You are on page 1of 14

PENILAIAN SAHAM

Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham. Agar keputusan investasinva tidak salah, maka investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkannya.

Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:
1) Nilai buku

Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.
2) Nilai pasar

Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
3) Nilai intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi seperti ini investor scbaiknya mcmbeli saham tersebut.

Pendekatan Nilai Sekarang Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang

diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini, nilai intrinsik atau disebut juga nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor di masa datang. Nilai suatu saham tergantung dari aliran kas yang diharapkan investor di masa datang. Dengan demikian, proses penilaian suatu saham akan meliputi: 1. Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan. 2. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan mempertimbangkan risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari altematif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut sebagai biaya kesempatan (opportunity cost). Tingkat return yang diharapkan dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah. 3. Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang dtsyaratkan. 4. Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai intrinsik saham bersangkutan. Proses tersebut bisa ditunjukkan dalam gambaran proses dan rumus sebagai berikut :

di mana : Vo = Nilai sekarang dari suatu saham CFt = Aliran kas yang diharapkan pada periode t kt n = return yang disyaratkan pada periode t = jumlah periode aliran kas

Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendckatan nilai sekarang

adalah aliran kas (cash flow). Dalam komponen ini, permasalahannya kemudian adalah: (1) aliran kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham, (2) berapa jumlah aliran kas yang diharapkan, dan (3) kapan aliran kas terscbut diporoleh. Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham adalah earning perusahaan. Dari sudut pandang investor yang membeli saham, aliran kas yang akan diterima investor adalah earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan demikian, kita bisa menggunakan komponen dividen sebagai dasar penilaian saham. Penentuan nilai saham (pendekatan nilai sekarang) dengan menggunakan komponen dividen bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai model berikut ini.

Model Diskonto Dividen. Model diskonto dividen merupakan model untuk menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa datang. Secara matematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

P 0
P 0

D3 D1 D2 D ...... 2 3 1 k 1 k 1 k 1 k

t 1

1 k

Dt

di mana: Po D1, D2, ... D k = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen = Dividen yang akan diterima di masa datang = tingkat return yang disyaratkan

Dalam persamaan di atas bisa dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor merupakan aliran dividen yang tidak terbatas (disimbolkan dengan ) dan konstan. Padahal dalam kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur, dividen dengan jumlah yang tidak konstan atau pemba-yarannya mengalami pertumbuhan (growth).

Model Pertumbuhan Nol. Model ini berasumsi bahvva dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sarna dari vvaktu ke waktu. Model pertumbuhan nol ini sebenarnya sarna dengan prinsip perhitungan saaam preferens karena dividen yang dibayarkan diasumsikan selalu

satna dan tidak akan mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang vvaktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
D P 0 k

di mana, Do adalah dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen di masa datang, dan k adalah tingkat return yang disyaratkan investor. Contoh: Misalkan saham A menawarkan dividen tetap sebesar Rp800,00. Tingkat return yang disyaratkan investor adalah 20%. Dari data di atas, kita bisa meng-hitung nilai saham A sebesar Rp 4.000,00.
800 Rp 4.000, 00 P 0 0, 20

Model Pertumbuhan Konstan. Model petumbuhan konstan juga disebut sebagai model Gordon, setelah Myron J. Gordon mengembangkan dan mempopulerkan model ini. Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas, di mana g t + 1 = gt untuk semua waktu t. Persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut:
D0 1 g D0 1 g D0 1 g ...... D0 1 g P 0 2 3 1 k 1 k 1 k 1 k
2 3

Rumus tersebut bisa disederhanakan menjadi:

P 0

D1 k g

Contoh : Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp 1.000,00, per tahun. Pertumbuhan dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat return yang disyaratkan investor sebesar 15%. Misalnya, harga pasar saham PT Omega saat ini adalah Rp 10.000,00. Dari data ini kita bisa menghitung nilai intrinsik atau nilai teoritis saham PT Omega dengan menggunakan rumus 11.5, sebagai berikut:

1.000 1 0,05 1.050 Rp 10.500,00 P 0 0,15 0,05 0,10


Jadi, nilai intrinsik saham PT Omega adalah Rp 10.500,00. Jika harga pasar saham tersebut misal Rp 10.000,00 (di bawah nilai intrinsik), investor sebaiknya membeli saham

tersebut.

Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda). Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen seeara konstan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat. Adakalanya, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh di atas pertumbuhan normal dan aaaa sangat menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Kasus seperti ini bisa terjadi pada perusahaan yang mampu menciptakan produk inovasi baru yang langsung diserap pasar dan mengakibatkan perusahaan memperoleh pertumbuhan keuntungan yang fantastis selama beberapa tahun. Penentuan nilai saham akan meliputi empat langkah perhitungan: 1. Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran dividen yang tidak konstan, dan (b) aliran dividen ketika dividen mengalami pertumbuhan yang konstan. 2. 3. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang tidak konstan (bagian awal). Menghitung nilai sekarang dari sernua aliran dividen selama periode pertumbuhan konstan (bagian b). Ingat, perhitungan ini dimulai dengan aliran dividen pada saat akhir periode bagian awal (dividen terakhir dari bagian awal). 4. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian perhitungan aliran dividen (bagian a dan bagian b). Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan seperti di atas bisa dilakukan dengan rumus berikut:
P 0 D0 1 gt Dn 1 g 0 k g0

t 1

1 k

1 k

di mana: P0 = nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan n = jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal D0 = dividen saat ini (tahun pertama) gt = pertumbuhan dividen supernormal Dn = dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal

gj k

= pertumbuhan dividen yang konstan = tingkat return yang disyaratkan investor

Pendekatan PER Di samping pendekatan nilai sekarang (model diskonto dividen), dalam metode penilaian saham berdasar analisis fundamental dikenal juga pendekatan lain yang disebut pendekatan Price Earning Ratio (pendekatan PER). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu sanam sebariyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rpl,00 earning perusahaan. Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham perusahaan terliadap earning per lembar saham. Secara matematis, rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:
PER Harga per lembar saham Earning per lembar saham

Contoh: Misalnya harga saham DX saat ini adalah Rp 10.000,00 per lembar, dan tahun ini perusahaan memperoleh earning sebesar 900 juta rupiah. Jumlah saham beredar saat ini adalah 900 ribu lembar saham. Dari data tersebut kita bisa menghitung PER dengan cara sebagai berikut: (1) Menghitung earning per lembar saham DX. Earning Per Lembar = = =
Earning Perusahaan Jumlah Saham Beredar Rp 900.000.000,00 900.000 lembar

Rp 1.000,00 per lembar saham

(2) Menghitung PER dengan menggunakan rumus 11.7 di atas

PER

Rp 10.000,00 = 10 kali Rp 1.000,00

Jadi PER saham DX adalah 10 kali. Artinya, untuk memperoleh Rp 1,00 dari earning perusahaan DX, investor harus membayar Rp 10,00. Rumus lainnya untuk menghitung PER suatu saham bisa juga diturunkan dari rumus yang dipakai dalam model diskonto dividen. Dalam hal ini, kita bisa menemukan rumus PER dengan mengacu pada rumus 11.5. Baiklah kita ulang lagi rumus 11.5 tersebut:
= P 0 D1 kg

Jika kita membagi sisi kiri dan sisi kanan persamaan tersebut dengan earning yang diperoleh perusahaan (E1), maka akan kita peroleh rumus PER sebagai berikut:

P D / E1 0 1 E1 kg
Dengan demikian, variabel-variabel yang mempengaruhi PER atau disebut juga sebagai faktor-faktor plier earning adalah: 1. 2. 3. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR), yaitu D,/E,. Tingkat return yang disyaratkan investor dari saham bersangkutan (k). Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan dari saham tersebut (g). Contoh: Seorang investor membeli saham DPS. Misalkan perusahaan DPS tersebut hanya akan membagikan 80% (D1/E1 = 0,8) dari earning yang diperolehnya bagi investor dalam bentuk dividen. Pertumbuhan dividen sebesar 5% dan tingkat return yang disyaratkan investor adalah 15%. Dari data tersebut, kita bisa menghitung PER, sebagai berikut:
P 0,8 0,8 E 0,15 0, 05 0,10 P 8 kali E

