You are on page 1of 17

http://anitasilalahi.wordpress.

com/2013/04/19/beban-pembuktian-terbalik-dalamperampasan-aset-pada-tindak-pidana-pencucian-uang/

Beban Pembuktian Terbalik dalam Perampasan Aset pada Tindak Pidana Pencucian Uang
Posted on pril 19! 2013 " #ea$e a comment

Pencucian uang merupakan tindakan %ang melanggar hukum karena pendapatan atau keka%aan %ang didapat dari hasil ke&ahatan dirubah men&adi dana %ang seolah-olah berasal dari sumber %ang sah/legal. 'u&uann%a antara lain untuk: (a) *en%embun%ikan uang/keka%aan %ang diperoleh dari ke&ahatan+ (b) *enghindari pen%elidikan dan/atau tuntutan hukum+ (c) *enghindari Pa&ak+ (d) *eningkatkan keuntungan dengan cara uang ilegal diikutsertakan dalam bisnis legal. ,alam praktekn%a, orang-orang %ang melakukan white collar crimecenderung untuk melakukan kejahatan yang sama berulang kali &ika dia menganalis secara ekonomi keuntungan yang akan diperolehnya akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. -euntungan itu diperhitungkan dari kemungkinan bia%a bila tertangkap dan terbukti melakukan ke&ahatan serta besarn%a hukuman %ang akan di&atuhkan. .ila bia%a ke&ahatan %ang telah diperhitungkan lebih rendah dibandingkan keuntungan %ang akan didapat saat melakukan ke&ahatan tersebut! maka orang tersebut akan merespon dengan melakukan ke&ahatan %ang sama./10 -e&ahatan pencucian uang sebagai salah satu white collar crimes, apabila dilakukan penindakan dengan menggunakan hukum kon$esional melalui cara 1follow the suspect2 akan sulit mengungkap identitas pelaku pencucian uang. lasann%a bila diperhitungkan dari sisi ekonomi kurang berhasil dalam mengembalikan keuangan negara atau pihak yang dirugikanantara lain karena:/20 1. Sebagai tindak pidana %ang terorganisir! tindak pidana pencucian uang tentu melibatkan oknum pe&abat dan cukong pen%andang dana! biasan%a disebut dengan sindikat atau &aringan. 3amun di pengadilan! keban%akan %ang dihukum adalah pelaku lapangan! sementara oknum pe&abat dan cukong %ang mendalangi hampir tidak ada %ang ter&erat./30 2. 4arta atau aset %ang diambil oleh pelaku tindak pidana pencucian uang sulit untuk dilacak secara utuh lagi keberadaann%a karena pelaku telah berusaha men%embun%ikan atau men%amarkan asal usuln%a dengan melakukan rein$estasi hasil ke&ahatan ke dalam bisnis %ang sah.

5alah satu contoh penanganan ke&ahatan korupsi pencucian uang %ang ban%ak mendapat kiritik dan soroton ta&am dari mas%arakat adalah kasus

ma6ia pa&ak 7a%us 'ambunan karena pengenaan sanksi %ang di&atuhkan dianggap tidak sesuai dengan rasa keadilan. Pada tingkat pertama/40! 7a%us di$onis han%a 8 tahun pen&ara dan denda 9p. 300 &uta. -emudian pada tingkat banding/:0! 7a%us dipidana pen&ara selama 10 tahun dan denda 9p. :00 &uta. 5anksi ini tidak sebanding dengan harta %ang dimiliki 7a%us %ang dilansir di berbagai media. -epolisian berhasil men%ita 9p. 10 miliar dari 9p. 2; miliar %ang tersebar di berbagai rekening bank dan sebagian besar diduga telah habis untuk men%uap para aparat penegak hukum. 5ementara polisi &uga sedang men%elidiki aset 7a%us lainn%a sebesar 9p. 84 miliar bersama PP '-! .P-! .P-P! dan -P-. Pada kasus 7a%us tercium aroma kolusi %ang kental sehingga tidak digunakan mekanisme beban pembuktian terbalik. -endala %ang disampaikan oleh -apolri <endral Polisi 'imur Pradopo bahwa untuk menggunakan beban pembuktian terbalik perlu rekomendasi dari pengadilan dan sampai saat ini! upa%a pembuktian terbalik belum diatur secara tegas dalam undang-undang sehingga hal tersebut belum dapat dilakukan kecuali bila ada putusan hakim %ang men%atakan hal tersebut. sas beban pembuktian terbalik sempat men&adi perdebatan pan&ang akibat anggapan bahwa asas ini melanggar hak-hak dasar seseorang %ang dibentengi oleh asas praduga tak bersalah (presumption of innocence). Polemik ini sudah ter&adi se&ak tahun 1981! %ang menurut istilah almarhum Pro6. =emar 5enoad&i adalah pergeseran bukan pembalikan beban pembuktian. -ata 1beban2 ditekankan bukan pada alat buktin%a tapi pada siapa %ang berhak untuk melakukan. Prinsip-prinsip di negara demokrasi %ang men&un&ung tinggi rule of law! salah satu karaktern%a ialah presumption of innocence. ,alam sistem acara pidana terkait dengan pembuktian! non self incrimination dikenal dengan istilah pembuktian negati6. Pembuktian negati6 menurut International Covenant on Civil and Political Rights (>??P9) berarti tetap menghargai hak untuk tidak mempersalahkan diri sendiri dari seorang tersangka atau terdakwa. <adi! amanah dari >??P9 ini adalah penekanan dari berlakun%a non self-incrimination! bagian dari perlindungan 4 * (right to remind silence). Pasal-pasal %ang berkaitan dengan pembalikan beban pembuktian atau pembuktian terbalik sebenarn%a tidak dikenal dalam se&arah negara-negara %ang mengakui sistem hukum pidana pada negara nglo 5a@on dan Aropa -ontinental. Pada -B4P atau -B4 P di negara-negara -ontinental atau dari doktrin-doktrin nglo 5a@on khususn%a untuk korupsi! sampai sekarang belum pernah menemukan delik mengenai pemberlakuan pembalikan beban pembuktian! kecuali suap (bribery).

