You are on page 1of 30

Ringkasan Materi Kelas XII

I. Gelombang
Gelombang merupakan perambatan dari getaran
A. Dibedakan berdasarkan:

Gelombang mekanik (gel. yg memerlukan medium


perambatan)
1. Medium perambatan
Gelomabang Elektromagnetik (gel yg tidak
memerlukan medium perantara)

Gelombang longitudinal (arah getarnya


sejajar dengan arah rambatnya)
2. Arah perambatan
Gelombang tranversal (arah getarnya tegak lurus
arah rambatnya

B. Persamaan Gelombang Berjalan ! ingat:


v = λ. f  = n.λ
λ Ket:
v = atau v = λ . f v = kecepatan rambat 2π
T λ = T.v k=
λ = panjang gelombang λ
T = periode
f = frekuensi
Ket:
y = A. sin .ω.t y = simpangan
A = amplitudo

ω = kecepatan sudut ( ω = 2πf atau ω = )
T
t = waktu
y p = A. sin .ω.t p
menjauhi mendekati
v
 x  x
= A. sin .ω  t −  atau A. sin .ω  t + 
 v  v
 2πx 
= A. sin . ω.t − 
 Tv 
 2πx 
o p = A. sin . ω.t − 
 λ 
= A. sin .( ω.t + kx )
y p = A. sin .( ω.t ± kx )
x
C. Gelombang Stasioner
Terjadi akibat perpaduan (interferensi) antara gelombang datang dan gelombang
pantul
1. Gelombang stasioner ujung tetap

y = y1 + y 2
simpul
= A. sin .( ωt − kx ) − A. sin .( ωt + kx )
= 2 A. sin .kx. cos .ωt

A ' = 2 A. sin .kx

y1 = A. sin .( ωt − kx ) gel.datang
y 2 = A. sin .( ωt + kx + π ) gel.pantul
= − A. sin .( ωt + kx )

2. Gelombang stasioner ujung bebas

y1 = A. sin .( ωt − kx ) gel.datang
perut

y 2 = A. sin .( ωt + kx )
gel.pantul

y = y1 + y 2
= A. sin .( ωt − kx ) + A. sin .( ωt + kx )
= 2 A. sin .ωt. cos .kx

A ' = 2 A. sin .ωt


Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner
a. Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner ujung tetap

