You are on page 1of 19

Makalah Observasi Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti

Dosen Pembimbing : Parmadi, SE, ME

Disusun Oleh : Rifai (ERC1A011012) Jeklin Pratiwi (ERC1A011037) Irwan Hidayat (ERC1A011047) Yuliarti (ERC1A011054) Ricky Agustinus (ERC1A011076) Dita Amalia (ERC1A011088) Puji Astuti (ERC1A011091)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN : ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN UNIVERSITAS JAMBI 2012
i|Page

Observasi Koperasi

Judul Modul

: Observasi Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti Kota Jambi : Rifai (ERCIA011012) : Jeklin Pratiwi (ERC1A011037) : Irwan Hidayat (ERC1A011047) : Yuliarti (ERC1A01154) : Ricky Agustinus (ERC1A011076) : Dita Amalia (ERC1A01188) : Puji Astuti (ERC1A011091) : Parmadi, SE, ME

Penyusun

Dosen Pembimbing

ii | P a g e

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1.2 Permasalahan ................................................................................................. 1.3 Tujuan ............................................................................................................. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi ............................................................................................ 2.2 Konsep Kinerja Koperasi .............................................................................. 1 1 2 2 3 3 4

BAB II

BAB III PEMBAHASAN 7 3.1 Gambaran Umum Koperasi yang di Observasi .......................................... 7 3.2 Aspek Keanggotaan Koperasi ....................................................................... 9 3.3 Aspek Pengendalian Oleh Anggota............................................................... 11 3.4 Aspek Otonomi dan Kemampuan Koperasi ................................................ 13 BAB IV PENUTUP 15 4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15 4.2 Saran-saran ..................................................................................................... 16

iii | P a g e

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan manusia sudah menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka peroleh. Berbagai cara telah mereka gunakan untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi baik secar individu maupun secara berkelompok. Pemahaman koperasi sebagai cerminan pasal 33 UUD 1945 selayaknya terus dikedepankan seiring membangun citra koperasi yang lebih baik dalam kehidupan ekonomi yang berkeadilan. Koperasi merupakan perkumpulan orang orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pencerminan demokrasi dalam ekonomi. Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama secara adil. Pengawasan dilakukan oleh anggota, yang mempunyai sifat saling tolong menolong.Perhatian para pelaku koperasi tidak hanya terkonsentrasi pada usaha mengejar keuntungan ekonomi semata-mata,tetapi juga didasarkan bahwa usahanya dihadapkan dengan kondisi social ekonomi yang sejajar antara sikaya dan simiskin kondisi social politik yang tidak demokratis dan stabil. Pada tahun 1981 sekelompok warga di kelurahan suka karya membentuk sebuah unit kecil koperasi yang awalnya hanya terdiri dari 10 orang anggota. Mereka mulai mendirikan koperasi atas prakarsa Drs. Sugiono, M. Pd, dengan dimulai membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai syarat menjadi anggota, dan tanggal 25 november 1987 Koperasi ini mendapat badan hukum No. 790/BH/KDK.56/XV. Uang yang diperoleh kemudian dikelolah dan digunakan untuk kebutuhan para anggota guna memperbaiki perekonomian keluarga. Koperasi ini akhirnya mampu berkembang hingga pada tahun 2000 koperasi ini diakui dan berbadan hokum. Koperasi ini kemudian diberi nama KOPERASI SERBA USAHA PANCA BAKTI koperasi ini kemudian memperoleh bantuan dana dari pemerintah, Nurdin Hamzah, Perusahaan Milik Negara (PLN), Pemerintah Daerah (PEMDA), Dana PKPS BBM 2003 dan intansi-intansi terkait lainnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 menyebutkan, tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan para anggota, hal ini sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Untuk mendorong koperasi agar mampu mewujudkan dirinya sebagai badan usaha yang sehat, maju dan berdaya saing tinggi, diperlukan langkah pemberdayaan secara terencana, terpadu dan terkoordinasikan dengan berbagai pihak baik di pusat maupun di daerah, seperti upaya keberpihakan, penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan kerjasama yang sinergis. Namun demikian, untuk mewujudkan koperasi agar lebih memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan mendukung ketahanan ekonomi wilayah, masih dihadapkan pada berbagai permasalahan. 1|Page

