You are on page 1of 15

Pengertian dan Konsep Perikatan

Segala kebendaan debitor, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan., demikianlah rumusan Pasal 1131 KUH Perdata. Ketentuan tersebut memberikan dua pengertian. Pertama, bah a setiap subjek hukum adalah penyandang hak dan ke ajibannya sendiri, yang dalam hal ini ter ujud dalam kepemilikan harta kekayaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dimiliki oleh subjek hukum tersebut. Kedua, bah a harta kekayaan seseorang dapat berubah dari aktu ke aktu, karena perikatan yang dibuat, dilakukan, maupun yang terjadi atas diri subjek hukum tersebut dari aktu ke aktu. !engan demikian terdapat suatu hubungan yang sangat erat antara kebendaan yang merupakan harta kekayaan seseorang dengan perikatan yang dibuat, dilakukan, maupun yang terjadi atas perorangan tersebut. Selanjutnya perlu diperhatikan bah a hukum kebendaan berbi"ara mengenai hubungan hukum antara subjek hukum dengan objek hukum se"ara langsung, yang menunjuk pada hubungan kepemilikan atau penguasaan atau suatu kebendaan atau hak yang melekat pada diri kebendaan tertentu tersebut, yang bersi#at mutlak bagi diri orang perorangan tersebut. Sedangkan perikatan mengatur mengenai hubungan hukum antara subjek hukum dengan subjek hukum, yang melahirkan ke ajiban pada salah satu subjek hukum dalam perikatan tersebut. $danya ke ajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut, akan melahirkan hak pada pihak lainnya dalam hubungan hukum perikatan tersebut. Hak ini adalah juga suatu bentuk kebendaan, karena hanya merupakan ubungan hukum antara dua atau lebih subjek hukum. Pengertian Perikatan !alam buku ini digunakan se"ara har#iah kata perikatan sebagai terjemahan istilah %erbintenis, yang merupakan pengambilalihan dari kata obligation dalam &ode &i%il Peran"is. !engan demikian berarti perikatan adalah ke ajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut. Kitab Undang'Undang Hukum Perdata tidak memberikan rumusan, de#inisi, maupun istilah perikatan. !ia ali dengan ketentuan pasal 1(33, yang menyatakan bah a ) tiap'tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang' undang, ditegaskan bah a setiap ke ajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki oleh pihak'pihak yang terkait dalam perikatan yang se"ara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh Undang'Undang yang berlaku. !engan demikian berarti perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih orang*pihak+ dalam bidang, lapangan harta kekayaan, yang melahirkan ke ajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut.

&reated by aris

!alam rumusan diatas dapat diketahui bah a suatu perikatan, sekurang'kurangnya memba a serta didalamnya empat unsur, yaitu ) 1. bah a perikatan itu adalah suatu hubungan hukum(. hubungan hukum tersebut melibatkan dua orang atau lebih orang *pihak+3. hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum harta kekayaan.. hubungan hukum tersebut melahirkan ke ajiban pada salah satu pihak dalam perikatan. /ika kita perhatikan dengan seksama rumusan diberikan dalam pasal 1(3. KUH Perdata, dimana dinyatakan bah a tiap'tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, maka dapat kita lihat bah a KUH Perdata sangat menekankan pada ke ajiban pemenuhan perikatan, yang dikelompokan menjadi tiga ma"am, yaitu dalam bentuk ke ajiban untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, dan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Ke ajiban dan Prestasi Seperti telah diungkapan pada uraian terdahulu, KUH Perdata sangat menekankan sekali pada pentingnya penentuan ke ajiban yang harus dipenuhi oleh pihak yang berke ajiban. Ke ajiban untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu dan atau untuk tidak melaukan sesuatu tersebut disebut dengan prestasi. Prestasi untuk melaksanakan ke ajiban tersebut diatas memiliki dua unsur penting. Pertama, berhubungan dengan persoalan tanggung ja ab hukum atas pelaksanaan prestasi tersebut oleh pihak yang berke ajiban *s"huld+. !alam hal ini yang dipersoalkan adalah siapa yang berke ajiban untuk melaksanakan prestasi, tanpa mempersoalkan apakah pemenuhan ke ajiban tersebut dapat dituntut oleh pihak terhadap siapa ke ajiban tersebut ajib dipenuhi*kreditor+. Hal kedua berkaitan dengan pertanggung ja aban pemenuhan ke ajiban dari harta kekayaan pihak yang berke ajiban tersebut, tanpa memperhatikan siapa pihak yang berke ajiban untuk memenuhi ke ajiban tersebut *Ha#tung+.Pada umumnya dalam setiap perikatan, pemenuhan prestasi yang berhubungan dengan kedua hal tersebut terletak dipundak salah satu pihak dalam perikatan, yang pada umumnya disebut debitor. /adi setiap pihak yang berke ajiban untuk memenuhi perikatan, juga dapat dimintakan pertanggung ja abannya untuk memenuhi ke ajiban yang dibebankan padanya berdasarkan pada perikatan yang lahir dari hubungan hukum diantara para pihak dalam perikatan tersebut dari harta kekayaan debitor tersebut. 0alau demikian, tidak tertutup kemungkinan bah a terdapat hubungan hukum, dimana pemenuhan prestasinya tidak dapat dituntut oleh pihak terhadap siapa ke ajiban harus dipenuhi *kreditor+ oleh karena tidak ada harta kekayaan yang dijaminkan untuk memenuhi perikatannya tersebut. /adi dalam hal ini dimungkinkan terjadinya perikatan yang prestasinya ada tetapi tidak dapat dituntut pelaksanaanya *natuurlijke %erbintenis+. $tau dengan kata lain dimungkinkan terbentuknya perikatan yang menimbulkan s"huld tetapi tanpa ha#tung. Pada pihak lain, juga dapat terjadi bah a suatu prestasi dipenuhi oleh suatu pihak tertentu, yang tidak berke ajiban untuk memenuhinya. !alam hal ini terdapat