Pendekatan Penilaian Saham Lainnya Pendekatan diskonto dividen dan pendekatan PER merupakan pendekatan yang sangat populer untuk menentukan nilai suatu saham. Kedua pendekatan tersebut didasarkan pada model pertumbuhan dividen. Di samping penggunaan kedua pendekatan tersebut, ada tiga pendekatan lainnya yang bisa dipakai investor untuk menentukan nilai saham. Pendekatan tersebut adalah

rasio harga terhadap nilai buku, rasio harga terhadap aliran kas, dan economic value added (EVA).

RASIO HARGA/NILAI BUKU. Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan altematif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencer-minkan nilai bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku ini kebanyakan digunakan untuk menilai saham-saham sektor perbankan, karena aset-aset bank biasanya memiliki nilai pasar dan nilai buku yang relatif sama. Idealnya, harga pasar saham bank jika dibagi dengan nilai buku asetnya akan mendekati 1. Tetapi, jika ternyata bank tersebut misalnya banyak menghadapi masalah kredit macet yang tidak bisa ditagih lagi, tentu saja rasio harga/nilai bukunya akan lebih kecil dari 1. Tapi di sisi lain, bisa saja terjadi bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1, terutama jika bank tersebut mengalami pertumbuhan yang meyakinkan atau sedang menjadi target merger dengan beberapa bank.

RASIO HARCA/AURAN KAS. Pendekatan lainnya dalam penilaian saham adalah pendekatan rasio harga saham/aliran kas. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pelengkap bagi pendekatan PER yang telah kita bahas sebelumnya. Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan, bukannya earning perusahaan. Hal ini disebabkan karena aliran kas perusahaan lebih relevan dibanding data earning menurut laporan secara akuntansi. Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan informasi rasio harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data aliran kas perusahaan bisa memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi investor tentang perubahan nilai saham yang akan terjadi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gentry dkk (1985), yang menemukan bahwa informasi aliran kas merupakan informasi penting untuk menilai kinerja perusahaan dan memprediksi kemungkinan kebangkrutan atau suksesnya perusahaan di masa datang.

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA). Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adaiah dengan menghitung economic value added (EVA) suatu perusahaan. EVA adaiah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adaiah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.

EVA dihitung dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya modal perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost of equity). Jika perbedaan tersebut positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan ini biasanya akan direspons oleh meningkatnya harga saham. Demikian pula sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja, yang biasanya akan direspons dengan penurunan harga saham perusahaan. Secara metematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan bisa dituliskan sebagai berikut: EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak - besarnya biaya modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak. EVA = [EBIT (1 - pajak)] - [(modal operasi) (persentase biaya modal setelah pajak)]

ANALISIS DAN STRATEGI SAHAM Umumnya ada dua macam, yaitu strategi aktif (active strategy) dan strategi pasif (passive strategy). Seperti yang dijelaskan oleh Tandelilin (2001:199) ada dua strategi yang dapat dilakukan investor dalam pembentukan portofolio, yaitu sebagai berikut: 1. Strategi aktif Merupakan tindakan investor secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai mendapatkan return abnormal. Tujuan strategi aktif ini adalah mendapatkan return portofolio saham yang melebihi return portofolio saham yang diperoleh dari strategi pasif. Ada tiga strategi yang biasa dipakai investor dalam menjalankan strategi aktif portofolio saham, yaitu:
a. Pemilihan saham maksudnya adalah para investor secara aktif melakukan analisis