,ari perkara tindak pidana korupsi di >ndonesia! suap dikatakan sebagai ke&ahatan %ang sulit pembuktiann%a (invisible crime). ,i negara-negara nglo 5a@on pun suap %ang men&adi kendala! makan%a lalu keluar istilah grati6ikasi %ang kemudian diadopsi di >ndonesia. Follow The oney dan Pembuktian 'erbalik

*en%ikapi ken%ataan sulitn%a penegakan hukum! Pemerintah men%usun terobosan di dalam BB. 3o. ; 'ahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan 'indak Pidana Pencucian Bang (selan&utn%a disebut BB 3o. ; 'ahun 2010). -ini sebagai terobosan digunakan cara ker&a %ang mengedepankan upa%a mengikuti aliran uang (follow the money)! %akni denganmeneliti aliran dana dari hilir ke hulu. Dilihat dari teori Analisis Ekonomi pada Hukum, dengan Follow the Money banyak keuntungan yang didapat antara lain:[6 1) <angkauann%a lebih &auh karena dari aliran dana bisa terkuak aktor intelektual pencucian uang dan melakukan proses hukum %ang lebih luas. 2) 4asil ke&ahatan sebagai darah %ang menghidupi tindak pidana itu sendiri (live bloods of the crime) dapat dike&ar dan disita lebih ban%ak sehingga semangatn%a untuk mengulangi perbuatan %ang sama akan berkurang./80 3) *enge&ar dan men%ita harta keka%aan hasil ke&ahatan akan memperlemah pelaku dan sindikatn%a sehingga tidak lagi membaha%akan kepentingan umum. .uah keberhasilan dari penerapan pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang ini dapat dilihat pada kasus .ahas%im ssi6ie %ang di$onis 10 tahun pen&ara dan denda 9p. 2:0 &uta oleh *a&elis 4akim Pengadilan 3egeri <akarta 5elatan pada 9abu 2 Cebruari 2009. .ahas%im terbukti menerima hadiah dari wa&ib pa&ak -artini *ul%adi senilai 9p1 miliar! saat men&abat -epala -antor Pemeriksaan dan Pen%idikan Pa&ak <akarta pada ,ir&en Pa&ak <akarta 'u&uh. .ahas%im diminta membuktikan transaksi %ang mencapai 9p932 miliar di rekeningn%a dan keluargan%a! namun ia mengatakan sama sekali tidak tahu &umlah tersebut !arena pengelolaan dana !euangan yang dimili!inya tida! lebih dari Rp" #$ miliaran dalam bentu! investasi. !etidakmampuan "ahasyim membuktikan hartanya membuat 4akim men%atakan dirin%a melanggar Pasal 11 BB 3o 20 tahun 2001 tentang 'indak Pidana -orupsi dan Pasal 3 %at 1 huru6 a BB 3o 1: 'ahun 2002 tentang 'indak Pidana Pencucian Bang.

,ari kasus ini nampak &elas secara analisis ekonomi pada hukum bahwa dengan menggunakan beban pembuktian terbalik e#ekti# dalam mengembalikan kerugian negara akibat korupsi dan pencucian uang. ,engan 1follow the money2 dan beban pembuktian terbalik sebagaimana %ang diterapkan dalam kasus .ahas%im maka seharusn%a sanksi %ang di&atuhkan kepada 7a%us dapat lebih maksimal. .eban Pembuktian 'erbalik di >ndonesia 9uang pemberlakuan asas beban pembuktian terbalik di >ndonesia diatur dalam beberapa undang-undang! antara lain: Bndang-Bndang 3omor 31 'ahun 1999 &o. Bndang-undang 3omor 20 'ahun 2001 tentang Pemberantasan 'indak Pidana -orupsi. ,alam Bndang-undang 3omor 20 'ahun 2001! Pasal 38 a%at (1)! dikatakan bahwa: 1terda!wa mempunyai ha! untu! membu!ti!an bahwa ia tida! mela!u!an tinda! pidana !orupsi2. %at (2)! ,alam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi! maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh pengadilan sebagai dasar untuk men%atakan bahwa dakwaan tidak terbukti. Pada pasal 38 a%at (1) dan (2)! lebih menguatkan posisi beban pembuktian terbalik tersebut! dengan menegaskan bahwa! 1Terda!wa wa%ib memberi!an !eterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, ana!, dan harta benda setiap orang atau !orporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan per!ara yang dida!wa!an2. ,alam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang keka%aan %ang tidak seimbang dengan penghasilann%a atau sumber penambahan keka%aann%a! maka keterangan sebagaimana dimaksud dalam a%at (1) digunakan untuk memperkuat alat bukti %ang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi. $amun pelaksanaan pembuktian terbalik ini lemah! karena meskipun seseorang telah gagal membuktikan asal-usul harta keka%aann%a %ang patut dicurigai dari hasil tindak pidana! jaksa sebagai penuntut umum tetap memiliki ke%ajiban untuk membuktikan dak%aannya di pengadilan . .eban pembuktian terbalik bisa dikatakan setengah hati! dengan tetapmembebankan pembuktian kepada jaksa penuntut umum, meski si terdak%a gagal membuktikan asal&usul kekayaannya . 4al tersebut tertuang dalam Pasal 38 a%at (3)! %ang men%ebutkan bahwa! 1&etentuan sebagaimana dima!sud dalam ayat '() dan ayat '*) merupa!an tinda! pidana atau per!ara po!o! sebagaimana dima!sud dalam Pasal *, Pasal +, Pasal ,, Pasal (+, Pasal (,, Pasal (-, dan Pasal (# .ndang-undang /omor +( Tahun (000 tentang Tinda! Pidana &orupsi dan Pasal - sampai