&reated by aris

ha#tung atas kebendaan yang dijaminkan, tetapi tidak ada s"huld pada pihak yang pemberi jaminan kebendaan. Sehubungan dengan kemampuan untuk melaksanakan prestasi, dikenal adanya dua ma"am kemampuan, yaitu ) 1. Kemampuan objekti#, yaitu kemampuan untuk melaksanakan ke ajibanatau prestasi tanpa memperhatikan pihak yang melaksanakan ke ajiban atau prestasi tersebut. (. Kemampuan subjekti#, yaitu kemampuan yang melekat pada diri indi%idu yang berke ajiban untuk melaksanakan suatu prestasi tertentu *debitor+. !itinjau dari si#at prestasi yang harus dilakukan, se"ara teoritis dikenal dua ma"am prestasi, yaitu prestasi yang hanya dapat dipenuhi atau dilaksanakan oleh debitor sendiri, dan prestasi yang pemenuhannya dapat dilakukan tanpa kehadiran debitor atau prestasi yang tidak perlu dilaksanakan sendiri oleh debitor sendiri. Prestasi yang pertama bersi#at spesi#ik, dan pada umumnya merupakan ke ajiban atau prestasi yang lahir dari perikatan untuk melakukan sesuatu, yang keberadaannya dan pelaksanaanya semata'mata digantungkan pada keahlian diri pribadi debitor. Sedangkan jenis prestasi kedua, meskipun keberadaannya bergantung pada keberadaan debitor tertentu, namun demikian pelaksanaannya dapat dilakukan tanpa kehadiran atau tanpa bantuan debitor sendiri. Debitor dan Kreditor !alam setiap hubungan yang melibatkan dua pihak atau lebih, keberadaan pihak yang berke ajiban untuk melakukan prestasi atau debitor pada satu sisi, pada umumnya disertai dengan pihak yang berhak atas prestasi yang ajib dipenuhi oleh debitor, ke"uali dalam perkatan alamiah. /ika ke ajiban atau prestasi untuk melakukan sesuatu dari sudut debitor disebut hutang, maka dari sudut pihak yang berhak atas pelaksanaan prestasi tersebut, hak atas pemenuhan prestasi disebut piutang. Pihak yang berhak disebut pihak berpiutang atau kreditor. !alam konstruksi KUH Perdata, kedudukan debitor sangat dipentingkan. Hal ini adalah akibat dari si#at pemenuhan prestasi yang dijamin dengan harta kekayaan debitor. /adi Undang'Undang memberikan perlindungan terhadap siapa prestasi tersebut harus dipenuhi, dengan menentukan siapa yang berhak untuk memenuhinya. Hak atas piutang dapat dialihkan dari satu kreditor kepada kreditor lainnya, sedangkan ke ajiban untuk memenuhi piutang tidak boleh dipindahtangankan dari debitor yang satu ke debitor yang lainnya, tanpa persetujuan kreditor yang berkepentingan. Perikatan dan perjanjian menunjuk pada dua hal yang berbeda. Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersi#at abstrak, yang menunjuk pada hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua atau lebih orang atau pihak, dimana hubungan hukum tersebut melahirkan ke ajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut. 1eskipun bukan yang paling dominant, namun pada umumnya perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak terjadi dalam kehidupan manusia sehari'hari, dan yang juga ternyata banyak dipelajari oleh ahli hukum, serta dikembangkan se"ara luas oleh para legislator, para praktisi hukum, serta juga pada "endikia an hukum, menjadi aturan'aturan hukum positi# yang tertulis, yurisprudensi dan doktrin'doktrin hukum yang dapat kita temui dari aktu ke aktu. 2ksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat kita temui landasannya pada ketentuan Pasal 1(33 Kitab Undang'Undang Hukum Perdata

