacher
development in the context of
educational reform. Makalah yang
disajikan pada Konferensi JETA
Nasional 3. Towards the autonomy in
EFL curriculum development.
Universitas Negeri Yogyakarta, 3-4
Juli.
National Standards in Foreign Language
Education (Tanpa Tahun). Standards
for foreign language learning:
Preparing for the 21st century.
Yonkers, NY: American Council on
the Teaching of Foreign Languages,
Inc. Tersedia:
http://www.actfl.org/files/public/
execsumm.pdf.pdf [30 Mei 2006].
Saukah, Ali. (2006). 2006 standards of
competence for public schools and the
implication to the teaching of English.
Makalah yang disajikan pada
Konferensi JETA Nasional 3. Towards
the autonomy in EFL curriculum
development. Universitas Negeri
Yogyakarta, 3-4 Juli.

You might also like