Professional Documents
Culture Documents
TEBU RATOON
Oleh :
I. PENDAHULUAN
Indonesia tidak melaksanakan impor gula mulai tahun 2010, sebenarnya dapat
merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia. Di lain pihak Tim Percepatan
Pertanian, menunjukkan bahwa kenaikan produksi gula saat ini masih ditunjang
2008)
Nahdodin (1999), menjelaskan bahwa pada lahan sawah usaha tani tebu
1
tahun 1930an menjadi 5 sampai 7 ton hablur pada tahu 1990an. Pada lahan tegalan
produktivitas usaha tani tebu di pulau Jawa sangat rendah dibandingkan dengan
PG swasta di luar Jawa yang sekitar 6 sampai 7.5 ton hablur/ha. Di Thailand
optimal.
Penurunan produktivitas gula ini tidak lepas dari perubahan sistem yakni
dari sistim sewa tanah masyarakat menjadi sistim kerjasama antara pabrik gula
dan petani tebu yang memperoleh kredit dari pemerintah berbunga murah. Pad
sistem ini petani mendapat bimbingan teknologi dari pihak pabrik gula. Sistem ini
dikenal dengan nama Tebu Rakyat Intensifikasi atau TRI. Dalam perkembangan
perubahan sistem di atas, telah terjadi berbagai masalah sosial ekonomi, baik bagi
petani, pabrik gula maupun lembaga terkait lainnya (Agus Pakpahan, 1999)
Dampak lainnya adalah terhadap masalah teknis seperti pada banyak kasus
agronomi antara lain masalah pemupukan (dosis, jenis, cara, frekuensi) dan mutu
keprasan yang kurang baik dan yang paling terlihat adalah turunnya produktivitas
pertumbuhannya, idealnya antara 1.500 – 2.000 mm per tahun dengan hari hujan
antara 150- 200 hari per tahun dengan musim kemarau pada saat tebang, namun
bukan berarti tebu tidak dapat tumbuh di daerah yang kering atau basah. Tebu
yang tumbuh di daerah kering memerlukan irigasi, sedang yang tumbuh di daerah
2
perlu pencatatan data iklim untuk kemudian dihitung berapa banyak defisit air
bulanan dan tahunan. ”Water deficit” sampai di atas 500 mm per tahun dapat
Curah hujan yang cukup (di atas 5 mm) per hari hujan yang merata sepanjang
masa pertumbuhan dan kering 2-3 bulan pada saat menjelang masa tebang,
merupakan iklim yang paling cocok untuk tebu. Pengairan pada tebu diperlukan
terutama pada wilayah yang musim keringnya relatif panjang. Selain itu banyaknya
embung atau kolam air atau danau-danau kecil sangat membantu upaya pengairan
secara berlebih dan terus menerus dalam pertanian intensif sangatlah merugikan.
Hal ini terutama dapat menurunkan tingkat kesuburan lahan karena perubahan
sifat kimia dan fisika tanah serta menurunnya kehidupan biologis dalam tanah.
Kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan zat organik dan mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Hal ini dapat meningkatkan kadar humus
ketersediaan hara, sifat fisik tanah, pengendalian erosi tanah, sumber energi jazad
patogen tanah. Diluar itu bahan organik dapat menyimpan air seberat bahan
Potensi limbah padat organik dari pabrik gula antara lain ampas tebu
sebesar 32-34 %, blotong 3 %, abu ketel 0.3 % (Paturau 1989 vide Yahya et al
3
2000), namun jumlahnya tentu saja tidak akan cukup untuk digunakan pada
seluruh lahan di areal diwilayah pabrik gula. Selain itu sampah kota dan kotoran
hewan merupakan sumber bahan organik yang besar. Bahan tersebut dapat diolah
jadi kompos dan diperkaya dengan bahan lainnya seperti mikroba pelarut fosfat,
abu sebagai sumber kalium dan mikroba yang mampu memfiksasi nitrogen. Bahan
bahan inilah yang perlu diteliti dampaknya pada pertumbuhan tanaman tebu.