&reated by aris

yang menyatakan bah a ) 3iap'tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang'undang Hubungan antara perikatan dan perjanjian $pakah yang dinamakan perikatan itu4 Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berke ajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan pihak yang berke ajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang. Perhubungan antara dua orang atau dua pihak tadi, adalah suatu perhubungan hukum, yang berarti bah a hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang' undang. $pabila tuntutan itu tidak dipenuhi se"ara sukarela, si berpiutang dapat menuntutnya di depan hakim. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. !ari peristi a ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. !alam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji'janji atau kesanggupan yang diu"apkan atau ditulis. !engan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bah a perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber'sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. !apat dikatakan bah a dua perkataan *perjanjian dan persetujuan+ itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. 1emang perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi sebagaimana sudah dikatakan tadi, ada juga sumber'sumber lain yang melahirkan perikatan. Sumebr'sumber lain ini ter"akup dengan nama undang'undang. /adi, ada perikatan yang lahir dari perjanjian dengan nama undang'undang. /adi, ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang'undang. Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang'undang diadakan oleh undang'undang diluar kemauan para pihak yang bersangkutan. $pabila dua orang mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu perikatan hukum. Sungguh'sungguh mereka itu terikat satu sama lain karena janji yang telah mereka berikan. 3ali perikatan ini barulah putus kalau janji itu sudah dipenuhi.

&reated by aris

Bab II
Pembagian Perikatan Menurut Doktrin
1. Pembagian Perikatan Menurut Sumber Lahirnya Perikatan Ketentuan Pasal 1(33 ayat *1+ menyatakan bah a tiap'tiap perikatan dilahirkan, baik Karena suatu persetujuan, maupun karena Undang'Undang. Seperti telah dijelaskan dimuka, pernyataan ini memba a konsek ensi bah a hubungan hukum yang menerbitkan ke ajiban atau prestasi dalam lapangan harta kekayaan dapat terjadi dari perbuatan hukum, peristi a hukum, maupun karena suatu keadaan hukum. Perbuatan hukum tersebut dapat merupakan perbuatan yang memang dikehendaki dan dien"anakan oleh para pihak yang terikat dalam perikatan tersebut, maupun merupakan suatu perbuatan hukum yang tidak dikehendaki oleh para pihak dalam perikatan tersebut. a. Perikatan yang Bersumber dari Perjanjian Seperti telah disebutkan di atas ketentuan tentang Pasal 1(33 ayat *1+, jika kita men"oba merumuskan se"ara berlainan, maka dapat kita katakan bah a perjanjian merupakan salah satu sumber lahirnya perikatan. !engan membuat perjanjian salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut mengikatkan dirinya untuk memenuhi ke ajiban sebagaimana yang dijanjikan. 5ni berarti diantara para pihak yang membuat perjanjian lahirlah perikatan. b. Perikatan yang bersumber pada Undang Undang KUH Perdata membagi perikatan yang lahir dari Undang'Undang ini kedalam perikatan yang lahir karena Undang'Undang saja, dan perikatan yang lahir karena Undang'Undang yang disertai dengan perbuatan manusia. !alam golongan yang pertama, termasuk didalamnya peristi a hukum. Selanjutnya, terhadap perikatan yang lahir dari Undang'Undang disertai perbuatan manusia, diolongkan lagi kedalam dua jenis, yaitu perikatan yang lahir dari Undang'Undang sebagai akibat dari suatu perbuatan manusia yang diperbolehkan oleh hukum dan perikatan yang lahir dari Undang'Undang sebagai akibat dari suatu perbuatan manusia yang bertentangan dengan hukum. Untuk yang terakhir ini sering kali disebut dengan istilah perbuatan mela an hukum atau perbuatan melanggar hukum. 1. Pembagian Menurut Isi Perikatan Pasal 1(33 KUH Perdata membagi perikatan menurut isinya kedalam ) ' perikatan ditunjukan untuk memberikan sesuatu perikatan untuk berbuat sesuatu- dan perikatan untuk tidak melakukan sesuatu. a. Perikatan Untuk Memberikan Sesuatu KUH Perdata tidak memberikan de#inisi dari perikatan untuk memberikan sesuatu, namun dari rumusan yang ditemukan dalam pasal 1(36 KUH Perdata dapat kita ketahui bah a yang dimaksudkan dengan periktan untuk memberikan sesuatu adalah perikatan yang me ajibkan debitor untuk menyerahkan suatu kebendaan. !alam hubungannya dengan ke ajiban yang harus dilaksanakan oleh debitor terhadap kreditor tersebut, timbul pertanyaan bagi kita semua, bagaimana halnya jika debitor tidak dapat memenuhi ke ajibannya4 Hal tersebut dikatakan anprestasi, untuk menja ab hal tersebut, se"ara umum dapat dikatakan bah a debitor telah anprestasi jika ) &reated by aris 6

