Professional Documents
Culture Documents
I. Gelombang
Gelombang merupakan perambatan dari getaran
A. Dibedakan berdasarkan:
y = y1 + y 2
simpul
= A. sin .( ωt − kx ) − A. sin .( ωt + kx )
= 2 A. sin .kx. cos .ωt
y1 = A. sin .( ωt − kx ) gel.datang
y 2 = A. sin .( ωt + kx + π ) gel.pantul
= − A. sin .( ωt + kx )
y1 = A. sin .( ωt − kx ) gel.datang
perut
y 2 = A. sin .( ωt + kx )
gel.pantul
y = y1 + y 2
= A. sin .( ωt − kx ) + A. sin .( ωt + kx )
= 2 A. sin .ωt. cos .kx
Letak simpul λ
x n +1 = 2n × ; n = 0,1,2,...
4
Letak perut λ
x n +1 = ( 2n + 1) ; n = 0,1,2,...
4
Letak simpul λ
x n +1 = ( 2n + 1) ; n = 0,1,2,...
4
Letak perut λ
x n +1 = 2n × ; n = 0,1,2,...
4
δ w = ( n w − 1) β Ket:
δ w = deviasi warna
n w = indeks bias warna
β = sudut pembias prisma
Dari sudut deviasi warna spektrum dapat menghitung sudut dispersinya
ϕ = du − dm Ket:
nu = indeks bias untuk warna ungu
= ( nu − 1) β − ( n m − 1) β
n m = indeks bias warna merah
d u = sudut deviasi warna ungu
ϕ = ( nu − n m ) β d m = sudut deviasi warna merah
ϕ = sudut dispersi
Perbandingan antara sudut dispersi dan sudut deviasi rata – rata disebut dengan
daya dispersi (W ) atau dispersi relatif
( nu − n m )
W =
( nr − 1)
2. Interferensi Cahaya
Interferensi terjadi jika dua atau lebih gelombang koheren yang memiliki beda
fase tetapa dipadukan. Interferensi distruktif (saling melemahkan) akan terjadi
jika kedua gelombang itu berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif
(memperkuat) jika kedua gelombang itu sefase.
• Interferensi celah ganda Young
1
d sin θ = ( 2n − 1) λ atau d sin θ = ( n − 1) λ
2
• Lapisan Tipis
1 1
∆S = 2t = mλ '+ λ ' Atau ∆S = 2t = m + λ ' ; m = 0,1,2,3,...
2 2
v=
( v1 + v 2 )
v1 .v 2
1 + 2
C
v1 = laju benda 1 terhadap bumi
DILATASI WAKTU
Pengertian dilatasi waktu ialah selang waktu yang dipengaruhi oleh gerak
relatif kerangka (v).
Dto
Dt =
Ο 1 − v
2
c2
Dto = selang waktu yang diamati pada kerangka diam (diukur dari kerangka
bergerak)
KONTRAKSI PANJANG
2
v
L = Lo 1 −
c
MASSA RELATIVITAS
mo
m=
2
v
1−
c
mo = massa diam
m = massa relativitas = massa benda dalam kerangka bergerak
Kesetaraan Massa - Energi
Semakin cepat suatu benda bergerak maka semakin besar energi total (E)
yang dimiliki benda, karena massa relativitasnya bertambah besa
E = Ek + Eo
Ek = ( m = mo ) C 2
Catatan:
E = h. f
E = Energi tiap foton dalam Joule.
f = Frekwensi cahaya.
h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det
Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang
sangat banyak. Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Semakin besar
intensitas cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.
Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya
mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron.
Penyinaran dengan cahaya yang
frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.
Sifat Kembar Cahaya
Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang
dimiliki cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket
energi (foton).
Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-
partikel. Untuk menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-
tumbukan antara foton dengan elektron. Kesimpulan yang diperolehnya
menunjukkan bahwa foton dapat berlaku sebagai partikel dengan momentum.
Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya memiliki sifat kembar, sebagai
gelombang dan sebagai partikel.
Hipotesa de Broglie
Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka
wajarlah bila partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian
hipotesa yang dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).
Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai
hubungan sebagai berikut :
Menurut Compton h. f h
Pfoton = Pfoton =
c λ
h
l=
p
Hubungan ini berlaku pula bagi partikel. Menurut de Broglie, jika ada
partikel yang momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai
gelombang dengan panjang gelombang
l = Panjang gelombang partikel.
p = Momentum partikel.
Percobaan Davisson dan Germer
Momentum elektron :
1
p = m.v = 2.m. m.v 2
2
p = 2m.Ek
p = 4 .10-24 kg m/det
Menurut de Broglie, panjang gelombang elektron :
h 6,6.10 −34
l= = = 1,65.10 −10 m
p 4.10 −24
Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya
kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah
terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi
terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati.
Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron
adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara
deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal
nikel.
Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-
elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi.Kini tidak disangsikan lagi bahwa
apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang,
tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Prinsip ini dikemukakan oleh Heisenberg, karena adanya sifat dualisme cahaya.
"Pengukuran posisi dan momentum partikel secara serentak, selalu
menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar dari konstanta Planck".
Dx.Dp= H
Ek = Elistrik
1 2 2.e.Vo
mv = eVo → v =
2 m
h h
λ= =
m.v 2.e.m.Vo
Hipotesis Planck
n.h.c
E= = n.h. f
l
Peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila permukaan
logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari
energi ambang (fungsi kerja) logam.
Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa
cahaya (foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.
Ek = h f - h fo
Ek maks = e Vo
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses
perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang
elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung).
1 2 1 2
mv 2 − mv1 = q.E.d
2 2
15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E
1 2 1 q.E 2
t= d= at = . .
v 2 2 m vx 2
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik
2 2
v = vx + v y
q.E
v y = a.t = .
m vx
Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ
vy
tgθ =
vx
16. Gerak partikel bermuatan dalam medan magnet
Lintasan partikel bermuara dalam medan magnet berupa lingkaran
m.v
Jari – jari: R=
B.q
17. Momen Kolpel yang timbul pada kawat persegi dalam benda magnet
τ = B.i. A.N . sin θ
1 1 1
= R 2 − 2 , n = 3,4,5....
λ 2 n
Jika Ei lebih besar dari Ef, atom akan memancarkan foton. Sedangkan jika Ef
lebih besar dari Ei, atom akan menyerap foton.
Keunggulan: Teori ini dapat menerengkan banyak aspek dari gejala atomik,
seperti garis spektrum emisi dan absorpsi dari atom hidrogen
Kekurangan:
1. terpecahnya garis spektrum jika suatu atom berada dalam medan
magnetik atau sering disebut dengan efek Zeeman
2. adanya spektrum garis yang dipancarkan oleh atom berelektron banyak
3. cara menggambarkan elektron – elektron yang bergerak mengitari inti
dalam orbit yang berbentuk lingkaran
5. Mekanikan Kuantum
Dikembangkan oleh Louis de Broglie, Wolfgang Pauli, Erwin Schordinger,
Werner Heisenberg. Dalam teori ini untuk dapat menentukan kedudukan elektron
dalam suatu atom digunakan empat bilangan atom yaitu: bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum orbital atau azimuth (l), bilangan kuantum magnetik
(ml), bilangan kuantum spin (ms).
Bilangan kuantum utama ( n )
Menyatakan besar energi total elektron atau tingkat energi utama dalam kulit
atom dan menyetakan besarnya jari – jari rata – rata atom
Besar energi total elektron:
13,6
En = eV
n2
1 1
kuantum spin ada dua yaitu m s = + untuk perputaran ke kanan dan m s = −
2 2
1
untuk perputaran ke kiri. Untuk bilangan kuantum spin dengan m s = + maka
2
1
dilambangkan dengan tamda panah ke atas. Sedangkan untuk m s = −
2
dilambangkan dengan tanda panah ke bawah.