pengairan, perawatan akar yang tidak optimal dan pola pemupukan yang tidak
mendukung produktivitas tanaman. Pada akhir abad ke 20, tercatat bahwa proporsi
luas areal tebu keprasan terhadap luas areal tebu pertama (plant cane) sangat
Keadaan tersebut diperburuk lagi oleh situasi komposisi tanaman keprasan yang
ada dengan dominasi tanaman ratoon yang dikepras secara berulang-ulang lebih
dari 3 kali dan bahkan di beberapa tempat dijumpai pengeprasan tanaman tebu
baru, budidaya keprasan membutuhkan biaya relatif lebih kecil. Ini karena
4
menguntungkan karena pada tingkat keprasan perolehan produksi yang rendah
tidak sebanding dengan pembiayaan. Pada kondisi tebu keprasan yang sudah
tanaman tebu baru). Pada umumnya sampai kepada ratoon ketiga budidaya
keprasan masih menguntungkan dan hal demikian yang diharapkan oleh petani
atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan untuk memacu keluarnya tunas keprasan
terserang penyakit dan lain lain penyebab. Penyulaman dilakukan pada gaps atau
bagian barisan tebu keprasan yang kosong karena rumpun-rumpun tebunya mati.
produktivitas tanaman. Pada tanaman ratoon kondisi tanah telah mulai mengeras,
sehingga “daya cengkam air” dan daya tembus oksigen dalam tanah berkurang.
Itulah sebabnya pemberian pupuk organik diperlukan selain pupuk kimia. Pupuk
dalam tanah. Sifat tanah yang indikasinya terlihat pada kadar C organik,
organik tergolong rendah, maka perlu dibantu dengan pupuk buatan. Keunggulan
pupuk organik lainnya adalah kandungan mikroba, baik yang alami maupun yang
dibudidayakan, karena beberapa jenis mikroba dapat melarutkan hara dalam tanah
5
1.2. Permasalahan
banyak, salah satu yang cukup dominan adalah masalah pemupukan. Pemupukan
dengan pupuk buatan yang terus menerus ternyata membuat tanah menjadi keras
banyak dosis pupuk organik dan pupuk kimia yang diperlukan tanaman tebu untuk
Masalah lain adalah seberapa jauh analisa daun hasilnya dapat diterapkan
tebu ini yakni (1) Sampai seberapa jauh pengurangan populasi tanaman pada
menggunakan pola empat tahap yakni dimulai dengan Kebun Bibit Pokok, Nenek,
Induk, dan Datar dimana lokasinya terus berpindah-pindah sehingga sulit dapat
mutu (4) Seberapa jauh perawatan akar dilaksanakan ( tebu berakar serabut), yang
6
jika seluruh potensi tumbuhnya akar diperhatikan dengan benar tentu penyerapan
7
II . KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam 1 ton hasil panen tebu
terdapat 1,95 kg N; 0,30 - 0,82 kg P2O5 dan 1,17 - 6,0 kg K2O yang berasal dari
dalam tanah (Hunsigi, 1993; Halliday dan Trenkel, 1992). Ini berarti pada setiap
panen tebu akan terjadi pengurasan hara N, P, dan K yang sangat besar dari dalam
tanah. Oleh karena itu pada sistem budidaya tebu diperlukan pemupukan N, P dan
K yang cukup tinggi agar hasil panen tebu tetap tinggi dan daya dukung tanah
kita perlu mengetahui berapa zat hara yang diperlukan setiap ton tebu yang
kandungan unsur hara dalam daun, sehingga “prediksi” dosis pupuk pada tanaman
tebu akan lebih akurat. Jika produktivitas yang direncanakan sudah diketahui,
maka perkiraan kebutuhan hara dapat diketahui, namun tentu saja tidak cukup
dengan cara tersebut, masih ada pertimbangan lainnya antara lain adanya
an-organik yang terus menerus dalam dosis makin tinggi sehingga kandungan
bahan organik tanah semakin menurun. Tisdale et al. (1975) dan Bastari (1996)
8
dan tanpa upaya pengembalian unsur-unsur yang diserap tanaman tentunya akan
berakibat merugikan kesuburan tanah dan merusak sifat fisik dan kimia tanah.