' ' ' ' ' '

debitor tidak menyerahkan kebendaan yang harus diserahkan pada aktunyadebitor tidak memelihara kebendaan yang akan diserahkan sehingga kebendaan tersebut tidak dapat diserahkan pada aktunyadebitor tidak menyerahkan kebendaan tersebut sama sekalidebitor tidak memelihara kebendaan yang akan diserahkan sehingga kebendaan tersebut tidak dapat diserahkan sama sekalidebitor menyerahkan sesuatu kepada debitor tetapi tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukandebitor tidak memelihara kebendaan yang akan diserahkan sehingga kebendaan tersebut tidak dapat diserahkan sesuai dengan yang telah ditentukan.

b. Perikatan Untuk Me!akukan Sesuatu /ika kita perhatikan 7agian 3iga 7ab Satu buku 555 KUH Perdata diba ah judul perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, akan kita lihat bah a tidak banyak hal yang diatur dalam bagian ketiga tersebut. $danya rumusan Pasal 1(38 yang menyatakan bah a ) tiap'tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila kreditor tidak memenuhi ke ajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam ke ajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga . Ketentuan tersebut langsung menunjuk pada upaya hukum yang dapat dilakukan oleh kreditor atas anprestasi pihak debitor. Se"ara logis, dapat kita katakan bah a perikatan untuk berbuat atau melakukan sesuatu merupakan perikatan yang berhubungan dengan ke ajiban deditor untuk melaksanakan pekerjaan atau jasa tertentu untuk kepentingan kreditor. ". Ketentuan untuk #idak Me!akukan Sesuatu Perikatan bersi#at larangan yang jika dilangar akan menyebabkan debitor terikat pada suatu perikatan baru, yaitu untuk ) ' memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga sebagai akibat dilakukannya perbuatan yang tidak diperbolehkan tersebut, yang menerbitkan kerugian pada kreditor, dan atau ' menghapus segala sesuatu yang dilakukan se"ara bertentangan dengan perikatan- dan atau ' membayarsegal biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh kreditorguna mengembalikan segala sesuatu yang dilakukan oleh debitor se"ara bertentangan dengan perikatan, dalam hal debitor tidak melaksanakan sendiri ke ajibannya untuk menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuatnya se"ara bertentangan dengan perikatan. ' d. Mengenai Penggantian Biaya$ Kerugian$ dan Bunga !alam rumusan Paal 1(3. KUH Perdata dikatakan bah a ) penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai di ajibkan, apabila debitor, setelah dinyatakan lalai

&reated by aris

memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya dalam tenggang aktu yang telah dilampaukannya. e. %anprestasi dan Ke!a!aian 0anprestasi adalah suatu istilah yang menunjuk pada ketiadalaksanaanya prestasi oleh debitor. 7entuk ketiadalaksanaan ini dapat ter ujud dalam beberapa bentuk, yaitu ) ' debitor sama sekali tidak melaksanakan ke ajibannya' debitor tidak melaksanakannya ke ajibannya sebagaimana mestinya,melaksanakan ke ajibannya tetapi tidak sebaimana mestinya' debitor melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan. 0anprestasi tersebut dapat terjadi karena kesengajaan debitor untuk tidak mau melaksanakannya, maupun karena kelalaian debitor untuk tidak melaksanakannya. !alam hal debitor memang se"ara sengaja tidak mau melaksanakannya, maka ketentuan yang diatur dalam ) Pasa! 1&'( !ebitor adalah ber ajib memberikan ganti biaya,rugi dan bunga kepada kreditor, apabila ia telah memba a dirinya dalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan kebendaannya atau telah mera atnya sepatutnya guna menyelamatkannya. dan Pasa! 1&') 3iap'tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila kreditor tidak memenuhi ke ajibannya, mendapatkan penyelesaian dalam ke ajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Sudah tepat, oleh karena tidak memungkinkan debitor dapat dipaksa untuk melakukan segala sesuatu yang tidak dikehendakinya. Pembagian Perikatan Berdasarkan Ke*ajiban Pihak Da!am Perikatan Untuk Me!akukan Prestasi Selanjutnya dalam uraian sebelumnya juga telah dikatakan bah a dalam suatu perikatan terlibat atau terikat dua pihak, yaitu debitor dan kreditor. !ebitor adalah pihak yang berke ajiban untuk melaksanakan suatu prestasi yang telah ditetapkan pada aktu yang telah disepakati para pihak. Sedangkan kreditor adalah pihak yang berhak atas suatu prestasi yang harus diberikan oleh debitor. Selain perjanjian yang bertimbal balik, KUH Perdata juga mengakui adanya perjanjian yang hanya melahirkan perikatan pada salah satu pihak dalam perjanjian. Perjanjian yang demikian disebut dengan nama perjanjian sepihak, sebagaimana dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 1999 KUH Perdata yang mengatur mengenai hibah. 1enurut Pasal 1999 KUH Perdata ) Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pemberi hibah, di aktu hidupnya, dengan "uma'"uma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan penerima hibah yang menerima penyerahan itu.