1.2 Permasalahan 1. Bagaimana masalah permodalan didapatkan oleh koperasi dari tahun 2009-2011?. 2. Adapun beberapa anggota yang masih belum membayar tepat waktu,dan ada pula yang menunggak. 3. Masih terasa kurang dana untuk memenuhi pinjaman modal. 4. Administrasi keuangan dilaksanakan dengan baik walaupun pengerjaan sering tertunda karena dikerjakan langsung oleh sekretaris. 5. Bagaimana perkembangan bidang pengorganisasian terbentuk?. 1.3 Tujuan Dalam penelitian ini yang akan menjadi obyek penelitian adalah sebuah koperasi yang berada ditengah-tengah aktifitas kegiatan ekonomi rakyat yaitu: Koperasi Serba Usaha Panca Bakti, dengan alamat Lantai I Unit No. 12A, Pasar Pondok Labu, Jl. Margasatwa No. 1 Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan 12450, bertujuan : 1. Untuk membantu anggota koperasi atau masyarkat sekitar memperoleh dana dengan cepat dan mudah tanpa melalui proses yang sulit seperti di bank. 2. Meningkatkan tatanan perekomomian nasional untuk memperbaiki kehidupan masyarakat secara umum dengan cara mengusahakan keadilan ekonomi dan kemakmuran. 3. Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 4. Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur. 5. Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi. 6. Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uangdengan bijaksana dan produktif. 7. Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi. 8. Memberikan pelayanan yang prima kepada segenap anggota, calon anggota dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan dalam upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal ini kepada anggota selaku pemilik Koperasi. 9. Menjalankan kegiatan Usaha Simpan Pinjam dengan efekti,efesien dan transparan. 10. Menjalankan kegiatan Simpan Pinjam sesuai dengan pedoman yang berlaku. 11. Mengutamakan pemberian pinjaman kepada para anggota yang memiliki usaha-usaha produktif.

2|Page

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Koperasi Berdasarkan UUD NO 25 1992 tentang perkoperasian, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang didasarkan atas asas kekeluargaan. Dari rumusan ini ditegaskan bahwa koperasi itu adalah badan usaha yakni suatu lembaga ekonomi yang mempunyai kegiatan koperasinya dibidang ekonomi, yakni ekonomi koperasi. Masih ada kaitan ini, secara hukum ada 2 macam badan hukum koperasi yaitu : 1. Badan usaha koperasi yang anggota orang-orang dinamakan badan koperasi primer. 2. Badan usaha koperasi yang anggotanya badan hukum. Adapun badan hukum yang dimaksud dalam undang-undang koperasi adlah badan hukum koperasi, jadi bukan badan hukum seperti perusahaan terbatas swasta, BUMN, adapun yayasan. Alasanya adalah karena undang-undang hanya mengatur badan usaha koperasi sedangkan badan usaha lainya juga mempunyai undang-undang sendiri yang diitetapkan pemerintah. Kesalah pahaman dalam pengertian Ini umum ini ditemui dalam kehidupan koperasi yakni orang mendirikan koperasi dengan kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk melayani orang banyak, jadi bukan anggota yang memakainya. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan operasi ekonomi koperasi itu sendiri. Ketentuan mengenai bidang usaha koperasi dengan jelas dirumuskan oleh undang-undang koperasi yaitu pasal 43 ayat 1 yang menyatakan bahwa usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan dengan kepentingan anggota untuk meningkatan usaha dan kesejahteraanya. Jadi operasi ekonomi koperasi itu ditujukan untuk melayani anggotanya. Kelebihan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk melayani masyarakat yang bukan anggota dan koperasi menjalankan koperasi menjalankan kegiatan usaha dan peranan utama disegala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Dengan kebersamaan mereka akan lebih berdaya untuk mendatangkan manfaat ekonomis untuk mengatasi kesulitan ekonomi kesehariannya,dibandingkan kalau hanya dikerjakan sendiri-sendiri. Begitu pula dengan koperasi yang anggotanya bidang usaha koperasi, mencoba mengatasi masalah bersama yang sering dihadapi dengan jalan mendirikan satu koperasi baru berupa koperasi sekunder. Pasal 6 UU koperasi menegaskan bahwa koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi. Dalam usaha pengintegrasian usaha ekonomi koperasi itu ,yakni yang tadi dengan skala kecil lalu dijadikan besar, harus selalu memegang teguh asas koperasi, bahwa semua kegiatan ekonomi koperasi itu dtunjukan untuk memenuhi kebutuhan anggota pemakainya. Denga demikian sesama badan hukum koperasi yang mempunyai kepentingan sama, dapat didirikan sebuah lembaga koperasi lain yang baru. Koperasi sebagai badan usaha ekonomi dimiliki oleh anggotanya, mereka pula yang mengendalikan kegiatan ekonomi koperasi tersebut. Oleh karena itu, koperasi akan memudahkan mereka mendapat manfaat ekonomi untuk memenuhi kebutuhan bersama para anggota yang melanggani 3|Page