Tabel 1 : Perbandingan unsur hara makro yang diambil tebu dari dalam tanah
dalam tanah. Menurut Taslim et al. (1989), penggunaan pupuk an-organik secara
KTK tanah. Bahkan sebagian besar tanah sawah di Jawa menurut Karama (2000),
produktivitas masih ingin ditingkatkan pada level yang lebih baik. Kebutuhan hara
9
Perkiraan kasar Unsur Hara yang diperlukan untuk
URAIAN meningkatkan setiap ton tebu
1 ton 40 ton 70 ton 100 ton
N (Nitrogen) 2.25 90 157 225
ZA 10.7 43 749 1.070
Urea 4.9 20 343 490
P2O5 (Phosphat) 0.6 24 42 60
RP 3.3 13 23 33
SP 36 1.7 7 12 17
K2O (Kalium) 1.25 50 87 125
KCl(MoP) 2.0 80 140 200
Sumber :Diolah dari Sundaran B, 1998
tanaman tebu Plant Cane dicapai yakni dengan menggunakan pupuk Mixed G
(pupuk organik) 1400 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 200 kg/ha. Pada pertanaman
tebu Ratoon Cane menggunakan pupuk Mixed-G 1400 kg/ha + Urea 150 kg/ha +
pemupukan an-organik standard pabrik gula (ZA 800 kg/ha + SP-36 100 kg/ha +
hara yang tadinya tidak tersedia buat tanaman, menjadi tersedia buat tanaman.
10
Bahan organik mempunyai kemampuan menyimpan air dalam rongga-
efisiensi penyerapan hara bagi tanaman. Bagi mikroba yang hidup dalam tanah,
bahan organik, disamping berfungsi sebagai aerator dan pelembab tanah juga
berfungsi sebagai sumber energi untuk kehidupan organisme tanah. Ukuran yang
biasa digunakan sebagai parameter adalah kadar C organik. Tanah yang subur
pengaruh yang nyata atas pemberian pupuk organik dan pupuk kimia pada
produktivitas tanaman seperti pertumbuhan tunas, batang dan kwalitas jus sebesar
22-74 %. Penambahan campuran pupuk kandang dan blotong sebesar 12.5 ton/ha,
diberikan tambahan bahan organik dengan antara lain kompos yang umumnya
tersedia dimana saja. Kompos dapat berasal dari bahan apa saja, seresah tanaman,
jerami, bagas, kotoran hewan, sampah kota, dll. Ada juga yang membuat pupuk
%.
11
N-Org. <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl 25 % (mg/100 g) <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray 1 (ppm P) <4 4-7 8-10 11-15 >15
P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20
K2O HCL 25% (mg/100 g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg (me/100g) <0.3 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 >8.0
K (me/100g) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.5 0.6-1.0 >1.0
Na (me/100g) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1.0
KTK (me/100g) <5 5-16 17-24 25-40 >40
Kejenuhan Basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 80-100
Kejenuhan Al (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40
Cadangan Mineral <5 5-10 11-20 20-40 >40
% Na-dd (%) <2 2-4 5-10 10-15 >15
Sumber: BPBPI, 2005
yang positip atas pemberian pupuk organik yakni tinggi batang meningkat dari
1.4 m menjadi 3.1 m, ruas meningkat jadi dari 12 ruas (kontrol) menjadi 27.25,
0.1 % 1 2 1
0.2 % 2 4 2
0.5 % 5 10 5
0.8 % 8 16 8
1% 10 20 10
2% 20 40 20
3% 30 60 30
12
4% 40 80 40
5% 50 100 50
C-Organik kriteria sedang kadarnya antara 2-3 %
Sumber : Basuki, BPBPI, 2006
kritis status hara dalam daun yang biasa dikenal dengan istilah “Nutrient Critical
Level” sebagai pedoman untuk menjaga agar tanaman tidak kekurangan hara.