dengan Pasal (* .ndang-undang ini, sehingga penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya2. 5elan&utn%a pengaturan tentang pembuktian terbalik dalam Bndang-Bndang 3omor 2; 'ahun 1999 tentang Pen%elenggaraan 3egara %ang .ersih dan .ebas dari -orupsi! -olusi! dan 3epotisme! secara &elas &uga telah memberikan amanat agar pen%elenggara negara men&elaskan asal-usul keka%aann%a apabila dimintai keterangan oleh -omisi Pemeriksa -eka%aan Pen%elenggara 3egara (-P-P3). ,isamping itu! dalam pasal 18 a%at (2) huru6 e! disebutkan bahwa! 11i!a dianggap perlu, selain meminta bu!ti !epemili!an sebagian atau seluruh harta !e!ayaan Penyelenggara /egara yang diduga diperoleh dari &orupsi, !olusi, atau nepotisme selama men%abat sebagai Penyelenggara /egara, %uga meminta pe%abat yang berwenang membu!ti!an dugaan tersebut sesuai dengan !etentuan peraturan perundang-undangan yang berla!u2. ,alam Pasal 88 Bndang-Bndang 3o. ; 'ahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan 'indak Pidana Pencucian Bang din%atakan: 1.ntu! !epentingan pemeri!saan di sidang pengadilan, terda!wa wa%ib membu!ti!an bahwa 2arta &e!ayaannya bu!an merupa!an hasil tinda! pidana.2 Dari sisi teori hukum progresi#! pelaksanaan mekanisme beban pembuktian terbalik pada kasus pencucian uang dapat dikuatkan dalam beberapa alasan! antara lain : /;0 Pertama! 6iloso6i dan si6at dasar hukum adalah bahwa ia ada bukan untuk dirin%a sendiri! namun hukum ada untuk memberikan rasa nyaman dan keadilan bagi manusia. Persoalan korupsi! penggelapan dan pencucian uang 3egara %ang dilakukan oleh pen%elenggara 3egara! merupakan tindakan ke&ahatan %ang telah menyerang rasa keadilan masyarakat. Bntuk itu! aturan hukum %ang bersi6at status Duo! perlu untuk ditin&au ulang dengan tidak han%a terpatok kepada aturan-aturan teks semata. <ika s%stem aturan hukum telah menghalang-halangi proses pencarian keadilan mas%arakat! maka adalah keharusan kita untuk mencari &alan keluar dengan memberlakukan asas pembuktian terbalik sebagai wu&ud keberpihakan hukum di 3egara kita. Progresi$itas hukum harus dipandang sebagai proses pengembangan dan pembangunan hukum %ang tidak sekedar sebagai wu&ud pelaksanaan aturan! namun sebagai perwu&udan esensi dasar hukum sebagai sarana manusia untuk memperoleh kebahagiaan dan keadilan secara utuh. Kedua! &ika kita memaknai tindakan pen%alahgunaan uang 3egara! sebagai ke&ahatan luar biasa (e3tra ordinary crime)! maka sepatutn%a pulalah asas pembuktian terbalik diberlakukan sebagai cara %ang luar biasa pula! meski

bertentangan dengan prinsip-prinsip praduga tak bersalah. #ogika hukum (logic of law)! adalah sebagai upa%a hukum luar biasa untuk menutup kelemahan lembaga penuntut kita %ang cenderung lemah dalam men%elesaikan perkara korupsi. ,engan demikian! upa%a pemberlakukan beban pembuktian terbalik! &uga harus kita maknai sebagai upa%a hukum luar biasa dalam membangun sistem pen%elenggaraan 3egara %ang bebas dari -olusi! -orupsi dan 3epotisme. Pelaksanaan mekanisme beban pembuktian terbalik ini &uga mendapat respon positi6 dari lembaga kemas%arakatan! antara lain >?E! *as%arakat 'ransparansi >ndonesia! dan -oalisi *as%arakat 5ipil untuk nti -orupsi (-=*P -) %ang mendambakan adan%a perubahan citra dalam penegakan hukum di >ndonesia. Dengan menyerap aspirasi masyarakat tersebut berdasarkan teori Hukum 'esponsi#, Pemerintah telah mengeluarkan >nstruksi Presiden 3omor 1 'ahun 2011 dan 3omor 2 'ahun 2011! untuk penggunaan metode pembuktian terbalik dalam menge6ekti6kan penegakan hukum tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Bntuk dapat menerapkan mekanisme beban pembuktian terbalik! perlu pembenahan sistem hukum./90 1) (ubstance Pengaturan beban pembuktian terbalik perlu diatur seutuhn%a dan tidak setengah hati dengan memberikan kewa&iban kembali kepada &aksa penuntut umum untuk membuktikan asal usul harta hasil tindak pidana korupsi. 5elain itu! perlu perubahan baik di dalam hukum acara pidana maupun peraturan pendukung lainn%a. 2) Organ

?ara e6ekti6 memberantas tindak pidana pencucian uang adalah ker&asama %ang e6ekti6 di antara aparat penegak hukum! dengan dibekali pemahaman %ang sama dan keahlian dalam melakukan financial investigation. ) !egal "ulture

Para pen%elenggara membuktikan political will %ang kuat untuk memberikan tauladan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan pencucian uang! salah satun%a dengan memberikan #aporan -eka%aan Pe&abat 3egara. >ni bertu&uan membangun buda%a hukum dan keperca%aan mas%arakat dalam penegakan hukum.