koperasinya itu. Kenyataan ini juga diperkuat oleh ILO (International Labor Organization) yang mendefinisikan koperasi sebagai association of person who have voluntary joined together to achieve a common end through the formation of democraticly controlled organization bahwa tujuan koperasi didirikan tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi terutama untuk memperbaiki kesejahteraan anggotanya. Dengan kata lain, tujuan pembentukannya adalah melindungi anggota dari social dominators yang memiliki perangkat yang dapat mendominasi kepentingan anggota koperasi. Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Paul R Ewell yang mengatakan cooperatives is a mechanism of defense betterment and emancipation to combat the conditions brought about by evolution of the market or exchange economy perihal tentang kegiatan usahanya koperasi dikembangkan, dipakai dan dilanggani oleh anggota pemakai/masyarakat dilingkungannya, sedangkan manfaat yang dihasilkan dibagikan kepada para anggota masyarakat pelanggan yang bersangkutan. Setelah Orde Baru berakhir, belakangan tumbuh kesadaran bahwa gerakan koperasi harus memainkan peranan penting dalam proses pembangunan. Namun demikian, ternyata koperasi masih mewarisi permasalahan yang selama ini timbul akibat tidak adanya political wiil pemerintah untuk memberdayakan koperasi secara sungguh-sungguh. Permasalahan pertama adalah banyaknya peraturan dan undang-undang yang justru membatasi ruang gerak koperasi seperti yang terjadi pada masa sebelumnya. Kedua, masalah alih sumber daya seperti manajerial, dana, logistic, perencanaan, administrasi, kepemimpinan, teknologi, system dan sumber daya manusia. 2.2 Konsep Kinerja Koperasi Kinerja koperasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan hukum pajak. Jika dicermati, ada beberapa kemungkinan penyebab penurunan kinerja pengurus koperasi.. Pertama, masih kuatnya budaya nepostisme yang secara tidak sadar diyakini sebagai wujud azas kekeluargaan. Nepotisme ini mengakibatkan pengangkatan, pemilihan dan pemberian amanah kepada pengurus dan atau pegawai kurang mempertimbangkan kompetensi sehingga kapabilitas mereka rendah. Kedua, belum adanya performance measure (ukuran prestasi) para pengurus koperasi secara jelas. Jika tidak dirumuskan ukuran dan standar prestasi yang jelas, bagaimana bisa diketahui bahwa si pengurus berhasil dan gagal. Ketiga, masih rendahnya profesionalisme dan spesialisasi tugas. Dengan alasan efisiensi tenaga kerja, sering seorang pengurus koperasi harus merangkap pekerjaan sehingga justru semua pekerjaan tidak ada yang diselesaikan secara optimal. Keempat, lambannya proses adopsi dan adaptasi teknologi maju. Ketertinggalan sebagian koperasi dalam menerapkan teknologi maju menyebabkan kegiatan operasi tidak efisien, tidak produktif dan sistem informasi kurang relevan. Untuk memperbaiki kinerja pengurus koperasi dibutuhkan beberapa upaya kongkrit. Pertama, penegakan disiplin harus dilaksanakan secara maksimal. Hal ini salah satunya ditandai dengan kejelasan akan sanksi dan punishment atas kesalahan yang diperbuat oleh oknum pengurus koperasi. Hendaknya disadari bahwa pengurus koperasi, baik secara bersama-sama, maupun sendirisendiri, berkewajiban menanggung kerugian yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan dan kelalaiannya, dan apabila dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan. Semua aktivitas pengurus yang telah 4|Page