selanjutnya. Standar kandungan hara dapat berbeda untuk tempat yang berbeda
13
Sumber : Anderson and Bowen (1990)
N P K
berinteraksi dari ion hydrogen dengan perakaran tanaman, juga parameter ini
memiliki hubungan yang luas dengan ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman.
Uraian pH (H20)
Sangat Masam < 4.5
Masam 4.5 – 5.5
Agak Masam 5.6 – 6.5
Netral 6.6 - 7.5
Agak Alkalis 7.6 - 8.5
Alkalis > 8.5
Sumber : PPT (1982), TOR-Tipe-As Survai Kapabilitas Tanah
serta ketersedian unsur yang bersifat racun seperti Al dikontrol pula oleh
beberapa katagori yakni kurang sampai sangat baik, namun kadar N agak sulit
14
beberapa bulan karena sifatnya yang sangat mobil. Tabel 9 menyajikan katagori
dilakukan. Pada kondisi kadar K tanah sangat tinggi tidak perlu lagi diberikan
pupuk K, karena K tersedia dalam tanah dalam bentuk K dapat ditukarkan sangat
efektif diserap oleh akar. Karena K dibutuhkan banyak pada fase pemanjangan
batang, maka pemberiaan pupuk K dapat dilakukan pada saat bersamaan tanam
(dikarenakan K tidak mudah hilang tercuci) atau pada saat tanaman tebu berumur
1-2 bulan.
tidak ada. Catatan ini disebut kartu tanaman dimana catatan tersebut bergabung
dengan catatan tindakan agronomi lainnya. Kartu ini memuat semua data tanaman
yang telah dikerjakan dalam petak atau blok tertentu yang telah dibuat
sebelumnya. Blok tersebut disebut Leaf Sample Unit, satuan luas ini “dianggap”
homogeny dalam semua hal, sehingga dianggap satu satuan. (contoh terlampir).
K dalam tanah dapat dipengaruhi oleh (1) pemberian K dalam bentuk pupuk (2)
adanya “run on” atau pemindahan hara dari atas kebawah misalnya (3) erosi (4)
15
pencucian (5)“run off” akibat pengolahan tanah. K yang dapat dipertukarkan
dan larutan K yang tersedia bagi tanaman. K yang tersedia ini umumnya berada
Hasil analisa daun terutama pada tiga elemen utama (unsur N,P,K) harus di
sebagai hasil akhir atau respon tanaman terhadap perlakuan yang terlihat oleh
mata, sehingga jika terdapat kesalahan dalam proses analisa daun akan terlihat.
Untuk memudahkan analisa hasil pengamatan gejala defisiensi ini dibuat dalam
masalah penterapan unsur hara. Gejala yang diketahui ini segara perlu dikoreksi
diketemukan dilapangan dibandingkan dengan hasil analisa daun, karena ada saja
visual.
(Bamber et al, 2002 ). Pendekatan perhitungan defisit air diuraikan pada tabel 10.