*enindak-lan&uti >npres tersebut! Pemerintah men%usun rancangan BB Perampasan set 'indak Pidana %ang memuat dua model perampasan aset melalui sarana hukum pidana )criminal based #or#eiture$ *b+ dan sarana hukum perdata )non%con&ition based #or#eiture,$*"+ Perampasan set

,oktrin hukum pidana dan kon$ensi internasional mengenai perlindungan hak asasi manusia tidak mengakui pembuktian terbalik untuk menentukan kesalahan tersangka. #aFimn%a! se&ak lama diakui sistem hukum perampasan aset tindak pidana melalui sarana hukum pidana (criminal based #or#eiture$ *b+ %ang dilaksanakan berdasarkan putusan pengadilan %ang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3amun! pembuktian terbalik untuk menetapkan perampasan aset tindak pidana se&ak tahun 2000! telah dipraktikkan dalam sistem hukum perampasan aset tindak pidana di merika 5erikat melalui sarana hukum perdata (civil based forfeiture atau non%con&ition based #or#eiture,$*"). Praktik 3?. di merika 5erikat dan >nggris! &uga di beberapa negara Bni Aropa! telah berhasil mengembalikan keuangan secara signi6ikan dari organisasi ke&ahatan! terutama %ang berasal dari ke&ahatan narkotik dan pencucian uang. Pengalaman ,A menggunakan cara perampasan melalui sarana hukum perdata (civil based forfeiture) berhasil secara signi6ikan membekukan dan merampas aset organisasi ke&ahatan. #angkah hukum pembuktian terbalik dengan 3?.! di merika 5erikat berdasarkan BB Pembaruan tentang Perampasan set melalui -eperdataan (?i$il sset Cor6eiture 9e6orm ct/? C9 ) 'ahun 2000 dan di >nggris dengan BB 'indak Pidana Pencucian Bang (Procedd o6 ?rime ct) 'ahun 2002. #ahirn%a konsep 3?. disebabkan perkembangan organisasi ke&ahatan transnasional pasca perang dingin telah meningkatkan aset organisasi ke&ahatan tiga kali P.3 negara berkembang! terutama diperoleh dari ke&ahatan narkotik dan pencucian uang. Perkembangan itu dipandang sebagai ancaman terhadap ketenteraman dan ketertiban dunia. Cakta tersebut membuktikan bahwa e6ek &era penghukuman tidak cukup dan tidak berhasil secara tuntas memerangi ke&ahatan transnasional. .ahkan! di dalam pen&ara sekalipun! organisasi ke&ahatan dapat mengendalikan akti$itas ke&ahatann%a! sedangkan ancaman hukuman mati dalam sistem hukum negara ma&u terlan&ur tidak diakui.

.eran&ak dari ken%ataan tersebut! ter&adi perubahan drastis dalam kebi&akan kriminal! khususn%a di negara ma&u! %aitu strategi perampasan aset organisasi ke&ahatan atau %ang diduga berasal dari ke&ahatan terbukti lebih ampuh sehingga dapat 1mematikan2 kehidupan organisasi ke&ahatan. *odel perampasan aset $*" dengan pembuktian terbalik tidak melanggar HA- karena didasarkan pada teori 'alanced Probability Principle( %ang memisahkan antara aset tindak pidana dan pemiliknya. 4al itu didasarkan premis bahwa perlindungan hak terdak%a untuk dianggap tidak bersalah )praduga tak bersalah+ dan prinsipnon%sel# incrimination harus diimbangi ke%ajiban terdak%a membuktikan asal&usul aset yang dimilikinya. .eori ini masih memberikan jaminan perlindungan hak asasi tersangka untuk dianggap tidak bersalah, sebaliknya tidak memberikan jaminan perlindungan hak kepemilikan terdak%a atas aset yang diduga berasal dari tindak pidana, kecuali yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. ,i dalam sistem hukum acara pidana >ndonesia digunakan cara ?b! dan perlu menunggu waktu 400 hari untuk sampai pada putusan %ang memperoleh kekuatan hukum tetap. dapun perampasan aset tindak pidana melalui 3?. tidak perlu menunggu putusan pengadilan %ang berkekuatan hukum tetap apabila terdakwa di pengadilan tidak mampu men&elaskan asalusul asetn%a %ang diduga berasal dari tindak pidana melalui beban pembuktian terbalik. ,i >ndonesia! langkah hukum pembuktian terbalik diatur dalam BB 3omor ; 'ahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan 'indak Pidana Pencucian Bang! BB 3omor 31 'ahun 1999 &o BB 3omor 20 'ahun 2001 tentang Pemberantasan 'indak Pidana -orupsi! BB 3omor 3: 'ahun 2009 tentang 3arkotika dan BB Pemberantasan 'eroris. 5esungguhn%a! pembuktian terbalik melalui ?. dan 3?. di >ndonesia akan lebih mudah dilaksanakan &ika sistem pelaporan harta kekayaan penyelenggara negara telah dilaksanakan secara konsisten dan sistemik. 5istem pelaporan harta keka%aan pen%elenggara negara %ang demikian akan memberikan dukungan signi6ikan terhadap aparat penegak hukum! termasuk -P-! dalam men%ita dan merampas aset pen%elenggara negara %ang diduga berasal dari tindak pidana. 5istem pelaporan harta keka%aan %ang telah diatur dalam BB 3omor 2; 'ahun 1999 tentang Pengelenggara 3egara %ang .ersih dan .ebas dari --3