&reated by aris

Undang'undang tidak mengakui lain'lain hibah selainnya hibah'hibah diantara orang'orang yang masih hidup. !ari rumusan diatas dapat kita lihat hibah adalah perikatan yang lahir dari perjanjian sepihak. Ke ajiban untuk melaksanakan prestasi hanya ada di pihak pemberi hibah tanpa kontra prestasi dari pihak penerima hibah. ;leh karena perikatannya hanya lahir pada salah satu pihak, maka perjanjian *sepihak+ ini seringkali juga disebut dengan nama perjanjian tanpa beban, dengan pengertian bah a salah satu pihak memberikan prestasi atau ke ajiban tanpa membebankan pihak lain untuk melakukan kontra prestasi atau kontra ke ajiban. Pembagian Perikatan Menurut Si+at Keutamaan Perikatan !alam berbagai uraian terdahulu telah kita bi"arakan mengenai perikatan pokok,asal dengan perikatan tambahan. <ang dimaksud dengan perikatan asal adalah perikatan yang semula terbentuk diantara para pihak dalam perikatan. Sedangkan yang disebut dengan perikatan tambahan adalah periktan yang lahir sebagai akibat tidak dipenuhinya perikatan pokok,asal, yang ter ujud dalam bentuk penggantian biaya, kerugian, dan bunga. Kedua ma"am perikatan tersebut, baik perikatan pokok,asal maupun perikatan tambahan dapat lahir karena Undang'Undang maupun karena perjanjian para pihak.

Pembagian Perdata

Perikatan

Menurut

Undang Undang

Hukum

Perikatan Bersyarat Dan Perikatan Sederhana Perikatan bersyarat, sebagaimana diatur dalam pasal 1(63 KUH Perdata dirumuskan dalam suatu pernyataan yang se"ara lengkap berbunyi suatu perikatan adalah bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu peristi a yangmasih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik se"ara menangguhkan perikatan hingga terjadinya peristi a sema"am itu, maupun se"ara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristi a tersebut. !ari rumusan diatas, terdapat adanya dua ma"am syarat dalam perikatan, yaitu ) ' Syarat yang menangguhkan berlakunya perikatan ' Syarat yang membatalkan perikatan a. Perikatan dengan Syarat #angguh Pengaturan khusus mengenai perikatan dengan syarat tangguh dapat ditemukan pada Pasal 1(93 KUH Perdata, yang merumuskan ) suatu perikatan dengan suatu syarat tanguh adalah suatu perikatan yang tertanggung pada suatu peristi a yang masih akan datang dan belum akan terjadi, atau yang tergantung pada suatu hal yang sudah terjadi tetapi tidak diketahui oleh kedua belah pihak. b.Perikatan dengan Syarat Bata!

&reated by aris

Pasal 1(96 KUH Perdata mengatur mengenai perikatan dengan syaratperikatan dengan syarat batal, yaitu) suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi, menghentikan perikatan dan memba a segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah'olah tidak pernah ada suatu perikatan. a. Syarat da!am perjanjian berdasarkan Saat Pemenuhannya 7erdasarkan pada aktu pemenuhannya, praktik hukum mengenal tiga ma"am syarat, yaitu) Syarat !imuka ) syarat dimuka atau "ondition pre"edent merupakan syarat yang ter ujud dalam suatu keadaan, peristi a atau kejadian yang berada diluar perjanjian, maupun suatu prestasi yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh salah satu pihak dalam perjanjian, sebelum perjanjian yang dibuat tersebut melahirkan ke ajiban pada pihak lainnya untuk melaksanakan prestasi lebih lanjut. Syarat konkuren ) Syarat ini hanya ada pada perjanjian timbale balik, dimana ke ajiban dari salah satu pihakuntuk melaksanakan prestasi baru terbit jika telah terdapat "ukup bukti yang menunjukan bah a pada aktu yang dijanjikan, pihak lainnya telah menunjukan itikad baik atau kehendak untuk melaksanakan prestasinya. Syarat yang mengikuti *"ondition subse>uent+ ) Syarat ini merupakan syarat yang dengan terjadinya keadaan, peristi a, atau kejadian yang disyaratkan akan membebaskan salah satu pihak dalam perjanjian dari ke ajibannya untuk melaksanakan prestasinya yang telah terbit sehubungan dengan perjanjian yang mendasarinya. b. Mengenai Syarat #ersurat dan Syarat #ersirat ' Syarat tersurat ini merupakan syarat yang se"ara tegas disebutkan dalam perjanjian. Pada umumnya syarat tersurat ini merupakan suatu bentuk perjanjian bersyarat dimana jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka pihak dalam perjanjian ini tidak di ajibkan untuk melaksanakan prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian. ' Syarat yang tersirat adalah adakalanya dalam perjanjian tertentu dapat kita temukan adanya ketentuan'ketentuan tersirat yang mengsyratkan terjadinya suatu peristi a atau perbuatan hukum atau prestasi tertentu yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum suatu prestasi lainnya dalam perjanjian tersebut dilaksanakan. ". Perikatan atau Perjanjian yang dapat Dibata!kan KUH Perdata memberikan kemungkinan bah a suatu perikatan atau Perjanjian dapat dibatlkan jika perjanjian tersebut dalam pelaksannannya akan merugikan indi%idu tertentu. !alam hal ini pihak yang jika dengan dilaksanakannya perikatan atau perjanjian tersebut akan menderita kerugian dapat mengajukan pembatalan atas perikatan atau perjanjian tersebut, baik sebelum perikatan perjanjian itu dilaksanakan maupun setelah perikatan perjanjian tersebut dilaksanakan. d. Pembata!an Perjanjian o!eh Sa!ah Satu Pihak da!am Perjanjian 1eskipun ketentuan Pasal 1(99 KUH Perdata tampak dibuat untuk kepentingan para pihak dalm perikatan atau perjanjian, namun jika diteliti lebih jauh, rumusan tersebut hanya dibuat untuk kepentingan pihak yang beritikad baik dalam perikatan atau perjanjian. $lasan'alasan yang dikenal dalam ilmu hukum sebagai alasan