diberi amanah mengelola koperasi (agent) harus dipertanggung jawabkan di depan para anggota sebagai pihak pemberi amanah (principal). Rapat Anggota Tahunan (RAT) harus dijadikan wahana evaluasi hasil kinerja tahunan para pengurus koperasi sebagai wujud akuntabilitas. Namun, gagasan tersebut mungkin terlalu ideal jika hubungan pengurus dengan anggota bukan merupakan hubungan agent dengan principal. Meskipun Koperasi berazas kekeluargaan, pertanggungjawaban para pengurus tidak bisa ditempuh secara kekeluargaan dengan memberikan toleransi yang tinggi atas penyimpangan yang dilakukan pengurus. Mekanisme reward and punishment terhadap pengurus harus diperbaiki dengan berlandaskan pada anggaran dasar dan kriteria kinerja yang jelas. Kedua, Birokrasi yang berbelit-belit seharusnya dipangkas. Prosedur dan tatacara perizinan, pelaporan maupun pertanggungjawaban, baik secara teknis maupun administratif yang terlalu panjang sering justru mematikan kreatifitas usaha sehingga menurunkan kinerja. Bila kreativitas usaha dihambat oleh kepentingan birokrasi, maka besar kemungkinan koperasi tersebut sulit untuk bisa berkembang. Eksistensi sebuah koperasi juga membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif seluruh anggota. Jangan sampai mereka hanya namanya saja yang tercantum sebagai anggota, tetapi tidak pernah berpartisipasi karena rumitnya prosedur baku koperasi. Bureaucracy reengineering semestinya segera dilakukan dalam rangka memicu peningkatan kinerja para pengurus dan atau pegawai koperasi. Ketiga, Menumbuhkan budaya berdasarkan Misi. Mengubah koperasi yang digerakkan oleh peraturan dan birokrasi menjadi koperasi yang digerakkan oleh misi. Cita-cita mulia dari pendirian sebuah koperasi yaitu membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, harus diterjemahkan secara kongkrit dalam bentuk budaya organisasi. Budaya yang terbentuk sering menyimpang dari misi sebuah koperasi karena sebagian pengurus berusaha hanya meningkatkan kesejahteraan kelompoknya dan bukan kesejahteraan anggota lainnya apalagi masyarakat. Pola pikir (mindset) pengurus seperti ini berorientasi jangka pendek dan secara organisasi merugikan koperasi itu sendiri. Keempat, koperasi berorientasi pada anggota dan masyarakat. Pertanggungjawaban pengurus pada saat RAT mestinya bukan sekedar untuk memenuhi kepentingan birokrasi tetapi penilaian terhadap seberapa berhasil para pengurus memenuhi kebutuhan dan harapan anggota atau masyarakat selain anggota koperasi. Pada umumnya pengurus koperasi salah dalam mengidentifikasikan variabel apa saja yang harus dipertanggungjawabkan pada saat RAT. Orientasi pengurus adalah bagaimana agar laporan pertanggungjawabannya dapat diterima oleh sebagian besar anggota koperasi meskipun dalam jangka panjang kemungkinan bisa mengurangi daya saing ekternal. Dalam kondisi seperti ini, pengurus akan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan birokrasi, sedangkan pada masyarakat dan bisnis, mereka seringkali tidak care. Selayaknya, pengurus koperasi mengidentifikasikan siapa pelanggan yang sesungguhnya. Dengan cara seperti ini, tidak berarti pengurus tidak bertanggungjawab pada anggota, tetapi sebaliknya, mereka menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda (dual accountability): kepada anggota dan kepada masyarakat atau pelanggan lain yang secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan jasa koperasi. Kelima, berorientasi pada mekanisme pasar. Koperasi harus mengembangkan prinsip-prinsip perusahaan dan pasar secara maksimal. Penerimaan pegawai harus mengikuti seleksi ketat sesuai kemampuannya masing-masing sehingga bisa direkrut karyawan yang benar-benar kompeten dan trampil 5|Page

secara professional. Mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan) yang umumnya masih kental diterapkan pada lingkungan koperasi harus segera diganti dengan mekanisme pasar (sistem insentif) yang cukup fleksibel mengikuti dinamika pasar. Keenam, penerapan teknologi maju. Computerized system terbukti mampu meningkatkan kinerja operasional suatu usaha sehingga koperasi tidak bisa menghindar dari kondisi dinamis seperti ini. Pelatihan dan pemberdayaan pengurus serta pegawai harus dilakukan secara terus menerus agar mereka tidak gagap teknologi. Kompetisi harus menjadi sarana untuk memicu inovasi para pengurus untuk eksis dan selalu berkembang. Masih banyak upaya lain dalam meningkatkan kinerja koperasi yang bisa digali dari keunikan organisasi masing-masing. Upaya ini sebaiknya dilakukan dengan identifikasi terlebih dahulu Critical Success Factors (faktor keberhasilan utama), yaitu suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja sebuah koperasi sesuai tujuan yang akan dicapai. Area CSF ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Suatu CSF dapat digunakan sebagai indikator kinerja atau masukan dalam menetapkan indikator kinerja. Identifikasi terhadap CSF dapat dilakukan terhadap berbagai faktor misalnya potensi yang dimiliki koperasi, kesempatan, keunggulan, tantangan, kapasitas sumber daya, dana, sarana-prasarana, regulasi atau kebijakan koperasi, dan sebagainya. Untuk memperoleh CSF yang tepat dan relevan maka CSF harus secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap bentuk usaha koperasi mempunyai CSF yang berbedabeda karena sangat tergantung pada unsur-unsur apa dari koperasi tersebut yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. CSF sebuah koperasi misalnya: (1) Sumber daya manusia yang dimiliki oleh koperasi yang profesional, jujur dan berdedikasi tinggi, (2) Jaringan kerjasama dengan sumber daya intern dan ekstern, (3) Sistem informasi dan teknologi yang mendukung pengembangan usaha koperasi dan (4) Dukungan dari masyarakat untuk pengembangan koperasi di masa datang.