masih perlu dire$isi dan diperkuat dengan sistem pembuktian terbalik &ika ditemukan bukti awal (prima facie evidence) aset pen%elenggara diduga berasal dari tindak pidana. <ika sistem pelaporan harta keka%aan! sistem klari6ikasi! dan sistem $eri6ikasi aset pen%elenggara negara ber&alan baik se&ak diberlakukan BB 3omor 2; 'ahun 1999! maka peristiwa 7a%us 'ambunan se&ak lama dapat dicegah. *encuatn%a kasus 7a%us merupakan momentum %ang mendorong pemerintah mempertimbangkan secara serius pemberlakuan 9BB Perampasan set -e&ahatan (9BB P -). Pemerintah telah men%usun 9BB P -! menggunakan model perampasan ?. dan 3?. bersamaan. Penggunaan model perampasan ?. dan 3?. secara bersamaan memerlukan dukungan sumber da%a manusia dan anggaran %ang memadai. <ika tidak! maka &angan diharapkan aspirasi pembuktian terbalik terhadap aset %ang diduga berasal dari ke&ahatan dapat dicapai dalam waktu dekat. Bntuk tu&uan perampasan aset dengan cara ?. dan 3?. melalui pembuktian terbalik diperlukan database harta keka%aan pen%elenggara negara %ang akurat! serta data wa&ib pa&ak %ang akurat dari semua warga negara ataupun orang asing. 3amun! %ang terpenting dari pemberlakukan BB tersebut adalah masih diperlukan ketentuan lain %ang mengatur khusus sistem chec! and balancesagar BB baru tersebut tidak disalahgunakan untuk kepentingan politik dan tidak rentan dari suap dan --3. /aktu ,alam pembuktian terbalik! terkandung kemudahan dan kecepatan %ang sangat dibutuhkan dalam penangan tindak pidana pencucian uang! korupsi! dan pen%uapan. 4al ini se&alan dengan pandangan teori Analisis Ekonomi pada Hukum %ang mendukung e6isiensi pelaksanaan hukum demi kepentingan negara dan pihak lain %ang dirugikan 5ecara implisit! Pasal 81 a%at (1) dan (3) BB 3o.;/2010 serta pen&elasann%a telah memberikan batasan waktu %ang &elas! %aitu ditingkat pen%idikan! penuntutan! dan pemeriksaan di pengadilan pihak-pihak %ang berwenang dapat memerintahkan pemblokiran 4arta -eka%aan paling lama 30 hari ker&a. >ni berarti! selama 90 hari status 4arta -eka%aan apakah akan disita untuk negara atau sebalikn%a harus mempun%ai kekuatan hukum %ang &elas. Eaktu 90 hari itu memang sangat singkat! namun pihak %ang berwenang itu dapat menggunakan asas pembuktian terbalik! maka waktu itu masih cukup memadai. Gang penting ada kemauan dari aparat penegak hukum untuk menuntaskan status hukum 4arta -eka%aan./100 Bntuk dapat merampas kembali aset %ang disembun%ikan para koruptor >ndonesia di luar negeri! maka paling tidak diperlukan dua s%arat utama:

1) >ndonesia harus mempun%ai sistem peradilan %ang &elas dan tegas melawan korupsi (dalam hal ini BB -orupsi! -P- dan Pengadilan 'ipikor)+ 2) >ndonesia mempun%ai undang-undang %ang &elas dalam 1merampas kembali2 aset %ang dicuri oleh para koruptor (baik aset %ang disembun%ikan di dalam negeri! maupun di luar negeri) >ndonesia tidak akan dapat begitu sa&a meminta/merampas aset koruptor >ndonesia di luar negeri! tetapi harus melalui &alur hukum negara di mana aset tersebut ditempatkan. >ndonesia adalah %ang meminta (re4uesting state)! atau 1negara korban2! dan negara lain tersebut adalah %ang kita minta bantuann%a (re4uested state)! 1negara tempat aset2. 9ancangan undang-undang perampasan aset tindak pidana tentu harus sesuai sistem hukum di >ndonesia dan &uga diakui oleh negara-negara tempat aset (disembun%ikan) dengan memenuhi pers%aratan tentang 1rule of law2 dan 1due process of law2. Perampasan aset tindak pidana Perampasan aset dikenal dalam hukum pidana >ndonesia melalui Pasal 10 b (pidana tambahan) -B4P dan selan&utn%a diatur lebih lan&ut dalam pasalpasal 39-42 -B4P. -onsep hukum (legal concept) perampasan aset menurut hukum pidana >ndonesia (dan .elanda) adalah: suatu pidana tambahan %ang dapat di&atuhkan oleh hakim! bersama-sama dengan pidana pokok (di .elanda dapat &uga di&atuhkan secara tersendiri oleh hakim). Pasal 39 -B4P selan&utn%a mengatur barang (aset) apa sa&a %ang dapat dirampas. -onsep 1pen%itaan2 menurut hukum pidana >ndonesia di&elaskan dalam -B4 P (hukum acara) >ndonesia! antara lain dalam Pasal 1! butir 1H. .erbeda dengan 1perampasan2 di mana hak milik aset berpindah permanen ke negara! tanpa kompensasi+ maka 1pen%itaan2 si6atn%a sementara. Pen%itaan ini &uga dipakai dalam 9BB P dalam arti 1pemblokiran2 (Pasal ; 9BB). .erdasarkan pengalaman di beberapa negara! pengembalian aset melalui perdata lebih cepat dan lebih ban%ak hasiln%a. palagi! standar pembuktian pidana dinilai sulit. *engenai tata cara perampasan aset sebelum melakukan perampasan!<aksa gung %ang diwakili &aksa pengacara negara terlebih dahulu menga&ukan permohonan perampasan kepada ketua pengadilan negeri. 5etelah ada putusan pengadilan! aset diserahkan kepada lembaga %ang disebut .adan Pengelola set. ,alam kasus ini! negara bukan beperkara dengan orang! melainkan asetn%a. ,engan kata lain! pihak %ang