Letak simpul λ
x n +1 = 2n × ; n = 0,1,2,...
4

Letak perut λ
x n +1 = ( 2n + 1) ; n = 0,1,2,...
4

b. Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner ujung bebas

Letak simpul λ
x n +1 = ( 2n + 1) ; n = 0,1,2,...
4

Letak perut λ
x n +1 = 2n × ; n = 0,1,2,...
4

D. Sifat – Sifat Gelombang


1. Dispersi gelombang
Bentuk pulsa berubah ketika pulsa merambat sepanjang tali. Pulsa tersebar
disebut juga dengan dispersi. Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk
gelombang ketika gelombang merambat melalui suatu medium. Kebanyakan
bentuk medium nyata yang kita temui adalah gelombang nondispersi yaitu
gelombang yang pulsanya berbentuk tetap.
2. Difraksi gelombang
Dalam suatu medium yang sama gelombang akan merambat lurus. Gelombang
lurus akan merambat ke seluruh medium dalam gelombang lurus juga. Namun
hal tersebut tidak berlaaku pada medium yang ada penghalang berupa celah.
Untuk ukuran celah yang tepat gelombang yang datang dapat melentur setelah
melaluin celah tersebut. Lenturan gelombang akibat dari celah penghalang
disebut Difraksi gelombang. Jika penghalang yang diberikan lebar hanya muka
gelombang pada tepi celah saja yang melengkung. Untuk penghalang yang
sempit maka difraksi terlihat jelas, yaitu gelombang lurus setelah melalui celah
berbentuk lingkaran – lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya.
3. Interferensi gelombang
Gelombang – gelombang yang berpadu akan mempengaruhi medium. Pengaruh
dari gelombang – gelombang yang berpadu tersebut disebut Interferensi
gelombang. Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan bahwa
interferensi konstruksi (saling menguatkan) terjadi bila kedua gelombang yang
berpadu memiliki fase yang sama. Amplitudo gelombang paduan sama dengan 2
kali amplitudo masing – masing gelombang. Sedangkan Interferansi destruktif
(saling meniadakan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan
fase. Amplitudo gelombang paduan sama dengan nol.
4. Polarisasi gelombang
Polarisasi dapat menghambat laju gelombang. Efeknya hanya dialami
gelombang transversal. Gelombang trasveral memiliki arah rambat yang tegak
lurus dengan bidang rambatnya. Jika gelombang transversal memiliki arah
rambat pada suatu garis lurus gelombang ini terpolarisasi linier.
5. Efek dopler
Efek dopler untuk semua gelombang muncul ketika ada gerak relatif antra
sumber gelombang dengan pengamat. Ketika gelombang dan pengamat
bergerak relatif saling mendekati, pengamat akan mendapatkan frekuensi yang
lebih tinggi daripada frekuensi yang dipancarkan. Sedangkan ketika gelombang
dan pengamat saling menjauhi, pengamat akan mendapatkan frekuensi yang
lebih rendah dari yang dipancarkan.
II. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah rambatan perubahan medan listrik dan
medan magnet.
 Ciri Gelombang Elektromagnetik :
 Vektor perubahan medan listrik tegak lurus dengan vektor perubahan
medan magnet
 Menunjukkan gejala: difraksi, polarisasi, pemantulan
 Diserap dengan konduktor dan diteruskan oleh isolator
 Teori – Teori:
 Coulomb : ”Muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat”
 Oersted : ”Di sekitar arus listrik terdapat medan magnet”
 Faraday : ”Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan
listrik”
 Lorentz : ”Kawad berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya”
 Biot Savart :”Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan
magnet”
 Huygens: ”Cahaya sebagai gerak gelombang”
 Maxwell : ”Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet” ,
”Cahaya adalah gelombang elektromagnetik”
Dalam hipotesisnya Maxwell mengemukakan bahwa gelombang
elektromagnetik akan memenuhi keempat persamaan yang telah diajukan.
Ket:
1
c= c = cepat rambat elektromagnetik
µ 0ε 0
µ 0 = permeabilitas ruang hampa ( 4π × 10 −7 WbA-1m-1)
ε 0 = permitivitas ruang hampa ( 8,85418 × 10 −12 C2 N-1m-2)

Oleh karena itu besar c yaitu 2,99792 × 10 8 m/s


1. Dispersi Cahaya
Peristiwa peruraian cahaya disebut dispersi cahaya. Jika sinar polikromatik
melewati suatu prisma maka cahaya akan terurai menjadi sinar
monokromatik. Dispersi terjadi karena adanya perbedaan panjang gelombang
sehingga kecepatan tiap gelombang pun berbeda – beda.

δ w = ( n w − 1) β Ket:
δ w = deviasi warna
n w = indeks bias warna
β = sudut pembias prisma
Dari sudut deviasi warna spektrum dapat menghitung sudut dispersinya

ϕ = du − dm Ket:
nu = indeks bias untuk warna ungu
= ( nu − 1) β − ( n m − 1) β
n m = indeks bias warna merah
d u = sudut deviasi warna ungu
ϕ = ( nu − n m ) β d m = sudut deviasi warna merah
ϕ = sudut dispersi
Perbandingan antara sudut dispersi dan sudut deviasi rata – rata disebut dengan
daya dispersi (W ) atau dispersi relatif

( nu − n m )
W =
( nr − 1)
2. Interferensi Cahaya
Interferensi terjadi jika dua atau lebih gelombang koheren yang memiliki beda
fase tetapa dipadukan. Interferensi distruktif (saling melemahkan) akan terjadi
jika kedua gelombang itu berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif
(memperkuat) jika kedua gelombang itu sefase.
• Interferensi celah ganda Young

1
d sin θ = ( 2n − 1) λ atau d sin θ = ( n − 1) λ
2

• Lapisan Tipis

1  1
∆S = 2t = mλ '+ λ ' Atau ∆S = 2t =  m + λ ' ; m = 0,1,2,3,...
2  2

 Intensitas gelombang elektromagnetik (S) / energi rata – rata per satuan


luas
E 0 B0 E 0 B0
S= sin 2 ( kx − ϖt ) S max =
µ0 µ0
2
1 E
S = ε 0 E0 c
2
S = 0
2 2cµ 0
Radiasi Kalor:
Konduksi: partikelnya bergetar zat padat
Konveksi: molekul berpindah zat cair dan gas
Radiasi: tanpa zat perantara
Spektrum gelombang elektromagnetik :
Ket:
1. Gel. Radio
e = emitivitas
2. Gel. Radar
W ∇ = konstanta bolztman
3. Gel. Inframerah I= = e∇T 4
A
4. Cahaya Tampak
5. Sinar Ultra Ungu
6. Sinar X
7. Sinar Gama

III. Teori Relativitas Khusus

Teori relativitas khusus dikemukakan oleh Albert Einstein setelah


percobaan Michelson dan Morley dapat membuktikan bahwa hipotesa tentang
medium eter tidak ada sama sekali.