6|Page

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Koperasi yang di Observasi Pada Koperasi Serba Usaha Panca Bakti menggambarkan koperasi serba usaha (KSU) yang kegiatan usahanya diberbagai segi ekonomi, seperti bidang ekonomi, kosumsi, perkreditan. Usaha yang dijalankan : 1. Usaha Unit Simpan Pinjam 2. Usaha Waserda Keterangan : Usaha Koperasi akan dapat berkembang apabila dijalankan dengan baik dan tidak keluar dari jati diri dan Prinsip-Prinsip Koperasi yang sesungguhnya. Disamping itu tentunya harus didukung dengan kualitas sumber daya yang ada pada Koperasi itu sendiri baik SDM pengelola, Pengurus, Pengawas dan anggota-anggota, maupun sarana dan prasarana. Karena anggota merupakan pemilik dan pengguna jasa dalam koperasi, maka pengurus dalam hal ini harus mempu memposisikan anggota-anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa koperasi yang telah disediakan dan mampu meningkat partisipasi para anggota. Dalam kata lain kemajuan koperasi terletak pada peran pengurus, pengelola, pengawas, anggota, serta kemampuan, kecerdasan, kemauan serta kejujuran pengurus, serta peran aktif para anggota-anggota untuk melakukan kewajiban kewajiban sebagai pemilik yaitu; Memberikan modal (Simpanan Wajib, Sukarela, maupun menabung) mengikuti rapat-rapat, memberikan saran-saran kepada pengurus baik diminta maupun tidak diminta dan apabila anggota sebagai pelanggan, maka anggota patut aktif untuk berpartisipasi serta memanfaatkan jasa-jasa yang telah tersedia di koperasinya, seperti, menabung, meminjam dengan angsuran lancar. Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti memiliki landasan hukum sejak 1987 dengan akta pendirian Nomor : 790/BH/KDK.56/XV. Tanggal. 25 November 1987. Tata kehidupan dalam organisasi koperasi mengatur bagaimana hubungan di antara anggota dan pengurus koperasi. Tata kehidupan ini secara prinsip diatur oleh prinsip-prinsip koperasi. Pasal 5 UU No.25/1992 merinci ada 7 (tujuh) prinsip koperasi Indonesia, yaitu: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis; 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masingmasing anggota; 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian; 6. Pendidikan perkoperasian; dan 7|Page

7. Kerjasama antar koperasi. Pasal 21 UU No.25/1992 menjelaskan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari a. Rapat Anggota; b. Pengurus; dan c. Pengawas. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi, Dalam Rapat Anggota pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggung jawaban Pengurus dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi, dan dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, dan untuk mengesahkan pertanggung jawaban Pengurus Rapat Anggota diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi dan membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota. Pengurus bertugas : 1. Mengelola Koperasi dan usahanya; 2. Mengajukan rencana-rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi; 3. Menyelenggarakan Rapat Anggota; 4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; 5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; Dan 6. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa Susunan kepengurusan koperasi serba usaha Panca Bhakti periode 2009-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

RAPAT ANGGOTA PENGAWAS PENGURUS

PENGELOLA 8|Page

Kepengurusan dan Badan Pengawas periode 2008-2011, sesuai dengan hasil keputusan rapat anggota tahun buku 2007 dengan komposisi sebagai berikut : Ketua Wakil Ketua Sekertaris Wakil Sekertaris Bendahara : Drs. Sugiono, M.Pd : Suwarno SR : Yahya Umar : Badrus K : Ngaspan

Pengawas terdiri dari 3 orang : Ketua : Adi Triono, S.Pd, M.Pd Anggota 1 : Syamsuar, S.Ag Anggota 2 : Drs. Ashari 2.2. Aspek Keanggotaan Koperasi

Untuk dapat mempertahankan loyalitas-partisipasi anggota, kiranya kita dapat memperhatikan beberapa pendapat dari para ahli koperasi, pengamat, maupun para praktisi, sebagai referensi atau bahan renungan kita. Prasetyo Budi S. (1988) mengatakan bahwa apabila dalam koperasi telah terjadi situasi dimana anggota merasakan tidak adanya manfaat yang dapat diterima ataupun hanya sedikit saja anggota yang merasakan manfaat dengan bergabung di koperasi, maka pengurus harus segera melakukan reorientasi kegiatan usaha yang dijalankan agar sesuai dengan harapan anggota yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota. Untuk dapat menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh ekonomi para anggotanya, maka perusahaan koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi yang mencerminkan adanya manfaat usaha bersama sehingga menghasilkan potensi pelayanan yang memajukan ekonomi anggota yang cukup. Keuntungan atau manfaat dari kerjasama melalui usaha bersama (perusahaan koperasi) ini terutama berkaitan dengan: 1 2 3 Manfaat ekonomi skala luas (economic of large scale) dengan dicapainya biaya pelayanan yang minimum. Perbaikan kedudukan pasar yang disebabkan oleh agregasi atau akumulasi permintaan dan/atau penawaran anggota akan barang/jasa yang diselenggarakan oleh koperasi. Peningkatan fungsi komunikasi dan kelancaran arus informasi dari perusahaan koperasi kepada para anggota dan sebaliknya.