menguasai aset terakhir %ang dimaksud harus bisa membuktikan aset tersebut bukan hasil ke&ahatan. -alau pemilik terakhir aset tidak bisa membuktikan dari mana perolehann%a! pengadilan bisa memutuskan disita untuk negara. ,alam Pasal 29 9BB P disebutkan! aset %ang dapat dikenakan perampasan adalah benda atau tagihan tersangka! atau terdakwa %ang seluruh atau sebagian asetn%a diduga diperoleh dari tindak pidana! atau benda %ang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana. ,alam pasal tersebut! &uga disebutkan aset %ang dapat dirampas adalah benda %ang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana. /on-Conviction 5ased '/C5) Forfeiture -onsep baru %ang dia&ukan dalam 9BB ini adalah %ang di luar negeri (P.. dan .ank ,unia) dikenal sebagai 13?. Forfeiture2! %ang dalam Pasal 1 butir 1 9BB dide6inisikan sebagai: 1I upa%a paksa (dwangmiddel) %ang dilakukan oleh negara untuk merampas aset tindak pidana berdasarkan penetapan pengadilan! tanpa dikaitkan dengan penghukuman terhadap pelakun%a2 (non conviction). -onsep 1perampasan 3?.2 ini di negara merika 5erikat di namakan &uga 1civil forfeiture2! atau 1perampasan perdata2 (menurut hukum perdata). .ank ,unia telah menerbitkan sebuah buku (oleh 'heodore 5. 7reenberg! dkk) ber&udul: )tolen *sset +eco&ery, * -ood Practice -uide #or .on% "on&iction 'ased *sset For#eiture ( pril 2009). ,alam promosi buku ini (sa%a belum mempun%ain%a) dikatakan antara lain: 67 '/C5) asset forfeiture is a powerful tool for recovering the proceeds of corruption, particulary in cases where the proceeds have been transferred abroad"8 /... (3?.) perampasan aset adalah alat %ang tangguh untuk merampas kembali hasil korupsi! terutama dalam kasus-kasus di mana hasiln%a telah ditran6ers ke luar negeri0 <adi 1Perampasan 3?.2 ini didesain khusus untuk perampasan aset tindak pidana %ang disembun%ikan di luar negeri. 5ekali lagi! han%a e6ekti6 bilamana undang-undang perampasan 3?. ini diakui di luar negeri sebagai berdasarkan 1rule of law2 dan mengakui 1due process of law2. *enurut in6ormasi di >nternet! bab 3 dari .agian men&elaskan: buku ini akan

1,istinguishing between ?riminal Cor6eiture and 3?. sset Cor6eiture I in ?i$il dan ?ommon #aw <urisdiction I ppropriate #aws to >ntroduce Cor6eiture I sset 9eco$er%2. /membedakan antara perampasan menurut hukum pidana dan 3?. perampasan aset ... di %urisdiksi hukum 1?i$il #aw dan 1?ommon #aw2 ... Bndang-undang (hukum) %ang cocok untuk mengantar Perampasan ... set0 gar 9BB kita memang dapat diakui di negara-negara tempat aset! maka sebaikn%a kita mempergunakan bab 3! .agian buku %ang dikeluarkan .ank ,unia ( pril 2009) ini sebagai pedoman. Civil vs Criminal Forfeiture da dua &enis perampasan %ang dipergunakan secara internasional untuk memperoleh kembali hasil korupsi! %aitu menurut hukum pidana dan menurut hukum perdata. Perampasan menurut hukum perdata (civil forfeiture) sering pula dinamakan 1in rem forfeiture2! sedangkan perampasan menurut hukum pidana (%ang kita kenal dalam -B4P- criminal forfeiture) disebut sebagai 1in personam forfeiture2. Perampasan menurut -B4P adalah pidana (tambahan) terhadap harta keka%aan (vermogensstraf)! %ang bermaksud untuk 1merugikan2 terpidana dengan mengurangi keka%aann%a. ,i .elanda pasal-pasal tentang perampasan menurut hukum pidana ini disempurnakan bulan =ktober 1992. ntara lain ditetapkan bahwa %ang dapat dirampas adalah: 6rights in rem and rights in personam pertaining to the ob%ects specified in a through e 'a s/d e). 5edangkan 1civil forfeitures2 (perampasan 3?.) dianggap6in rem actions2! didasarkan pada 1the unlawful use of the res 'the thing), irrespective of its owner9s culpability2. ,i merika 5erikat (%ang mendorong dipergunakann%a lembaga hukum ini untuk memerangi narkoba! dan sekarang terorisme) pada dasarn%a dipergunakan 1rules of civil procedure) (hukum acara perdata). 3amun demikian diakui pula bahwa si6atn%a sebenarn%a 14uasi-criminal2 (hampir seperti hukum pidana). -arena itulah di merika 5erikat! civil forfeiture atau 3?. forfeiture tetap mendapat &aminan konstitusi Courth mendement! mengenai 1search and sei:ure2. Bntuk >ndonesia! maka &aminan konstitusi itu ada dalam Pasal 2;g BB,: 1(1) 5etiap orang berhak atas perlindungan I harta benda %ang dibawah kekuasaann%a I2 4al ini antara lain berarti bahwa harta benda (keka%aan) seseorang tidak boleh secara sewenang-wenang digeledah atau dirampas (ini termasuk dalam perlindungan hukum acara pidana dan hukum pidana).