pemilihan saham-saham terbaik, yaitu saham yang memberikan hubungan tingkat return dan risiko yang terbaik dibandingkan dengan alternative lainnya.
b. Rotasi sektor, maksudnya investor dapat melakukan strategi ini dengan dua cara, yaitu

sebagai berikut: 1) Melakukan investasi pada sahamsaham yang bergerak pada sector tertentu untuk mengantisipasi perubahan siklis ekonomi di kemudian hari. 2) Melakukan modifikasi atau perubahan terhadap bobot portofolio saham-saham pada sektor industri yang berbeda-beda. 3) Strategi momentum harga menyatakan bahwa pada waktuwaktu tertentu harga pasar saham akan merefleksikan pergerakan earning ataupun pertumbuhan perusahaan.

2. Strategi pasif Merupakan tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi dalam saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Strategi pasif mendasarkan diri pada asumsi bahwa (a) pasar modal tidak melakukan mispricing, dan (b) meskipun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat bahwa mereka tidak bisa mengidentifikasikan dan memanfaatkannya. Tujuan dari strategi pasif ini adalah memperoleh return portofolio sebesar return indeks pasar dengan menekankan seminimal

mungkin

risiko

dan

biaya investasi yang

harus

dikeluarkan.

Ada dua macam strategi pasif yaitu sebagai berikut: a. Strategi beli dan simpan maksudnya adalah investor melakukan pembelian sejumlah saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan dilakukannya strategi ini adalah untuk menghindari biaya transaksi dan biaya tambahan lainnya yang biasanya terlalu tinggi. b. Strategi mengikuti indeks merupakan strategi yang digambarkan sebagai pembelian instrumen reksadana atau dana pensiun oleh investor. Dalam hal ini investor berharap bahwa kinerja investasinya pada kumpulan saham dalam instrumen reksadana sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar. Dengan kata lain investor berharap memperolah return yang sebanding dengan return pasar.

Pendekatan Untuk Menganalisis dan Memilih Saham Ada dua jenis pendekatan yang paling sering digunakan dalam memilih saham oleh para analis : a. Top Down Approach Pendekatan ini mengawali analisa pada kondisi ekonomi makro dan menganalisa sektorsektor industri mana saja yang terpengaruh atau tidak oleh kondisi makro ekonomi tersebut. Langkah selanjutnya melakukan analisa lanjutan terhadap sektor-sektor industri mana yang memiliki kinerja yang baik dan baru kemudian memilih saham perusahaan mana yang memiliki kinerja terbaik dalam sektor tersebut. b. Bottom Up Approach Pendekatan ini memulai analisa dari saham-saham perusahaan mana yang memiliki kinerja yang baik, kemudian mengelompokkan menurut sektor industrinya, lalu dianalisa sektor industri mana yang berkinerja paling baik, dan kemudian memperbandingkan pengaruh kondisi makro terhadap sektor industri tersebut, sehingga sektor industri yang dipilih akan benar-benar menjadi alternatif terbaik dan merepresentasikan saham mana yang pantas kita pilih untuk investasi. Teknik Analisis Saham