Pelaksanaan berbagai inovasi sebagai upaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan pasar yang berubah. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, maka perusahaan koperasi bertujuan antara lain: 1 Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar barang dan atau jasa yang dihasilkan Menurunkan biaya produksi sehingga mencapai tingkat efisiensi ekonomi relatif dan meningkatkan daya saing. 9|Page

2 3 4

Mempertahankan nilai aktiva riilnya secara kualitatif. Mengamankan likuiditasnya. Menciptakan inovasi.

Pencapaian tujuan diatas menuntut diikutinya serangkaian sub tujuan, antara lain: 1 2 3 4 5 6 7 Mempertahankan investasi yang mengarah pada penurunan biaya produksi. Melakukan investasi yang ditujukan bagi pertumbuhan perusahaan koperasi. Menciptakan modal dasar (sendiri) yang kuat. Membentuk cadangan. Memberikan imbalan bagi modal (penyertaan) anggota yang berorientasi pada kondisi pasar. Membangun hubungan-hubungan pasar yang lebih efisien dibandingkan dengan para pesaingnya. Menyediakan barang dan atau jasa yang berorientasi pada kebutuhan anggota secara lebih efisien, yakni harga, mutu, dan syarat-syarat penyerahan yang lebih baik sebanding dengan yang ditawarkan oleh para pesaingnya.

Sedangkan Hanel A. (1989) mengemukakan mengenai karakteristik maupun intensitas pelayanan barang dan jasa yang dikehendaki oleh anggota adalah yang dapat: 1) memenuhi kebutuhan yang dirasakan secara subyektif oleh masing-masing anggota; 2) sama sekali tidak tersedia di pasar; 3) disediakan dengan harga, mutu dan syarat-syarat yang lebih menguntungkan dari yang ditawarkan dipasar. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Roepke J. (1985) bahwa, economic advantage koperasi harus lebih besar dibandingkan dengan insentif ekonomi (insentif economis) yang diberikan perusahaan lain, atau dirumuskan dengan notas: Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka untuk meningkatkan atau mempertahankan loyalitas anggota koperasi dapat dilakukan melalui serangkaian, langkah-langkah kerja yang selaras dengan visi-misi, tujuan koperasi yang dibentuk. Langkah-langkah kerja yang dapat dilakukan diantaranya : 1 Kegiatan usaha koperasi yang dijalankan harus selaras dengan kebutuhan para anggotanya, artinya segala gerak langkah koperasi harus selalu ditujukan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya; Usaha yang dilakukan harus memberikan manfaat baik secara langsung maupun manfaat tidak langsung kepada anggotanya; Koperasi harus dapat meningkatkan posisi tawar para anggotanya maupun meningkatkan skala ekonomi usaha anggota;

2 3

Komunikasi antara koperasi dengan para anggotanya harus dijaga agar tetap harmonis sehingga dapat meredam segala bentuk ketidaktahuan dan kecurigaan anggota yang biasanya memicu kesalahpahaman dan perselisihan, artinya koperasi harus dikelola dengan manajemen profesional open management. Para pengelola koperasi harus mampu menciptakan inovasi dalam pengelolaan koperasi untuk memberikan pelayanan yang berorientasi kepada para anggota.

10 | P a g e

Para pengelola koperasi harus mampu menjaga dan mengamankan kekayaan para anggotanya yang sudah tertanam dalam koperasi, sehingga kepercayaan anggota akan terbentuk dan pada akhirnya anggota akan bersedia menanamkan modalnya lebih besar lagi. Koperasi harus mampu menciptakan hubungan pasar yang efisien dengan perusahaan lain atau para penggunana jasa lainya, guna meningkatkan kesejahteraan anggota. Pendidikan keanggotaan harus terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman anggota terhadap peran dan fungsinya. Mengemukakan rumusan syarat-syarat keanggotaan koperasi dengan beberapa aspek dan tujuannya : 1. Aspek tujuan : Dengan membayar simpanan pokok dan simpanan wajib secara kontinyu. 2. Aspek anggota : Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah , bukan pemilik modal. 3. Aspek Usaha : Tujuan koperasi untuk memenuhi atau melayani kebutuhan anggotanya, hubungan usaha koperasi dengan usaha anggotanya. Dengan demikian, begitu eratnya sehingga pelanggan dan pemilik koperasi pada dasarnya. Adalah orang yang itu-itu saja. 4. Kewajiban, tanggung jawab dan hak anggota : Sebagai konsentrasi anggota, maka kekuatan koperasi terletak pada banyaknya anggota dan kemampuan mereka untuk memikul kewajiban dan melaksanakan hak sebagai anggota koperasi Adapun jumlah anggota Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti, terhitung :

Keanggotaan Anggota KSU. Panca Bhakti Anggota Baru Jumlah Anggota yang berhenti Jumlah anggota per 31 Des