Diperkirakan setiap 100 mm air hujan ( 1.000.000 liter air/ha) menghasilkan 5-15
16
ton tebu/ha (Bristow, 2002). Metoda pengairan sangat bervariasi antar lokasi
tanam, dan waktu serta jumlah pemupukan. Aplikasi irigasi dapat mengandalkan
perhitungan water deficit seperti ini, hasilnya akan lebih efisien dibanding tanpa
penggunaan air atau water use efisiency. Dengan asumsi water holding capacity
sebanyak 100 mm (untuk kelapa sawit 200 mm karena perakarannya lebih dalam)
dan evapotranspirasi pada hari hujan < 11 hari 150 mm, >12 hari 120 mm, maka
17
Serangan hama/penyakit menuntut adanya pemupukan ekstra untuk
terlihat pada tahun ybs. Tahun pertama setelah pemupukan hanya berat batang,
tinggi dan berat dapat berubah. Tahun kedua dan tahun ketiga berat batang , tinggi
dan jumlah batang tebu sebagai faktor pokok produksi sudah memperlihatkan
18
Membuat
Tahun
Tahun Sulam batang/ha batang/ha
ke batang/ha
target
Ke 1
2
Ke 3 m/batang m/batang
m/batang
kg/batang kg/batang
kg/batang
19
Gambar 1 : Skema membuat target produksi
kondisi di atas terjadi pada awal musim hujan sampai akhir hujan. Pada saat hujan
atau hari akan hujan pemupukan tidak dianjurkan. Risiko aplikasi pemupukan
pada saat hujan, zat haranya akan mengalir (run off) ketempat yang lebih rendah
dan kesungai. Idealnya pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan ,
dimana curah hujan tidak terlalu tinggi. Waktu ini akan berbeda setiap daerah,
karena disamping ada iklim tahunan juga ada ilklim mikro yang
mempengaruhinya.
Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang ideal untuk aplikasi
pemupukan dilapangan. Semakin pagi aplikasinya semakin baik, karena pagi hari
jarang turun hujan. Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar
dalam kondisi baik, artinya tanah dalam kondisi lembab atau basah. Pada musim
dengan frekuensi minimal 2 kali yakni pada saat tanam atau tebang dan pada umur
harus disesuaikan dengan kondisi perakaran tebu, misalnya pada akhir musim
kemarau, akar di permukaan tanah (0 – 30 cm) biasanya kering dan mati sehingga
20
harus menunggu perkembangan akar terlebih dahulu. Itulah sebabnya pada
kondisi iklim, maka perhitungan waktu pemupukan juga harus disesuaikan dengan
khususnya ketersediaan pupuk harus dijaga agar stok minimal harus tersedia.
Aplikasi pemupukan sebaiknya 3-4 kali pada masa tanam sampai masa
hasilnya akan semakin baik, terutama bagi jenis pupuk yang cepat larut dalam air.
Hari dan mm Hujan
: Waktu
SumberPemupukan
Keterangan
: Memet: Hakim,
Waktu
Ideal WaktuPemupukanIdeal
pemupukan
2008
250
200
150
100
50
September
September
September
Desember
Desember
November
November
November
Febru ari
Agu stu s
Febru ari
Agu stu s
Febru ari
Agu stu s
Oktober
Oktober
Oktober
J anu ari
J anu ari
0 J anu ari
Mart
Mart
Mart
J u ni
J u ni
J u ni
April
April
April
J u li
J u li
J u li
Mei
Mei
Mei
Bulan/Tahun
Pada akhir musim kemarau panjang, akar banyak yang mati , itulah
sebabnya waktu pemupukan harus menunggu pada saat akar mulai tumbuh
21
Gambar 2 : Skema waktu pemupukan
6.5. Sulaman/Sisipan
tebang.
Bibit dalam polybag belum biasa digunakan dalam tanaman tebu, namun jika hal
ini dapat dilaksanakan tentu produktivitas tanaman tebu akan meningkat. Bibit
dapat disiapkan oleh masing masing petani atau perusahaan. Secara ekonomis pola
stek.
22
Gambar 3 : Persiapan tanam bibit polibeg dilapangan
6.6. Perakaran
Akar tebu adalah akar serabut, yang tumbuh pada ruas batang, akar-akar
ini harus dirawat dan diperliharan dengan baik agar pertumbuhannya optimal.