Teori relativitas khusus didasarkan pada dua postulat, yaitu:

• Postulat I : Hukum-hukum fisika berlaku pada suatu kerangka koordinat


S, berlaku juga bagi kerangka koordinat yang lain (S'), yang
bergerak dengan kecepatan tetap relatf terhadap S.
• Postulat II : Nilai cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah
mutlak/sama, tidak tergantung pada gerak pengamat
maupun sumber cahaya.
1

 PENJUMLAHAN KECEPATAN RELATIVITAS

v=
( v1 + v 2 )
 v1 .v 2 
1 + 2 
 C 
v1 = laju benda 1 terhadap bumi

v 2 = laju benda 2 terhadap benda 1


v = laju benda 2 terhadap bumi
C = kecepatan cahaya

 DILATASI WAKTU

Pengertian dilatasi waktu ialah selang waktu yang dipengaruhi oleh gerak
relatif kerangka (v).
Dto
Dt =
Ο 1 − v 
2

 c2 
 

Dto = selang waktu yang diamati pada kerangka diam (diukur dari kerangka
bergerak)

Dt = selang waktu pada kerangka bergerak (diukur dari kerangka diam)

 KONTRAKSI PANJANG

2
v
L = Lo 1 −  
c

L = panjang benda pada kerangka bergerak


Lo = panjang benda pada kerangka diam

 MASSA RELATIVITAS

mo
m=
2
v
1−  
c

mo = massa diam
m = massa relativitas = massa benda dalam kerangka bergerak
 Kesetaraan Massa - Energi

Semakin cepat suatu benda bergerak maka semakin besar energi total (E)
yang dimiliki benda, karena massa relativitasnya bertambah besa

E = Ek + Eo
Ek = ( m = mo ) C 2

E = energi total = m.c 2


Eo = energi diam = mo.c 2
Ek = energi kinetik benda

Catatan:

Pada pembahasan relativitas tidak berlaku hukum kekekalan massa


karena massa benda yang bergerak > massa benda diam, tapi hukum kekekalan
massa energi tetap berlaku.

IV. DUALISME GELOMBANG PARTIKEL


 Gejala Foto Listrik
Emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran gelombang
elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut.
Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa :
a. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang
diemisikan.
b. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung
kepada frekwensi cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar
pula kecepatan elektron yang diemisikan.
c. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron
dari logam tertentu sama.
Peristiwa-peristiwa di atas tidak dapat diungkap dengan teori cahaya
Huygens.
Besar paket energi tiap foton dirumuskan Planck sebagai berikut :

E = h. f
E = Energi tiap foton dalam Joule.
f = Frekwensi cahaya.
h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det
Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang
sangat banyak. Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Semakin besar
intensitas cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.
Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya
mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron.
Penyinaran dengan cahaya yang
frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.
 Sifat Kembar Cahaya
Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang
dimiliki cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket
energi (foton).
Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-
partikel. Untuk menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-
tumbukan antara foton dengan elektron. Kesimpulan yang diperolehnya
menunjukkan bahwa foton dapat berlaku sebagai partikel dengan momentum.
Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya memiliki sifat kembar, sebagai
gelombang dan sebagai partikel.
 Hipotesa de Broglie
Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka
wajarlah bila partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian
hipotesa yang dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).
Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai
hubungan sebagai berikut :
Menurut Compton h. f h
Pfoton = Pfoton =
c λ

h
l=
p
Hubungan ini berlaku pula bagi partikel. Menurut de Broglie, jika ada
partikel yang momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai
gelombang dengan panjang gelombang
l = Panjang gelombang partikel.
p = Momentum partikel.
 Percobaan Davisson dan Germer
Momentum elektron :
1
p = m.v = 2.m. m.v 2
2