&reated by aris

subjekti#. !isebut subjekti# , karena berhubungan dengan diri dari subjek yang menerbitkan perikatan tersebut. Pembatalan perjanjian dapat dimintakan jika ) ' telah terjadi kesepakatan se"ara palsu dalam suatu perjanjian karena telah terjadi kekhila#an, paksaan atau penipun pada salah stu pihak dalam perjanjian pada saat perjanjian itu dibuat *pasal 13(1 sampai dengan pasal 13(= KUH Perdata+. ' Salah satu pihak dalam perjanjian tidak "akap untuk bertindak dalam hukum *pasal 133? sampai dengan pasal 1331 KUH Perdata+. e. Pembata!an Perjanjian o!eh Pihak Ketiga di Luar Perjanjian Pada prinsipnya perjanjian hanya mengikat para pihak yang membuat. 0alau demikian untuk melindungi kepentingan pihak ke tiga yang beritikad baik, KUH Perdata mengakui hak dari seseorang pihak ketiga yang dirugikan untuk melakukan penuntutan pembatalan atas perikatan yang dibuat oleh suatu pihak tertentu. Hak tersebut yang diatur dalam Pasal 13.1 ayat *1+ KUH Perdata yang disebut dengan a"tio pauliana. +. Perjanjian yang Bata! Demi Hukum Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum, jika terjadi pelanggaran terhadap syarat objekti#sahnya suatu perjanjia. Keharusan akan adanya objek dalam perjanjian, dirumuskan dalam pasal 133( sampai dengan 133. KUH Perdata- yang diikuti dengan pasal 1336 sampai dengan pasal 1339 KUH Perdata yang mengatur mengenai rumusan "ausa yang halal, yaitu "ausa yang diperbolehkan oleh Undang' Undang. g. Kebata!an ,e!ati+ dan Kebata!an Mut!ak Suatu kebatalan disebut dengan relati#, jika kebatalan tersebut hanya berlaku terhadap indi%idu tertentu saja, dan disebut mutlak jika kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh anggota masyarakat tanpa ke"uali. &. Perikatan Dengan Ketetapan %aktu 7erbeda dengan perikatan bersyarat, suatu perikatan dikatakan sebagai perikatan dengan ketetapan aktu jika perikatan tersebut menetapkan suatu aktu dalam pelaksanaannya, tetapai penetapan aktu tersebut tidaklah menununda eksistensi perikatan itu sendiri hingga aktu yang telah ditentukan tersebut. !emikianlah Pasal 1(9= KUH Perdata menyatakan bah a Suatu ketetapan aktu tidak menangguhkan pelaksannanya. !engan demikian perikatan dengan ketetapan aktu adalah perikatan sederhana yang berlaku seketika pada saat perikatan dibentuk, dengan pengertian bah a ke ajiban debitor sudah ada semenjak perikatan dibuat, hanya saja pelaksnaan ke ajibannya atau prestasi tersebut baru dilakukan pada suatu aktu yang ditentukan di masa yang akan datang. '. Perikatan #anggung ,enteng atau Perikatan #anggung Menangung Perikatan tanggung renteng adalah ) ' suatu perikatan dengan lebih dari satu kreditor di satu sisi dengan satu debitor, di sisi lain, atau ' suatu perikatan dengan lebih dari satu debitor pada satu sisi dengan satu kreditor dengan sisi lain, atau ' suatu perikatan dengan lebih dari suatu kreditor di satu sisi dengan lebih dari satu debitor, di sisi lain, ' dimana ) ' dalam hal terdapat lebih dari satu kreditor, masing'masing kreditor berhak untuk menuntut pemenuhan perikatannya dari debitor,