Sebagai bagian tanaman yang ”menyerap” unsur hara dari tanah, akar dapat
Jumlah akar baik yang hidup maupun yang mati sekitar 0.9-1.1 kg/m2, sedang
panjang akar (14.0-17.5 km/m2). Berat akar tanaman baru (plant cane) 0.75 kg/m2
dan pada akhir tanaman ratoon 13.8 km/m2. Akar yang mati selama 2 minggu
sebelum tanaman ratoon dipanen ada sekitar 0.15 kg/m2, jadi sekitar 17 % dari
total akar yang ada. Kematian akar di atas terjadi pada kondisi tanpa adanya tebu
bakar atau pembakaran klaras atau seresah tebu. Sebagian kecil dari jumlah akar
ada dalam lapisan di bawah seresah yakni, sebesar 1% dari total massa dan 3%
23
Gambar 4 : Akar Bibit Tebu dalam
polibag
Pada ujung akar terdapat banyak sekali bulu-bulu akar, yang berfungsi
untuk menyerap unsur hara dan air kedalam tanaman melalui proses osmosa dan
respirasi. Jika tanah mengandung cukup bahan organik, tentu disekitar bulu-bulu
akar terjadi proses dimana unsur hara yang tadinya tidak tersedia dalam tanah
menjadi tersedia. Unsur hara ini semakin banyak tersedian tentu semakin banyak
24
Gambar 5 : Ujung dan Bulu Akar
ruangan yang terbentuk, demikian juga air akan tertahan dalam ruangan tersebut.
Ujung akar akan mudah tumbuh pada kondisi demikian. Bulu akar adalah organ
terdepan tanaman yang menyerap unsur hara dan air di dalam tanah. Jumlah bulu
2. Diameter akar
3. Diameter batang
4. Panjang akar
Jadi semakin banyak jumlah bulu akar, akan semakin tinggi kemampuan akar
Apabila mikroba tumbuh dengan baik di sekitar tudung akar, maka unsur
hara yang tersedia dan dapat diserap oleh tanaman melalui akar akan semakin
banyak jumlahnya. Apalagi jika ditunjang oleh perakaran yang baik dan jumlah
Stek yang ditanam tentu saja belum tumbuh akarnya. Akar stek ini baru
pemupukan pada tanaman baru lebih tepat dilaksanakan pada minggu ke 4 setelah
tanam, disusul minggu ke-8 dan 12 serta 16. Bagian pucuk biasanya bertunas
terlebih dahulu, disusul bagian tengahnya dan terakhir bagian pangkal batangnya.
25
Namun berdasarkan pengamatan banyaknya akar tidak ditentukan oleh cepatnya
tumbuh tunas.
Gambar 6 : Stek yang telah tumbuh tunas serta akarnya (Sumber : Memet
Hakim & Netasim vide wwww.google.co.id ,2007)
26
Sumber :Memet Hakim, 2007
27
Gambar 7 : Akar baru (shoot root) tumbuh diantara akar asli (sett root)
Akar baru tumbuh berukuran lebih besar, mempunyai akar rambur lebih banyak
dan lebih panjang dibanding akar lama yang tumbuh dari ruas.
yakni perbaikan pola kebun bibit, penyulaman sejak plant cane, penerapan teknik
Secara logika dengan sulaman/sisipan yang cukup jumlah batang tebu akan
bertambah menjadi sesuai norma yakni 100.000 batang. Jika 1 batang rata-rata
beratnya 1 kg saja, maka berat tebu akan menjadi 100.000 ton/ha/tahun. Serangan
28
hama penggerek tetap akan terkendali apabila pelepasan predator berjalan dengan
semestinya.
baik dibantu dengan teknik analisa daun dan percobaan lapangan akan
batang tebu 0.2 kg saja per batang, maka berat rata-rata batang tebu menjadi 1,2
kg, artinya produktivitas tanaman tebu akan menjadi 120 ton/ha/tahun. Realitas
saat ini umumnya produktivitas tebu hanya mencapai sekitar 60 ton per ha. Dalam
kompos atau bahan organik lainnya sangat membantu ”daya cengkam air” atau
”water holding capacity” dan ”aerasi” dalam tanah. Kedua faktor tadi menjadikan
kompos sebagai penjaga kelembaban tanah dan sebagai bioreaktor tanah yang
beberapa diantaranya yang berfungsi sebagai pelarut unsur hara dan kemudian
akan lebih mudah diserap oleh akar. Kemudian akan terjadi siklus pembuatan
bahan organik dari air (H2O) dan karbondioksida (CO2) dan unsur hara.