p = 2m.Ek

p = 2 . 9,1 .10 -31 . 54 . 1,6 .10 -19

p = 4 .10-24 kg m/det
Menurut de Broglie, panjang gelombang elektron :
h 6,6.10 −34
l= = = 1,65.10 −10 m
p 4.10 −24
Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya
kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah
terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi
terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati.
Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron
adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara
deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal
nikel.
Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-
elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi.Kini tidak disangsikan lagi bahwa
apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang,
tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.
 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Prinsip ini dikemukakan oleh Heisenberg, karena adanya sifat dualisme cahaya.
"Pengukuran posisi dan momentum partikel secara serentak, selalu
menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar dari konstanta Planck".

Dx.Dp= H

Dx = ketidakpastian posisi partikel


Dp = ketidakpastian momentum partikel

Panjang gelombang sinar elektron pada mikroskop elektron. Elektron bergerak di


dalam beda potensial mikroskop elektron, sehingga:

Ek = Elistrik

1 2  2.e.Vo 
mv = eVo → v =  
2  m 

Panjang gelombang elektron (partikel) yang bergerak mengikuti rumusan de


Broglie, yaitu:

h h
λ= =
m.v 2.e.m.Vo

Jadi panjang gelombang elektron di dalam mikroskop elektron berbanding

terbalik dengan akar tegangan ( )


Vo yang dipakai.

V. Radiasi Benda Hitam

 Hipotesis Planck

Berdasarkan percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck


membuat hipotesis:
"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum
energi disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi".

Energi total foton (masa foton = 0):

n.h.c
E= = n.h. f
l

E = energi radiasi (joule)


h = konstanta Planck = 6.62 x 10-34 J.det
f = frekuensi radiasi (Hz)
l = panjang gelombang radiasi (m)
n = jumlah foton, jadi energi cahaya adalah terkuantisasi

Jadi dapat disimpulkan dari hipotesis Planck, bahwa cahaya adalah


partikel sedangkan Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang,
disebut dualisme cahaya.

 Efek Foto Listrik

Peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila permukaan
logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari
energi ambang (fungsi kerja) logam.

Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa
cahaya (foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.

Energi kinetik foto elektron yang terlepas:

Ek = h f - h fo

Ek maks = e Vo

hf = energi foton yang menyinari logam


h fo = Fo frekuensi ambang = fungsi kerja
= energi minimum untuk melepas elektron
E = muatan electron = 1.6 x 10-19 C
Vo = potensial penghenti

Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses
perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang
elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung).

VI. Medan Magnet


µ
1. µ r =
µo
φ
2. B =
A
B
3. H =
µ
4. B = µH = µ .r.µo.H
ex:
5. Benda magnetik = nilai permeabel kurang dari satu, bismut, tembaga
ex:
Benda paramagnetik = nilai permeabel relatif lebih besar dari satu,
alumunium, platina, oksigen
Benda feromagnetik = nilai permeabel relatif sampai beberapa ribu
6. Rumus Biot Savart
µ0 I
dB = .
4π π .a
µ0 Weber
k= = 10 −7
4π A.m
7. Induksi Magnetik
µo I
B= .
2 π .a
B B I
H= = =
µ µ o. µ r 2π .a
8. Induksi mahnetik di sekitar arus lurus
µ 0 a.I .N µ a 2 .I .N
B= . 2 . sin α 1 atau B = 0 =
2 r 2 r3
9. Induksi Magnetik di pusat lingkaran
µ 0 I .N
B= .
2 a
10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah – tengah solenoide
B = µ 0 .n.I

Bila p tepat di ujungasolenoide


µ0
B= .n.I
2
11. Toroida
B = µ .n.I
N
n=
2π .R
12. Gaya Lorentz
F = B.I .. sin α
F = B.q.v sin α
13. Bear gaya lorentz tiap satuan panjang
µ0 I p I q
F= .
2 π .a
14. Gerak partikel bermuatan dalam medan listrik
q.E
a=
m
W = F .d = q.E.d
E k = q.E.d

1 2 1 2
mv 2 − mv1 = q.E.d
2 2
15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E
 1 2 1 q.E 2
t= d= at = . .
v 2 2 m vx 2
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik
2 2
v = vx + v y

q.E 
v y = a.t = .
m vx
Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ
vy
tgθ =
vx
16. Gerak partikel bermuatan dalam medan magnet
Lintasan partikel bermuara dalam medan magnet berupa lingkaran
m.v
Jari – jari: R=
B.q
17. Momen Kolpel yang timbul pada kawat persegi dalam benda magnet
τ = B.i. A.N . sin θ