&reated by aris

1?

dalam hal terdapat lebih dari satu debitor, masing'masing debitor dapat dituntut untuk memenuhi seluruh isi perikatannya oleh kreditor, ' dan ) ' dalam hal terdapat lebih dari satu kreditor, pemenuhan perikatan kepada salah satu kreditor adalah pemenuhan perikatan kepada semua kreditor ' dalam hal terdapat lebih dari satu debitor, pemenuhan perikatan oleh salah satu debitor adalah pemenuhan periktan oleh semua debitor. ' !ikenak ada dua ma"am perikatan tanggung renteng atau perikatan tanggung menanggung, yaitu ) ' perikatan tanggung renteng atau perikatan tanggung menanggung yang bersi#at akti#, yaitu suatu perikatan dengan lebih dari satu kreditor berhak untuk menuntut pemenuhan perikatannya dari debitor, dan pemenuhan perikatan kepada salah satu kreditor adalah pmenuhan perikatan kepada semua kreditor- dan ' perikatan tanggung renteng atau perikatan tanggung menanggung yang bersi#at pasi#, yaitu perikatan dengan lebih dari satu debitor, dimana masing'masing debitor dapat dituntut untuk memenuhi seluruh isi perikatannya oleh kreditor, dan pemenuhan perikatan oleh salah satu debitor adalah pemenuhan perikatan oleh semua debitor. -. Perikatan dengan .n"aman Hukuman Pasal 13?. KUH Perdata memberikan de#inisi perikatan dengan an"aman hukumna sebagai suatu perikatan yang menempatkan seseorang, sebagi jaminan pelaksanaan suatu perikatan, di ajibkan untuk melakukan sesuatu, manakala perikatan tersebut tidak dipenuhi olehnya. KUH Perdata tidak membatasi jenis hukuman yang dapat dikenakan, melainkan dengan hanya menyatakan bah a debitor yang lalai dapat dikenakan ke ajiban untuk melakukan sesuatu. Berma"am ma"am perikatan yang !ain Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berke ajiban memenuhi tuntutan itu. $pabila di masing'masing pihak hanya ada satu orang, sedangkan sesuatu yang dapat dituntut hanya berupa satu hal, dan penuntutan ini dapat dilakukan seketika, maka perikatan ini merupakan bentuk yang paling sederhana. Perikatan dalam bentuk yang paling sederhana ini dinamakan perikatan bersahaja atau perikatan murni. !isamping bentuk yang paling sederhana itu, hukum perdata mengenal pula berbagai ma"am perikatan yang agak lebih rumit. 7entuk'bentuk yang lain itu, adalah) a. perikatan bersyarat, yaitu suatu perikatan adalah bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristi a yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi baik se"ara menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristi a sema"am itu, maupun se"ara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristi a tersebut.

'

&reated by aris

11

b. Perikatan dengan ketetapan aktu, berlainan dengan suatu syarat suatu ketetapan aktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya ataupun menentukan lama aktu berlakunya suatu perjanjian atau perikatan. ". Perikatan mana suka *alternati#+, dalam perikatan sema"am ini si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang yang lainnya. Hak memilih ada pada si berutang jika hak ini tidak se"ara tegas diberikan pada si berpiutang. d. Perikatan tanggung'menanggung, pada perikatan ini, disalah satu pihak terdapat beberapa orang. !alam hal beberapa orang terdapat di pihak debitur *dan ini yang paling la@im+ maka tiap'tiap debitur itu dapat dituntut untuk memenuhi seluruh utang. !alam hal beberapa orang terdapat di pihak kreditur, maka tiap'tiap kreditur berhak menuntut pembayaran seluruh utang. !engan sendirinya pembayaran yang dilakukan oleh salah seorang debitur membebaskan debitur'debitur lainnya, begitu pula pembayaran yang dilakukan kepada salah seorang kreditur membebaskan si berutang terhadap kreditur'kreditur lainnya. e. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi, suatu perikatan dapat atau tak dapat dibagi adalah sekedar prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakekat prestasi itu. Soal dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terba a oleh si#at barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu. #. Perikatan dengan an"aman hukuman, adalah suatu perikatan di mana ditentukan bah a si berutang untuk jaminan pelaksanaan perikatannya, di ajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak dipenuhi. Penetapan hukuman ini dimaksudkan sebagai gantinya penggantian kerugian yang diderita oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya perjanjian. .sas asas umum hukum perjanjian 7erikut ini dibahas asas'asas umum hukum perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang'Undang Hukum Perdata. a. $sas Personalia. $sas ini diatur dan dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 1316 Kitab Undang'undang Hukum Perdata, yang berbunyi Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri. !ari rumusan tersebut dapat diketahui bah a pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai indi%idu, subyek hukum pribadi hanya akan berlaku dan menngikat untuk dirinya sendiri. b. $sas Konsensualitas. 1emperlihatkan pada kita semua, bah a pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat se"ara lisan antara dua atau lebih orang telah mengikat dan karenanya telah melahirkan ke ajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang'orang tersebut men"apai kesepakatan atau "onsensus, meskipun kesepakatan tersebut telah di"apai se"ara lisan semata'mata. Ketentuan yang mengatur mengenai konsensualitas ini dapat kita temui dalam rumusan Pasal 13(? Kitab Undang'Undang Hukum Perdata, yang berbunyi ) sahnya perjanjian diperlukan empat syarat )