2009 188 12 209 21 188

2010 173 3 191 18 173

2011 177 6 179 2 177

Rasio Peningkatan Jumlah Anggota terhitung dari tahun 2010-2011 : : : x 100% x 100% = 0,2%

Jadi, dari penghitungan diatas keangotaan koperasi serba usaha Panca Bhakti mengalami peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan data-data yang terkumpul bahwa rasio pencatatan dalam daftar buku anggota, anggota tercatat tahun 2010 = 173, dan tahun 2011 = 177 2.3. Aspek Pengendalian Oleh Anggota Setelah memperhatikan kinerja koperasi serba usaha panca bhakti RAT yang dilaksanakan tepat waktu sesuai peraturan dan jadwal yang telah di sepakati, RAT dilakukan pada bulan April-Mei dan dalam kategori cukup baik. Rasio kehadiran anggota quorum RAT 11 | P a g e

berdasarkan data 35 anggota yang hadir pada RAT dari jumlah kehadiran tersebut maka penilaian saat observasi termasuk dalam kategori cukup. Dari data yang tersedia dan saat diadakanya observasi, Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi tidak tertera pada berkas laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas. Realisasi Anggaran Pendapatan pada tahun 2010 sebagai berikut: Pendapatan pada tahun 2010 = 104.330.500,00 sedangkan target pendapatan koperasi 2010 adalah 140.000.000,00 x 100% x 100% = 74% Nilai Realisasi anggaran pendapatan koperasi pada tahun 2011 sebagai berikut: Pendapatan pada tahun 2011 = 105.584.400,00 sedangkan target pendapatan koperasi 145.000.000,00 x 100% x 100% = 72% Berdasarkan data diatas menurut penilaian berdasarkan observasi langsung, maka pendapatan koperasi tersebut dikategorikan cukup baik Koperasi serba usaha panca bhakti dalam setiap tahun membuat anggaran belanja, dan program tersebut terealisai dengan baik dan sesuai rencana. Rasio mencapai 110% dan di kategorikan baik. Surplus hasil usaha koperasi pada tahun 2010 = 27.351.310 dan target rencana yang telah di program adalah 30.000.000, secara persentase 91%. Pada tahun 2011 hasil usaha koperasi serba usaha Panca Bhakti adalah: 35.938.400 dan target rencana 45.000.000, secara persentase 79% dari data diatas rasio surplus hasil usaha koperasi serba usaha panca bhakti dikategorikan baik. Untuk pemantauan kinerja koperasi, Badan Pengawas (BP) telah malukan pemeriksaan secara berkala, guna untuk meningkatkan kinerja koperasi, dan saat dilakukanya pemeriksaan terdapat laporan tertulis, dan pemeriksaan tersebut di kategorikan baik.

12 | P a g e

Team pemeriksaan ekstern KAP/KJA telah malakukan pemeriksaan secara rutin, untuk mementau kinerja koperasi dan pemeriksaan dilakukan wajar tanpa catatan, dan koperasi serba usaha panca bhakti dikategorikan sangat baik. 2.4. Aspek Partisipasi Ekonomi Anggota Pelunasan simpanan wajib anggota Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti, pada tahun 2010 dan 2011 tidak ada yang mengalami penunggakan, dan hal tersebut dikategorikan sangat baik. Berdasarkan data yang telah terkumpul dan saat team melakukan observasi, Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti hanya bergerak di unit simpan pinjam: 1. Kredit Jangka Panjang (Maksimal 36 bulan) 2. Kredit Jangka Pendek (Maksimal 6 bulan) 2.5. Aspek Otonomi dan Kemampuan Koperasi Rentabilitas modal sendiri pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti, terhitung tahun 2010 adalah : 133.086.943,20 dan sisa hasil usaha pada tahun tersebut 27.351.310,00. Dari data tersebut dapat kita persentasekan 20%. Pada tahun 2011 modal sendirinya adalah : 150.800.548,00, sisa hasil usaha 35.938.400,00. Dari data tersebut pada tahun 2011 dapat kita persentasekan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah 23%, dan koperasi serba usaha panca bhakti dikategorikan sangat baik. Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti antara hasil usaha yang di peroleh dengan pendapatan bruto adalah sebagai berikut : Sisa Hasil Usaha 2010 adalah: 27.351.310,00 pendapatan bruto = 104.330.500

x 100% x 100% = 26% Sisa Hasil Usaha tahun 2011 adalah 35.938.400,00. Pendapatan bruto = 105.584.400

x 100% x 100% = 23% 13 | P a g e

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti dapat dikategorikan sangat baik di bidang profitabilitas. Likuiditas pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti tidak terjadi, sumber data dan saat diadakanya observasi terjadi keseimbangan antara aktiva dan pasiva pada koperasi tersebut. Kemampuan koperasi dengan modal sendiri dalam membayar kewjibanya/hutang pada tahun 2010 adalah : 133.086.943,20 dan jumlah kewajiban : 99.824.863,68

x 100% x 100% = 1.3% Pada tahun 2011 modal sendiri 150.800.548,00 dan jumlah kewajibanya 90.975.393,19 x 100% x 100% = 1.6% Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kemampuan untuk membayar kewajibanya/hutang dapat dikategorikan buruk.