µr =permeable relative a = jari – jari lingkaran


µ = permeabilitas zat r = jarak
B = induksi magnet I = kuat arus
φ = Fluks N = banyak lilitan
H = kuat medan magnet l = panjang kawat
A = luas bidang yang ditembus F = gaya Lorentz
q = muatan listrik v = kecepatan partiikel
θ = sudut antara v dengan B R = jari – jari lintasan partikel

VII. Fisika Atom


• Teori – teori atom
1. Dalton: a. Atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat
b. Atom – atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi
partikel yang lebih kecil
c. Atom suatu unsur tidak dapat tidak dapat diubah menjadi
unsur lainnya
d. Atom – atom suatu unsur identik, artinya mempunyai
bentuk, ukuran, dan massa yang sama
e. Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat yang lain
f. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur yang lain
dapat membentuk suatu senyawa
g. Pada suatu reaksi atom – atom bergabung menurut
perbandingan tertentu
h. Bila dua atom membentuk dua macam senyawa atau
lebih, maka perbandingan atom – atom yang sama dalam
kedua senyawa itu sederhana
Kelemahan: 1. atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan
dengan eksperimen
2. dalton tidak membedakan pengertian atom
dengan molekul
3. atom merupakan bola kecil yang keras dan
padat bertentangan dengan eksperimen JJ.
Thomson dan Faraday
2. JJ. Thomson: a. Atom merupakan suatu bola yang mempunyai
muatan positif yang terbagi merata ke seluruh isi
atom
b. muatan atom positif ini dinetralkan dengan elektron
– elektron yang tersebar di antara muatan positif
dengan jumlah yang sama
Kelemahan: bertentangan dengan eksperimen Rutherford dengan hamburan
sinar alfa ternyata muatan positif tidak merata namun terkumpul menjadi satu
yang disebut dengan inti atom.
3. Rutherford: a. atom terdiri dari muatan positif, dan sebagian besar
massa atom terkumpul di tengah – tengah atom
disebut dengan inti atom
b. di sekeliling inti atom terdapat elektron yang
mengitari inti pada jarak yang relatif jauh
c. muatan inti atom sama dengan muatan elektron
yang mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral
Tahun 1885 Johan Jakob Balmer menemukan rumus yang dapat menjelaskan
spektrum hidrogen secara empiris. Rumus tersebut dapat menjelaskan panjang
gelombang yang dipancarkan hidrogen

1  1 1 
= R 2 − 2 , n = 3,4,5....
λ 2 n 

Kelemahan: 1. model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom


2. model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum atom
atom hidrogen adalah spektrum garis tertentu
4. Bohr: a. Elektron berputar mengelilingi inti pada lintasan tertentu
dalam keadaan stasioner Ket:
m = massa electron
h v = kecept ketika mengorbit
m.v.r = n r = jari-jari orbit
2π h = konstanta Plank
n = 1,2,3,4...(bil kuantum utama)

b. Elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang


lain
Ket:
hf = E i − E f Ei = energi electron pada kulit atom mula – mula
E f = energi elektron pada kulit atom terakhir

Jika Ei lebih besar dari Ef, atom akan memancarkan foton. Sedangkan jika Ef
lebih besar dari Ei, atom akan menyerap foton.
Keunggulan: Teori ini dapat menerengkan banyak aspek dari gejala atomik,
seperti garis spektrum emisi dan absorpsi dari atom hidrogen
Kekurangan:
1. terpecahnya garis spektrum jika suatu atom berada dalam medan
magnetik atau sering disebut dengan efek Zeeman
2. adanya spektrum garis yang dipancarkan oleh atom berelektron banyak
3. cara menggambarkan elektron – elektron yang bergerak mengitari inti
dalam orbit yang berbentuk lingkaran
5. Mekanikan Kuantum
Dikembangkan oleh Louis de Broglie, Wolfgang Pauli, Erwin Schordinger,
Werner Heisenberg. Dalam teori ini untuk dapat menentukan kedudukan elektron
dalam suatu atom digunakan empat bilangan atom yaitu: bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum orbital atau azimuth (l), bilangan kuantum magnetik
(ml), bilangan kuantum spin (ms).
 Bilangan kuantum utama ( n )
Menyatakan besar energi total elektron atau tingkat energi utama dalam kulit
atom dan menyetakan besarnya jari – jari rata – rata atom
Besar energi total elektron:
13,6
En = eV
n2