atau bahan organik lainnya dan penggunaan pupuk buatan (pupuk tunggal atau
majemuk). Semakin banyak akar aktif yang tumbuh, akan semakin banyak unsur
hara yang diserap tanaman. Selanjutnya pertumbuhan batang dan daun akan
29
semakin baik, artinya proses metabolisme pada tanaman dan fotosintesanya akan
baik.
dipelihara ratoonnya, sehingga menjadi lebih dari 4 tahun umurnya, bahkan ada
tanaman ini harus bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Pemikiran dan
perlakuan jangka pendek seperti pada pola tanaman semusim perlu diperbaiki.
masa pertumbuhan. Analisa daun ini efektif dan efisien khususnya dalam
dilakukan lebih detil dan lebih terarah. Produktivitas dapat diatur sesuai dengan
keinginan kita (pada batas-batas tertentu tentunya sesuai dengan hukum ”the law
mengelola tanaman tebu. Sebagai gambaran trend produktivitas yang ideal apabila
PC
Ratoon
30
t/ha
0 1 2 3 4 5
akan semakin rendah lagi jika ratoonnya seiring dengan lamanya keprasan
karena tidak ada penyulaman, mutu keprasan tidak baik , perawatan akar dan
perawatan tanaman tidak optimal. Hal ini terjadi karena tanaman keprasan
Apabila dikelola sebagai tanaman tahunan, tentu pola pikir dan pola tanam
menjadi berbeda. Tanaman keprasan bukan lagi dianggap tanaman sisa tapi
tebu, tidak dapat dihindari adanya penyulaman untuk menjaga populasi tanaman
dan perbaikan mutu keprasan untuk menjaga agar setiap tunas yang tumbuh akan
tumbuhnya oleh tanaman yang ada, karena tanaman yang disulam telah
31
mempunyai akar yang banyak dan kuat, sedang stek sulaman belum mempunyai
akar dan selanjutnya kalah bersaing untuk mendapatkan sinar matahari dan
yang ditanam 2 bulan sebelum tebang. Syarat bibit harus sehat, seragam dan sama
pembibitan, yang penting lahan pembibitan harus dekat sumber air. Biaya
pembuatan bibit dalam polibeg ini nilainya sama dengan 1 batang tebu, sehingga
Pada saat panen (tebang), dalam banyak hal tunggul batang tebu
ditinggalkan setinggi 5-20 cm, karena alasan praktis, yakni tenaga kerja terbatas
sehingga toleransi terhadap kesalahan ini tinggi sekali. Tunggul batang yang
seharusnya adalah 0 cm. Pada tunggul yang panjang, tunas tumbuh dan berakar di
atas tanah, sehingga tunas tersebut akan mati sebelum akarnya menyentuh tanah.
Jika tunas tunggul tersebut tumbuh dari batang yang berada dalam tanah, maka
pembentukan tunas (tillering) dan pada waktu pertumbuhan, tapi perlu kering
menjelang panen atau tebang. Pengairan perlu dilakukan pada saat a) Waktu
Bristow, KL, 2002, sumber air seperti yang berada dalam tanah, curah hujan yang
32
Diperkirakan secara kasar tiap 100 mm air hujan ( 1.000 M³) dapat membuat 5
sampai 15 ton tebu/ha. Tentu sesuai dengan jenis tanah kemampuan tanah
produktivitas yang sama dengan tanaman baru, bahkan ada yang lebih baik dari
memperlihatkan bahwa tebu ratoon produktivitas tebunya dapat lebih tinggi yakni
118,77 ton/ha dibanding tebu plant cane 111.84 ton/ha. Realita yang saat ini
menjadi minoritas dapat diperbaiki menjadi mayoritas, karena hal ini merupakan
dianggap sebagai tanaman sisa, (b) Populasi tanaman yang terus berkurang, (c)
Adanya penurunan kadar hara dalam daun, (d) pengerasan tanah dan kesuburan
fisik menurun, (e) adanya serangan hama dan penyakit (f) pembiayaan yang lebih
kecil.