,ari .asel Institute on ;overnance, International Centre for <sset Recovery: keuntungan prosedur perampasan asset tindak pidana melalui prosedur khusus perundang-undangan adalah dalam hal: 1) 'erdakwa telah wa6at. 4ukum Pidana tradisional %ang bertumpu pada pertanggung&awaban pidana seorang pelaku men%ebabkan aset ilegal pelaku tidak dapat dirampas negara. *elalui perampasan 3?.! maka melalui proses in rem terhadap aset! harta illegal tersebut dapat dirampas. 2) 'erdakwa bebas dalam peradilan pidana dan karena itu perampasan menurut hukum pidana tidaklah mungkin. Perampasan 3?. memungkinkan untuk merampas hasil ke&ahatan. >ni bukan membuka kembali kasus tersebut! karena sekarang tidaklah bertu&uan meminta pertanggung&awaban terdakwa! tetapi bermaksud untuk membuktikan asal-usul aset %ang bersangkutan. 3) 'erdakwa tidak dapat ditemukan dalam 1negara korban2! karena dia sudah melarikan diri keluar negeri. 4) Pemilik aset bersangkutan tidak pasti. -e&ahatan ekonomi biasan%a diikuti dengan usaha 1pencucian uang2 (money laundering)! kalau hal ini berhasil! maka kepemilikan ('ersangka) sukar di buktikan. Perampasan 3?. diharapkan dapat sangat berman6aat. :) -etentuan daluarsa menuntut ke&ahatan korupsi (bila ada)! tidak memungkinkan pen%idikan perbuatan ini. Perampasan 3?. diharapkan memungkinkan perampasan hasil ke&ahatan. 'ugas PP 'Pusat Pelaporan dan nalisis 'ransaksi -euangan (PP '-) dibentuk sebagaiFinancial Intelligence .nit atau lembaga %ang tidak berada di bawah struktur suatu lembaga pemerintah ataupun lembaga lainn%a dalam rangka men&aga independensi pelaksanaan tugas serta &aminan agar pengambilan keputusan dan pelaksanaan 6ungsin%a tidak diinter$ensi oleh pihak lain! termasuk dalam kaitan ini adalah men&aga kerahasiaan data dan in6ormasi inteli&en %ang dimiliki./110 5e&ak diundangkann%a BB 3o. ; 'ahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan 'indak Pidana Pencucian Bang! tugas dan kewenangan PP '- diperluas. PP '- saat ini bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. -ewenangan PP '- &uga diperluas! antara lain dengan ditambahkan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan laporan dan in6ormasi 'ransaksi -euangan %ang terindikasi tindak pidana

pencucian uang. kan tetapi! PP '- tetap tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pen%elidikan. -ewenangan PP '- diatur dalam pasal 41 sampai dengan pasal 4H BB 3o. ; 'ahun 2010. Bntuk mengawasi pelaksanaan ketentuan BB ; 'ahun 2010! PP '- diberi wewenang untuk memberikan peringatan kepada pihak %ang wa&ib lapor %ang dianggap tidak melakukan kewa&iban pelaporann%a secara benar dan merekomendasikan kepada lembaga %ang berwenang untuk mencabut iFin usaha pihak %ang wa&ib lapor tersebut. 5ementara untuk menganalisis in6ormasi %ang ada! PP '- berwenang untuk meminta keterangan dari pihak %ang wa&ib lapor! merokemendasikan dilakukann%a pen%adapan atas in6ormasi elektronik! atau meminta pen%edia &asa keuangan untuk menghentikan sementara transaksi %ang dicurigai merupakan hasil tindak pidana. 0elaksanaan 0rinsip -engenal $asabah )Know your "ustomer+ Prinsip *engenal 3asabah membantu melindungi reputasi dan integritas sistem perbankan dengan mencegah perbankan digunakan sebagai alat ke&ahatan ekonomi termasuk pencucian uang. Penerapan prinsip mengenal nasabah'&now =our Customer Principle) ini didasari pertimbangan bahwa prinsip ini penting dalam rangka prudential ban!ing untuk melindungi bank dari berbagai risiko dalam berhubungan dengan nasabah. Bntuk melindungi kepentingan perbankan dan dalam hal penegakan prudential system, maka bank harus melakukan berbagai upa%a antara lain: /120 1. .ank harus mengetahui identitas nasabah %ang akan atau sedang menggunakan &asa perbankan '!now your customer principles)> 2. *ana&emen bank harus men&amin bahwa transaksi %ang dilakukan telah sesuai dengan kode etik dan peraturan atau ketentuan %ang berkaitan dengan transaksi tersebut 'prudential system) BB 3o 10 'ahun 199; 'entang Perbankan+ 3. ,alam kaitann%a dengan pelaksanaan ketentuan rahasia bank! bank harus beker&asama dengan aparat penegak hukum sesuai ketentuan %ang berlaku'ban! secrecy)" Peraturan .> ,alam rangka penerapan prinsip 1*engenal 3asabah2! .ank >ndonesia telah mengeluarkan Peraturan .> 3o :/21/P.>/2003 tentang Penerapan Prinsip *engenal 3asabah &o Peraturan 3o.12 /3/ P.>/2010 tentang Penerapan nti Pencucian Bang dan Pencegahan Pendanaan 'erorisme bagi Pedagang A6ek