 Bilangan kuantum orbital ( l )


Menyatakan besar momentum angular (sudut) orbital elektron
Besar momentum sudut:
h
L=l ( l + 1)

 Bilangan kuantum magnetik ( ml )


Menyatakan arah momentum anguler elektron
h
L z = ml

 Bilangan kuantum spin ( m s )


Menyatakan arah perputaran elektron terhadap sumbunya. Nilai bilangan

1 1
kuantum spin ada dua yaitu m s = + untuk perputaran ke kanan dan m s = −
2 2
1
untuk perputaran ke kiri. Untuk bilangan kuantum spin dengan m s = + maka
2

1
dilambangkan dengan tamda panah ke atas. Sedangkan untuk m s = −
2
dilambangkan dengan tanda panah ke bawah.
• Spektrum Emisi dan Absorpsi
Merupakan bukti adanya tingkat – tingkat energi dalam atom
a. Spektrum Emisi
Dihasilkan oleh pemancar gelombang yang memancarkan gelombang elektro
magnetik. Spektrum emisi ada tiga macam yaitu:
 Spektrum garis
Dihasilakn oleh gas bertekanan rendah yang dipanaskan. Terdiri dari garis –
garis cahaya monokromatik dengan panjang tertentu. Panjang gelombang
cahaya yang terdapat di spektrum merupakan karakteristik dari unsur tersebut.
Adanya pemanasan atom gas akan menyerap energi sehingga berada pada
keadaan tereksilasi. Dlam keadaan tersebut atom tiidak stabil dan akan
berusaha ke keadaan dasar dengan memancarkan foton berupa gelombang
elektromagnetik.
 Spektrum Pita
Dihasilkan oleh gas dalam keadaan molekuler. Spektrum yang dihasilkan berupa
kelompok – kelompok garis yang sangat rapat sehingga membentuk pita - pita
 Spektrum Kontinu
Merupakan spektrum yang terdiri atas cahaya dengan semua panjang
gelombang, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dihasilkan oleh zat cair,
zat padat dan gas yang berpijar, atau gas yang bertekanan tinggi yang berpijar.
Zat – zat tersebut berpijar karena memiliki atom – atom yang berjarak relatif satu
antar atom, sehingga saling berinteraksi. Hal tersebut berakibat tingkat – tingkat
energi atom bergeser untuk memenuhi aturan Pauli.
b. Spektrum Absorpsi
Merupakan spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang
tertentu dari suatu cahaya. Terdiri atas sederetan gari hitam pada spektrum
kontinu. Penyerapan terhadap panjang gelombang tertentu pada foton yang
memiliki energi tepat sama dengan selisih energi antara tingkat eksitasi dengan
tingkat dasar.

Rumus – Rumus:

e2 1 e2
Ep = − k Ek = − k
r 2 r 13,6
Energi Stasioner: E = eV
n2
2
1 e2 n2  h 
Etotal = − k r=   Energi Pancaran;
2 r me 2 k  2π 
 1 1 
E = 13,6 − eV → E = hf
r1 : r2 : r3 : ... = 12 : 2 2 : 3 2 : ...  n A nB 

1  1 1  Ket:
= R 2 − 2 
 e = muatan electron
λ  nA nB  r = jari – jari lintasan electron
Ep = Energi Potensial
Ek = Energi Kinetic
 R = 1,097.107 m-1 (tetapan Ridberg) n = bilangan kuantum
 Deret Lyman, nA = 1 , nb = 2,3,4... λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
Deret Balmer, n A = 2 , nb = 3,4,5...
Deret Paschen, n A = 3 , nb = 4,5,6...
Deret Bracket, n A = 4 , nb = 5,6,7...
Deret Pfund, n A = 5 , nb = 6,7,8...
 λ max → f min → n B = 1 lebihnya dari
n
λ min → f max → n B = ∞

VIII. Fisika Atom

 Struktur Inti Atom


Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (1P1) dan netron ( 0n1).
Kedua partikel pembentuk inti atom ini disebut dengan nukleon.