Pengambilan keputusan investor untuk melakukan investasi pada saham selalu mempertimbangkan faktor perolehan dan risiko. Risiko diidentifikasikan dengan fluktuasi atau ketidakpastian. Walaupun pertumbuhan dari perolehan diinginkan, tetapi fluktuasi tajam yang memunculkan risiko tinggi selalu diupayakan ditekan. Analisis saham dibutuhkan untuk menentukan kelas risiko dan perolehan surat berharga sebagai dasar keputusan investasi. Analisis tersebut dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima investor atas suatu jenis saham tertentu. a. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah penilaian saham perusahaan. Asumsi yang digunakan adalah harga saham yang terjadi merupakan refleksi dari informasi mengenai saham tertentu. Hal ini terjadi apabila efisiensi pasar modal sekurang-kurangnya dalam bentuk setengah kuat. Para investor yang mengambil keputusan berdasarkan faktor fundamental ini biasanya cenderung lebih senang menghindari risiko (risk averse). Asumsi lainnya dari analisis fundamental ini adalah sebagai berikut (Huang, 1990) : 1) Investor adalah rasional dan berperilaku risk averse Investor tersebut akan mencari saham yang memberikan keuntungan maksimal apabila risiko yang dihadapi sama besarnya, atau akan mencari saham yang memberikan risiko terkecil apabila keuntungan yang diperoleh sama. 2) Teori Jalan Acak (The theory of random walk) Berita akan datang secara acak. Berita baik, secara teoritis akan mengangkat harga saham bersangkutan. sebaliknya, berita buruk akan mendorong harga saham untuk turun. 3) Teori pasar yang efisien (The theory of Efficient Market) Pasar dapat dikatakan efisien apabila berita-berita yang datang secara cepat beredar ke seluruh investor yang ada. Sebagai contoh, bahwa dolar AS telah memperoleh kekuatan karena ekonomi AS membaik. Perekonomian membaik, suku bunga dinaikkan untuk mengendalikan pertumbuhan dan inflasi. suku bunga yang lebih tinggi membuat aset keuangan

dalam mata uang dolar lebih menarik. Dalam rangka untuk mendapatkan aktiva tersebut, pedagang dan investor harus membeli beberapa Dollar. Akibatnya, nilai dolar akan meningkat. b. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan teknik analisis saham yang dilakukan dengan menggunakan data historis mengenai perkembangan harga saham dan volume perdagangan saham dalam pola grafik dan kemudian digunakan sebagai model pengambilan keputusan. Penawaran dan permintaan akan digunakan untuk memprediksi tingkat harga mendatang dan pergerakannya. Asumsi dalam analisis teknikal antara lain (Huang, 1990 dan Sri Handari dkk, 1996) 1) Kejadian di pasar menggambarkan segalanya (Market action discount everything) Reaksi pasar akan terjadi sesuai dengan kondisi pasar tersebut, dimana apabila tawaran jual (offer) lebih banyak dibandingkan tawaran beli (bid) maka harga akan bergerak turun. Demikian pula sebaliknya apabila tawaran jual lebih sedikit dibandingkan dengan tawaran beli maka harga akan bergerak naik. 2) Harga bergerak mengikuti tren (Price move in trends) Harga saham akan bergerak sesuai dengan keadaan pasar, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Apabila suatu harga saham telah bergerak baik naik ataupun turun maka harga saham tersebut untuk selanjutnya akan mengikuti pola sebelumnya sampai berita atau isu yang terbaru ada. 3) Masa lalu akan terulang dengan sendirinya (History repeat itself) Pergerakan harga saham yang pernah terjadi akan selalu melekat dibenak seorang investor dan cenderung untuk menjadi acuan bagi seorang investor untuk mengambil keputusan investasi. Pendekatan teknikal dalam investasi pada dasarnya adalah refleksi ide bahwa harga bergerak dalam tren yang ditentukan oleh perubahan perilaku investor terhadap berbagai macam tekanan ekonomi, moneter, politik dan psikologis. Seni analisis teknikal, dalam kaitannya sebagai seni, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tren pada tahap awal dan untuk menjaga bentuk investasi sampai beratnya menunjukkan bahwa tren akan berbalik (Pring, Edward dan Magee (1958) mengartikulasikan asumsi dasar yang mendasari analisis

teknikal sebagai berikut : 1. Nilai pasar ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan 2. Penawaran dan permintaan diatur oleh berbagai faktor, baik rasional maupun irasional. 3. Harga sekuritas cenderung untuk bergerak pada sebuah tren yang bertahan untuk waktu yang cukup lama, disamping fluktuasi kecil dipasar. 4. Perubahan didalam tren disebabkan oleh pergeseran penawaran dan permintaan. 5. Pergeseran pada penawaran dan permintaan, dengan tidak memperhatikan mengapa pergesaran terjadi, dapat dideteksi cepat atau lambat pada grafik transaksi pasar. 6. beberapa pola grafik cenderung mengalami pengulangan.

You might also like