3on-.ank sing. 'u&uann%a mendukung upa%a mencegah tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme! mengacu pada standar %ang dikeluarkan oleh Financial <ction Tas! Force on oney ?aundering (C 'C). 4asil penerapan prinsip ini adalah berupa laporan %ang sangat membantu PP '-! karena dalam men&alankan analisa perlu didukung oleh data %ang akurat mengenai transaksi %ang dilakukan nasabah. pabila ter&adi transaksi %ang mencurigakan! Pen%edia &asa keuangan dapat menunda transaksi selama : hari berdasarkan Pasal 2H BB 3o. ; 'ahun 2010. Gang dimaksud sebagai transaksi mencurigakan adalah: /130 1) transaksi keuangan %ang men%impang dari pro6il! karakteristik atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah %ang bersangkutan. 2) 3) menghindari pelaporan transaksi transaksi %ang dilakukan/batal terkait hasil tindak pidana

4) transaksi keuangan %ang diminta PP '- karena melibatkan harta keka%aan %ang diduga berasal dari tindak pidana. dapun dasar penundaan transaksi %ang mencurigakan karena: (a) transaksi diduga terkait dengan pidana! (b) rekening digunakan nasabah untuk menampung hasil ke&ahatan! (c) nasabah menggunakan dokumen palsu. 5elain itu! PP '- &uga dapat menggunakan data #aporan 4arta -eka%aan Pen%elenggara 3egara (#4-P3) %ang disampaikan kepada -P-. #4-P3 bisa men&adi sumber in6ormasi adan%a laporan harta keka%aan %ang tidak wa&ar. <uga analisis #aporan 'ransaksi -euangan *encurigakan (#'-*) %ang berindikasi korupsi atau pen%uapan dan laporan mas%arakat dapat men&adi sumber in6ormasi pendukung.

/10 4ikmahanto <uwana! .ahan -uliah *agister 4ukum! 'eori hukum! B> Press hal. 1:2. /20Gunus 4usein! 3egeri 5ang Pencuci Bang! Pustaka <uanda 'igalima! hal. H:-H8. /30 -abareskrim Polri! Peran Polri dalam Penanggulangan >llegal #ogging! makalah sosialisasi Bpa%a Pemerintah dalam *engatasi >llegal #ogging! 200H! hal. 2-3. /40 3omor Putusan 119:/Pid../2011/P3.<kt.5el tanggal 19 <anuari 2011 /:0 3omor Putusan 0H/ P>,/'P-/2011/P' ,-> tanggal 29 pril 2011

/H0 Gunus 4usein! 3egeri 5ang Pencuci Bang! Pustaka <uanda 'igalima: <akarta! hal. H2. /80 >bid. /;0 4erdians%ah 4amFah! sas Pembuktian 'erbalik! 4ukum! Pidana /90 Gunus 4usein! 3egara 5ang Pencuci Bang! Pustaka <uanda 'igalima! hal. H8. /100 3/ery .ugroho( Staf <hli &husus <nggota @ewan, Fra!si @emo!rat @PR-RI, mantan staf peneliti ?P+AS, mantan %urnalis SCTB,"alumnus Fisipol .niversitas ;ad%ah ada

/110 Gunus 4usein! Peranan PP '- sebagai Cinancial >ntelligence Bnit! hal. :. /120 Prad&oto! 2003! encegah &ebang!rutan 5angsa, *as%arakat 'ransparansi >ndonesia! <akarta! hal.93 /130 Gunus 4usein! .ahan -uliah *agister 4ukum B>! 19eFim nti Pencucian Bang2! 2 *ei 2011.
'his entr% was posted in 4ukum. .ookmark the permalink. LEAVE A REPLY

SEARCH IT
5earch 6or:
5earch

RECE!T E!TRIES
Pen%alahgunaan 3arkoba di -alangan 9ema&a: 5uatu Perspekti6 *uro&aJah 5urah l .aDoroh 1 K 101 .eban Pembuktian 'erbalik dalam Perampasan set pada 'indak Pidana Pencucian Bang .angga >ndonesiaku 5unrise in #i6e nalisa 5engketa *erek '=54>. Ls. '=54>* ?heers :) -omentar Pasal 9 Bni6orm ?ommercial ?ode (B??) Perlun%a Perubahan BB 3o. 2; 'ahun 2009 'entang Pa&ak ,aerah dan 9etribusi ,aerah hlan EasahlanI.

LI!"S
,iscuss 7et >nspired 7et Polling 7et 5upport

#earn EordPress.com EordPress Planet

You might also like