Teori tentang tanaman tebu bukan tanaman semusim banyak ditentang dan
masih kontroversi dikalangan masyarakat pergulaan, oleh karena itu penelitian ini
akan menjelaskan secara ilmiah mengapa tanaman ratoon harus lebih tinggi
pemupukan.
33
III. DISKUSI
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa rendahnya produktivitas tebu terutama
diakibatkan oleh ”pandangan” terhadap tanaman tebu yang kurang tepat, mereka
musiman. Padahal tanaman tenu di atas sudah masuk ke dalam kelompok tanaman
tahunan.
sehingga tidak ada upaya perawatan lebih lanjut, jadi sangat logis apabila tanaman
gejala seperti di atas, misalnya tahun 2008, produktivitas plant cane = 89.9 ton/ha ,
sedang ratoon = 91.7 ton/ha, ratoon 1-3 = 91,2 dan ratoon di atas tahun ke 3 =
34
88.6. Produktivitas tanaman tebu ditegalan plant cane = 71.3 ton/ha, ratoon = 46.3
ton/ha, ratoon 1-3 = 60.9 dan ratoon di atas tahun ke 3 = 48.6 ton/ha.
sendiri (TS) sebagai berikut : plant cane =76.52 ton/ha, ratoon 1 = 64.85, ratoon 2
= 60.13 ton/ha, ratoon 3 = 52.55 ton/ha, sedang pada tanaman tebu rakyat (TR) :
plant cane = 63.28 ton/ha, ratoon 1 = 56.86 ton/ha, ratoon 2 = 52.67 ton/ha, ratoon
3 = 45.00 ton/ha.
PC
R
1
2
3
Ton/ha
35
Gambar 8 : Sisa tebangan biasanya (kiri) dan pendek (kanan)
ekonomisnya, sehingga tidak terjadi pemborosan pupuk seperti yang terjadi saat
ini. Pada dasarnya untuk menghasilkan output yang optimal tentu inputnya harus
sesuai dan prosesnya harus optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, daun
sebagai alat untuk fotosintesis dan akar sebagai organ yang bertugas menyerap
hara harus tumbuh optimal, agar batang dapat tumbuh optimal. Bagaimanapun
hasil akhir tanaman berupa produktivitas (out put) akan tergantung dari masukan
(input) yang akan diberikan serta sejauh mana proses fotosintesis dan
INP
OUTP
PROS
UT
ES
36
Pupuk organik dan pupuk buatan jika diberikan secara bersama akan
diberikan sendiri-sendiri akan memberikan respon yang lebih rendah karena sifat
mutunya tidak sama, tergantung dari bahan asal organik. Kelemahan pupuk buatan
jika diberikan secara terus menerus akan mengeraskan tanah, membunuh mikroba
IV. SIMPULAN
tindakan dan kontrol akan mengacu pada pola jangka panjang. Artinya tidak ada
37
Selanjutnya teknis agronomi yang perlu dilakukan adalah 1)
penyulaman itu sendiri yakni antara 10-40 %, dengan tebang pandes produktivitas
tebu yang diangkut ke pabrik dan rendemen akan meningkat minimal sebesar 5 %,
pengganggu tanaman.
sebesar 430.000 ha, maka perbaikan pandangan ini akan dapat meningkatkan
produktivitas gula rata-rata di atas 20 %, suatu jumlah yang sangat besar. Pola
38