You are on page 1of 5

[PENGENALAN TIPE-TIPE MAHASISWA] August 20, 2008

Aktivis : Sebuah Keharusan,Bukan


Pilihan
Oleh : Adi Surya
Ketua DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sumedang
Mahasiswa FISIP Unpad

Saat anda pertama kali mendengar kata “aktivis”, imajinasi seperti apa
yang muncul dalam benak anda ?. Apakah sosok orang yang kritis, idealis,
lama lulus, urakan, jarang kuliah dan kerjaannya demo dan ngomongin politik
melulu ?. Kebanyakan dari kita sekarang ini memandang aktivis sebagai sosok
yang berbeda dari orang kebanyakan,untuk tidak menyatakan “orang aneh”.
Namun, jika kita pikirkan lebih lanjut, muncul sebuah pertanyaan
berikutnya yakni apakah setiap orang yang memilih jadi aktivis pasti identik
dengan hal-hal di atas ?. Bukankah banyak aktivis yang menyelesaikan studi
tepat waktu dengan nilai yang memuaskan, berpenampilan rapi dan tetap
tidak kehilangan identitasnya sebagai seorang aktivis. Artinya, beberapa
aktivis yang berpenampilan urakan, jarang kuliah dan lama lulus adalah
sebuah pilihan pribadi dan bukan sebagai konsekuensi logis menjadi seorang
aktivis. Dalam hal ini perlu kita jeli membedakan hakikat sebagai seorang
aktivis dengan cara seorang individu memilih cara berperilaku.

Defenisi Aktivis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2002),
pengertian aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota
politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja
aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya.
Artinya, dari defenisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa aktivis
merupakan orang yang bergerak untuk melakukan sebuah perubahan dan
memiliki wadah sebagai alat untuk mencapai tujuan perubahan tersebut.

*Penulis saat ini menjabat Ketua DPC GMNI Kabupaten Sumedang 2007-2009
[PENGENALAN TIPE-TIPE MAHASISWA] August 20, 2008

Sebagai seorang mahasiswa, menjadi aktivis adalah sebuah panggilan


moral. Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control
sebenarnya adalah penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas
mahasiswa tidak hanya belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga
membumi ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang menyiratkan aspek pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Dari konsep ini dapat terlihat jelas bahwa ruang lingkup
mahasiswa adalah studi dan masyarakat.
Banyak pemimpin besar negara ini yang dulunya mengambil peran
sebagai aktivis. Sebut saja Presiden Soekarno yang mendirikan GMNI, Jusuf
Kalla (HMI), Muhaimin Iskandar (PMII), Ketua KPK, Antasari Azhar, Megawati,
Muladi (GMNI), Cosmas Batubara (GMKI), Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid
(HMI), TB. Silalahi (GMNI), Suryadharma Ali (PMII) dan banyak lagi yang
menjadi pengabdi bagi bangsa ini. Mereka dikenal dan belajar sejak mulai dari
kampus. Untuk itu sangat penting bergabung dengan organisasi sejak awal
menjadi mahasiswa.

Tipe-tipe Aktivis
Karena defenisi aktivis adalah orang yang aktif melakukan
perubahan,maka kita akan banyak menemui ragam tipe-tipe aktivis sesuai
dengan ruang lingkupnya. Orang-orang yang aktif memperjuangkan hak
mahasiswa disebut aktivis mahasiswa. Ada juga aktivis buruh, aktivis yang
concern terhadap marginalisasi terhadap perempuan disebut aktivis
perempuan. Ketika anda bertemu dengan orang yang giat menyelamatkan
lingkungan, dia disebut sebagai aktivis lingkungan. Jadi, kita jangan terjebak
dan terkurung dalam pemikiran bahwa seorang aktivis adalah aktivis yang
mengurusi politik semata.
Pada kesempatan ini kita akan membatasi pembahasan sebagai seorang
aktivis mahasiswa (kampus). Seperti kita ketahui, fenomena banyaknya
mahasiswa yang tidak paham akan peran dan fungsinya. Hal ini bisa kita lihat

*Penulis saat ini menjabat Ketua DPC GMNI Kabupaten Sumedang 2007-2009
[PENGENALAN TIPE-TIPE MAHASISWA] August 20, 2008