Simbol nuklida : ZXA atau ZAX dengan

A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom

 Jenis Nuklida

Isotop : Atom-atom unsur tertentu ( Z sama) dengan nomor massa berbeda.

Isoton: kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda.

Isobar: kelompok nuklida dengan A sama tetapi Z berbeda.

 Pengukuran Massa Inti


Fsentripetal = Florentz Ket:
m = massa isotop
q = muatan isotop
v2 r = jari – jari lintasan
m = Bqv
r B = induksi magnetik
E = kuat medan listrik
Bqr v = kecepatan partikel
m=
v

Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon
pembentuknya. Mengakibatkan adanya energi ikat inti.

Misal: massa inti He < ( 2m p + 2mn )

Energi Ikat DE = Dm.c 2

Dm = ( Z .mp + N .mn ) − mint i

Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10-27 kg = 931
MeV/C2
satuan Dm :
kg E = Dm . c2 (joule)
sma E = Dm . 931 (MeV)

 Gaya Inti

Adanya sejumlah proton dalam initi akan menimbulkan gaya Coulomb yang
saling menolak. Oleh karena itu diperlukan gaya yang dapat mengatasi gaya
Coulomb tersebut dan mengikat neutron dan proton yang disebut gaya inti.

 Stabilitas inti

Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada
diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1), sedangkan
untuk nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.

 Radioaktivitas

Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar a, b, g yang menyertai


proses peluruhan inti.

- identik dengan inti atom helium (2He4)


Sinar α :
- daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.
- identik dengan elektron ( le.)
Sinar β :
- daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil
- tidak bermuatan (gelombang elektromagnetik).
Sinar γ : - daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil (interaksi
berupa foto listrik, Compton den produksi pasangan).

Kuat radiasi suatu bahan radioaktif adalah jumlah partikel ( α , β , γ ) yang


dipancarkan tiap satuan waktu.

R = I .N
R= kuat radiasi satuan Curie
1 Curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan per detik.
l= konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran radioaktif,
yangmenyatakan kecepatan peluruhan inti.
N= jumlah atom.
Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif
berubah menjadi unsur lain. t
n=
Ket: T1
0,693 1
n
T1 = N(t) = N0  
2

2
λ 2

Jadi setelah waktu simpan t = T½ massa unsur mula-mula tinggal separuhnya, N


= ½ No atau setelah waktu simpan nT½ Þ zat radioaktif tinggal (½)n

Sinar radioaktif yang melewati suatu materi akan mengalami pelemahan


intensitas dengan rumus: Ket:
I 0 =intensitas sinar radioaktif sebelum melewati keping
I = I 0 e − µx I =intensitar sinar radioaktif sesudah melewati keping
x =tebal keping
e =bilangan natural (2,71828)
v =koef pelemahan oleh bahan keping

Bila I = ½ Io maka x = 0,693/m Þ disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu tebal
keping yang menghasilkan setengah intensitas mula

 Jenis detektor radioaktif

1. Pencacah Geiger(G1M)
untuk menentukan/mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif

2. Kamar Kabut Wilson


untuk mengamati jejak partikel radioaktif

3. Emulsi Film
untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif

4. Pencacah Sintilad
untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel radioaktif.
 Reaksi Inti

Tumbukan antara partikel - partikel yang berenergi tinggi dengan inti atom
akan mengubah susunan inti tersebut sehingga terbentuklah inti baru yang
berbeda dengan inti semula (inti sasaran) disebut dengan reaksi inti
Ket:
X = inti sasaran
X + a → Y + b + Q atau X ( a, b )Y a = partikel penembak
Y = inti baru yang dihasilkan
b = partikel yang dipancarkan
Q = energi reaksi

1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.
Contoh: Dalam reaktor atom: U235 + n Þ Xe140 + Sr94 + 2n + E

2. Fusi
Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti atom
baru yang lebih berat.
Contoh: reaksi di matahari: 1H2 + 1H2 ® 2He3 + on1

 Piranti Eksperimen Fisika Inti

1. Reaktor Atom
Tempat berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U)
dengan netron (n), menghasilkan banyak n yang dapat dikendalikan. Bila
tidak dikendalikan terjadi bom atom.
Komponen reaktor :
- batang kendali
- moderator
- perisai
- bahan bakar
2. Siklotron
Tempat pemercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100 MeV.

3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.

4. Sinkrotron
Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.

5. Akselerator
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV.

Semua piranti di atas digunakan untuk melakukan transmutasi inti.