14 | P a g e

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka dapat di simpulkan, untuk mewujudkan perkembangan usaha dalam pelayanan kepada anggota tidak terlepas dari -kekuatan modal sendiri yang bersumber dari anggota serta bantuan pinjaman dari pihak luar, untuk perkembangan modal selama 20092011.

No Uraian 1 Modal sendiri Simpanan Pokok Simpanan Wajib Cadangan Donasi pemerintah Sisa Hasil usaha Cadangan Pajak Jumlah 2 Modal Luar Simpanan Sukarela Dana-dana SHU Bagian anggota Dana PKPS BBM 2003 Jumlah

2009 3.760.000,00 48.786.935,00 24.419.501,90 6.430.320,00 24.717.333,00 12.488.143,00 124.602.232,90 74.448.846,70 49.931.223,47 19.897.054,77 100.000.000,00 244.277.124,94

2010 3.640.000,00 52.465.935,00 30.891.235,20 6.430.320,00 27.351.310,00 12.488.143,00

2011 3.540.000,00 59.057.235,00 33.346.450,00 6.430.320,00 35.938.400,00 12.488.143,00

133.086.943,20 150.800.548,00 92.574.064,02 52.538.823,42 16.051.994,20 100.000.000,00 99.824.863,68 54.931.517,92 25.510.814,40 100.000.000,00

261.164.881,64 280.267.196,00

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam pendanaan dari modal sendiri dan modal luar, menggalami peningkatan setiap tahunnya. Tetapi dari modal sendiri simpanan pokok mengalami penurunan setiap tahun yang tidak begitu tinggi, donasi pemerintah yang diberikan setaip tahunnya tidak berubah, begitu pula dengan dana cadangan pajak dan dari modal luar setiap tahunnya dana PKPS BBM 2003 merupakan pinjaman modal yang menjadi kewajiban yang harus berakhir pada tahun 2013. Dengan demikian dari hasil observasi team kami bahwa kinerja Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti di kategorikan cukup baik, Koperasi bergerak dibidang usaha simpan pinjam.

15 | P a g e

4.2. Saran-saran 1. Perangkat organisasi koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan memiliki tugas untuk mengembangkan koperasi. Oleh sebab itu disarankan agar ditumbuhkan kerjasama yang baik dan harmonis agar hubungan timbal balik antara ketiga unsur dapat menumbuhkan sinergi yang efektif. 2. Anggota sebagai pemilik harus terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan koperasi, agar yang ditetapkan jelas, rasional, managable, dan terukur, serta mampu mengawasi jalannya koperasi dengan megacu pada koridor nilai, norma, dan prinsip koperasi, serta selalu mengutamakan kepentingan anggota. Program dan kegiatan yang ditetapkan juga harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota. Dilain pihak anggota sebagai pengguna diharapkan berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan usaha koperasi. 3. Pengelola koperasi dalam melaksanakan operasional koperasi harus terarah dan terinci, agar pelaksanaan kegiatan koperasi dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada anggota. Demikian juga pengurus dan pengawas harus menjalankan manajemen koperasi, program kerja, dan tugas-tugas yang diemban dengan baik sesuai dengan keinginan anggota. 4. Untuk meningkatkan pelaksanaan pengendalian anggota pada koperasi melalui rapat anggota dalam rangka meningkatkan kinerja koperasi dapat dikembangkan berbagai hal sebagai berikut; 1. Instansi pembina menyediakan pendampingan untuk. 2. Melakukan pelatihan kepada pengurus dan pengelola koperasi untuk pelaksanaan tertib administrasi. 3. Melakukan bimbingan secara langsung dan berkesinambungan. 4. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada anggota untuk meningkatkan kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya. 5. Menyusun pedoman pelaksanaan pengendalian anggota pada koperasi. 6. Memberi rangsangan kepada anggota berupa peningkatan pelayanan koperasi dan pemberian penghargaan bagi anggota yang hadir dalam rapat anggota 5. Dalam Bidang Organisasi 1. Perlu adanya dilakukan penertiban administrasi organisasi, dan perlu diadakan penertiban administrasi usaha dan peningkatan aktifitas usaha koperasi. 2. Perlu adanya brankas untuk penyimpanan uang dan dokumen-dokumen penting lainya untuk menjaga keamananya. 3. Perlu adanya penambahan tenaga kerja maupun administrasi.

16 | P a g e

You might also like