dari salah satu contoh kecil saja. Kegiatan yang berbau sosial politik yang
diadakan organisasi intra kampus hampir kehilangan peminat. Beda jika ada
acara hiburan. Ratusan mahasiswa tumpah ruah memadati acara berlomba
berebut tempat. Bukan berarti acara hiburan tidak penting, namun kita harus
paham apa status sekarang dan apa kewajiban kita menyandang status
tersebut.
Kita bisa mengenal tipe mahasiswa yang “ kupu-kupu” alias kuliah
pulang-kuliah pulang. Ada juga istilah 3K yang diartikan kampus, kantin dan
kos-an. Malah ada yang diberi label kunang-kunang (kuliah nangkring-kuliah
nangkring) dan kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat ). Secara sederhana kita
bisa membagi karakterisktik mahasiswa ke dalam 3 jenis. Pertama, study
oriented. Orang-orang yang mementingkan kuliah dan kurang berminat
bergabung dengan organisasi. Kedua, hedonis. Mereka dikenal sebagai anak-
anak yang mementingkan kenikmatan dan kesenangan. Dan yang ketiga, tipe
aktivis, yakni orang-orang yang memiliki idealisme akan sebuah perubahan
dan biasanya tergabung dalam suatu organisasi.
Sebenarnya kita tidak perlu terjebak pada dikotomi (pemisahan) antara
ketiga tipe mahasiswa tersebut. Dalam rumus saya, menjadi aktivis adalah
sebuah keharusan. Sedangkan menjadi hedon dan study oriented adalah
pilihan. Mengapa bisa begitu ?. Orang-orang aktivis tidaklah sekaku yang
orang pikirkan. Kerjaannya berpikir dan bergerak terus. Padahal aktivis juga
ada yang study oriented dan juga suka yang hedon. Sementara orang-orang
Studi oriented dan hedonis belum tentu aktivis. Maksud saya, sebagai seorang
aktivis, kita juga dituntut untuk selalu belajar, dan sebagai manusia, aktivis
juga butuh kesenangan, seperti jalan-jalan,nongkrong dan banyak lagi. Jadi,
dengan memilih menjadi aktivis anda juga bisa mendapat IPK yang tinggi
sekaligus bisa menikmati hari-hari.

Keuntungan Menjadi Aktivis

*Penulis saat ini menjabat Ketua DPC GMNI Kabupaten Sumedang 2007-2009
[PENGENALAN TIPE-TIPE MAHASISWA] August 20, 2008

Menjadi aktivis tidaklah menjamin anda memperoleh keuntungan


materi. Sekali lagi, aktivis adalah kerja sosial yang sifatnya non profit (tidak
mencari keuntungan) dan lebih kepada panggilan moral. Namun banyak
keuntungan-keuntungan yang sifatnya sebagai sebuah investasi untuk
membangun masa depan. Misalkan, pengalaman organisasi. Dengan memiliki
pengalaman organisasi, kita bisa belajar mengelola orang dan kegiatan. Hal ini
sangat penting karena kita sebagai mahluk sosial tidak bisa lepas dari
organisasi. Kemudian, dengan menjadi aktivis, kita bisa mengembangkan diri
dan mengasah keterampilan. Untuk menghadapi tantangan dunia kerja saat
sekarang ini, keterampilan mendapat porsi utama yang harus dimiliki
pelamar. Seperti kepemimpinan, mahir berbicara di depan umum, team work,
kepercayaan diri, mengforganisasi rapat, menganalisa perilaku orang di sekitar
dan banyak lagi. Aktivis juga memiliki jaringan yang luas. Hal ini sebagai
konsekuensi aktivis untuk selaalu berinteraksi dengan orang lain (pemerintah
maupun masyarakat ). Jaringan ini tentu sangat bermanfaat dikala kita butuh
kerja sama maupun pertolongan. Patut di ingat bahwa kampus tidak
mengajarkan keuntungan-keuntungan tersebut. Kampus hanya memberi kita
teori.

Tantangan dan Kendala


Melihat tingkat persentase jumlah aktivis sangat kecil, menjadi
pertanyaan mengapa mahasiswa yang diamanatkan sebagai penyambung
lidah rakyat justru malah anti terhadap hal-hal yang berkenaan dengan
aktivis. Untuk menumbuhkan kesadaran bahwa aktivis adalah sebuah
keharusan, pertama-tama kita jangan terjebak oleh citra aktivis yang beredar
di masyarakat. Contoh, dikarenakan aksi anarkis segelintir aktivis, kita
langsung pukul rata bahwa aktivis identik dengan anarkis. Pikiran seperti ini
yang harus kita pilah-pilah. Kedua,menyadari tugas dan peranan sebagai
mahasiswa. Mahasiswa berada pada kelas menengah dalam struktur sosial
yang menjembatani masayarakat dan pememrintah.Untuk itu kita tidak bisa

*Penulis saat ini menjabat Ketua DPC GMNI Kabupaten Sumedang 2007-2009
[PENGENALAN TIPE-TIPE MAHASISWA] August 20, 2008

lepas dari tugas-tugas pengabdian msayarakat. Dan untuk itu butuh sebuah
organisasi sebagai alat mencapai tujuan.
Keempat, memilih organisasi sesuai dengan kesamaan dan ketertarikan.
Ada organisasi intra kampus seperti BEM dan ada juga organisasi ekstra
kampus yang banyak mencetak pemimpin bangsa seperti GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia ) yang berhaluan Nasionalis, HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam ), PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia ),
GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa
Isalam Indonesia), LMND (Liga Mahasiswa Untuk Demokrasi), KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan banyak organisasi ekstra
kampus lain yang bisa menjadi wadah bagi teman-teman untuk berdinamika.

Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir Ilmu Kesejahteraan Sosial


Saat ini menjabat sebagai Ketua GMNI Kab.Sumedang 2007-2009

*Penulis saat ini menjabat Ketua DPC GMNI Kabupaten Sumedang 2007-2009

You might also like