 Radiosotop

Radioisotop adalah isiotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan


reaksi inti dengan netron.

misalnya 92 U 238 + 0 n 1 ® 29 U 239 + g

Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri

 Pita Energi

Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan.

Pita energi terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah jumlah atom
suatu bahan)

2. Pita konduksi (terisi sebagian elektron atau kosong)


Di antara pita valensi dan pita konduksi terdapat celah energi yang layak tidak
boleh terisi elektron.

 Semikonduktor

Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat


dikelompokkan menjadi:

1. Konduktor ( < 10-6 Wm)


2. Semikonduktor (10-6 Wm - 104 Wm)
3. Isolator ( > 104 Wm)

 Hubungan hambatan jenis (o) terhadap suhu

Pada bahan semikonduktor, hole (kekosongan) den elektron berfungsi sebagai


pembawa muatan listrik (pengantar arus).

Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor yang belum disisipkan atom-


atom lain (atom pengotor).

Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang sudah dimasukkan


sedikit ketidakmurnian (doping). Akibat doping ini maka hambatan jenis
semikonduktor mengalami penurunan. Semikonduktor jenis ini terdiri dari dua
macam, yaitu semikonduktor tipe-P (pembawa muatan hole) dan tipe-N
(pembawa muatan elektron).

Komponen semikonduktor:

1. Dioda, dapat berfungsi sebagai penyearah arus, stabilisasi tegangan dan


detektor.

2. Transistor, dapat berfungsi sebagai penguat arus/tegangan dan


saklar.Transistor terdiri dari dua jenis yaitu PNP dan NPN.
IX. Optik Fisis

Sinar yg dpt diuraikan Polikromatik

Sinar yang tdk dapat


Cahaya Monokromatik
diuraikan

Dalam ruang hampa Cepat rambat sama besar

Frekuensi masing warna


berbeda

Pj. Gel tiap warna berbeda

Dispersi (Peruraian Warna):

1. Merah

2. Jingga

3. Kuning

4. Hijau

5. Biru

6. Nila

7. Ungu

Benda bening = ∆r = / rm − ru /

Plan paralel = ∆t = / t m − t u /

Prisma = ∆ϕ = δ u − δ m

Lensa = ∆s ' = / s ' m − s 'u /

∆f = / f m − f u /
Menjadikan Dispersi: Prisma Akromatik
( n ' u − n ' m ) β ' = ( nu − n m ) β
Lensa Akromatik
1 1
=
f gab.merah f gab.ungu

Cincin Newton

1 1
rk 2 = R( 2k − 1) λ (max), rk 2 = R( 2k ) λ (min)
2 2

Cermin Fressnell

p.d 1 p.d 1
= ( 2k ) λ (max) , = ( 2k − 1) λ (min)
 2  2

Selaput Tipis

1 1
2n' d . cos r = ( 2k − 1) λ (max), 2n' d . cos r = ( 2k ) λ (min)
2 2

X. Imbas Elektromagnetik
GGL imbas:

1. Perubahan Fluks: Eind = − N
dt

2. Perubahan Arus: Eind = − L
dt
dt1 dt
3. Induksi Timbal Balik: Eind 1 = − M , E ind 2 = − M 2
dt1 dt 2

4. Kawat Memotong Garis Gaya: Eind = B.I .v sin α

5. Kumperan Berputar Eind = N .B. A.ω sin ωt

Induktansi Diri:
φ
1. L = N
i
µ 0 .N 2 . A
2. L =

φ1 φ
3. M = N 2 , M = N1 2
i1 i2

µ 0. .N 1 .N 2 . A
4. M = (Induktansi Ruhmkorff)

Transformator Np : Ns = Ep : Es

1. Ideal: Np : Ns = Is : Ip

2. Tidak Ideal: Ps = η .Pp

Ket:
Eind =GGL Induksi B =induksi magnet
N =banyak lilitan A =luas permukaan
φ =fluks magnet L =induktansi diri
I =Kuat Arus Np =banyak lilitan kumparan primer
Ns =banyak lilitan kumparan sekunder  =panjang solenoida
Pp =Daya Kumparan Primer Ps =Daya Kumparan Sekunder
Ep =tegangan kumparan primer Es =tegangan kumparan sekunder
ω =kecepatan sudut M =induktansi Kirchoff

You might also like