&reated by aris

1(

1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya(. ke"akapan untuk membuat suatu perikatan3. suatu pokok persoalan tertentu.. suatu sebab yang tidak terlarang. ". $sas Kebebasan 7erkontrak. Seperti halnya asas konsensualitas, asas kebebasan berkontrak menemukan dasar hukumnya pada rumusan Pasal 13(? Kitab Undang'Undang Hukum Perdata sebagaimana yang ter"antum diatas. !engan asas kebebasan berkontrak ini para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan ke ajiban apa saja selama dan sepanjang prestasi yang ajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang. Unsur unsur da!am perjanjian !alam perkembangan doktrin ilmu hukum dikenal adanya tiga unsure dalam perjanjian ) a. Unsur esensialia. Unsur ini dalam perjanjian me akili ketentuan'ketentuan berupa prestasi'prestasi yang ajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang men"erminkan si#at dari perjanjian tersebut, yang membedakannya se"ara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, de#inisi atau pengertian dari suatu perjanjian. b. Unsur naturalia. 1erupakan unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu setelah unsur esensialianya diketahui se"ara pasti. 1isalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensialia jual beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa ke ajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari "a"at'"a"at tersembunyi. ". Unsur aksidentalia. 1erupakan unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan'ketentuan yang dapat diatur se"ara menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan se"ara bersama'sama oleh para pihak. Syarat syarat sahnya perjanjian Untuk sahnya perjanjian'perjanjian, diperlukan empat syarat ) *Pasal 13(? Kitab Undang'Undang Hukum Perdata+ a. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinyab. ke"akapan untuk membuat suatu perikatan". suatu pokok persoalan tertentud. suatu sebab yang tidak terlarang Ke empat unsur tersebut selanjutnya, dalam doktrin ilmu hukum yang 7erkembang, digolongkan ke dalam ) a. dua unsur pokok yang menyangkut subyek *pihak+ yang mengadakan perjanjian *unsur subyekti#+, dan b. dua unsure pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian *unsur obyekti#+. Bata! dan pembata!an suatu perjanjian !alam hal mengenai syarasyarat untuk sahnya perjanjian, bah a apabila suatu syarat obyekti# tidak terpenuhi *hal tertentu atau "ausa yang halal+ maka perjanjiannya adalah batal demi hukum. !alam hal yang demikian se"ara yuridis dari semula tidak

&reated by aris

13

ada suatu perjanjian dan tidak ada pula suatu perikatan antara orang'orang yang bermaksud membuat perjanjian itu. 3ujuan para pihak untuk meletakkan suatu perikatan yang mengikat mereka satu sama lain, telah gagal. $pabila pada aktu pembuatan perjanjian ada kekurangan mengenai syarat yang subyekti# sebagaimana dapat dilihat, maka perjanjian itu bukannya batal demi hukum tetapi dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Pihak ini adalah pihak yang tidak "akap menurut hukum dan pihak yang memberikan peri@inannya atau menyetujui perjanjian itu se"ara tidak bebas. /ara "ara hapusnya perikatan Pasal 13=1 Kitab Undang'Undang Hukum Perdata menyebutkan sepuluh "ara hapusnya suatu perikatan. &ara'"ara tersebut adalah ) a. pembayaranb. pena aran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpangan atau penitipan". pembaharuan utangd. perjumpaan utang atau kompensasie. per"ampuran utang#. pembebasan utangg. musnahnya barang yang terutangh. batal atau pembatalani. berlakunya suatu syarat batal dan j. le atnya aktu. Sepuluh "ara tersebut diatas belum lengkap karena masih ada "ara'"ara yang tidak disebutkan, misalnya berakhirnya suatu ketetapan aktu dalam suatu perjanjian atau meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa perjanjian, seperti meninggalnya seorang pesero dalam suatu perjanjian #irma dan pada umumnya dalam perjanjian' perjanjian dimana prestasi hanya dapat dilaksanakan oleh si debitur sendiri dan tidak oleh seorang lain.

SUMB0, 1 P0,IK.#.2 P.D. UMUM23.$ o!eh Kartini dan 4una*an serta Subekti

&reated by aris

1.

&reated by aris

16

You might also like