• Spektrum Emisi dan Absorpsi
Merupakan bukti adanya tingkat – tingkat energi dalam atom
a. Spektrum Emisi
Dihasilkan oleh pemancar gelombang yang memancarkan gelombang elektro
magnetik. Spektrum emisi ada tiga macam yaitu:
Spektrum garis
Dihasilakn oleh gas bertekanan rendah yang dipanaskan. Terdiri dari garis –
garis cahaya monokromatik dengan panjang tertentu. Panjang gelombang
cahaya yang terdapat di spektrum merupakan karakteristik dari unsur tersebut.
Adanya pemanasan atom gas akan menyerap energi sehingga berada pada
keadaan tereksilasi. Dlam keadaan tersebut atom tiidak stabil dan akan
berusaha ke keadaan dasar dengan memancarkan foton berupa gelombang
elektromagnetik.
Spektrum Pita
Dihasilkan oleh gas dalam keadaan molekuler. Spektrum yang dihasilkan berupa
kelompok – kelompok garis yang sangat rapat sehingga membentuk pita - pita
Spektrum Kontinu
Merupakan spektrum yang terdiri atas cahaya dengan semua panjang
gelombang, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dihasilkan oleh zat cair,
zat padat dan gas yang berpijar, atau gas yang bertekanan tinggi yang berpijar.
Zat – zat tersebut berpijar karena memiliki atom – atom yang berjarak relatif satu
antar atom, sehingga saling berinteraksi. Hal tersebut berakibat tingkat – tingkat
energi atom bergeser untuk memenuhi aturan Pauli.
b. Spektrum Absorpsi
Merupakan spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang
tertentu dari suatu cahaya. Terdiri atas sederetan gari hitam pada spektrum
kontinu. Penyerapan terhadap panjang gelombang tertentu pada foton yang
memiliki energi tepat sama dengan selisih energi antara tingkat eksitasi dengan
tingkat dasar.
Rumus – Rumus:
e2 1 e2
Ep = − k Ek = − k
r 2 r 13,6
Energi Stasioner: E = eV
n2
2
1 e2 n2 h
Etotal = − k r= Energi Pancaran;
2 r me 2 k 2π
1 1
E = 13,6 − eV → E = hf
r1 : r2 : r3 : ... = 12 : 2 2 : 3 2 : ... n A nB
1 1 1 Ket:
= R 2 − 2
e = muatan electron
λ nA nB r = jari – jari lintasan electron
Ep = Energi Potensial
Ek = Energi Kinetic
R = 1,097.107 m-1 (tetapan Ridberg) n = bilangan kuantum
Deret Lyman, nA = 1 , nb = 2,3,4... λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
Deret Balmer, n A = 2 , nb = 3,4,5...
Deret Paschen, n A = 3 , nb = 4,5,6...
Deret Bracket, n A = 4 , nb = 5,6,7...
Deret Pfund, n A = 5 , nb = 6,7,8...
λ max → f min → n B = 1 lebihnya dari
n
λ min → f max → n B = ∞
A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom
Jenis Nuklida
Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon
pembentuknya. Mengakibatkan adanya energi ikat inti.
Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10-27 kg = 931
MeV/C2
satuan Dm :
kg E = Dm . c2 (joule)
sma E = Dm . 931 (MeV)
Gaya Inti
Adanya sejumlah proton dalam initi akan menimbulkan gaya Coulomb yang
saling menolak. Oleh karena itu diperlukan gaya yang dapat mengatasi gaya
Coulomb tersebut dan mengikat neutron dan proton yang disebut gaya inti.
Stabilitas inti
Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada
diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1), sedangkan
untuk nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.
Radioaktivitas
R = I .N
R= kuat radiasi satuan Curie
1 Curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan per detik.
l= konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran radioaktif,
yangmenyatakan kecepatan peluruhan inti.
N= jumlah atom.
Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif
berubah menjadi unsur lain. t
n=
Ket: T1
0,693 1
n
T1 = N(t) = N0
2
2
λ 2
Bila I = ½ Io maka x = 0,693/m Þ disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu tebal
keping yang menghasilkan setengah intensitas mula
1. Pencacah Geiger(G1M)
untuk menentukan/mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif
3. Emulsi Film
untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif
4. Pencacah Sintilad
untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel radioaktif.
Reaksi Inti
Tumbukan antara partikel - partikel yang berenergi tinggi dengan inti atom
akan mengubah susunan inti tersebut sehingga terbentuklah inti baru yang
berbeda dengan inti semula (inti sasaran) disebut dengan reaksi inti
Ket:
X = inti sasaran
X + a → Y + b + Q atau X ( a, b )Y a = partikel penembak
Y = inti baru yang dihasilkan
b = partikel yang dipancarkan
Q = energi reaksi
1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.
Contoh: Dalam reaktor atom: U235 + n Þ Xe140 + Sr94 + 2n + E
2. Fusi
Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti atom
baru yang lebih berat.
Contoh: reaksi di matahari: 1H2 + 1H2 ® 2He3 + on1
1. Reaktor Atom
Tempat berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U)
dengan netron (n), menghasilkan banyak n yang dapat dikendalikan. Bila
tidak dikendalikan terjadi bom atom.
Komponen reaktor :
- batang kendali
- moderator
- perisai
- bahan bakar
2. Siklotron
Tempat pemercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100 MeV.
3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.
4. Sinkrotron
Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.
5. Akselerator
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV.
Radiosotop
Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri
Pita Energi
Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan.
1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah jumlah atom
suatu bahan)
Semikonduktor
Komponen semikonduktor:
1. Merah
2. Jingga
3. Kuning
4. Hijau
5. Biru
6. Nila
7. Ungu
Benda bening = ∆r = / rm − ru /
Plan paralel = ∆t = / t m − t u /
Prisma = ∆ϕ = δ u − δ m
∆f = / f m − f u /
Menjadikan Dispersi: Prisma Akromatik
( n ' u − n ' m ) β ' = ( nu − n m ) β
Lensa Akromatik
1 1
=
f gab.merah f gab.ungu
Cincin Newton
1 1
rk 2 = R( 2k − 1) λ (max), rk 2 = R( 2k ) λ (min)
2 2
Cermin Fressnell
p.d 1 p.d 1
= ( 2k ) λ (max) , = ( 2k − 1) λ (min)
2 2
Selaput Tipis
1 1
2n' d . cos r = ( 2k − 1) λ (max), 2n' d . cos r = ( 2k ) λ (min)
2 2
X. Imbas Elektromagnetik
GGL imbas:
dφ
1. Perubahan Fluks: Eind = − N
dt
dφ
2. Perubahan Arus: Eind = − L
dt
dt1 dt
3. Induksi Timbal Balik: Eind 1 = − M , E ind 2 = − M 2
dt1 dt 2
Induktansi Diri:
φ
1. L = N
i
µ 0 .N 2 . A
2. L =
φ1 φ
3. M = N 2 , M = N1 2
i1 i2
µ 0. .N 1 .N 2 . A
4. M = (Induktansi Ruhmkorff)
Transformator Np : Ns = Ep : Es
1. Ideal: Np : Ns = Is : Ip
Ket:
Eind =GGL Induksi B =induksi magnet
N =banyak lilitan A =luas permukaan
φ =fluks magnet L =induktansi diri
I =Kuat Arus Np =banyak lilitan kumparan primer
Ns =banyak lilitan kumparan sekunder =panjang solenoida
Pp =Daya Kumparan Primer Ps =Daya Kumparan Sekunder
Ep =tegangan kumparan primer Es =tegangan kumparan sekunder
ω =kecepatan sudut M =induktansi Kirchoff